Edward Jonathan Blair. Nama yang membuat semua orang yang berkecimpung di dunia hitam merasa takut. Pria berambut blonde, bermata biru, berwajah dingin itu dikenal jauh lebih kejam dibanding bossnya sendiri, Duncan McGregor.
Semenjak Duncan McGregor memutuskan untuk mundur dari dunia mafia, Edward pun mengikuti perintah sang Voldemort untuk menjauhi dunia hitam yang sudah digelutinya sejak usia 15 tahun. Edward memliki seorang adik laki-laki yang usianya dua tahun di bawahnya. Berbeda dengan kakaknya, Stephen hidup lurus bahkan dia menjadi seorang pengacara untuk kasus-kasus white collar yang bekerja sama dengan FBI, MI6, CIA dan interpol.
Memiliki kakak yang berkecimpung di dunia hitam membuat Stephen seperti dua sisi mata uang dimana dia bisa di sisi putih tapi bisa di sisi hitam jika mencari pelaku kejahatan karena dia memakai koneksi sang kakak. Namun sejak Edward mundur mengikuti jejak sang pemimpin klan, Stephen pun memilih bekerja sama dengan pihak aparat penegak hukum untuk menangkap orang-orang pelaku pencucian uang, penipuan dan sebagainya.
Berbeda dengan adiknya yang sudah menikah dengan seorang dokter ahli jantung asal Indonesia, Edward masih menikmati hidup melajang. Mantannya dimana-mana bahkan dia juga dikenal sebagai Casanova. Tidak sedikit gadis yang diajak kencan mencarinya di kantor McGregor atau restauran milik keluarga McGregor-Blair.
Melihat hidup tangan kanan ayahnya, membuat putra bungsu Duncan, Mike Cahill McGregor mengajaknya taruhan.
"Berhentilah menjadi Casanova, Ed!" ucap Mike.
"Ini hidupku tuan muda. Kenapa anda yang ribut?" jawab Edward santai.
Mike hanya mengusap wajahnya kasar.
Hingga suatu hari, kekasih Mike, Nabila Pratomo, mendapat gangguan dari pasiennya membuat pria bermata biru itu meradang. Apalagi keduanya sedang melakukan long distance relationship.
"Edward! Edward!" teriaknya dari ruang kerja ayahnya.
Pria berambut blonde dan bermata biru itu pun masuk dengan gaya santainya.
"Kenapa tuan muda teriak-teriak?" tanyanya seolah tak tahu apa yang membuat tuan mudanya seperti ini.
"Kirim Jack ke Jakarta! Dia harus disana sampai Nabila pergi ke Edinburgh!"
"Siap tuan muda."
"Bilang sama Jack, jaga Nabila bukan pacaran sama Dian!"
Edward tersenyum simpul.
Kenapa semua orang disini pada jatuh cinta dengan wanita Indonesia? Selain nona Nabila, aku tidak tahu bagaimana kepribadian Rita, Dian dan Nia walaupun data mereka aku punya semua.
"Jangan tersenyum nggak jelas gitu Ed! Aku doakan kamu dapat pasangan cewek Indonesia biar kamu selesai berpetualang!" ledek Mike sambil tersenyum smirk.
"Hahahaha it's impossible tuan muda. Satu-satunya orang Indonesia yang saya kenal adalah nona Nabila dan nyonya Adinda. Bahkan putrinya, Vivienne, adalah orang bule." Edward mengatakan apa adanya.
"Jangan terlalu percaya diri Ed. Namanya jodoh itu nggak lari kemana. Kita taruhan?" Mike sengaja ingin membuat Edward berhenti menjadi Casanova. Ayahnya sudah pusing mendengar drama perempuan-perempuan yang merengek bertemu Edward di perusahaan.
"Ayo kita taruhan. Kalau jodohku bukan cewek Indonesia, aku minta Lamborghini Aventador mu tuan." seringai licik Edward muncul di wajahnya. Sudah lama dia mengincar mobil cantik itu.
"Haaaiissshhhh langsung minta si Lambo. Oke, kalau aku menang, kamu harus memberikan Porsche 911 Gt3 mu!" senyum Mike.
"Deal!"
***
Mike menatap Lamborghini Aventador kesayangannya. Hatinya merasa kebat kebit jika harus kehilangan mobil kesayangannya.
Idiot! Malah ngajak taruhan nggak jelas gini juga!
"Woi!" Sebuah suara mengagetkan Mike.
"Halo Sean" sapa Mike ke dokter Sean Cooper sahabat Nabila.
"Nice car!" komentar Sean sambil bersiul.
"She is! Dan aku nggak mau kehilangannya" keluh Mike yang memang sengaja membawa mobil mahalnya ke rumah sakit tempatnya bekerja sebagai kepala bedah.
"Kok bisa?" tanya Sean.
Mike menceritakan taruhan yang dilakukannya dengan Edward yang membuat Sean tertawa terbahak-bahak.
"You're such an idiot!" komentarnya.
"I know!" Mike memandang sedih lambonya.
"Kamu mau Carikan gadis Indonesia mana buat Edward? Dia itu seleranya tinggi" kekeh Sean.
"I have no idea."
Sean menepuk bahu Mike. "Good luck for that!"
"Shiiiittt!"
***
Edward meradang ketika mendapatkan lukisan yang menurutnya adalah palsu. John, asistennya mengatakan lukisan yang diklaim buatan Edgar Degas ( baca : Dega ) diberikan oleh seorang klien mereka.
Edward bukannya tidak tahu art atau lukisan karena putra sulung Duncan, Mario McGregor, adalah seorang dosen seni. Sayangnya, Mario sekarang berada di Paris dan sedang mengurus masalah disana bersama ayahnya karena kasus plagiarisme yang dilakukan oleh putri pejabat Perancis kepada Shanum Pratomo, adik Nabila kekasih Mike Cahill.
Dia membutuhkan seorang yang ahli lukisan, ahli seni, seorang kurator, seseorang yang bisa menjamin keaslian lukisan itu dan orang luar Inggris.
Edward akhirnya menelpon Mike meminta tolong mencarikan kurator yang independen dan kompeten.
"What's up Ed?" tanya Mike di seberang.
"Tuan muda. Aku minta tolong."
"Soal?"
"Tolong Carikan aku kurator yang independen, kompeten dan bisa dipercaya" jawab Edward.
"Apa ada masalah Ed?"
"Ini aku dapat kiriman lukisan yang diklaim karya Degas cuma aku tidak yakin."
"Sayang Mario masih mengurus Shanum jadi tidak bisa datang ke London."
"Apa kamu ada kandidat?"
"Akan aku Carikan."
***
"Assalamualaikum sayang" sapa Nabila Pratomo.
"Wa'alaikum salam. Nab, aku memiliki masalah sedikit" ucap Mike kepada kekasihnya.
"Apa itu?"
Mike pun menceritakan kasus Edward kepada Nabila.
"Ada sih Mike, kurator independen seperti itu."
"Kirim dia ke London. Semua biaya akan ditanggung si Casanova reseh itu."
Nabila tertawa. "Aku bujuk dulu ya mau apa nggak orangnya."
"Apa aku mengenalnya Nab?"
"Kamu akan mengenalnya karena dia adik sepupuku."
Mike menyeringai licik.
This is getting better and better! Porsche 911, here I come!
***
Seorang gadis cantik masih bermalas-malasan di dalam kantong tidurnya. Semalam dia berkutat memeriksa liontin perunggu yang diyakini berusia ribuan tahun telah ditemukan oleh seorang arkeolog di Provinsi Henan China. Sebelum masuk ke cagar budaya, gadis itu harus memeriksa keaslian dan keotentikannya. Iya, gadis itu adalah seorang kurator seni yang namanya sedang naik daun.
Gadis cantik itu bernama Yuna Indira Pratomo berusia 23 tahun, lulusan Royal College Art of London. Menyukai seni sejak usia dini membuat Yuna belajar keras tentang seni terutama lukisan dan barang-barang seperti guci ataupun patung baik peninggalan sejarah maupun para seniman. Memiliki otak cerdas ( yang memang keturunan ), membuat Yuna mengikuti sekolah akselerasi yang akhirnya sejak usia 15 tahun berhasil masuk di RCA sampai mengambil S2 disana.
Sejak kuliah, Yuna mulai tertarik dengan bidang kurator yang didukung oleh dosen pembimbingnya untuk memulai pekerjaan di beberapa art galeri sembari kuliah. Memiliki mata tajam dan bakat bisa melihat nilai suatu karya seni bahkan mampu membedakan barang asli maupun palsu, membuat nama Yuna Indira ( Yuna tidak mau memakai nama belakang keluarganya ) melambung menjadi seorang kurator yang bertangan dingin, tegas, adil dan disegani meskipun usianya masih muda.
Sudah seminggu ini dia berada di China untuk mengkurator sebuah liontin perunggu yang ditemukan oleh arkeolog yang juga teman baiknya. Setelah semalaman berkutat dengan semua rekannya, Yuna meyakini bahwa liontin perunggu itu memang peninggalan sejarah 2000 tahun lalu.
Suara ponselnya membuat gadis itu berpaling dan tersenyum melihat siapa yang menelepon.
"Assalamualaikum mbak Nabila."
***
Yuhuuu
Muaaaappp readersku. Gegara aku lagi enak-enak Boboks terus kebangun dapat wangsit buat bikin Edward, akhirnya bikin Edward dan Yuna deh.
Kalau ide udah penuh di otak minta dikeluarkan, jadinya gini deh!
Maap malah melenceng dari rencana karena namanya ide kita nggak tahu nongolnya kapan.
Ohya. Natal aku libur sehari ya. Habis itu aku langsung buat Ghani dan Duncan bersamaan karena -lagi-lagi- dapat wangsit pas nonton CSI NY dan CSI.
Thank you for reading
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
"Assalamualaikum mbak Nabila" sapa Yuna.
"Wa'alaikum salam adikku yang cantik" balas Nabila. "Kamu lagi dimana Dik?"
"Aku lagi di Henan China mbak. Besok sudah selesai acaranya terus aku terbang ke Jakarta ada kerjaan sama papa. Kenapa mbak?"
"Kamu masih pegang paspor Jepang?" tanya Nabila.
"Masih mbak. Kan aku pegang dua paspor, Indonesia dan Jepang. Karena pekerjaan ku mengharuskan kemana-mana jadi sejak sepuluh tahun lalu, papa mengurus dobel kewarganegaraan dan dibantu oleh Pakdhe Adrian. Pasport Jepang mempermudah aku bisa masuk ke negara mana saja."
"Bagus! Karena mbak Nabila mau minta tolong sama kamu."
"Tolong apa mbak?"
"Lusa kamu berangkat ke London. Ada pekerjaan disana."
"Akomodasi?"
"Beres! Kalau kamu oke, semua oke!"
"Baiklah. Aku juga kangen London sebenarnya" kekeh Yuna yang sejak lulus melanglang buana memeriksa karya seni dan membantu pameran di banyak galeri.
"Berarti oke ya. Nanti Tiket pesawat dan biaya dikirim ke email dan rekeningmu."
"Sebenarnya siapa sih mbak yang minta tolong aku ke London?"
"Kekasih mbak, Mike Cahill."
"Owalaahhh. Pantesan!" kekeh Yuna.
***
Mike mendatangi Edward di ruangannya. Mumpung hari ini dia off kerja, sekalian saja dia ke London menengok ayah dan perusahaannya.
"Ed, pesankan pesawat dari Beijing China ke London untuk besok!" perintah Mike.
"Buat siapa?" tanya Edward bingung.
"Kurator mu!"
"Haaaahhhh?"
Mike memberikan dua lembar kertas yang berisikan data penumpang beserta dengan nomor paspor dan ID lainnya.
"Dia orang Jepang?" tanya Edward ketika melihat data di kertas yang diberikan Mike.
"No. Dia hanya memegang paspor Jepang."
"Oke. Akan aku urus semuanya!" sahut Edward yang membaca nama Yuna Indira Pratomo disana. "Apa hubungannya dengan Nabila?"
"Dia adik sepupunya."
Edward menyipitkan matanya ke Mike lalu menatap tajam. "Kamu tidak sedang memenangkan taruhan itu kan tuan muda?"
Mike hanya menatap Edward polos. "Kamu minta kurator, aku carikan, dan aku dapat. Mana kepikiran aku soal taruhan. Kau pasti juga tidak tertarik dengan Yuna" kekeh Mike. "Dia bukan seleramu!"
"Pasti dia memakai kacamata dan cupu" sahut Edward sarkasme karena hasil scan paspor yang dikirim Yuna agak kabur jadi tidak nampak jelas wajahnya.
"Kayaknya" sahut Mike sambil lalu.
Edward menatap data gadis yang di hadapannya. Gadis yang berbeda lima tahun dengan dirinya dan gadis Indonesia plus salah satu keluarga Pratomo.
Permainan apalagi yang anda lakukan tuan muda?
***
Sebuah notifikasi email masuk ke dalam ponsel Yuna yang menunjukkan sebuah tiket pesawat Lufthansa business class atas nama dirinya serta keterangan sejumlah uang untuk biaya ke London.
Tak lama setelah itu, masuk notifikasi dari bank nya. Yuna tersenyum melihat nominal yang dikirim kepadanya.
Cukuplah buat membeli rumah impiannya di Bali nanti.
Yuna kemudian menghubungi Nabila dan mengatakan bahwa tiket dan uang biaya di London sudah dikirimkan. Nabila hanya mengatakan bahwa akan ada yang menjemputnya di Heathrow.
Yuna sendiri bukannya tidak memiliki uang tapi bagi hasil dari perusahaan keluarganya dia simpan untuk tabungan dirinya. Yuna lebih suka memperoleh uang dari hasil jerih payahnya sendiri. Ayahnya, Aryanto Pratomo memang tidak pelit kalau soal biaya pendidikan maupun biaya hidup kedua anaknya namun Yuna dan kakaknya Akira, sudah terbiasa mencari uang sejak kecil.
📩 Mbak Nabila : nanti yang menjemput dirimu bernama Edward Blair.
📩 Yuna Indira : Wajahnya kayak apa mbak?
📩 Mbak Nabila : kamu bayangkan Chris Pine deh. Nah mirip itu orangnya.
📩 Yuna Indira : Haaaahhhh? Serius mbak?
📩 Mbak Nabila : Serius pakai bangets! Nanti kamu bisa lihat sendiri deh! Aku suka manggil dia Chris Pine Kawe. 🤣🤣🤣
📩 Yuna Indira : Ya udah deh, besok aku lihatnya kalau sampai Heathrow.
📩 Mbak Nabila : Hati-hati kalau sama Edward. Dia Casanova. Jangan sampai kamu terjerat rayuannya ya.
📩 Yuna Indira : Tipe yang aku jauhi itu.
***
Yuna bersiap-siap menuju Beijing ketika rekan arkeolog nya, James Arthur datang menghampiri.
"Kamu mau kemana Na?" tanya James melihat Yuna sudah siap dengan koper besarnya dan tas selempang nya.
"Aku mau ke London" jawab Yuna santai sembari menunggu mobil yang akan membawanya ke stasiun kereta Zukhao East menuju stasiun Beijing West. Perjalanan dari Henan ke ibukota China itu menempuh sekitar 4 jam dengan kereta.
"Apakah ada pekerjaan disana?" tanya James.
"Yup." Yuna segera menyeret kopernya ketika mobil yang hendak mengantarnya berhenti di depannya.
"Take care Na. I'm gonna miss you" ucap James sembari mencium tangan Yuna yang membuat gadis itu tersenyum.
"Bye James. I hope we can meet again in another porjects" pamit Yuna lalu masuk ke dalam mobil.
Yuna bukannya tidak tahu James memiliki perasaan lebih dari sekedar sahabat namun tidak adanya reaksi kimia di tubuhnya seperti butterfly in my stomach ketika berdekatan dengan pria berusia 30 tahun itu, membuat Yuna tetap bersikap layaknya sahabat.
Kini Yuna berangkat menuju London, kota yang sudah ditinggalkan olehnya sejak setahun lebih semenjak menyelesaikan S2nya.
***
Menempuh perjalanan dari Beijing Capital International Airport ke Heathrow London sekitar 14 jam, tentu saja membuatnya lelah fisik.
Yuna menatap keluar jendela pesawat ketika landing di Heathrow. Dia bersyukur diberikan tempat duduk di business class jadi dia bisa relaks selama perjalanan yang cukup lama.
Yuna adalah tipe orang yang menunggu para penumpang turun semuanya baru dia turun. Dia tidak suka berdesak-desakan turun seperti terburu-buru. Yuna menikmati jalan santai apalagi dengan kondisi fisik lelah seperti ini yang membuatnya lebih bad mood kalau harus berdesakan.
Berjalan menuju tempat kedatangan sembari menunggu kopernya datang, Yuna mencari-cari si 'Chris Pine Kawe'. Hari ini Yuna memakai mantel Burberry karena tahu cuaca London yang sering tidak menentu.
Setelah mengambil koper Rimowa nya yang bewarna pink, Yuna pun keluar.
Masih mencari-cari si 'Chris Pine Kawe', Yuna memutuskan untuk mampir ke sebuah cafe untuk membeli kopi.
Sembari menanti pesanannya, Yuna menelpon Nabila.
"Wa'alaikum salam. Mbak! Aku ga Nemu tuh si Chris Pine Kawe!"
" ... "
"Aku di cafe kopi dekat pintu keluar."
" ... "
"Iya ya kok aku lupa minta nomor ponselnya" kekeh Yuna.
" ... "
"Oke mbak. Aku telponnya."
Yuna mematikan telponnya dengan Nabila dan mencoba menelpon nomor Edward yang diberikan Nabila.
Terdengar suara nada dering yang berada di belakangnya. Yuna pun menoleh dan tampaklah Duncan yang duduk di belakangnya.
Shiiiittt ! Dia benar-benar Chris Pine Kawe - batin Yuna.
Mike Sialan! Siapa bilang cewek ini culun dan cupu? She's so gorgeous! - batin Edward.
"Yuna Indira?" sapa Edward
"Chris Pine Kawe?" tanya Yuna.
What? Chris Pine Kawe? Nabilaaaaa!!!
***
Haaattsssyiiinggg! Nabila mengusap hidungnya.
Siapa nih yang memaki ku?
***
Yuhuuu
Up pagi dulu ( lagi ) Yaaaa
Thank you for reading
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Kedua orang itu masih saling menatap satu sama lain dengan pemikiran masing-masing.
Ih beneran kayak Chris Pine tapi Kawe - batin Yuna.
Ini cewek kenapa dingin banget ya mukanya - batin Edward.
"Mr. Blair?" sapa Yuna formal.
"Miss Pratomo." Edward mengangguk hormat kepada gadis di depannya.
"Yuna" ucap Yuna sembari mengulurkan tangan yang disambut dengan tangan Edward.
"Edward."
Yuna tersenyum. Edward yang melihatnya memasang muka bertanya.
"Kenapa nona tersenyum?" tanya Edward.
"Untung namamu bukan Christopher, jadi saya tidak salah orang kalau anda berbeda dari Chris Pine yang asli."
