Rintik hujan turun dengan anggun dan terdengar merdu, membasahi segala sesuatu yang dilewatinya dengan sengaja maupun tidak disengaja.
Di atas kasur, terbaringlah seorang siswi yang barusaja mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya. Hasper Lauren namanya. Gadis itu menatap keluar jendela dengan mata sayunya dan sesaat menguap beberapa kali.
Aku malas kemana-mana hari ini, lagian kuliah juga akan dimulai dua minggu lagi, batin Hasper.
Beranjak dari tempat tidur, Hasper menyeret tubuhnya masuk ke dalam kamar mandi-membasuh wajah dan menggosok gigi.
...
Hasper melihat-lihat buku apa saja yang belum pernah dipegangnya. Ada satu buku yang belum pernah dibuka olehnya sama sekali. Buku tersebut masih tersampul plastik. Buku apa ini? Apakah ini milikku? Hasper bertanya-tanya. Melihat judul buku dan nama pengarangnya, Hasper baru ingat bahwa ini buku yang diberikan oleh alm. Abang-nya karena tahu bahwa gadis itu sangat menyukai novel. Novel itu adalah novel yang ditulis alm. Abang-nya sendiri-katanya dia terinspirasi dari mimpinya yang aneh.
Hasper menrobek sampul yang membungkus bukunya lalu mulai dengan membaca daftar isi, kata pengantar. Saat dia membaca halaman pertama, ada yang membuatnya sedikit kaget. Nama pemeran yang ditulis juga Hasper, namun Hasper Cryztelly Zenya bukan Hasper Lauren.
Ini sedikit konyol, pikirnya.
Hasper hanya memerlukan waktu beberapa saat untuk memahami cerita yang dibuat oleh abangnya. Suara rintik hujan membuat Hasper menguap beberapa kali sampai akhirnya dia memutuskan untuk menyerah lalu tertidur beberapa saat kemudian.
...
Lelaki itu, dari balik jendela kerajaan melihat suatu cahaya yang jatuh menimpa rerimbunan pohon rimba. Ekspresinya yang tak terbaca mulai berganti timbul rasa penasaran yang sangat besar.
Berbekal sebuah pedang kristal yang terikat di pinggangnya, lelaki itu berjalan santai menuju arah cahaya yang jatuh.
Hutan yang merupakan perbatasan Kerajaan Fletz dengan Kekaisaran Schweii tidak boleh dimasuki sembarangan orang karena ada penjagaan ketat di sekeliling hutan yang melibatkan ratusan prajurit berjaga. Demi keamanan dan kerjasama kedua negeri. Terkecuali pemilik manik amethyst yang satu ini. Dia bebas pergi dan berpijak di negeri manapun yang dia ingin. Semua orang, tidak semua makhluk tahu apa yang akan terjadi pada mereka jika mereka menghalanginya.
"Semua berkat menghormati dan melindungi Yang Agung Neftaza." Para prajurit langsung memberi jalan kepadanya.
Menyebalkan, pikirnya.
Lelaki itu tidak suka menyemak-nyemak kerajaannya dengan orang-orang tak berguna. Dia telah memiliki segalanya-kekuasaan, kekuatan, ketampanan, kepandaian-dalam dirinya, untuk apa dia masih memerlukan orang lain di kerajaannya yang kecil itu?
"Enyah!"
Semua prajurit langsung berbalik badan tanpa melihat kepergiannya ke dalam rimba yang luas itu. Itulah dia, Raja yang menaklukan seluruh daratan Negeri Rovsellte bahkan sampai ke negeri tetangga, Negeri Jepalamus. Xel Neftaza. Pemilik mata amethyst yang terkesan sempurna di mata para fana, dan kutukan di mata para dewa, serta tragedi di mata para iblis. Tapi, dia tidak peduli. Dia tidak peduli tentang bagaimana semua menganggapnya.
Xel berhenti, menatap takjub pada sesuatu di hadapannya. Seakan tidak percaya apa yang dilihatnya. Oh astaga! Apakah dia Hasper Cryztelly Zenya? batin Xel. Tidak mungkin kan? Zenya sudah pergi lebih dari 2 tahun! Ini bukan ilusi kan?
"Zenya," bisik Xel, "apakah ini kamu? Apakah ini benar-benar dirimu?"
Hasper Lauren mungkin merupakan kembaran Hasper Cryztelly Zenya. Bedanya hanya di warna rambut mereka saja. Lauren memiliki rambut berwarna fade choco cerah lurus, sedangkan Zenya memiliki rambut berwarna gold siren bergelombang. Xel menyadarinya namun dia tidak peduli. Siapapun Lauren, dia terlalu mirip dengan Zenya.
...
Hasper membuka matanya perlahan. Menggeleng kepalanya mengumpulkan sisa jiwanya yang masih melayang. Dia menatap sekeliling. Asing sekali rasanya. Mata rubynya (Hasper setengah albino) terpaku melihat pemilik manik amethyst yang tengah menatapnya.
Hasper berdiam sebentar, memutar otaknya yang masih macet karena barusaja bangun tidur. Bukankah itu Raja Negeri Rovseltte? Kenapa aku bisa di sini? Apa ini mimpi? Kenapa aku bisa berada dalam cerita yang dibuat oleh abang? Sebenarnya apa ini? Hasper cepat menyadari situasi yang menimpanya. Dan lebih buruknya lagi di depannya ada malaikat maut yang siap menerkamnya jika dia berani macam-macam.
"Yang Mulia Neftaza." Entah mengapa, Hasper mengerti dan memahami bahasa aneh dan kuno itu.
Seumur hidupnya, Xel benar-benar paham bahwa Zenya tidak akan memanggilnya nama. Melainkan Yang Mulia Neftaza. Dan pemilik manik amethyst itu benar-benar yakin bahwa yang ada di hadapannya adalah Zenya, bukan orang lain.
Xel benar-benar tidak percaya bahwa dia akan melihat Zenya lagi setelah apa yang membawa perempuan itu pergi dari semesta, dari hidupnya.
"Saya bukan Hasper Cryztelly Zenya," ungkap Hasper.
Xel diam saja. Apa yang dilihat dan didengarnya terasa sangat nyata. Bahkan suara Hasper mirip sekali dengan Zenya.
"Maafkan aku." Hanya itu yang keluar dari mulut Xel.
"Harusnya, Anda meminta maaf pada Hasper Cryztelly Zenya, bukan Hasper Lauren, Yang Mulia," sanggah Hasper.
Bahkan Hasper memiliki sifat Zenya yang berani menjawabnya tanpa ragu-ragu.
"Jika dirimu bukan Zenya, siapa dirimu? Aku yakin kamu adalah Zenya, dilihat dari segi manapun, kamu adalah Zenya," kata Xel.
Pemilik manik amethyst itu berdiri, mendekati Hasper. Dia duduk di tepi ranjang menatap perempuan itu sayu. Perasaan yang tak bisa dijelaskan, seolah dirinya ingin memperbaiki kesalahannya.
Sudah 2 tahun berlalu, Xel tetap saja tidak bisa melupakan Zenya dan tragedi yang membuatnya pergi. Selama 2 tahun ini, pemilik manik amethyst itu hanya bisa melampiaskan semua kesedihannya terhadap perang dan pembunuhan massal prajurit kerajaan lain.
"Dahulu kala," Hasper mulai bercerita, "ada seorang Pangeran yang tidak diinginkan karena kata peramal dia adalah pembawa kesialan bagi negaranya. Ibunya dicap pengkhianat dan dihukum gantung. Dia dibuang, dihanyutkan ke aliran air sungai yang sangat deras. Beruntungnya, dia ditemukan oleh seorang nenek tua. Dia dirawat dan dibesarkan dalam kesederhanaan dan diajarkan untuk memiliki jiwa yang besar. Saat umurnya 18 tahun, dia pergi menaklukan kerajaan yang membuangnya, seorang diri. Bertahan melawan seribu pasukan berkuda dan ratusan pemanah terlatih tanpa terluka sedikitpun. Dia membunuh semua penghuni kerajaan lalu menduduki tahktah kosong. 3 tahun dia menyendiri sampai dia bertemu gadis itu di teras kerajaannya..."
"Cukup!" ujar Xel. "Itu cukup membuktikan bahwa kamu adalah Zenya."
"Saya bukan Nona Zenya, saya adalah Hasper Lauren, saya tahu apa yang menjadi duka bagi Anda. Dan saya tahu apa yang menjadi kesalahan terbesar Anda, tapi maaf, saya bukan orang yang seharusnya membuat Anda meminta maaf. Karena saya bukan Hasper Cryztelly Zenya. Saya adalah Hasper Lauren," jelas Hasper.
Xel menatap ke dalam mata Hasper. Perempuan setengah albino itu menatap balik ke arah pemilik manik amethyst. Mereka menatap satu sama lain tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Mereka bertatapan cukup lama. Sampai akhirnya Xel mengalihkan pandangannya ke luar jendela kerajaan.
"Sebenarnya, aku ingin Zenya memanggil nama depanku, sekali saja," ungkap Xel, "tapi, sampai akhir hidupnya pun, Zenya tak pernah memanggil nama depanku."
Hasper menatap Xel. "Anda tahu kenapa?" tanya perempuan itu.
"Nona Zenya suka nama belakangmu. Karena dia merupakan salah satu orang yang mendukung dan menyukai Yang Mulia Neftari, Ibundamu. Kamu mengadopsi nama belakangmu dari nama Ibundamu benar?"
Xel hanya diam saja.
"Yang Mulia Neftari menjunjung tinggi derajat rakyat, mendukung setiap hal yang adil. Raja mencintainya sangat..." jeda Hasper. "Apakah Anda ingin mendengar sebuah kisah? Dibalik kasus Yang Mulia Neftari dicap pengkhianat dan dihukum gantung?"
"Apakah kamu mengetahuinya?" tanya Xel.
"Akan kuceritakan bagaimana Ayahanda dan Ibundamu bertemu, Neftaza," ucap Hasper.
Wajah Xel merona, matanya membulat, dan bibirnya terkatup rapat. Selama hidupnya, Zenya tidak pernah ingin memanggil namanya. Tapi perempuan di hadapannya, yang mirip sekali dengan Zenya, memanggilnya nama tanpa embel-embel di sana.
Hanya beberapa detik Hasper melihat wajah yang terkesan lucu itu. Seandainya Zenya yang di sini, mungkin dia akan tertawa melihat wajah Neftaza yang merona, pikir Hasper.
Flashback...
Tahun 277 Zenquille...
"Lihat penari itu! Anggun sekali dia!"
Semua orang datang dan mengerumuni pusat kota Quillet, menatap kagum pada seorang wanita yang merupakan cenayang sekaligua penari paling anggun dan cantik pada masa Zenquille (30 tahun sebelum masa Neftaza). Namanya Neftari Wagnerwaltz. Dengan mata zamrud yang indah, bibir merah merekah, kulit emas yang menawan, tubuh ramping ideal yang menggoda, Neftari menyandang gelar "Bunga dari Surga". Perempuan itu sangat handal dalam menari. Dia bukan seorang Tuan Putri, namun anugerah yang diberikan kepadanya lebih dari anugerah yang diberikan pada seorang putri kerajaan.
Neftari adalah orang yang sangat ramah dan rendah hati. Lahir dari pasangan Ayah dan Ibu yang merupakan pemilik sebuah kuil di bagian utara dari pusat kerajaan, Kuil Utara. Dia sendiri merupakan seorang cenayang yang gemar membantu dan memecahkan masalah masyarakat.
Kecantikan dan kebaikan hati seorang Neftari meluas sampai ke telinga para bangsawan. Akhirnya, para bangsawan berbondong-bondong datang ke Kuil Utara hanya sekedar untuk melamar/meminang Neftari menjadi ratu/selir mereka.
Neftari tidak pernah tertarik dengan lelaki manapun. Mau diberikan hadiah apasaja, bahkan satu dunia pun, hatinya tidak bergeming, tidak goyah. Perempuan itu menganggap, pernikahan bukan semata-mata mencari ketenaran karena memiliki seseorang yang hebat dan ternama. Tapi pernikahan adalah suatu hal yang serius, suci, dan terjalin seumur hidup.
Neftari menunggu saat yang tepat dimana orang yang tepat akan benar-benar bisa membawanya pulang.
Suatu malam, Neftari tidak sengaja bermimpi. Mimpi yang aneh namun terasa sangat nyata...
*Neftari mendapati dirinya, kosong, berjalan tanpa arah tujuan di sebuah hutan lebat tropis di bagian barat daya pusat kerajaan Zenquille. Tidak ada penghuni, yang terdengar hanya kicauan burung gagak lapar yang membuat bulu kuduk meremang. Hutan mati itu remang-remang, hanya sedikit cahaya yang masuk di antara rimbunnya pepohonan yang menjulang tinggi. Oh astaga, Neftari merasa takut dan tidak nyaman. Semakin dia menyusuri hutan tak berujung itu, semakin bulu kuduknya meremang. Ngeri, pikirnya.
Berjalan perlahan, dalam senyap, berusaha tidak menimbulkan kebisingan yang akan mengundang makhluk-makhluk di dalamnya merasa terusik. Neftari sampai di sebuah lapangan luas nan indah, ditumbuhi rerumputan dan bunga-bunga mekar.
Duduk bersimpuh di atas bongkahan rerumputan hijau, Neftari bisa merasakan kehangatan dimana matahari telah sampai di puncaknya, angin berhembus pelan membelai wajah cantiknya, aroma rumput dan bunga-bunga yang terasa manis di inderanya. Ah... Sesuatu yang menghilangkan kelelahan dan masalah yang sedang dialami.
Sementara Neftari menikmati hal yang diciptakan Sang Penguasa, seekor kelinci melompat-lompat girang dan mendarat tepat di pangkuan Neftari. Perempuan cantik itu dikagetkan olehnya.
Menatap kelinci imut yang memutar mengendus-endus dirinya, Neftari tersenyum seraya membelai pucuk kepala kelinci itu, merasakan kelembutan bulunya yang sangat halus. Tanpa aba-aba kelinci imut tersebut melompat ke kepala Neftari, menjadi aksesoris seperti mahkota di sana. Perempuan itu tidak merasa terganggu olehnya. Malahan dia senang sekali.
Neftari merasakan ada yang sedang mengamatinya. Ketika menoleh kebelakang, manik zamrudnya terpaku pada sepasang manik sapphire yang begitu indah, dingin, dan menusuk. Pemilik manik sapphire itu berjalan perlahan keluar dari semak-semak, menampakkan dirinya yang rupawan. Rambut putih dengan warna emas yang dipanjangkan di sebelah kiri menandakan bahwa dirinya sedang berduka, kulit putih bersih hampir mirip seperti salju, tubuhnya yang kokoh dan tegap dibalut zirah khas Kerajaan Scarlet berwarna ruby terlihat pas untuknya.
Neftari tahu siapa dia. Dia adalah Putra Mahkota Kerajaan Scarlet yang sangat terkenal, terkesan dingin, tidak percaya akan cinta dan kisah semacamnya. Glade Hades Scarleto.
"Sang Penari hm?" Glade bergumam dingin, membuat Neftari susah payah menegak ludahnya sendiri.
Oh astaga, ini mimpi terburuk yang pernah aku mimpikan, batin Neftari.
"Hor... Hormat pada Putra Mahkota Scarlet-t," ucapnya gagap. Dia menundukkan kepalanya sedikit untuk menghormat Glade.
"Kembalikan." Kata yang meluncur dari bibir itu sukses membuat Neftari bingung.
Glade menatap Neftari tajam.
"Apa maksud Putra Mahkota? Apa yang harus saya kembalikan?"
"Cih... Tidak jadi, untukmu saja."
Neftari bersumpah, lelaki ini lebih buruk dari iblis. Siapapun yang bertemu dengannya pasti akan menjadi awal mimpi buruk bagi mereka, termasuk Neftari sendiri.
Glade berjalan mendekati Neftari yang sedang duduk bersimpuh. Dengan tangan kanannya, dia mengangkat dagu perempuan itu. Mata sapphire miliknya langsung menusuk ke dalam mata zamrud milik Neftari. Tubuh Sang Penari bergetar, tak bisa melepaskan pandangan dari manik sapphire yang indah itu.
"Hei gadis kecil, maukah kau menjadi milikku*?"
Neftari terbangun dengan keringat membasahi tubuh. Tapi ada sesuatu yang aneh. Mengapa kepalanya terasa berat? Perempuan itu menatap ke arah pantulan logam di hadapannya. Seekor kelinci putih. Pertanda yang sangat buruk baginya.
Adiknya, Nezya Wagnerwaltz mengetuk pintu tak sabaran. "Kakak! Ada tamu yang ingin menemuimu! Cepat! Dia bilang dia akan menghancurkan kuil ini jika kakak tidak menemuinya segera."
Oh astaga, drama macam apalagi yang akan disiapkan untukku? gerutu Neftari dalam hati.
Tanpa mempersiapkan diri, dengan gaun Wisteria (gaun tidur para cenayang yang berwarna delima putih) yang masih melekat di tubuhnya, Neftari berlari-lari di lorong kuil menuju ruang jamuan.
Di depan pintu ruang jamuan, Neftari mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Oh astaga, oh dewata, selamatkan aku! jeritnya dalam hati.
Memasuki ruang jamuan, Neftari dapat melihat Glade—ini asli bukan mimpi—sedang duduk mengusap kepala seekor kelinci hitam. Gadis itu menegak salivanya. Mata sapphire yang indah itu menyambut Neftari dengan tatapan dingin menusuk.
Melihat kelinci putih yang bersarang nyaman seperti mahkota di atas kepala Neftari, pemilik manik sapphire itu menatap tak percaya pada gadis cenayang di hadapannya.
"H... Hormat-t saa-ya pada Putra Mahkota!" ujar Neftari gagap.
"Lelucon macam apa ini? Kau cenayang yang terkenal itu bukan? Lalu, apakah kau tidak tahu tujuanku kemari?" tanya Glade.
"Saa..."
Glade berdiri lalu membungkam Neftari dengan tangannya.
"Dengar gadis kecil, aku datang bukan untuk bermain-main atau diladeni olehmu seperti kebanyakan orang. Aku datang dengan pertanyaan serius, kau tinggal menjawab ya/tidak."
Glade mengangkat kelinci putih di atas kepala pemilik mata zamrud itu dan sebuah kecupan ringan mendarat di pucuk kepala Neftari, "silahkan memikirkan pilihanmu. Batasmu... Tidak, kau boleh mengutarakan pendapatmu kapan saja."
"Apa... Astaga a-aku..." Neftari tergagap. Pemilik mata sapphire itu menunggu kelanjutan ucapan perempuan di hadapannya seraya membiarkan kelinci putih itu lepas dari genggamannya dan menjadi mahkota kembali di kepalanya. "Mengapa?" Tiba-tiba saja pertanyaan itu yang terlontar dari bibir mungilnya.
Tatapan dingin itu tidak berubah, "Sebuah mimpi aneh, dua kelinci, satu putih menjadi mahkota di kepala seorang cenayang cantik di utara. Satu hitam menjadi milikku. Aku mendapati mimpi itu satu yeveral (tahun) yang lalu, dan butuh seratus delapan puluh dae (hari) dari Scarlet untuk sampai ke Utara. Dan ini adalah dae ke seratus delapan puluh dua."
Mata Neftari membulat. Hah? Dia berkelana tidak jelas seratus delapan puluh dae dari Scarlet hanya untuk memberitahuku dan memberikan kelinci di atas kepalaku? batin pemilik manik zamrud itu tidak percaya.
"Aku tidak berkelana tidak jelas Nona. Aku bukan tipe pembual dan sejenisnya. Aku ke sini untuk melamar bukan membual!" ucap Glade seakan tahu apa yang dipikirkan Neftari.
"Hah??!" teriak Nezya yang langsung dibungkam dan ditarik menjauh oleh tunangannya, Darren Quillet, Si Bungsu Kerajaan Zenquille.
"Shttt! Kamu akan merusak momen mereka Ney!" bisik Darren.
"Tapi bayangkanlah seorang Putra Mahkota Scarlet yang terkenal tidak memiliki perasaan melamar kakakku! Astaga masa depannya akan suram jika dia menerimanya!" jerit Neyza hampir tak mengeluarkan suara.
"Kakak ipar adalah orang yang unik, dia tidak akan jatuh hati langsung tanpa kejelasan."
"Aku mendengar kalian berdua, adik ipar, Neyza," teriak Neftari mengalihkan pembicaraan.
"Siap, kami bungkam jendral!" ujar Darren dan Neyza bersamaan lalu pergi dari sana.
"Jangan mengalihkan pembicaraan gadis kecil!"
"Saya tidak mengalihkan pembicaraan! Saya hanya..." Mulut Neftari terkatup rapat. Dia ingin mengatakan bahwa dia tidak bisa menerima lamaran begitu saja.
"Syarat apapun yang kau berikan gadis kecil, aku sanggup melakukannya," bisik Glade. "Kau ingin dunia? Aku bisa berikan."
"Yang kuinginkan tidak bisa dibeli dengan kekayaan maupun kekuasaan," sahut Neftari matanya sayu.
Neftari dapat merasakan kelinci putih di atas kepalanya mulai gelisah, lapar. Kamu menyelamatkanku manis, batin perempuan itu senang.
Neftari menggendong kelinci putih itu, meninggalkan Glade yang menatap tajam ke arahnya. Pemilik manik sapphire itu mengikuti perempuan yang berani mengabaikannya. Seumur hidupnya, hanya Neftari yang berani mengabaikan pria dingin itu tanpa takut atas apa yang akan dilakukannya, dimana semua orang tunduk dan hormat padanya, dimana semua perempuan berniat mencuri perhatiannya. Namun, perhatiannya malah tertuju pada cenayang dengan kulit emas eksotis yang menawan tersebut.
Sejujurnya, Neftari merasa gugup. Perempuan itu merasa sangat tidak nyaman dengan tatapan yang diberikan Glade padanya. Aneh, dingin, namun terkesan berperasaan. Suka, mungkin? Astaga, aku berharap dia tidak mengikutiku tapi mengapa dia mengikutiku? umpat Neftari.
Neftari sampai di dapur, diikuti Glade di belakangnya. Neftari mengambil sedikit sayuran dari lemari kayu, duduk bersimpuh di lantai lalu mengulurkan tangannya yang berisi potongan-potongan kecil sayuran, memberi makan kelinci putih miliknya—ah, sebenarnya pemberian Glade yang tidak disengaja.
Glade menatap Neftari. Pakaiannya akan kotor. Tanpa berpikir panjang pria itu menarik pemilik manik zamrud ke dalam pangkuannya.
Neftari terkejut. Perempuan itu menatap sayu ke orang yang memangkunya. Penasaran.
"Kau akan susah membersihkan pakaianmu yang kotor, gadis kecil," ujar Glade. "Jangan berpikiran yang tidak-tidak."
***
Neftari, Nezya, dan Darren mengantar kepergian Glade. Sebelum pergi, Glade sempat memberi kecupan ringan di punggung tangan Neftari sambil menatap perempuan itu datar. Semua orang, bahkan tangan kanannya sendiri tak percaya dengan kelakuan Pangeran Es tersebut.
"Ini pertama kalinya saya melihat Putra Mahkota begitu memperhatikan seseorang," bisik tangan kanan Glade pada Neftari.
Deg! Rona merah di wajah Neftari tak dapat dibendung. Astaga? Benarkah?
Jangan berpikiran yang aneh-aneh, Nona. Aku bisa mendengarmu!
Neftari membulatkan matanya dan menatap punggung yang dibalut zirah berwarna ruby.
Anda caveryone (sebutan untuk orang yang bisa telepati)? /ingat ini hanya fiksi!/
Aku tidak perlu mengatakannya padamu kan, gadis kecil?
Neftari memutar bola matanya malas. Dia tidak senang dengan panggilan yang diberikan oleh Glade padanya. Saya punya nama, Yang Mulia Putra Mahkota! Selain itu nama saya sangat mudah, Anda bisa memanggil saya Nefta atau Ari!
Aku lebih senang memanggil kau dengan sebutan 'gadis kecil' karena kau memang masih kecil.
Saya senang bahwa saya masih kecil, daripada Anda sudah menuju keriput! Neftari menggembungkan pipinya.
Glade yang sedang berjalan, berhenti lalu memutar kepalanya menatap Neftari. Mengangkat satu alisnya. Kau akan mencintaiku, gadis kecil.
Tidak ada jawaban dari Neftari, yang ada hanya tatapan setajam pisau yang mampu membuat Glade menyungging seringai manis.
Semua orang takjub melihat fenomena itu. Glade terkenal sebagai orang yang tidak akan menyunggingkan senyuman dan sejenisnya kepada orang-orang namun kini dia menyeringai manis kepada Neftari. Itu tidak berlangsung lama, karena tatapan dingin menusuk pemilik manik sapphire itu mulai terlihat kembali.
Neftari bersumpah, dia melihat sudut bibir yang sedikit ditarik ke atas, membentuk senyuman termanis yang pernah dia lihat di balik tatapan dingin membunuh Glade.
Rombongan Glade menjauh, menghilang dari pandangan Neftari. Perempuan itu langsung jatuh terduduk di atas lantai. Menghela nafas panjang.
"Kurasa kak, kamu harus mempertimbangkan penawaran orang sadis itu," ujar Neyza menepuk-nepuk pundak kakaknya.
"Begitulah kisah Yang Mulia Glade dan Yang Mulia Neftari bertemu," ucap Hasper.
"Darimana kamu tahu?"
"Abang saya adalah seorang penulis. Kebetulan buku itu ada di lemari buku milik saya. Kisah Anda dengan Nona Zenya juga ada," Hasper menjelaskan.
"Buku bacaan?" Xel mengerutkan dahinya bingung. "Apakah kamu bukan dari zaman ini?"
Hasper menggeleng. "Saya bukan dari zaman ini Neftaza. Saya ingin pulang, tapi saya tidak tahu caranya."
"Ada satu cara membawa orang kembali ke zamannya," kata Xel. "Membawamu selama seratus delapan puluh dae dari Scarlet menuju tanah kelahiran Ibunda, kuil Utara, membuka portal di sana."
"Sejauh itukah?" Hasper sedikit terkejut.
Xel diam memandangi wajah Hasper, wajah yang sangat dirindukannya. Pemilik manik amethyst itu sebenarnya bisa saja memaksa Hasper untuk tinggal namun nuraninya tak bisa membohongi dirinya untuk melepaskan perempuan itu dan membantunya. Selama Zenya hidup, dia tak pernah memberi kebebasan pada Zenya. Dia percaya bahwa Hasper merupakan wujud Zenya di masa depan.
"Aku akan membawamu jika kamu mau. Perjalanan dari sini dengan berjalan kaki dibutuhkan dua ratus dua puluh dae, jika kamu tidak keberatan," ucap Xel lirih.
Sebenarnya Xel berharap bahwa Hasper akan tinggal, menemani dirinya yang sudah dua tahun kesepian tanpa Zenya, karena Hasper mirip sekali dengan alm. Perempuan itu.
"Tapi itu menyakiti Anda bukan?" tanya Hasper seakan-akan tahu apa yang diharapkan Xel. "Maksud saya..."
"Ya, kamu benar, itu sangat menyakitiku. Tapi aku harus rela melepaskan kalian. Tidak ada yang kekal di dunia ini, juga aku tak bisa terus memaksamu untuk tinggal di sini, ini bukan duniamu!"
***
Baju oriental klasik berwarna fade lavender kesukaan Zenya sangat cocok dipakai Hasper.
"Ingin dibagaimanakan rambutmu?" tanya Xel.
"Neftaza bisa menata rambut?" Disambut anggukan Xel. "Em... Saya ingin yang seperti refleksi bulan. Gaya oriental klasik yang disukai Yang Mulia Neftari."
"Sebenarnya, aku tak perlu bertanya, karena apapun tentangmu mirip sekali dengan Zenya," ujar Xel. "Zenya juga menyuruhku menata rambut mirip Bunda. Jadi aku tahu bahwa kamu akan mengatakan demikian."
"Ahahaha! Saya hanya menyukai gaya oriental klasik zaman kerajaan. Di dunia saya mereka tidak memakai gaya oriental klasik lagi, melainkan sesuatu yang lebih maju."
"Mungkin aku bisa mengajakmu ke tempat itu sebelum kita pergi ke kuil Utara," kata Xel.
Hasper mengerutkan keningnya. Bingung.
"Ada sebuah tempat dimana orang-orang berpakaian aneh, kata mereka itu 'modern'. Mungkin aku bisa mengajakmu ke sana!"
"Akh saya ingat! Debris bukan?" tanya Hasper.
Xel menganggukkan kepalanya.
"Saya punya cerita tentang Yang Mulia Neftari mengajak Pangeran Es ke sana," kata Hasper.
"Bagaimana?"
"Saat itu..."
Flashback...
Tahun 277 Zenquille, dae sebelas setelah Glade melamar Neftari dengan aneh dan tidak romantis sama sekali...
Duk! Duk! Duk!
Pintu kamar Neftari diketuk sedemikian kerasnya menyebabkan tidurnya terganggu. Seraya menggeram marah, perempuan itu menatap ke jam pasir ajaib yang tergantung di pinggangnya. Ini barusaja pukul 5 subuh! Siapa yang berani mengetuk pintu kamarku?!
Mood Neftari saat dia barusaja bangun sangatlah buruk. Maka dari itu, adiknya dan para penghuni kuil tidak berani mengetuk pintunya selain keadaan mendesak atau sampau dia bangun sendiri.
Pemilik manik zamrud itu dengan malas menyeret tubuhnya dan membuka pintu. Dia tidak terkejut saat pintu terbuka dan menyisakan wajah pemilik manik sapphire bak es itu yang mengetuk pintu kamarnya.
"Apa?" tanya Neftari ketus—sudah dibilang dia tidak ingin diganggu di jam tidurnya.
"Nei...(tidak ada)."
Dengan malas, Neftari memutar bola matanya dan ingin menutup pintunya. Namun tertahan oleh tangan Glade. Neftari berusaha menutupnya namun kekuatannya dan Glade tidak seimbang menyebabkan pintu terbuka dan pria itu masuk ke dalam.
"Keluar paman mesum! Saya tidak punya waktu untuk mendengar dan meladeni ocehan Anda!" kata Neftari setengah berteriak.
Glade langsung membekap mulut Neftari. Hei... Kau tidak takut orang-orang akan mendengar suaramu dan kita akan dibicarakan yang tidak-tidak?
Pemilik mata sapphire itu melepas bekapan, sedangkan Neftari menghela nafas dan menatap tajam ke arahnya. Anda tidak pernah merasakan amarah seorang Neftari? Lagipula ini baru subuh dan Anda seenaknya masuk ke kamar seorang perempuan, cenayang, dengan paksa!
Ini kali kedua Glade menyunggingkan seringai manis. Oh astaga! Lihat Tuan Putriku dia ternyata memiliki mood yang sangat buruk jika jam tidurnya diganggu.
Itu menjijikan Yang Mulia. Selain itu jangan panggil saya semau Anda, saya punya nama! Neftari mendengus kasar, moodnya benar-benar hancur.
Baiklah, kembali tidur, aku akan menjaga jarak. Aku tidak akan mendekatimu yang sedang tertidur dan akan tetap berada di meja ini sampai kau bangun, bagaimana? