NovelToon NovelToon

Your Heart For Takeaway

Episode 01

Kiara Meeka Darrien adalah seorang wanita cantik yang memiliki kepribadian ramah dan juga rendah hati. Dia adalah anak tunggal dari keluarga yang sangat kaya di Indonesia.

Saat ini dia hanya tinggal bersama sang ayah yang bernama Frans Leo Darrien. Namun tanpa Kiara ketahui, pekerjaan yang selama ini ayahnya lakukan adalah menipu dan membunuh para pengusaha kaya.

Ayah Frans sadar jika yang dia lakukan adalah tindakan yang tidak baik. Tetapi dia sangat menyayangi putri semata wayangnya dan berharap harta yang dia kumpulkan selama ini bisa berguna bagi putrinya.

Tepat pada suatu hari, seorang putra semata wayang dari salah satu pengusaha kaya raya yang telah ditipu dan dibunuh oleh ayah Frans datang untuk membalaskan dendam atas kematian ayahnya.

Namanya adalah Jefan Julian Arta, seorang CEO kaya raya dengan wajah yang rupawan tetapi memiliki dendam yang sangat besar sehingga membuat dirinya menjadi sangat kejam terhadap seseorang yang dia benci.

Jefan berhasil menipu keluarga Darrien dan mengambil hati ayah Frans. Ayah Frans kemudian menjodohkan putri tercintanya dengan Jefan.

Namun siapa sangka, ternyata perjodohan itu malah membawa mala petaka bagi kehidupan Kiara ke depannya.

Suatu malam di sebuah rumah yang besar nan mewah, Kiara ditarik keluar dari mobil oleh seorang pria yang tidak lain adalah Jefan.

Malam itu Kiara dan Jefan telah resmi menikah. Jefan merasa sangat senang karena akhirnya dia bisa membalaskan dendam terbesarnya kepada ayah Frans.

Jefan menggenggam tangan Kiara dengan sangat kencang dan menariknya dengan sesuka hati. Kiara terlihat sedang menangis sambil berusaha melepaskan tangannya dari Jefan.

Jefan mendorong tubuh Kiara hingga jatuh ke atas sofa.

"Jefan, aku mohon jangan lakukan hal yang buruk kepadaku. Tolong lepaskan aku," ucap Kiara dengan wajahnya yang dipenuhi air mata.

Jefan mencengkeram dagu Kiara. "Kau pikir aku akan memperlakukanmu dengan baik setelah apa yang telah ayahmu perbuat kepada ayahku?"

"Jefan, aku mohon jangan bersikap seperti ini. Aku tahu jika ayahku bukanlah seorang pembunuh. Ayahku tidak pernah membunuh siapapun termasuk ayahmu."

"Plakk!!"

"Ahhh!!"

Kiara menangis sampai terisak-isak setelah tamparan keras itu mendarat di salah satu pipinya. Kiara langsung jongkok dan memeluk salah satu kaki Jefan.

"Jefan, aku mohon. Aku adalah istrimu, kau tidak bisa memperlakukanku seperti ini," ucap Kiara dengan lembut.

Jefan menarik lengan Kiara dan menarik rambutnya. Kiara masih menangis dengan pelan sambil menahan rasa sakit pada lengan juga rambutnya.

"Kita menikah hanya agar aku bisa menyiksamu dengan sangat mudah. Jadi jangan pernah kau berpikir jika aku akan benar-benar menganggapmu sebagai istriku!" ucap Jefan dengan pelan tetapi sangat menekan.

Tidak lama setelah itu, hujan turun sangat deras dengan disertai petir. Jefan pun tersenyum ke arah Kiara dan menarik tangan Kiara keluar dari rumah.

Setelah sampai di luar, Jefan langsung mendorong tubuh Kiara dengan sangat keras. Kiara terjatuh dan tubuhnya basah kuyup karena hujan.

"Kau akan menghabiskan malam ini di luar rumah bersama hujan dan petir. Aku tidak akan membiarkanmu masuk ke dalam rumah dan tidur dengan nyenyak," ucap Jefan dengan senang.

Kiara berdiri dan hendak berjalan menghampiri Jefan di bawah atap rumah, namun tiba-tiba Jefan mengeluarkan sebuah pistol dari dalam sakunya.

Kiara pun berhenti dan tidak bergerak dari tempatnya sama sekali. Jefan kemudian menertawakan Kiara dan memandangi pistolnya sendiri.

