Arsyad Abyasa Dharma adalah putra pertama keluarga Dharma, dia memiliki adik kembar yaitu Raihan Rahardian Dharma yang hanya terpaut lima belas menit dari kelahirannya. Bukan hanya memiliki umur dan wajah yang sama persis, mereka sudah seperti dua giok yang tercetak, tanpa cacat dan nyaris sempurna.
Dan hanya sedikit perbedaan dari mereka.. hanya sedikit. Jika orang lain melihat mereka, mereka tidak bisa membedakan mana yang Arsyad dan mana yang Raihan. Arsyad dengan sifat lembutnya mudah memaafkan, tapi Raihan dia adalah seorang hiperaktif sulit sekali untuk memaafkan.
Saat kecil, mereka berteman baik dengan Mayasari Pritiwi. Seorang perempuan hebat, berpikiran dewasa dan satu-satunya sosok perempuan paling dekat dengan mereka. Arsyad bisa mengenal cinta pertama dari kekagumannya pada Mayasari, dan kedekatan Mayasari dengan Raihan membuat jarak antara Arsyad semakin tinggi.
Karena Arsyad sadar, Mayasari hanya mencintai Raihan.. dan bukan dirinya.
Arsyad mulai menjauhi mereka berdua, mengambil keputusan untuk resign sebagai pemilik jabatan tertinggi di PT. Astra Pasero dan memulai hidup sederhana dengan mendirikan restoran kecil bernama Dharma's Restaourant.
Semua itu dia lakukan untuk melupakan Mayasari.. hanya untuk melupakan perempuan itu, dia tidak melirik saham senilai sembilan belas miliar di PT. Astra Pasero.
Arsyad Abyasa Dharma mencoba melupakan satu-satunya wanita yang pernah membuka hatinya dengan menyibukkan diri mencurahkan isi kepala dan tenaganya untuk Dharma's Restaourant. Sampai kehadiran pelanggan misterius mencuri perhatiannya, seorang perempuan pendek bernada jenaka Anita Asmaralaya.
Anita Asmaralaya selalu mengenakan tudung hitam di kepalanya yang membungkusnya seperti kepompong hitam, Anita hanya datang ke Dharma's Restaourant setiap akhir pekan dan hanya memesan satu cangkir coffe putih.
"Saya.. tidak tahu cinta itu apa. Jika benar-benar itu perasaan tulus, Mas Arsyad harusnya melindungi hati wanita yang Mas cintai."
Perkataan itu membuat Arsyad terpaku sesak, dia memang mengikhlaskan Mayasari dengan Raihan, dan mencoba melupakan perempuan hebat itu. Tapi apakah Arsyad benar-benar telah melindungi hati Mayasari? Menimang kebahagiaan Mayasari? Bukan berarti perempuan itu tidak pernah terluka untuk setiap keputusan antara Arsyad dengan Raihan.
"Mbak Anita, saya.. masih mencintainya, tapi.."
Anita masih tersenyum dengan simpul tipis. "Mas Arsyad, kamu harus mencari perempuan lain untuk melupakan Mbak Maya.."
Itu.. sangat sulit untuk di lakukan.. dan sedemikian besarnya cinta Arsyad untuk Mayasari.
"Saya tidak bisa, Mbak Anita.. itu hal yang mustahil."
Di antara mereka bertiga.. Arsyad lah yang paling hancur, atau orang lain yang perlahan terkikis hancur? Ataupun perasaan mereka sama-sama remuk di waktu yang sama, seolah kata mengagumi dan cinta adalah hal yang haram untuk mereka.
Arsyad mulai tertegun sejenak ketika dia memberi hadiah di usia ulang tahun Mayasari, dia melihat getah bening merambat dari ekor mata Mayasari karena mengharapkan hadiah Raihan.. bukan darinya.
