Selamat datang di karya mom olla yang kedua, semoga dan semoga para readers suka dengan tulisan receh mom ya😁😁
Happy Reading🤗🤗🤗
Seorang gadis remaja saat ini masih terlelap dan bergelung dibawah selimut, membungkus tubuh mungilnya agar tidak terkena hawa dingin yang disebabkan sisa semalam karena hujan turun dengan derasnya.
Tok...tok...tok...
"Lila... sayang...bangun, nanti terlambat sekolahnya".
Teriak seseorang wanita paruh baya dari balik pintu.
"5 menit lagi bik".
Gumamnya sambil menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut.
10 menit kemudian
"Lila...sudah jam 7 loo".
Suara nyaring untuk kedua kalinya seketika membuat seorang gadis langsung terbangun dari tidurnya dan menyibakkan selimut dengan cepat, namun nasib sial dia dapatkan pagi ini.
Gubrak...
"Aauuwww....sakitnya".
Ringisnya sambil mengusap-usap lututnya yang tercium oleh lantai kamarnya.
Ceklek.
"Ada apa lila?".
Tanya seorang wanita paruhbaya namun masih tetap terlihat cantik diusia yang sudah tidak bisa disebut muda lagi, dengan tubuh yang masih diambang pintu serta tangan yang memegang handle pintu memandang ke arah sumber suara dimana dirinya melihat seorang gadis yang saat ini tengah terduduk di lantai sambil mengusap lututnya lalu disebelahnya terlihat selimut yang teronggok dilantai.
"Jatuh bik".
"Dasar selimut sialan".
Gerutunya kesal sambil mencoba berdiri sedangkan sang bibi hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah laku keponakannya yang selalu ceroboh itu namun sangat sayang kepada keponakannya satu-satunya itu sebab dirinya tidak mempunyai siapapun dan hanya anak dari almarhumah kakaknya ini yang selalu menjadi pelipur laranya.
"Sudah buruan mandi, tuh jam 7".
Ujar sang bibi kemudian masuk kedalam kamar lila untuk membuka korden serta jendelanya.
"Ah...iya...haduh... mamp*s gue hari ini kan ada jadwalnya si botak lagi".
Gerutunya sambil menepuk jidatnya dan langsung menyambar handuk yang berada di belakang pintu lalu berlari menuju kamar mandi yang terletak di belakang dekat dapur.
"Dasar...lila...lila...".
Ucapnya pelan sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku lila kemudian berlalu meninggalkan kamar lila setelah membereskan selimut yang berserakan dilantai.
Dalila Bareeka Haniya yang artinya anak yang berhati lemah lembut, cantik seperti bunga dan menjadi hadiah terindah bagi kedua orang tuanya, gadis cantik bertubuh mungil hanya 145cm dan biasa dipanggil oleh lila itu, beberapa hari yang lalu telah berumur 17 tahun, anak yatim piatu sejak kedua orang tuanya kecelakaan dan langsung diasuh oleh adik dari ibunya yang bernama Yana Indira.
Namun sayang tingkah lakunya tak seperti arti namanya, sebab dirinya menjadi anak yang sangat ceroboh dan selalu membuat onar disekolah namun tetap pintar dan mendapatkan juara umum berturut-turut.
Beberapa menit kemudian lila masuk kedalam kamarnya dengan hanya memakai handuk saja untuk menutupi area pribadinya, ya kebiasaan lila sejak dulu selalu memakai pakaian didalam kamar karena menurutnya tak ada laki-laki yang tinggal dirumah bibinya jadi dia tak perlu kawatir jika hanya memakai sehelai handuk.
Lila langsung membuka pintu lemari kecil yang menampung pakaiannya lalu mengambil perlengkapan dal*man serta baju seragamnya dan dipakainya dengan terburu-buru.
"Haduh cepet banget lagi nih jam muternya, dah kayak roling coaster aja".
Gerutunya saat melihat jam diatas nakas samping tempat tidurnya yang 5 menit lagi sudah menunjukkan jam 7 pagi.
Lila lalu mengambil liptin yang terletak diatas meja dan langsung mengaplikasikan ke bibir seksi miliknya serta tak lupa bedak baby selalu setia lila gunakan oleh sebab itu wajahnya mulus seperti milik baby.
