Bagas Airlangga Kusuma 30 tahun. putra dari Danu wijaya kusuma salah satu pengusaha terkenal di Indonesia.
Arinda Maharani 18 tahun. satu-satunya putri bik marni yaitu salah s
pembantu yag bekerja di rumah pak Danu.
Intan Andini 27 tahun. Kekasih Bagas selama tiga tahun yang juga seorang artis dan model ternama.
Visual tersebut hanya kehaluan othor saja ya guys , kalian boleh mebayangkan siapa saja. Cerita ini real atas kehaluan ku saja ya guys. semoga kalian suka.
"Hallo , assalamualaikum, buk... Arin sudah sampai di alamat perumahan yang ibu maksud, tapi rumah bos nya ibu di sebelah mana, ya? kok semua nya bagus-bagus."
Waalaikum salam, tunggu di situ, nduk ibuk keluar sekarang.
"Nggeh, buk..?!
Baru saja ia mematikan telpon nya, ia di kejut kan dengan suara klakson mobil yang hampir menabrak nya.
"Astagfirullah, hape ku!" seru nya melihat ponsel jadul satu-satunya milik nya hancur terjatuh di aspal.
Saking kesal nya ia pun melepas sandal nya lalu melempar nya kepada mobil yang hampir menabrak nya tadi.
"Gak sopan, gak ada ahlak, udah mau nabrak orang, bikin hp orang rusak, bukan nya berhenti buat mita maaf malah terus aja jalan." Gerutu nya kesal.
Ia pun terus meratapi ponsel butut nya yang sudah hancur. Dan merutuki orang yang membawa mobil mewah tadi. Sungguh di sayang kan, walaupun ponsel nya sudah butut namun itu adalah satu-satu nya yang ia punya. Dan demi memiliki ponsel tersebut Arin harus rela menyisihkan uang yang ibu nya kirimkan.
"Rin...Arin?!" Terdengar suara sang ibuk dari kejauhan memamnggil nya sembari melambaikan tangan nya.
"Ibuk..." Arin bergegas lari menuju sang ibu yang sudah lama ia rindukan.
"Ya Allah anak, ibuk sudah besar sekali, Rin?" Seru Marni memeluk putri semata wayang nya yang ia sudah tujuh tahun ini ia tinggal kan. Namun sesekali dalam setahun Marni menemui nya di kampung saat hari raya saja.
Semenjak suami nya meninggal, saat itu Arin masih menginjak kelas enam sekolah dasar. Marni memutus kan untuk merantau ke ibu kota demi memenuhi kebutuhan dan biaya sekolah Arin.
Sementara Arin ia titipkan kepada adik nya di kampung. Dengan mengirimkan biaya setiap bulan nya. Ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah Pak Danu dan ibu Vina.
"Nama nya juga udah lulus SMA, buk... Ya jelas udah besar to."
"Ya sudah, ayo Rin ke rumah majikan ibuk. Tadi ibuk sudah bilang sama bu Vina kalau kamu mau datang buat nyari kerja. Jadi sementara kamu bantu-bantu ibu dulu sampai kamu menemukan pekerjaan.
Lantas Arin mengikuti langkah ibu nya menuju rumah mewah yang tak jauh dari sana.
Ketika memasuki pintu gerbang rumah mewah tersebut Arin mengingat betul mobil yang hampir menyerempet nya beberapa menit yang lalu. Dan di lihat lah yang kini keluar dari mobil tersebut sesosok laki-laki berpostur tubuh tinggi dan tegap dan tentu nya di tambah dengan wajah yang rupawan.
"Bapak yang barusan hampir menabrak saya di jalan depan, kan??" Seloroh nya sembari menghampiri pria tersebut. "Ponsel saya rusak gara-gara bapak. Bapak gak tau, apa kalau ini ponsel saya satu-satu nya yang saya miliki dari hasil menabung.
"Arin.....!!!" seru Marni sembari mencubit lengan putri nya tersebut. Tanpa Arin tau ,bahwa yang kini sedang ia omeli adalah anak dari majikan nya.