Arsyad Abyasa Dharma lagi-lagi tertawa tipis, hal apapun yang coba Arsyad sampaikan atau lakukan, dia tidak lebih dari bayangan Raihan Rahardian Dharma di mata Mayasari.. bahkan wajah mereka yang terlihat mirip itu adalah siksaan untuk Mayasari.
__
Tokoh utamanya siapa saja sih, ada empat nih aku tulis.
Mayasari Pritiwi
Anita Asmaralaya
Arsyad Abyasa Dharma
Raihan Rahardian Dharma
Dan btw, sebelumnya saya sudah buat "JANGAN CERAIKAN AKU, SUAMIKU" sampai 9 chapter dan hiatus lama atau hampir tidak ingin di terusin. Tapi karena saya agak iseng suka kopek-kopek dan lihat-lihat, agak sayang juga kalau berhenti di jalan..
Jadi dengan bismilah, saya mau lanjutin novel ini sampai tamat, amin mudah-mudahan bisa bermanfaat dan laris manis hehe (ᗒᗩᗕ)
Bocil minggir, area 21+
(btw ada asupan novel fantasi cek provil~)
Terimakasih~
Arsyad memijit tulang pelipisnya saat mengetahui situasi yang rumit, otaknya ingin meledak menjadi ceceran problem yang sulit untuk dia atasi dan kepalanya semakin berdenyut ingin meledak.
Dia membanting catatan akuntansi di meja kaca hitamnya yang tertulis nominal akutansi yang sudah di palsukan oleh seseorang, seseorang yang telah korupsi di saham PT. Astra Pasero setinggi lima belas persen pendapatan pertahun perusahaan.
Lima belas persen dari sembilan belas miliar, adalah harga yang sangat tinggi. Tidak mungkin karyawan kacang yang melakukannya, pasti salah satu karyawan yang paling dekat dengan sang CEO PT. Astra Pasero sendiri.
Tapi siapa orang terdekat yang korup di dekatnya?
Pintu kaca sedikit buram di sisi depan itu perlahan terbuka dan mulai menampilkan seorang perempuan yang cantik, mengenakan seragam rapi khas berwarna hitam untuk rok di atas lutut dan sepatu hak tinggi warna maron, dia adalah perempuan yang cerdas dan yang paling mampu menyandang posisi sekretaris di sebelah Arsyad Abyasa Dharma dalam mengemban pekerjaan CEO-nya.
"Pak Arsyad, jangan berpikir untuk permasalahan ini sulit untuk di selesaikan. Saya akan berusaha menemukan siapa koruptor di perusahaan ini. Bapak, harus mendinginkan kepala dulu." Kata perempuan itu yang terdengar lembut.
Sambil menaruh coffe dingin, perempuan itu mengambil catatan akuntansi di meja dan mulai membacanya dengan serius. Bulu matanya yang fokus itu beberapa kali menahan untuk tidak berkedip, sampai menimbulkan getaran yang menggelitik di mata Arsyad.
"Mayasari Pritiwi..." Panggilnya.
"Hm?" Mayasari berdehem ringan, dia juga tersenyum lembut dan bibir bawahnya melengkung tipis.
Mayasari langsung melebarkan mata, begitu menatap mata lelah Arsyad. "Bapak istirahat dulu, biar saya yang menyelidiki catatan akuntansi ini. Saya tidak ingin melihat Pak Arsyad yang kelelahan."
Arsyad menyahuti permintaan Mayasari, dia mulai menyandarkan kepalanya ke sofa yang empuk. Selama Mayasari di sisinya, selama Mayasari turun tangan, Arsyad selalu merasa semua problem dalam hidupnya satu persatu akan terselesaikan.
"Mayasari, kamu bisa memanggil saya Arsyad saja saat hanya berdua atau di luar kantor dan luar jam kerja."
Arsyad berharap, Mayasari bisa memanggilnya seperti dulu. Arsyad atau Mas Arsyad.. semenjak mereka ada hubungan kerja, Mayasari tidak pernah memanggilnya selain kata Bapak, tidak lebih dari seorang karyawati yang memanggil pada bos mereka.
"Saya sangat menjaga tinggi hubungan profesionalitas untuk pekerjaan, dan.. membedakannya dengan urusan pribadi saya, seharusnya pak Arsyad berkomitmen lebih dari pada saya."
Arsyad tertawa miris, alisnya masih terlihat merajut lembut, dan menahan tawa miris mengubahnya menjadi tawa yang renyah. "Setidaknya pandang saya sebagai.. teman, jangan atasan kerja."
Mayasari hanya memasang simpul yang rumit di mengerti, dia meletakkan kotak makanan di atas meja bening dan membukanya. "Tadi saya keluar kantor di luar jam kerja, dan kebetulan melihat warung bang Maman sepi, jadi saya mampir untuk membeli bubur ayam."
Mayasari mengambil sendok plastik, mengusapnya menggunakan tissue dan meletakkan di samping bubur ayam. "Di makan lho pak Arsyad, mumpung bubur ayamnya bang Maman masih hangat, baru mengepul." Arsyad mengkerutkan keningnya, Mayasari langsung mengeluarkan bungkusan kerupuk udang. "Oh? Pak Arsyad mau toping kerupuk juga?"
Arsyad menatap kerupuk di depannya, sedikit menyayat, Mayasari tidak pernah ingat apapun tentang Arsyad. Tapi hal kecil tentang Raihan, Mayasari tidak pernah lupa. Seperti Raihan tidak kuat dengan makanan yang terlalu panas, Raihan tidak suka sepak bola dan Raihan yang tidak suka dengan berbagai hal lainnya..
"Saya alergi udang."
Mayasari menutup mulutnya yang terbuka lebar, dia merasa tidak profesional karena melupakan hal kecil tentang bos kerjanya.
"Pak Arsyad.. Maafkan saya."
Hening sesaat, Arsyad menunjukkan perasaannya dengan terlalu jelas. Dan Mayasari menolaknya dengan samar, jangankan berkata 'iya' atau 'tidak' bahkan Mayasari menjaga jarak dengannya begitu tipis. Ini membuat Arsyad berpikir jika Raihan menolak Mayasari, Mayasari akan menjadikannya sebagai pangkuan terakhir atau stasiun terakhir dari perjalanan hidup Mayasari. Sedikit miris! Tapi itulah kenyataannya.
Arsyad mengambil sendok yang sudah di poles bersih, membuka wadah kotak putih bubur ayam bang Maman dan mulai memakannya, menghabiskannya dengan cepat.
"Apakah ini bentuk pertemanan? Membawakan saya makanan di jam kerja, atau tahu saya belum sarapan dari pagi?" Arsyad merapikan dasinya yang sedikit longgar.
Arsyad berkata seperti itu hanya memastikan apakah Mayasari peduli jika dia sakit? Dan untuk memastikan di mana batas pertemanan yang di buat Mayasari agar tidak di lewati oleh kebodohan Arsyad.
"Jika Bapak sakit karena belum sarapan, nanti saya yang repot." Melihat bubur yang sudah bersih, Mayasari mengambilnya untuk sekalian akan dia buang begitu dia keluar.
"Maya.."
Arsyad merapalkan namanya, begitu melihat punggung Mayasari yang hendak keluar dari ruangannya dengan berkas kertas rumit di pangkuan tangan depan dada, Mayasari berbalik.
"Apa saya meninggalkan sesuatu?" Tanya Mayasari, dia sudah memasukkan semua barang-barang yang dia bawa ke dalam tas, bahkan sampah bekas bubur bang Maman juga dia bawa.
Arsyad tidak mengatakan apapun, tangannya menunjuk kertas dia antara pangkuan tangan depan dada Mayasari yang hendak membawa pergi catatan akuntansi.
"Pak Arsyad, saya adalah sekretaris untuk PT. Astra Pasero, sudah kewajiban saya menyelesaikan permasalah di perusahaan ini, dan.. orang yang melakukan kurupsi di bagian akutansi, saya akan bertanggung jawab.. Saya rasa ini di karenakan kelalaian saya yang kurang pecus sebagai sekretaris Bapak."
Mayasari tersenyum tipis, jika Arsyad di berhentikan dari jabatan CEO PT. Astra Pasero dia tidak akan punya muka untuk menatap Arsyad lagi karena ini kesalahannya sebagai seorang sekretaris yang kurang pecus.
Mayasari tersenyum kecil.
Arsyad mengulurkan tangannya dengan ekspresi wajah yang luar biasa tentang kelembutan dan sifat ramah, dia hendak mengambil catatan akuntansi dari tangan Mayasari, tapi wanita itu buru-buru mendekapnya seolah itu adalah barang berharga yang tidak boleh di copet, sekalipun itu seorang Arsyad Abyasa Dharma.
"Mayasari Pritiwi, jika kamu berbicara tentang tanggung jawab, seharusnya saya sebagai pemimpin perusahaan yang melakukannya. Saya siap resign dari perusahaan ini.. Tapi jika itu kamu.. Saya tidak bisa membiarkannya."
Mayasari dari kecil di didik keras dengan perkalian dan angka, sampai dia sepintar kalkulator. Dia mencapai puncak sebagai sekretaris melalui perasan keringat dan tenaga secara mandiri, Arsyad tidak bisa mengambil resiko kemungkinan yang bisa membahayakan posisi Mayasari di PT. Astra Pasero, dia tidak sampai hati melakukannya.
"Tapi pak Arsyad, ini juga kelalaian saya."
"Saya lebih malu jika kelalaian saya sebagai pemimpin perusahaan harus di tanggung oleh sekretarisnya." Tanggas Arsyad.
Arsyad berniat mengambilnya, dan Mayasari semakin bersikukuh mempertahankannya. "Pak Arsyad, saya hanya ingin meringankan sedikit tugas Bapak. Saya cuma mentelaah kesalahan jumlah akutansi saja, saya masih menyerahkan sisanya pada Bapak."
Arsyad melepaskan tangannya dari tumpukan kertas rumit yang di perjuangkan Mayasari, dia hanya diam menatap punggung wanita itu pergi dari ruangannya.
Perempuan sehebat ini, bagaimana bisa Arsyad untuk tidak jatuh hati?
Mayasari adalah wanita yang pantas mendapatkan cinta Arsyad, tapi cinta wanita itu hanya di miliki oleh Raihan, dan tidak akan pernah terbagi.. ataupun berubah haluan.
Di Club Billiard Company setinggi tiga lantai, seorang pria berperawakan sempurna itu sedang melakukan pukulan bank shot-
Tak! Beberapa bola langsung menggelinding dan masuk ke dalam lubang hanya dengan satu sodokan.
"300 poin! Benar-benar jago!"
Raihan tidak terlalu mengambil pusing, dia berniat bermain lagi, tapi getaran di saku jaketnya memaksa mengangkat panggilan. Raihan mengkerutkan kening, mengambil ruangan kosong saat tertera nama 'Eyang Putri' di layar ponsel.
"Raihan, apa kamu sudah tahu di perusahaan ada orang yang korupsi senilai lima belas persen? Ini karena Arsyad yang mengemban CEO, Eyang ingin kamu yang melakukannya. Pasti perusahaan milik Eyang tidak akan kecolongan seperti ini!"
Raihan menghimpit ponselnya di antara telinga dan pundak, dia lalu merogoh saku celana, mengeluarkan batang rokok dan mengepulnya. "Eyang, saya baru tahu."
Raihan semakin mengepulkan asap rokok untuk mendapatkan ketenangan, jika Eyang Putri sudah meneleponnya, pasti ujung-ujungnya tidak jauh dari permasalahan PT. Astra Pasero karena itu Raihan tidak terlalu suka dengan urusan perusahaan. Raihan adalah pemuja kebebasan, dia tidak bisa di ikat dengan aturan perusahaan!
Selagi dia bisa makan dan hidup, dia tidak ingin mengambil jabatan apapun di PT. Astra Pasero. Peduli setan!
Eyang semakin mengeluh di sebrang telepon. "Kepala Eyang pusing! Eyang rugi berapa miliar-
Raihan memutuskan panggilan sepihak, dia lalu menelepon paman Wisnu untuk memastikan, dan Wisnu segera menjelaskan semuanya seperti yang di katakan Eyang Putri di telepon.
Dia menutup teleponnya dan langsung turun dari gedung tiga lantai, menstater motor hitam mengkilap untuk segera menuju perusahaan.
Setelah sampai di perusahaan besar itu dan dia masuk ke dalam, kepala di dalam kubikel berbalik dan melihatnya, mereka tertohok terkejut seolah tidak percaya fenomena yang lewat di depan mata mereka dengan bentuk malaikat setengah berandalan?
"Pak Arsyad...?" tanya salah satu karyawan.
Semua panggilan itu seperti pesan berantai, menanyakan siapa yang lewat dengan baju sobek-sobek, apakah Arsyad Abyasa Dharma yang selalu berpakaian sempurna dan rapi, yang senantiasa memiliki wajah lembut dan sopan, kini berganti wajah yang tegas dan kuat.
Wisnu dari tadi menunggu kedatangan Raihan, dia lalu membukakan pintu ruang tunggu.
Wisnu adalah laki-laki berumur empat puluh tahunan yang sudah menikah, istrinya berasal dari salah satu keluarga besar Dharma. Wisnu juga bisa meraih posisi tinggi di PT. Astra Pasero melalui jerih payahnya, bisa di katakan Wisnu adalah laki-laki bijak yang memiliki potensi telah melambungkan nama perusahaan.
Dengan bimbingan jalan dari Wisnu, Raihan langsung duduk di sofa empuk dan menyenderkan punggungnya, dia sedikit melonggarkan kerah pakaiannya begitu memasuki ke dalam sebuah ruangan.
Wisnu duduk di seberangnya. "Tidak ada seseorang karyawan yang bebas bergerak di perusahaan selain sekretaris Maya, saya tidak berani menuduh. Mungkin saja Mbak Maya yang melakukan korupsi."
Pernyataan itu seperti petir, Raihan memajukan kepalanya memasang telinganya dengan baik-baik, mungkin saja dia baru saja salah dengar. "Apa yang tadi paman katakan?"
"Mbak Mayasari kan orang yang paling dekat dengan pak Arsyad, mereka juga selalu bekerja di dalam ruangan yang sama setiap hari, siapa lagi yang bisa menyentuh akutansi sebebas Mbak Maya?"
Wisnu melanjutkan perkataanya. "Karyawati yang mengurus bagian akutansi Mbak Stella juga bersih, dia tidak bisa di tuduh sembarangan. Saya pribadi yang telah mengawasinya."
Raihan memijit tulang hidungnya, rumit? Itulah yang sekarang Raihan rasakan. Apa benar Mayasari yang telah korupsi? Mereka telah lama berteman, lebih daripada saudara.. tidak di sangka hati wanita itu licik di dalam, seperti seekor rubah yang mengibaskan ekornya di belakangnya dan di depan Arsyad.
Raihan meremas rambutnya, membiarkan siku tangannya bertopang di lutut. Harusnya dia tidak membiarkan Arsyad jatuh cinta dengan Maya dan harusnya dia juga tidak.
Raihan dulu memandang Mayasari seperti Arsyad, penuh kekaguman karena Mayasari sosok perempuan hebat, pintar, cantik dan nyaris tanpa celah. Tidak di pungkiri.. Mayasari juga cinta pertama bagi Raihan.
Tapi semenjak Mayasari berumur sembilan belas tahun, dia selalu bercerita akan menikahi orang paling kaya di Indonesia. Raihan mengubah pandangan pada Mayasari, dia adalah perempuan yang mengukur ketebalan isi dompetnya dan juga Arsyad.
Mulai dari itu hatinya seakan hancur, jika wanita yang Raihan cintai.. mendekatinya hanya untuk uang.
Raihan membuka album foto lama di ponselnya, memperlihatkan satu perempuan cantik yang memakai seragam putih abu-abu, dan disebelahnya adalah dua laki-laki yang mirip, seperti dua cermin. Foto itu di ambil ketika Raihan, Mayasari dan Arsyad lulus sekolah dan ingin melanjutkan pendidikan mereka lebih tinggi.
Raihan membawa satu buket putih bunga mawar, dia memakai jaket kulit, dan celana jeans, kehadirannya ke sekolah membuat para siswa wanita memandangnya dan memandang jauh ke tempat berdiri Arsyad.
Raihan bukan siswa sekolah, Raihan datang untuk mengucapkan selamat kelulusan untuk Arsyad dan Mayasari.
Dia melihat Mayasari sedang berbicara dengan teman perempuannya, dan dia bersembunyi di balik pohon untuk menguping pembicaraan mereka.
"Saya iri loh dengan Mbak Maya, sudah cantik, pintar dan bisa deket sama wajah sempurna seperti Arsyad. Wajahnya yang tampan sudah kayak pria modelling kan Mbak Maya? Yakin, tidak bisa jatuh hati atau ingin menikah dengan wajah seperti Mas Arsyad?"
Mayasari langsung tertawa. "Mbak, untuk apa tampan kalau tidak kaya? Istri tidak bisa makan batu kalau suaminya miskin, saya tidak mencintai orang seperti Mas Arsyad. Saya kelak akan memilih CEO terkaya di Indonesia untuk menikah, orang seperti itu yang bisa di akui oleh keluarga saya."
Tidak bisa mencintai orang seperti Arsyad, tapi Raihan orang seperti Arsyad.. mereka terlampau mirip, sampai dua wajah mereka tidak bisa di bedakan.
Raihan meremas kepalan tangannya sendiri sampai kuku-kukunya memucat.
*
Masih di sofa yang empuk, dia terkekeh geli. Jadi sekarang setelah Arsyad menjabat sebagai CEO di PT. Astra Pasero dan telah menjadi orang terkaya di Indonesia, Mayasari mendekatinya? Tapi ketika itu beberapa kali Mayasari pernah menyatakan perasaan pada Raihan. Seolah tidak cukup dengan Arsyad, Mayasari juga merayu Raihan.. Tapi sekarang Raihan tidak memiliki hati selugu Arsyad.
Raihan tidak akan peduli jika melihat Mayasari di balik jeruji penjara.. berkebalikan dengan Arsyad yang tidak akan pernah tega.
"Paman Wisnu, sepertinya memang Maya yang korupsi di perusahaan. Dia adalah wanita penggila jabatan dan uang."
Wisnu langsung setuju dengan yang di katakan Raihan, Mayasari harus di keluarkan dari perusahaan. "Biar hukum yang mengurus Mbak Maya."
Wisnu mengeluarkan bukti, berupa foto, video dan catatan akuntansi yang di ubah. Dan yang paling penting ada seorang saksi dia Stella, seorang karyawati akutansi.
Wisnu memperlihatkan rekaman bukti pada Raihan, bagaimana Mayasari menyuruh Stella memalsukan angka akutansi, di sana.. terlihat jelas.
Raihan menggertakkan gerahamnya, menahan kemarahan besar pada Mayasari.. Tidak menyangka, wanita yang pernah Raihan kagumi sekarang seorang koruptor. Semua bukti ini sudah jelas!
Raihan mengambil vas kaca, membantingnya keras. Seakan kemarahannya bisa ikut hilang melihat bagaimana kaca itu jatuh berkeping-keping!
Pecah seperti Mayasari yang menghancurkan perasaan.. Raihan dan Arsyad.
Wanita p*lacur!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!