Setelah dirasa sudah selesai, segera disambarnya tas yang sudah sejak semalam dia siapkan dan untungnya bibi tersayangnya itu yang selalu mengingatkannya untuk menyiapkan kebutuhan sekolah di malam hari agar tak terlalu kelamaan jika menyiapkan disiang hari.
"Bik, lila berangkat dulu ya."
Pamitnya saat sudah berada didekat bibi yang sedang duduk dimeja makan.
"Looo nggak sarapan dulu?".
Tanyanya saat sang keponakan sudah terlihat cantik dan imut menggunakan seragam SMA nya dan tak lupa sepatu yang berada ditangan kirinya.
"Nggak keburu bik, lila takut terlambat di jamnya pak botak".
Ucapnya sambil nyengir lantas mendudukkan tubuh se xy nya dikursi meja makan serta tangannya sibuk dengan sepatu dan kaus kaki yang dibawanya dari dalam kamar.
"Nih makan dulu, satu suap saja".
Ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepala lalu mengarahkan sendok yang sudah terisi oleh makanan kearah mulut sang keponakan cantiknya.
Sedangkan lila langsung menerimanya dengan senang hati akan perilaku hangat yang diberikan oleh bibinya itu pengganti almarhumah sang ibu.
"Makasih bibi ku sayang".
Cup.
"Lila berangkat, Assalamualaikum".
Pamitnya setelah mencium pipi kanan bibinya dan langsung ngacir keluar pintu untuk segera berlari kesekolahnya.
"Waalaikum salam".
Ucapnya pelan saat melihat lila tingkah lila yang sudah terbiasa menjadi pemandangannya sehari-hari sejak lila diasuhnya 10 tahun silam.
"Anakmu sudah besar nan cantik kak, persis seperti dirimu hanya saja tingkah lakunya persis seperti mas ardi".
Lirihnya sambil memandang kearah pintu yang sudah tertutup rapat, yana menghela nafas pelan lalu melanjutkan aktifitasnya sebelum berangkat bekerja.
Tak ingin larut akan kesedihan yang terjadi pada orang tua lila yang telah tiada, bibi yan biasa dirinya disapa orang-orang segera menyelesaikan sarapannya.
☆☆☆☆
"Pagi pak joko".
Sapanya riang saat melihat penjaga gerbang disekolahan dimana dirinya menuntut ilmu.
"Ehh...neng lila, tumben nggak terlambat".
Tanyanya saat mendengar suara yang begitu familiar ditelinganya dan benar saja seorang gadis remaja yang selalu membuat onar sedang menyapanya.
"Soalnya jam pertama pak botak".
Lirihnya saat membisikkan kata-kata tersebut lalu nyengir menunjukkan gigi putihnya ke arah penjaga gerbang yang sedang terbengong karena ulah dari lila sedangkan lila setelah membisikkan hal tersebut langsung ngacir masuk kedalam sekolah dan tak lupa mengembangkan senyumannya saat melihat orang yang dikenalnya.
Dor...
"Ehh...kodok...kodok...beranak...anaknya banyak".
Ucapnya tergagap saat ada suara yang mengagetkannya.
"Ya elah kebiasaan banget sih lu ngagetin gua mulu kerjaannya".
Ucapnya kesal sambil memukul pelan tangan sahabatnya itu.
"Ckkk...lebay banget lu jadi orang".
Sewotnya sambil memutar bola matanya malas.
"Cie...ngambek...cie...".
"Seharusnya gue yang marah maemunah, lah kenapa jadi lu yang marah ma gua?".
Tanyanya saat mendengar ucapan sewot dari satu-satunya orang yang mau berteman dengannya.
"Eleh suka-suka gua lah noni".
"Yuk, masuk entar keduluan sama si botak lagi".
Ajaknya samb menarik tangan orang yang dipanggil noni olehnya.
"Ehhhh...maemunah nama gue nino...N I N O...
Bukan noni maemunah?".
Ucapnya sewot saat sahabatnya itu selalu mengubah namanya.
"Laaa...itu paham, nama gue juga lila jauh amat lu manggil nama gua maemunah".
Ucapnya tak kalah sewot dengan pria lemah gemulai yang sedang berkacak pinggang dihadapnya ini dengan gaya yang feminim.
"Hehehe...ayam sorry deh...uluh...uluh...lila cantik udah ya marahnya, nanti nino kenalin deh ma cowok-cowok cakep yang seksi dan hots".
Ucapnya genit sambil mengedipkan matanya membuat lila yang tadinya marah walau hanya berpura-pura akhirnya tertawa lepas juga akan aksi konyol sahabatnya ini.
"Ogah gua, masih bisa nyari sendiri kalo laki yang elu kenalin ke gua, nanti jadinya bentukannya kayak lu lagi".
Jawabnya sambil menjulurkan lidah menahan sisa ketawanya dan langsung berjalan menuju kelas mereka berdua.
"Ya elah lu mah kagak percayaan ma gua sih".
Gerutunya sambil mengikuti langkah lila.
"Emang".
Jawabnya singkat dan langsung mendudukkan tubuhnya saat sudah tiba di kursi tempat biasa ditempati bersama nino dan disusul oleh nino duduk tepat disebelahnya.
Nino Nugraha, sahabat satu-satunya disekolahan tempat lila menuntut ilmu, pria berwajah rupawan, hidung mancung, berkulit bersih dan tinggi 175cm namun satu kekurangannya dirinya bertubuh lemah gemulai jadi tak ada yang mau berteman dengannya kecuali lila, gadis mungil nan cantik yang hanya sebatas dadanya itu.
Ya, mereka bersahabat sejak awal masuk sekolah menengah atas dan itu pun perkenalannya karena nino di bully oleh para siswa.
Tet...tet...
HAY...HAY...HAY...
ASSALAMUALAIKUM READERS TERSAYANG MOM OLLA...
AUTHOR LUNCURKAN KARYA TERBARU YA, SEMOGA SUKA UNTUK MENEMANI HARIHARI PARA READERS...
JANGAN LUPA LIKE, SERTA VOTE DAN SELALU SUPPORT...
TANPA KALIAN APALAH DAYA AUTHOR🤗🤗
SALAM SAYANG
MOM OLLA
😘😘😘
Happy Reading🤗🤗🤗
"Gila ya tu si botak, apes banget dah gua hari ini".
Gerutunya kesal saat mengingat kejadian tadi pagi sewaktu musuh bebuyutannya itu menghukumnya hingga jam pelajaran berakhir.
Sedangkan nino yang selalu menjadi sasaran kekesalan gadis disebelahnya ini hanya mampu menebalkan telinganya saat lila mengoceh tak jelas.
"Udah kali la, lu juga sih cari gara-gara mulu tadi sama pak Tejo, kan dihukum jadinya".
Ucapnya dengan nada lemah lembutnya seraya tangannya menepuk pelan bahu sahabatnya itu.
"Ckkk...Ya udah yuk buruan."
Decaknya sambil menarik tangan nino.
"Buruan kemana mae?".
Tanyanya sambil menyipitkan mata akan tabiat lila yang saat ini sedang menarik tangannya.
"Buang stress."
Jawabnya sambil memberhentikan taksi.
"Lu dah ijin ma bibi yan, nanti gua lagi yang kena damprat ma tuh perawan tua."
"Udah, gua udah chat bibi kalo gua mau jalan ma tulang lunak".
Ucapnya santai sambil duduk manis didalam taksi yang sudah jalan.
"Yak...maemunah enak aja lu bilang gua tulang lunak."
Bengisnya sambil bersedekap didada dan membuang muka ke arah jendela taksi.
"Nah...gimana nggak gua bilang lu tulang lunak, dikit-dikit ngambekan... dasaarr."
Cibirnya sambil melirik sinis melihat tingkah laku pria yang ada disebelahnya itu.
"Ish...gini-gini gua masih doyan lobang donat yaaa".
Ucapnya sambil menghadap ke arah lila dan membuat bentuk jari seperti bulat.
"Yakin tuh burung emprit bisa berkicau."
Godanya sambil menaik-turunkan alisnya.
"Lu mau buktiin."
Tantangnya menggoda balik lila.
"Ogah gua, nggak napsu gua ma burung emprit, gua napsunya ma burung rajawali."