Aduh den Bagas, maaf den, anak saya tidak tau kalau den Bagas adalah majikan saya.
Deg--
Seketika Arin terlonjak kaget, lalu merutuki mulut nya yang begitu mudah nya melontarkan omelan terhadap pria tersebut.
Duh Gusti, maaf kan Arin ,Arin gak tau kalau si bapak barusan anak nya majikan ibu.
Bagas hanya menunjukkan wajah dingin nya, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, lantas meninggalkan mereka memasuki rumah orang tua nya tersebut.
"Arin, itu tadi den Bagas ,anak nya pak Danu dan ibu Vina. Majikan ibu, Rin...!"
"Maaf, ibuk,Arin gak tau." sesal nya.
Walaupun Marni tau ,tak kan semudah itu untuk memecat nya karena memang ketulusan dan kebaikan majikan nya, namun tetap saja ia merasa tak enak hati dengan Bagas.
"Anak kamu sudah datang, bik Mar?" Tanya sesosok wanita yang berdiri di tengah pintu dengan penampilan mewah dan terlihat anggun di usia nya yang sudah matang.
"Nggeh, bu...ini anak saya ,Arin baru saja datang."
Tanpa di perintah lantas Arin mendekat kepada wanita tersebut lalu meraih tangan nya untuk ia cium punggung nya.
"Saya Arin, bu."
"Wah, cantik juga anak kamu, bik...?"
"Ibu Vina ada-ada aja."
"Ya sudah bawa masuk ,suruh istirahat di kamar mu, Mar. Seperti nya dia kelelahan."
Selain cantik, ibu ini juga baik hati banget , walaupun cuma sama pembantu tapi kok bisa punya anak kayak bapak tadi ya. batin Vhanya kagum pada sosok sang majikan perempuan
"Nggeh, bu..."
Lantas Marni menarik tangan Vhanya untuk memasuki rumah tersebut melalui pintu belakang.
"Kamu, sebelum dapat kerja, bantu-bantu ibuk dulu di sini. Ibuk udah minta izin sama pak Danu dan bu Vina. Lain kali jangan sembarangan nyeplos, kalau sampai ibuk di pecat gara-gara ucapan kamu tadi, bagaimana?"
"Maafin Arin, buk..." ucap nya penuh sesal. "Habisnya bapak-bapak tadi ngawur banget bawa mobil nya."
"Ck...sudah lah, gak usah di bahas lagi,yang penting hati-hati. Jangan asal nyeplos!"
Rin, ini kenalin bik Inah yang juga bekerja disini, tapi tugas bik Inah bagian loundry dan juga bersih-bersih lantai bawah.
Kalau ibuk bagian masak, dan bersih-bersih lantai atas.
Kemudian Arin mencium punggung tangan wanita tersebut yang usianya lebih tua dari ibu nya.
"Saya Arin, bik."
"Anggap bibik seperti ibu kamu juga ya ,nduk! bibik gak ada anak." seru nya.
Arin mengangguk "pasti ,bik."
Setelah meletakkan tas nya, Arin tak ingin bersantai-santai, ia pun bergegas menuju dapur untuk membantu sang ibu.
"Buk...Arin harus bantu apa??"
"Oh ya kata bibik kamu, kamu jago bikin garang asam? coba bikin itu nduk mana tau bu Vina suka resep itu."
"Nggeh buk...?!"
****
Jam makan malam pun telah tiba, Arin masih setia membantu sang ibu dalam menyiapkan makanan untuk keluarga pak Danu yang hanya terdiri dari tiga orang saja.
Namun malam ini karena di bantu oleh Arin, menu makanan yang tersaji lebih banyak dari biasanya. Karena Arin sendiri juga membantu membuat kan beberapa masakan yang ia bisa.
"Wah...masakan nya banyak banget bik Mar?" seru bu Vina senang saat melihat banyak sekali menu pilihan di meja makan nya.
"Nggeh, bu...malam ini kan den Bagas pulang, makanya saya bikin lebih banyak di bantu si Arin juga, bu."