"Aku selalu membawa pistol ini kemanapun aku pergi. Jika malam ini aku tidak melihatmu berada di tempat itu, aku pastikan peluru di dalam pistol ini akan menembus jantungmu." Jefan mengancam Kiara.

"Tetap awasi dia dan jangan biarkan dia berpindah dari tempatnya. Jika dia berani meninggalkan tempat itu, kalian tembak saja dia," ucap Jefan kepada para bodyguardnya.

"Baik, Tuan," balas para bodyguard itu secara bersamaan.

Jefan kemudian masuk ke rumah dan mulai menaiki anak tangga. Dia masuk ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya di atas kasur.

"Wanita itu sangat mudah dipermainkan," ucapnya.

"Ayah, aku berjanji akan membuat Frans semakin menderita dengan melihat penderitaan yang dialami oleh putri tercintanya," sambungnya.

Di luar, hujan turun semakin deras. Bibir Kiara perlahan berubah warna menjadi sedikit biru. Tubuhnya sangat menggigil dan gemetaran.

Tidak lama setelah itu Kiara jatuh pingsan karena tidak kuat menahan hawa dingin yang menusuk ke dalam tulangnya.

Salah satu bodyguard yang melihat hal itupun langsung pergi ke lantai atas dan mengetuk pintu kamar Jefan. Jefan membuka pintu kamarnya dengan wajah yang terlihat kesal, karena ada orang yang mengganggunya saat dia sedang bersantai.

"Kenapa kau berani menggangguku?" tanya Jefan dengan nada yang sedikit tinggi.

"Tuan, nona Kiara jatuh pingsan. Sepertinya dia tidak kuat jika harus berdiri semalaman di luar dengan keadaan hujan deras disertai petir seperti ini," balas bodyguard tersebut.

"Dasar wanita tidak berguna!" gumam Jefan.

Jefan segera turun dan pergi ke luar rumah untuk melihat keadaan Kiara, sang bodyguard pun mengikutinya dari belakang.

"Berdiri beberapa jam saja dia tidak mampu."

"Cepat bawa dia masuk!"

"Baik, Tuan."

Dua orang bodyguard membawa Kiara masuk dan menidurkannya di sebuah kamar yang terlihat sangat mewah. Kiara menggigil dan memegang kedua lengannya dengan posisi tubuh yang miring ke kanan.

"Apa lagi yang kalian lakukan di sini? Cepat keluar!"

"Baik, Tuan."

Jefan menarik lengan Kiara dan memaksanya untuk berdiri, tetapi tubuh Kiara sangat lemah dan dia tidak bisa berdiri sama sekali.

Jefan yang melihat bibir dan juga tubuh Kiara yang gemetaran, dia langsung kembali mendorong Kiara ke atas kasur.

"Pelayan!!"

"Pelayan!!"

Tiga orang pelayan di rumah itu datang ke kamar tersebut untuk menghadap Jefan. Mereka selalu menundukkan pandangan mereka dan tidak pernah berani untuk menatap wajah Jefan.

"Iya, Tuan?"

"Kenapa kalian lama sekali datang kemari?"

"Maafkan kami, Tuan. Kami tidak akan mengulanginya lagi."

"Apa yang harus kami lakukan untuk Tuan?"

"Cepat ganti gaun pengantin itu dengan baju yang baru."

"Tapi, apakah Tuan akan tetap berada di sini saat kami mengganti pakaiannya?"

"Aku adalah pemilik rumah ini, jadi kalian tidak berhak untuk mengatur diriku!"

"Maaf, Tuan."

Salah satu pelayan mengambil pakaian di dalam lemari dan meletakkannya di atas kasur. Ketiga pelayan itu mulai mengganti gaun pengantin Kiara dengan pakaian yang baru.

Para pelayan itu mengganti pakaian Kiara dengan menutupi tubuh Kiara menggunakan selimut agar Jefan tidak melihatnya.

"Tuan, kami telah selesai mengganti pakaian nona Kiara. Apa Tuan ingin kami melakukan sesuatu yang lain?"

"Cepat pergi dari kamar ini!"

"Baik, Tuan."

Kiara masih merasa sangat kedinginan walaupun tubuhnya sudah tertutupi oleh selimut. Jefan kemudian mendekati Kiara dan melihat tubuh juga bibir Kiara gemetaran.

Episode 02

Keesokkan harinya, Kiara terbangun dan menyadari dia telah berada di sebuah kamar. Di sana berdiri seorang dokter kepercayaan Jefan yang bernama Dokter Aros dan juga dua pelayan yang diperintahkan Jefan untuk mengawasi Kiara.

"Nona, Nona sudah bangun?"

"Dokter, kenapa dokter ada di sini?"

"Tuan Jefan yang meminta saya untuk datang kemari tadi malam. Nona mengalami deman, tubuh Nona juga menggigil. Tapi untungnya sekarang keadaan Nona sudah lebih baik."

Kiara duduk dan sedikit mendekati Dokter Aros. Kiara berbisik kepada dokter tersebut agar kedua pelayan yang berada di kamar itu tidak mendengar apa yang dia katakan.

"Dokter, bisakah aku meminjam ponselmu sebentar?"

"Maaf, Nona. Apa yang ingin Nona lakukan dengan ponsel saya?"

"Aku hanya ingin menghubungi temanku."

"Maaf, Nona. Tapi tugas saya di sini hanya untuk memeriksa kembali keadaan Nona. Saya tidak bisa meminjamkan ponsel saya kepada Nona, karena jika tuan Jefan tahu dia pasti akan sangat marah."

"Dokter, kau tidak tahu jika saat ini aku sedang berada dalam masalah. Dia adalah pria yang sangat kejam. Dokter, tolong bawa aku pergi dari rumah ini."

Tidak lama setelah itu, Jefan masuk ke kamar Kiara dengan diikuti oleh beberapa bodyguard di belakangnya.

"Apa yang kau bicarakan kepada Dokter Aros?" tanya Jefan dengan tatapan mata yang tajam.

"Aku ...." ucap Kiara bingung karena tidak tahu harus menjawab apa kepada Jefan.

"Dokter, apa yang telah dia katakan kepadamu? Apa dia meminta bantuan kepadamu untuk melarikan diri dari rumah ini?"

"Benar, Tuan. Nona Kiara ingin meminjam ponsel saya, tapi saya tidak memberikannya."

"Berani sekali kau mencoba untuk lari dari rumah ini?"

"Aku tidak mau dia berbuat kasar kepadaku lagi. Aku harus berusaha keluar dari rumah ini walaupun tidak ada satupun orang yang mau membantuku," batin Kiara.

Jefan hendak menarik lengan Kiara, namun tiba-tiba Kiara lari dan melewati para bodyguard yang berada di kamar tersebut.

"Kiara!"

"Kenapa kalian hanya diam saja di sana? Cepat kejar dia! Jangan biarkan dia keluar dari rumah ini!"

"Baik, Tuan."

Kiara terkejut karena melihat banyak bodyguard yang datang dan berusaha untuk menangkapnya. Kiara mengambil sebuah vas bunga dan melemparkannya ke lantai.

Kiara mengambil salah satu dari pecahan vas bunga tersebut dan mengarahkannya kepada para bodyguard yang mencoba untuk menghadangnya.

Jefan, Dokter Aros dan juga kedua pelayan tadi datang ke sana.

"Jangan biarkan dia lari! Cepat tangkap dia!"

Kiara menoleh ke arah Jefan, kemudian dia segera berlari menuruni anak tangga. Dia pergi menuju taman dan masuk ke salah satu mobil Lamborghini yang terparkir di sana.

Untungnya di dalam mobil Lamborghini itu terdapat kunci yang masih menancap, jadi Kiara bisa melajukan mobilnya dan pergi dari sana.

"Gerbang di rumah ini masih terbuka, aku harus segera keluar dari rumah ini," ucapnya.

"Nona Kiara, berhenti!" teriak salah satu penjaga rumah Jefan.

Kiara berhasil keluar dari gerbang rumah Jefan menggunakan mobil tersebut. Kiara pun tersenyum, kemudian dia semakin mempercepat laju mobilnya.

"Ayah, aku akan segera pergi untuk menemuimu," gumamnya.

Jefan masuk ke dalam mobilnya dan beberapa bodyguard juga ikut mengejar menggunakan tiga mobil.

Jefan terlihat sudah dekat dengan mobil yang dinaiki oleh Kiara. Kiara yang menyadari hal itu, dia langsung menerobos lampu merah tanpa memperhatikan pengendara lainnya.