Ucapnya setelah melihat ke arah sela kangan nino.
"Idih sembarangan aja lu kalo ngomong, Mang ada laki yang mau sama lu, secara lu cewe tapi tingkah lu kayak laki."
"Ya ada lah, buktinya banyak yang ngejar-ngejar gue".
Ucapnya dengan bangga.
"Ya...ya...ya..."
ujarnya sambil memutar bola matanya dengan malas.
Sedangkan pak sopir hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mendengar sepasang penumpangnya sedang berbicara absurd dibelakang sana.
"Tulnak, bayar...".
Ucapnya dan langsung membuka pintu taksi setelah mencapai tujuan dan meninggalkan nino yang sedang terbengong karena mendengar ucap dari lila.
"Yaelah dasar tukang palak, nasib...nasib...punya temen atu aja ngeselinnya minta ampun".
Gerutunya sambil mengeluarkan dompet dan membayar ongkos taksi.
"Makasih den".
Ucapnya sambil menerima lembaran uang yang diberikan oleh penumpangnya.
"Sama-sama pak".
Ucapnya ramah dan langsung keluar dari dalam taksi.
"Ehhh maemunah, tungguin napa sih?"
Teriaknya saat melihat lila sudah berjalan lumayan jauh.
Mereka berdua saat ini sedang berada di sebuah mall, begitulah tabiat lila jika sedang mood buruk, dirinya akan menghabiskan waktu di mall bersama nino sedangkan nino yang sudah hafal mati akan kebiasaan lila hanya pasrah saja.
"Ckkk...siap-siap deh kena omel ma papi".
Gerutunya sambil berlari kecil untuk mengejar lila.
Hosh...hosh...
Lila mengalihkan pandangannya saat tangannya dipegang oleh seseorang dan dirinya sudah tau jika itu adalah nino.
"Napa lu ngos-ngosan gitu?".
Tanyanya sambil menaikkan alisnya sebelah dengan tampang tak bersalah.
"Ckkk...udah nggak usah nanya-nanya, awas aja ya lu nanti bikin bengkak kartu kredit gua, bisa-bisa di gantung gua ma papi."
Decaknya malas saat mendengar pertanyaan tak bermutu dari lila.
"Lu napa sih, dari tadi sensitif mulu bawaannya, lu lagi PMS?".
Godanya sambil terus berjalan dan sedang bersiap menutup telinganya karena sebentar lagi akan mendengar teriakan nino.
1
2
3
"Yaakkkk....maemunah...sekate-kate lu yaa."
Teriaknya melengking hingga membuat orang disekitarnya merasa terganggu.
"Maaf...mbak...mas...om...tante.."
Ucapnya sambil menunduk bertanda malu akan tingkah nino namun dirinya tak akan bisa marah dengan sesungguhnya begitu juga dengan lila.
"Isss...no, yang bener aja lu bikin malu gua tau nggak."
Gerutunya sambil menarik tubuh tinggi nino yang saat ini sedang ngambek akibat perkataannya.
"Yaelah noni, maaf deh maaf".
Rayunya sambil mengedip-ngedipkan matanya membuat semua orang akan gemas melihat wajahnya saat ini begitu pula dengan nino, dia tak akan sanggup jika harus melihat wajah menggemaskan milik sahabatnya.
Namun karena sedang gengsi, alhasil nino mencoba mempertahankan kediamannya.
"Ahhkkkk....sakittt...".
Pekiknya kesakitan sambil memegang sebelah perutnya.
"Hah...mana-mana yang sakit, aduh lila pasti magh kamu kumat lagi, lu bawa obatnya nggak, pasti nggak kan, tunggu gua ambil obat dulu di tas gua".
Ucapnya panik saat melihat sahabatnya tiba-tiba merintih kesakitan, ya nino akan langsung luluh dengan sakitnya lila, sebab jika lila sudah sakit tak ada yang bisa menemaninya bersenda gurau, karena lila akan seperti orang yang sedang sekarat walau itu hanya sakit perut.
"Pffftthhh...".
Sadar akan dirinya dikerjai, nino menghentikan aktifitasnya dan menatap tajam lila, sedangkan lila yang ditatap seperti itu tak ada takutnya sama sekali.