"What the... ! Ah sudahlah! Ayo kita ke mansion." Edward mengambil alih koper Yuna.
"Wait, mister! Ke mansion? Bukankah saya menginap di hotel yang sudah Anda siapkan?" tanya Yuna kaget.
"Rencana berubah, Darling! Kita ke mansion Blair." Edward lalu melangkah meninggalkan Yuna.
Yuna segera mengambil cup kopinya lalu mengejar Chris Pine Kawe itu.
"Wait! Mr. Edward!" Namun Edward seolah tidak mendengar teriakannya.
"Chris Pine!" serunya yang sukses membuat Edward berhenti. Wajah Yuna menunjukkan kemenangan karena tahu banyak paparazzi yang berkeliaran di Heathrow.
Edward memasang muka sebal. "I'm NOT Chris Pine!" Lalu menarik tangan Yuna dan menyeretnya menuju keluar bandara. Dan benar, banyak paparazzi disana yang mengabadikan keduanya dengan kamera.
Edward mendorong Yuna masuk ke dalam Range Rover lalu menyusul duduk di sebelahnya. John memasukkan koper Yuna dan segera masuk ke kursi sopir dan pergi dari sana.
***
Yuna tertawa terbahak-bahak melihat wajah Edward yang ditekuk seperti combro kering.
"Yakin, besok kita akan muncul di the Sun, Daily mail atau bahkan sekarang pun sudah ramai di sosial media" gelak Yuna.
Edward hanya melirik wajah cantik di sebelahnya.
Another bar-bar dan Savage lady dari keluarga Pratomo.
"Sekarang jelaskan kenapa saya harus menginap di mansion anda, Mr. Blair?" tanya Yuna serius setelah lelah tertawa.
"Karena saya mau anda nyaman dan just feel like home."
"Kalau soal rumah, saya bisa tinggal di apartemen milik sepupu saya disini."
"Maksudmu milik keluarga Neville?" tanya Edward.
"Yes" jawab Yuna.
"No. Anda itu tamu saya dan sudah kewajiban saya menjamu anda di rumah saya yang humble."
John terbatuk mendengar kalimat bossnya.
Humble dari mana Boss ??? - batin John.
Edward yang tahu John meledeknya hanya menatap John dan yang ditatap hanya menatap lurus ke jalan karena tatapan Edward seperti hendak makan orang.
"So, miss Yuna. Sesampainya di mansion saya, silahkan anda beristirahat dan besok kita mulai bekerja." Edward lalu menatap keluar jendela menikmati pemandangan.
Yuna sendiri merasa lelah hanya bisa menyandarkan kepalanya di kursi mobil. Tanpa sadar, dirinya pun terlelap.
***
Edward menatap gadis yang tertidur di dalam jok belakang mobilnya. Pelan-pelan dia menggoyangkan bahu Yuna.
"Miss Yuna. Miss Yuna" bisiknya.
"Hhhmm...bentar ma. Lima menit lagi" igaunya.
Edward meraup wajahnya. Sejak kapan aku menjadi mamanya?
"Boss, gimana ini? Nona Yuna tidak mau bangun?" tanya John.
"Kamu gendong deh!" sahut Edward asal.
John pun menggeleng. "No way, Sir. Itu adik sepupu nona Nabila. Aku tidak mau nona Nabila nanti tahu aku menggendong adiknya, bisa habis nanti aku!"
"Astaga John! Nabila tidak disini!" desis Edward.
"Boss please. Kalau tuan muda marah, aku bisa tahan. Kalau nona Nabila, saya mending ditendang ke Timbuktu!" John dan Jack pengawal Duncan McGregor memang lebih takut dengan Nabila.
"Jadi aku harus menggendongnya?" tanya Edward kasar.
John menganggukkan kepalanya dengan kuat.
Edward memincingkan matanya sebal ke arah John yang hanya memberikan senyuman sopan.
Dengan pelan Edward mulai menggendong Yuna yang ternyata tubuhnya sangat ringan dari sangkaannya.
Gadis ini terlalu kurus!
Edward menggendong ala bridal style menuju kamar yang sudah disiapkan oleh pelayannya.
Tubuh Yuna lalu pelan-pelan dia letakkan di atas tempat tidur yang berseprai putih dan selimut hijau.
Melihat Yuna masih memakai Coat Burberry nya, secara pelan Edward melepaskan coat itu dan meletakkan di sofa. Tampak Yuna mengenakan sweater putih di baliknya. Edward juga melepaskan sepatu Yuna, lalu dia menyelimuti gadis itu dan mengganti lampunya menjadi lampu tidur.
"Goodnight."
Edward pun keluar dari kamar Yuna dan menutupnya pelan-pelan.
***
"Yo!"
"Mike Cahill kau brengsek!" maki Edward lupa dia berbicara dengan siapa.
"Hah? What the hell, Ed?" seru Mike di seberang sana. Edward kini sedang menelpon tuan mudanya.
"Kamu mengirimkan adik Nabila demi taruhan kan?" selidik Edward.
"Lho? Apakah Yuna culun dan berkacamata?"
"Lebih daripada itu! Dia cantik tuan muda."
Mike tertawa terbahak-bahak. Dia sudah tahu ketika melihat foto keduanya di Heathrow yang langsung auto gosip kalau Edward Blair memiliki kekasih baru. Meskipun Yuna tadi berteriak memanggilnya 'Chris Pine' tapi para paparazzi Inggris bisa membedakan mana Chris Pine mana Edward Blair.
"Dia menarik ya Ed" kekeh Mike.
"Damn you Mike! Kamu sengaja ya!"
"Look Ed, kalau kamu memang nggak ada perasaan dengannya, tidak perlu takut kehilangan Porsche 911 Gt3 mu bahkan kau mendapatkan Lamborghini Aventador milikku."
"Tenang saja tuan muda, aku akan mengambil Lambomu!"
"We'll see about that!" kekeh Mike yang entah kenapa kali ini dia akan menang taruhan.
"Damn it!"
***
Edward menghabiskan malam itu dengan tidur di ruang kerjanya setelah menghabiskan dua botol bir. Semalam dia meminta Bram untuk segera menurunkan berita tentang dirinya dan new girl yang belum pernah dilihat oleh para awak pers Inggris.
"Who's that girl?"
"Apakah itu calon istrinya Edward Blair?"
"Kekasih baru Edward Blair."
"Siap-siap patah hati!"
Dan banyak judul yang absurd yang membuat tim IT dan hacker keluarga McGregor-Blair berusaha mentake down semua foto dan berita tentang keduanya. Duncan McGregor memang sudah melakukan merger dengan Edward Blair agar perusahaan yang dibangunnya tetap berjalan karena kedua putra Duncan tidak ada yang tertarik meneruskan usahanya.
Mario dan Mike sendiri tidak keberatan karena keuntungan dari perusahaan pun masuk ke rekening mereka karena saham yang dimiliki keduanya.
***
Mansion McGregor, Edinburgh Skotlandia
Duncan dan Mike tertawa terbahak-bahak melihat wajah Edward yang kusut ketika menarik tangan Yuna di koran The Sun dan Daily Mail. Mereka memang bisa mentake down berita dunia Maya tapi tidak media cetak.
"Kamu pikir usaha mu akan berhasil, son?" tanya Duncan kepada putranya.
"Harus berhasil, Dad. Aku masih belum ikhlas kehilangan si Lambo" jawab Mike.
"Paling sebentar lagi Adrian menelpon Dad dan mempertanyakan kenapa keponakannya diseret oleh Edward di bandara." Duncan tersenyum ketika melihat ponselnya berbunyi dan nama Adrian Pratomo muncul di layar.
"Panjang umur!" gelaknya. "Halo, Adrian."
***
Yuhuuu
Up lagi yaaaa.
Thank you for reading
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!