Mobil Jefan kemudian dihentikan oleh polisi lalu lintas karena dia telah berkendara dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Setelah beberapa lama mengemudikan mobil, Kiara pun sampai di depan rumahnya. Dia turun dari mobil tanpa mengenakan alas kaki dan juga rambutnya yang masih berantakan karena tadi malam terkena hujan dan dia tidak sisiran.

Mata Kiara berkaca-kaca dan dia segera masuk ke rumahnya sendiri. Dia sangat senang dan langsung memanggil nama ayahnya.

"Ayah!"

"Ayah!"

"Ayah, Kiara pulang."

Salah satu pelayan rumah itupun keluar dengan wajah yang terlihat sangat sedih.

"Bibi Hani?"

"Bibi, dimana ayahku? Apa Ayah masih tidur di dalam kamarnya?"

"Bibi, kenapa kau tidak menjawabku?"

"Baiklah. Kalau begitu aku akan langsung pergi menemui ayahku."

Kiara berjalan menaiki anak tangga dengan perasaan yang senang. Dia pergi menuju kamar ayahnya, namun dia sangat terkejut setelah mengetahui jika ayahnya tidak ada di dalam kamar.

"Ayah!"

"Ayah, ini Kiara."

"Ayah dimana?"

Pandangan Kiara tertuju ke kamar mandi yang tertutup, kemudian dia ke sana dan mengetuk pintunya. Tidak ada suara apapun dari dalam, lalu Kiara membuka pintunya.

"Ayah!"

Kiara menutup kembali pintu kamar mandi tersebut dan keluar untuk menemui Bibi Hani.

"Bibi, aku tidak menemukan Ayah di kamar. Kemana ayahku pergi?"

"Bibi, kenapa dari tadi kau hanya diam? Apa ayahku sedang pergi ke kantor?"

"Bibi, jawab aku!"

Jefan dan beberapa bodyguardnya pun datang dan mengepung Kiara juga Bibi Hani.

"Bagaimana kau bisa tahu jika aku berada di sini?"

"Karena aku bukanlah orang yang bodoh, Kiara. Setiap mobil yang aku miliki sudah aku letakkan GPS di dalamnya, jadi aku bisa melacak keberadaan mobil itu dengan sangat mudah."

"Nona Kiara, dia yang telah membuat Tuan jatuh pingsan." Bibi Hani menunjuk ke arah Jefan.

"Bibi Hani, apa maksudmu?"

"Nona, tuan Frans mengalami serangan jantung beberapa hari sebelum Nona menikah dengan tuan Jefan. Setelah itu saya tidak tahu apa yang tuan Jefan lakukan kepada tuan Frans."

"Jefan, kau?"

Kiara memukul dada bidang Jefan, tetapi Jefan hanya tersenyum kepada Kiara. Kemudian Jefan menggenggam salah satu tangan Kiara dan Kiara terdiam.

"Kau seharusnya tidak bermain-main denganku. Karena aku akan selalu menang dan kau akan selalu kalah," ucap Jefan.

Kiara menampar wajah Jefan dan membuat semua orang di sana terkejut.

"Dimana kau sembunyikan ayahku?"

Jefan tersenyum sambil memegang pipinya yang terkena tamparan dari Kiara. Jefan pun mendekatkan wajahnya ke wajah Kiara.

"Aku tidak mau memberitahu dimana ayahmu."

"Jefan! Apa yang telah kau lakukan kepada ayahku? Dimana kau sembunyikan dia?"

"Diam!!"

Kiara pun terdiam dan menatap kedua mata Jefan.

"Ayahmu sudah mendapatkan balasan atas perbuatannya kepada ayahku. Dia sedang sekarat dan dia tidak akan bisa bertemu dengan putri tercintanya."

"Katakan dimana ayahku sekarang!"

"Aku tidak mau!"

"Jefan, katakan dimana ayahku!"

"Aku tidak akan mengatakannya!"

Jefan membelakangi Kiara dan berjalan menuju pintu, namun langkah kakinya tiba-tiba terhenti setelah mendengar ucapan dari Kiara.

"Dasar pria bodoh! Kau adalah pria bodoh yang pernah aku temui di dalam hidupku! Kau pikir dengan melakukan semua ini dendammu akan terbalaskan semudah itu?"

Jefan mengepalkan kedua tangannya dan kembali menghampiri Kiara. Jefan menarik Kiara dan membawanya masuk ke mobil miliknya.

Jefan mengikat kedua tangan Kiara, lalu dia juga menutup matanya menggunakan kain berwarna hitam.

Episode 03

Mereka kini sampai di sebuah rumah sakit yang besar, namun Kiara tidak mengetahui jalan menuju rumah sakit tersebut karena kedua matanya sengaja ditutup oleh Jefan.

Jefan membuka penutup mata Kiara, lalu membuka ikatan di tangannya. Kiara kemudian melihat ke sekelilingnya dan dia merasa sangat asing dengan rumah sakit tersebut.

"Jefan, apa kau menyembunyikan ayahku di rumah sakit ini? Kenapa kau tidak mengatakannya sejak awal?" tanya Kiara.

Kiara hendak pergi untuk mencari keberadaan ayahnya, tapi tiba-tiba tangannya ditarik oleh Jefan.

"Jefan, lepaskan aku. Aku harus segera bertemu dengan ayahku, Ayahku pasti sangat membutuhkanku," ucap Kiara.

"Memangnya apa yang bisa kau lakukan setelah melihat kondisi ayahmu? Kau tidak akan bisa berubah keadaannya," balas Jefan sambil tersenyum licik.

Kiara langsung melepaskan tangannya dan pergi menghampiri salah satu dokter.

"Dokter, dimana ayahku? Ayahku bernama Frans Darrien."

"Nona, apa kau adalah keluarga dari pasien?"

"Iya, aku adalah putri semata wayangnya. Dokter, dimana ayahku?"

"Tuan Frans sedang berada di ruang ICU di sebelah barat, Nona. Keadaannya masih sangat kritis."

"Dokter, terima kasih."

Kiara sampai di depan ruang ICU dan dia melihat keadaan ayahnya dari jendela.

"Ayah ...."

Saat Kiara hendak masuk, tiba-tiba Jefan datang dan menarik lengannya.

"Jefan, lepaskan aku. Aku harus masuk dan bertemu dengan ayahku. Aku mohon jangan halangi aku untuk bertemu dengan ayahku."

"Aku akan memberikan kesempatan kepadamu untuk bertemu dengan ayahmu. Tapi imbalan apa yang akan kau berikan untuk membalas kebaikanku?"

"Aku tidak akan memberikan imbalan apapun kepadamu! Apa yang kau lakukan ini bukanlah suatu kebaikan. Ayahku menjadi seperti ini semuanya karena ulahmu. Aku tidak akan membiarkan hidupmu bahagia seperti yang kau harapkan."

Kiara berusaha untuk melepaskan tangannya dari Jefan, tetapi Jefan semakin mengeratkan genggamannya.

Jefan tersenyum. "Memangnya apa yang bisa kau lakukan? Kau sampai saat ini masih hidup hanya karena kebaikan yang telah aku lakukan kepadamu. Jika aku mau, saat ini juga aku bisa membunuhmu."

Jefan mendekatkan wajahnya perlahan ke arah Kiara. Kiara memundurkan kepalanya, lalu tiba-tiba Jefan tertawa.

"Pergilah untuk menemui ayahmu di dalam. Karena aku tidak akan bersikap sebaik ini untuk ke depannya."

"Aku tidak akan membiarkanmu memisahkan aku dari ayahku."

"Terserah kau saja. Sekarang temui lah ayahmu dan katakan jika aku telah berbuat baik kepadamu hari ini."

Kiara masuk ke ruang ICU dan melangkah perlahan menghampiri ayahnya yang masih terbaring dengan keadaan kritis.

Kiara menyentuh tangan ayahnya dan mulai menangis. Dia juga menyentuh wajah ayahnya dengan perlahan.

Air mata Kiara tidak terbendung lagi, dia menangis dengan suara yang terisak-isak. Dia tidak tega melihat kondisi ayahnya yang harus bertaruh nyawa seperti itu.

"Ayah, ini Kiara putri Ayah. Aku sangat merindukan Ayah."

"Apa Ayah tahu? Keadaanku saat ini sedang tidak baik-baik saja. Pria kejam itu selalu berusaha untuk menyiksaku, dia tidak bisa melihatku hidup dengan tenang, Ayah."

Kiara menciumi tangan ayahnya dan berharap dia akan melihat ayahnya terbangun.

"Ayah, bangunlah. Aku sekarang ada di sini untuk menemui Ayah. Apa Ayah tidak rindu denganku?"