Melihat aura yang sedikit tidak nyaman baginya, dia pun segera menyadari akan kesalahannya.
Grep
"Maaf".
Lirihnya sambil memeluk erat tubuh tinggi nino.
Sedangkan nino menghembuskan nafasnya dengan kasar, namun tak ayal dia juga membalas pelukan sahabatnya, apalagi mendengar ucapan lirih dari lila.
"Jangan bercanda seperti tadi lila, heum".
Ucapnya lembut sambil mengusap kepala belakang lila yang sedang menganggukkan kepalanya.
Tak tau kah mereka berdua jika saat ini aktifitas mereka menjadi tontonan, bahkan ada yang merekam adegan mereka dari awal dan ada yang memotret mereka saat sedang berpelukan.
Namun karena mereka berdua sudah kebal alhasil mereka bodo amat dan tak ingin menanggapi omongan kosong dari mulut sekitar mereka.
Ya nino hanya menganggap lila sahabatnya terlepas dari jenis kelamin mereka yang berbeda, jika orang yang melihat persahabatan antara laki-laki dan wanita akan menimbulkan yang namanya cinta sepihak atau cinta bertepuk sebelah tangan, namun tidak bagi nino dan lila.
Mereka akan terus seperti ini jika nantinya sudah berumah tangga masing-masing.
Bukan karena lila tak cantik ataupun nino tak tampan, karena mereka termasuk makhluk paling populer disekolahan mereka saat ini karena ketampanan dan kecantikan lila terlepas dari gaya nino yang lemah gemulai itu.
"Udah yuk nonton, Layangan Putus yang lagi viral, noh kita bentar lagi juga bakal viral".
Ucap nino lalu melepaskan pelukannya dan menunjukkan area sekitar menggunakan dagunya.
Lila seketika mengedarkan pandangannya dan benar saja jika saat ini mereka menjadi tontonan.
Lila seketika terkekeh geli dan acuh tak acuh akan keadaan disekitarnya.
Lantas mereka berdua menuju toko untuk mengganti seragam mereka menggunakan kaos.
"Buru pilih, gua mau ganti baju dulu".
Ucapnya saat sudah berada didalam sebuah toko baju dan mengangkat sebuah kaos putih yang menjadi pilihannya.
Lila menganggukkan kepalanya kemudian berjalan mencari kaos yang disukanya.
Setelah menemuka. sebuah kaos lila langsung menuju ruang ganti sedangkan nino yang sudah selesai menunggu lila di dekat kasir.
Bruk...
Cup.
Lila membulatkan matanya saat bibir perawan miliknya dengan tak tau malunya mengecup bibir seorang pria yang tengah ditabraknya itu saat mereka berdua sama sama terjatuh, ya tadi dia terburu-buru keluar dari ruang ganti tanpa melihat kedepan sebab lila sedang membenahi tasnya.
Visual Dalila Bareeka Haniya
Visual Nino Nugraha
ASSALAMUALAIKUM READERS...
LIKE...LIKE...LIKE...
SELALU SUPPORT KARYA-KARYA AUTHOR YA READERS...
BIAR AUTHOR SEMAKIN BERSEMANGAT...
SALAM SAYANG
MOM OLLA
😘😘😘
Happy Reading🤗🤗🤗
Degh...degh...degh...
Jantung lila seakan berdetak lebih cepat dari biasanya apalagi matanya bertatapan langsung dengan mata tajam yang saat ini berada dibawah tubuhnya sedangkan bibirnya seperti enggan untuk dilepaskan sebelum suara seseorang menggelegar nyaring masuk ke gendang telinganya.
"OMG MAEMUNAHHH....Are you okey".
Suara seseorang seketika membangunkan khayalan tinggi dari seorang lila.
Seketika muka lila bersemu merah dan buru-buru dirinya bangkit tanpa melihat wajah orang yang berada di bawahnya, namun sial sepertinya nasib masih berpihak untuk mereka berdua menempel satu sama lain.
Ya rambutnya tersangkut oleh kancing baju yang dikenakan oleh pria yang ada dibawahnya ini.
"Buru munah, berdiri lu...keasyikan amat lu nemplok kaya cicak begonoh, mentang-mentang om-om ganteng yang ada dibawah lu".