"Oh, Arin, juga pandai masak, Rin?"
"Nggeh sedikit-sedikit, bu." ucap nya tertunduk dan tangan nya masih tetap berkutat dengan kesibukan nya menyiapkan makanan.
Setelah tepat pukul tujuh malam, semua anggota keluarga tersebut sudah lengkap baru lah mereka mulai makan bersama.
Sementara Arin dan ibu nya juga bik Inah tengah duduk di halaman kamar mereka yang berada di belakang rumah tersebut sembari menunggu jam makan malam majikan nya selesai.
Lantas di ruang makan saat ini terjadi perdebatan di antara anggota keluarga tersebut.
"Wah ternyata masakan anak bik Marni enak juga ,pa... ini dia yang masak lo pa...?!" seru mama Vina ketika sedang melahap garang asam ayam buatan Arin.
"Iya, ma...gak kalah dari masakan bik Marni." seru papa Danu.
"Ma, Pa, ada yang mau Bagas omongin sama mama dan papa."
"Ngomong aja, Gas. Biasanya juga langsung ngomong aja kalau ada maksud dan tujuan tertentu." sindir mama Vina.
"Ma, pa, Bagas gak jadi nikah sama Intan."
"Loh kenapa, Gas??" papa Danu begitu terkejut mendengar penuturan anak nya, apa lagi pernikahan mereka hanya kurang dua hari saja. Bahkan semua persiapan 99 persen sudah siap.
"Intan kabur, pa."
"Cih....sudah dari lama mama bilang kalau perempuan model itu bukan perempuan baik-baik, kamu aja terus ngelawan mama!"
"Sudah, ma jangan di ungkit lagi, anak kita sedang kacau!"
"Coba anak papa itu nurut sama mama, semua ini gak bakalan terjadi!"
Sekarang gimana, semua persiapan sudah sejauh ini tapi mempelai wanita nya malah minggat.
"Ya sudah mau apa lagi, ma. Toh kita sudah bayar semua nya. tinggal gagalin aja , apa susah nya sih?" Seru Bagas dengan enteng nya.
"Enggak bisa!! gimana kalau kamu nikah nya sama Arin saja."
"Arin????"
"Iya, Arin ,anak nya bik Marni. Selain masih muda, cantik, sopan, baik. Dia juga pandai masak. Itu tadi makanan yang banyak kamu makan, itu adalah masakan dia. Mama jamin kamu pasti bahagia sama dia."
Kemudian Bagas berdiri. "Aku gak mau nikah sama anak pembantu, Ma!" tolak bagas dengan tegas. "Lagian, anak bik Marni baru satu har ini mama kenal ,kenapa mama tiba-tiba berpikir kalau dia gadis baik?"
Terserah kamu, kalau kamu mau mama papa malu, ya silahkan saja kamu menolak.
"Gimana, pa??"
"Kalau kamu menolak permintaan mama kamu, silahkan kembalikan fasilitas yang kamu miliki sekarang." ucap papa Danu santai.
Sial! gerutu Bagas.
Mama Vina dan papa Danu seolah begitu santai nya menanggapi permasalahan putra semata wayangnya tersebut.
penampakan rumah pak Danu dan bu Vina
"Rin, saya benar-benar minta tolong sama kamu , menikah lah dengan anak saya ,Bagas. Saya tau betul, tidak ada cinta di antara kalian. Lebih tepat bya belum ada. Tapi saya yakin kalian akan saling mencintai pada saat nya nanti."
Bik Marni hanya diam ,tak mampu berkomentar apapun. Ia tidak mau membuat anak nya tertekan. Jadi semua ia pasrahkan kepada Arin.
"Maaf ,bu...Arin masih ingin bekerja dan kuliah. lagi pula Arin hanya anak pembantu. Mana berani Arin menikah dengan pak Bagas." seru nya tertunduk.
"Rin, saya tidak pernah membedakan status, pembantu itu hanya sebuah profesi. Saat kita meninggal nanti gak di tanya ,kok apa profesi kamu."