"Ayah, jika saat ini juga Ayah sadar, aku pasti akan merasa sangat senang."

"Ayah, aku sangat membutuhkan Ayah saat ini. Tolong bangunlah, Ayah."

Kiara terdiam sejenak sambil menatap wajah ayahnya. Ayahnya tidak juga membuka kedua matanya sejak tadi. Kiara hanya mendengar suara dari mesin pendeteksi impuls listrik atau alat elektrokardiograf yang berada di samping tempat tidur ayah Frans.

Kiara kemudian menidurkan kepalanya di samping tubuh ayahnya. Tidak lama kemudian, Jefan masuk ke ruang ICU dan langsung menarik tangan Kiara.

"Aku telah memberimu waktu 30 menit, tapi setelah lewat 20 menit kau tidak juga keluar. Sekarang ikut denganku!"

"Tidak, aku tidak mau pergi! Aku ingin tetap di sini bersama ayahku, Ayah pasti sangat membutuhkan aku."

"Ayahmu tidak akan bangun sampai kapanpun. Dan dia juga tidak akan bisa melihat putri tercintanya lagi."

"Jefan, kau benar-benar pria yang kejam! Aku adalah putri dari ayahku, jadi kau tidak bisa menghalangiku untuk tetap berada di sini menemani ayahku."

"Baiklah. Jika memang kau ingin aku mencabut peralatan yang membantu ayahmu bertahan hidup, aku akan meminta dokter untuk melakukannya saat ini juga."

Saat Jefan hendak pergi meninggalkan ruangan tersebut, Kiara langsung menarik lengan Jefan. Kiara menatap kedua mata Jefan dengan matanya yang sudah memerah.

"Tolong jangan lakukan hal itu kepada ayahku. Aku tidak bisa jika harus melihatnya tiada. Keberadaan ayahku sangat berarti bagiku," ucap Kiara.

"Aku mohon, Jefan. Jangan meminta dokter untuk mencabut alat-alat itu. Aku akan ikut pulang bersamamu asalkan kau tetap membiarkan ayahku dirawat dengan baik di sini," sambungnya.

"Bagus sekali. Kau memang anak yang sangat berbakti kepada ayahmu," balas Jefan.

Jefan tersenyum, kemudian dia menarik tangan Kiara keluar dari ruangan tersebut.

"Kalian berdua ikat kembali kedua tangan dan tutup matanya."

"Baik, Tuan."

Jefan meninggalkan mereka dan pergi menuju mobil terlebih dahulu, sedangkan Kiara menatap ke arah Jefan dengan tatapan mata yang penuh amarah.

Di dalam perjalanan, Jefan terlihat sedang fokus menyetir. Namun Kiara berusaha untuk membuka penutup matanya agar dia bisa tahu jalan menuju rumah sakit tempat ayahnya dirawat.

Tidak lama setelah Kiara berusaha, penutup matanya akhirnya terlepas. Kiara tersenyum dan menatap ke arah jalanan.

Tetapi tiba-tiba Jefan menghentikan mobilnya dan mendekap tubuh Kiara, sampai-sampai mata Kiara hanya bisa melihat kegelapan di dada Jefan.

Jefan pun terdiam sejenak karena merasakan perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Jantungnya tiba-tiba berdetak dengan kencang saat dirinya mendekap tubuh Kiara.

"Kenapa dia mendekap ku seperti ini? Dan apakah suara yang aku dengar adalah suara dari jantungnya?" batin Kiara.

Jefan dengan cepat meraih kain hitam itu dan menutup kembali kedua mata Kiara. Setelah Jefan menutup kedua mata Kiara, dia melihat bibir manis Kiara.

Jefan mendekatkan wajahnya ke bibir itu dan dia ingin sekali menciumnya. Sayangnya dia sadar jika Kiara adalah wanita yang tidak pantas untuk dia cintai.

Jefan pun duduk dengan tenang dan kembali melajukan mobilnya. Mobil bodyguard yang mengikutinya di belakang juga ikut melajukan mobil yang mereka kendarai.

Kiara duduk dengan tenang dan pasrah jika dia memang tidak akan pernah bisa menemui ayahnya tanpa Jefan.

Dia sadar jika mulai saat ini nyawa ayahnya dan juga hidupnya semua tergantung pada Jefan. Kiara tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan dia tidak memiliki siapapun yang bisa membantunya untuk keluar dari masalahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!