Cerocosnya sambil berkacak pinggang dan hanya berdiri didekat lila yang masih terbaring dilantai sedangkan para pengunjung ikut mendekat untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Ehhhh...noni, tulnak...nggak usah banyak omong lu, bukannya bantuin gue yang lagi kesusahan malah nyerocos mulu dari tadi, tolongin gue buru".
gerutunya sambil berusaha melepaskan rambutnya yang tersangkut.
"Ekhem".
Deheman seorang pria dibawah sana seketika menghentikan aktifitasnya dan langsung dirinya mendongakkan wajahnya.
Degh.
"Omegat...ada bidadara turun dari kayangan, alamak ganteng banget... tunggu-tunggu...berarti my first kiss yang merawanin om ini...astaga mimpi apa gue semalam dapat rejeki nomplok kek gini... ini mah bukan musibah namanya mah anugrah" jeritnya dalam hati sambil wajahnya berseri-seri dan merona malu.
"Mau sampai kapan kamu berada diatas tubuh saya".
suara tegas dan penuh penekanan terdengar digendang telinga lila seakan menariknya untuk kembali kealam nyata.
"Hah...".
Seketika lila linglung dibuatnya apalagi mendengar suara tegas pria yang sedang berada dibawah tubuhnya.
"Kamu mau kita jadi bahan tontonan".
"Ohh...maaf...maaf om...ini nyangkut tau om rambut lila".
Ucapnya meringis malu sambil terus memperhatikan orang yang dipanggilnya om itu sedangkan tangannya berusaha menarik rambutnya yang nggak tau diri membelit dikancing kemeja pria dewasa tersebut.
"Sudah, bangunlah".
"Hah...".
Terdengar suara decakan dan laki-laki tersebut langsung bangkit dengan perlahan dari lantai sambil memegang kedua bahu gadis yang saat ini masih terbengong bagaikan patung tak berdaya
Bruk.
"Apaan sih lu, nggak bisa liat mata gua".
Ucapnya dengan kesal saat kedua matanya ditutup oleh tangan besar nan ramping dan dia tau jika itu tangan nino lalu sebuah kain yang dirasa berada di kedua pahanya.
"Laaa elu tuh mata kayak mau lepas dari cangkangnya, buru bangkit lu mau jualan paha ayam".
balasnya tak kalah kesal saat melihat interaksi antara lila dan om yang tak dikenalnya sambil membantu lila untuk bangkit.
"Bangkit...bangkit...emangnya gua dari kuburan apa".
Ocehnya saat sudah berdiri dan langsung berjalan mengikuti langkah kaki nino yang sudah menariknya .
Sedangkan pria yang ditabraknya tadi hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil memegang sekilas bibirnya dan langsung bangun dari duduknya untuk meneruskan kegiatannya yang tertunda akibat insiden yang menurutnya sangat memalukan, ya ciuman tadi adalah ciuman pertamanya juga selama 25 tahun.
"Wah...asyik nih dapat ciuman gratis".
"Diam".
Ucapnya datar saat temannya itu meledeknya.
"Ngomong-ngomong tuh cewe cantik tau tan, loe nggak tertarik gitu sama doi".
Sambungnya sambil terus menggoda temannya itu.
"Gue bukan pedofil dan dia bukan type gue, lu nggak liat bodynya".
Ucapnya pedas dan langsung berlalu meninggalkan temannya yang masih ngoceh tak jelas.
"Ya elah... ati-ati tuh mulut pedes banget omongannya kayak bon cabe level 10, sekarang aja bilang begini... gua doain lu bucin sebucin bucinnya ma tuh cewe baru tau rasa".
Cibirnya.
"Tan...Tristan...".
Panggilnya saat melihat temannya berlalu meninggalkan dirinya.
"Ya salam...gitu aja ngambek lu dah kayak cewe aja".
Sambungnya.
"Makasih mbak".
Ucapnya saat menerima kartu serta paperbag dari pegawai yang berada dikasir.
"Sama-sama mas".
Balasnya dengan ramah.