Arin tetap menggelengkan kepala nya menolak. Tidak pernah terlintas di pikiran nya akan menikah secepat ini ,apa lagi dengan anak seorang majikan.
Tujuan Arin menyusul ibu nya ke ibukota adalah mencari kerja dan menabung agar bisa kuliah tahun depan.
Tidak mungkin ia merelakan cita-cita nya lenyap begitu saja.
"Arin, gak bisa ,bu...?!"
"Baik,mungkin kamu masih memikirkan tentang cita-cita kamu, bagai mana kalau kamu bisa tetap kuliah asal kamu mau menikah dengan Bagas!" Vina seolah mampu membaca pikiran Arin mengapa ia menolak permintaan nya.
"Please ,Rin...Tolong saya kali ,ini." Dan seolah hanya ada kesempatan terakhir bagi Vina, ia oun mengeluarkan jurus pamungkas nya yaitu menangis sesegikan di depan Arin dan Marni.
"Apa perlu suami saya juga yang memohon sama kamu , Rin?"
Merasa benar-benar tak enak hati atas perlakuan sang majikan lantas tanpa berpikir lagi Arin langsung menyetujui. "Bu Vina jangan menangis lagi, saya mau menikah dengan oak Bagas ,bu."
Seolah mendapat angin segar lantas menarik Arin ke dalam pelukan nya. "Terima kasih banyak, Rin, kamu sudah mau menjadi menantu saya."
Suatu kehormatan bagi saya yang hanya anak pembantu bisa menikah dengan anak bu Vina. seru nya.
Baik lah kalau begitu besok kamu ikut saya pergi ke butik untuk fitting yang akan kamu kenakan lusa.
"Hah, lusa ,bu???" lagi-lagi arin terkejut , mengapa harus secepat itu.
Ya allah ,gusti bolehkah saya mencabut kata-kata saya.
"Iya , lusa kamu menikah dengan bagas ,oke!" seringai Vina sebelum akhirnya meninggalkan ibu dan anak tersebut tanpa memberi kesempatan kepada Arin untuk memprotes.
"Buk....??" hiks...Arin menghambur ke dalam pelukan Marni.
"Ibuk gak bisa berbuat apa-apa ,nduk. Bu Vina dan pak Danu terlalu baik selama ini kepada ibu." Bahkan mereka juga yang dulu sudah membantu ibu melunasi hutang-hutang almarhum bapak mu. Padahal saat itu ibuk baru saja bekerja, tapi mereka percaya kepada ibuk.
Arin terus saja terisak dalam pelukan Marni, Ia belum mengenal Bagas, bagai mana sifat asli lelaki berwajah dingin tersebut.
"Kalau tau bakal begini jadinya , Arin gak mau datang ke sini ,bu. Lebih baik Arin kerja di kampung."
"Nak....jodoh pati itu sudah di tangan Gusti Allah. Kalau memang sudah takdir nya kamu berjodoh sama Den Bagas, mau kamu di kampung atau di ujung dunia sekali pun, kalian akan tetap bertemu."
Di ruangan yang berbeda kini Bagas bersi tegang dengan ayah nya yaitu Danu kusuma.
"Gas, mama kamu pasti tidak akan salah pilih. Percayalah kamu pasti bahagia dengan Arin."
"Cihh....!!!" Kalau pun aku gak jadi nikah sama Intan aku bisa ,kok pa bawa partner ranjang aku yang lain. Yang lebih baik dari anak bik Marni.
"Stop Bagas! ucapan kamu tidak sesuai dengan umur kamu. Kamu sudah cukup dewasa untuk hal ini ,Gas!"
"Bocah ingusan seperti anak bik Marni itu gak asyik ,pa... gak bisa di apa-apain."
Ya Tuhan....salah kasi makan apa dulu Danu dan Vina sampai-sampai anak nya seperti ini. Tanpa rasa malu sedikit pun berkata demikian di depan ayah nya sendiri.