Tristan Anggara Putra, seorang pria berusia 25 tahun bertubuh tinggi 185cm dengan wajah yang tampan serta hidung mancung dan berkharisma anak dari Pasangan Tedy Putra dan Lestari putri yang saat ini tinggal di Kota Malang, Tristan biasa disapa oleh rekannya adalah seorang Kapten Tentara yang saat ini bertugas di salah satu Batalyon yang ada di pinggiran kota dan berjauhan dari kedua orang tuanya, karir yang mulus serta wajah yang rupawan namun hingga kini dirinya masih berstatus singel, ya dia belum lama ini menyandang status tersebut sebab beberapa bulan lalu dia sempat menjalin hubungan bersama model ternama namun kandas saat orang tua dari gadis itu tak merestui hubungan mereka berdua.
Sebenarnya banyak yang mendekatinya setelah dia berstatus jomblo, namun saat tau latar belakang dari orang tuanya yang hanya seorang guru biasa mereka mundur secara perlahan dan itu membuat tristan enggan menjalin hubungan kembali.
Sedangkan disisi lainnya, perdebatan masih berlanjut antara lila dan nino.
"Ishhh...dasar temen durjana lu, belum lagi gua minta maaf sama tuh om dah ditarik-tarik aja, emangnya gua sapi apa".
Sungutnya sambil menghentak-hentakkan kakinya dilantai.
"Ehhh....maemunah...jadi cewe jangan agresif napa sih, yang ada tuh om ilfil ma tingkah lu yang naudubillah, bukannya malu abis ciuman ditempat umum, ini malah mau...aisss ya salam punya temen gini amat sih gua."
Ucapnya tak kalah kesal lalu mengusap mukanya dengan sedikit kasar.
"Yaelah noni, lu tau kan tadi tuh my first kiss?".
Tanyanya sambil berkacak pinggang menghadap nino.
"He'em...terus kenapa?".
Tanyanya sambil melihat ke arah lila.
"Gua pernah ngomong kan dulu kalo ada yang ngambil ciuman pertama gue, bakal gue kejar tuh orang sampe jadi laki gue".
Ucapnya dengan serius.
"Lu sehat kan?".
Tanya nino sambil meletakkan punggung tangannya di kening lila.
"Ya sehat lah, lu kira gue sakit apa".
sungutnya dan langsung menurunkan tangannya kemudian berbalik dan lanjut berjalannya.
"Ehhh...munah...dimana-mana laki-laki yang ngejar cewe nah elu, masa iya mau ngejar tu om-om mahal dikit kek lu jadi cewe, iya kalo tu laki belum punya bini nah kalo sudah punya yang ada elu jadi pelakor, ogah gua punya temen pelakor".
Jelasnya panjang lebar sambil mensejajarkan langkah kakinya.
"Hah...iya kah?".
Tanyanya dengan serius saat mendengar ucapan nino.
"Ya iyalah ogeb...nggk pernah pacaran, sekali mau sama laki orang gini amat lu".
Ucapnya sambil melanjutkan jalannya meninggalkan lila yang tiba-tiba berhenti.
"Ehh...Tulnak...ya elah...kok malah ninggalin gua sih".
Teriaknya sambil berlari kecil menyusul nino yang sudah berada agaka jauh.
Grep.
Seketika lila memeluk tangan nino saat sudah berhasil menggapai sahabatnya ini dan nino hanya menatapnya sekilas dan tetap berjalan menuju bioskop.
"Jadi kita nonton Layangan Pedot?".
Tanya lila saat melihat nino akan membeli tiket tersebut.
"Ya jadilah munah, biar mata lu kebuka supaya nggak jadi pelakor".
Ucapnya dengan sewot.
"Ckkk...".
Decaknya sambil memutar bola matanya malas.
"siapa juga yang mau jadi pelakor".
Gerutunya dengan mulut yang sudah seperti mulut bebek.
Ya lila akan kalah berdebat jika dengan nino sahabatnya.
Visual Tristan Anggara putra
ASSALAMUALAIKUM READERS...
TETAP SEMANGAT UNTUK TERUS MEMBACA KARYA AUTHOR..
BERI LIKE, GIFT SERTA DUKUNG TERUS YA READERS SUPAYA AUTHOR SEMAKIN BERSEMANGAT...
SALAM SAYANG
MOM OLLA
😘😘😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!