"Sudah lah ,papa bosan berdebat sama kamu! yang jelas lusa kamu menikah. Jika kamu tidak mau menikah dengan anak bik Marni lebih baik harta papa akan papa serahkan kepada panti asuhan. Akan lebih bermanfaat dan papa dapat pahala daripada papa berikan sama kamu tapi kamu gunakan untuk bersenang-senang dengan wanita penghibur."
Ahhh sial, kenapa intan harus pergi.
Bagas memang mencintai Intan, Tapi bukan berarti ia tidak pernah tidur dengan wanita lain. Contoh nya saja saat intan sedang ke luar negri. Saat malan hari Bagas pergi ke kelab malam bersama teman-teman nya tak jarang ia juga menyewa perempuan bayaran yang bersedia melayani nya degan balasan uang yang ia berikan.
Bagas bergidik ngeri membayangkan anak kecil lah yang akan menjadi istri nya. Benar-benar tidak terlintas di otak nya sama sekali hal tersebut akan terjadi.
***
Keesokan hari nya Vina menganak calon menantu nya yaitu Arin menuju butik langganan para artis untuk membeli gaun untuk ia kenakan esok.
"Mar, anak kamu saya bawa dulu ,ya!" seru mama Vina kepada Marni.
"Enggeh bu, silahkan."
Lantas dengan di antar oleh sopir pribadi mama Vina , mereka berdua kini sampai lah di butik mewah tersebut.
Nama Vina tidak lah asing bagi pemilik butik tersebut maupun karyawan nya karena saking seringnya ia memesan gaun di sana jika akan di adakan acara-acara tertentu. Bahkan mama Vina adalah pelanggan tetap di sana.
Saat memasuki butik tersebut Arin terpelongo melohat secara nyata artis cantik yang biasanya ia lihat di layar tv kini benar-benar nyata ada di hadapan nya.
Wah ini kan mbak artis yang katanya panggilan nya inces itu. ya ampun bening banget. kira-kira bening nya asli dari gusti allah apa rombakan ya? gumam nya terkagum-kagum.
Sayang nya ia tak memiliki ponsel. Jika saja punya ponsel yang berisikan kamera mungkin ia akan meminta foto bersama dengan artis tersebut.
"Rin... Arin...!!" Vina melambai-lambai kan tangan nya tepat di depan wajah Arin yang tengah tercengang.
"Aduh ,nggeh ,bu ,maaf."
Vina melihat ke arah di mana calon menantu nya tersebut kehilangan fokus nya. Ternyata benar Arin tengah mengagumi sosok artis tersebut.
"Udah jangan banyak ngelamun! kalau kamu mau besok saya bisa datangkan dia di acara pernikahan kamu dan Bagas."
"Beneran ,bu...?"
"Iya, kamu mau dia nyanyi di pesta pernikahan kamu?"
Seketika kesadaran Arin kembali. Tubuh nya melemas. Ia kesal jika di ingatkan besok adalah hari pernikahan nya dengan putra bu Vina.
"Enggak ,bu, tadi Arin cuma kagum. Arin juga gak mau ngundang artis tersebut. Pasti bayaran nya mahal." Lagi pula besok bukan hari bahagiaku. batin nya.
"Ya sudah ,Ayok jangan bengong terus."
Mama Vina memilihkan gaun yang tidak terlalu terbuka namun tetap cantik dan elegan untuk Arin kenakan.
Setah melakukan fitting tak lupa mama Vina menyempatkan diri untuk diam-diam mengambil foto Arin untuk ia kirimkan kepada sang putra.
Nih, cantik bening masih muda begini masih kamu tolak? masak masih muda udan katarak ,sih. Eh iya mama lupa anak mama kan gak muda lagi. Begitu lah kira-kira pesan yang mama Vina kirimkan kepada bagas setelah melampirkan foto Arin. Tak lupa juga ia membubuhkan emoticon lidah menjulur sebagai pertanda meledek sang putra.
Gaun pilihan mama Vina untuk Arin.
mas Bagas ,masa yang beginian di tolak.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!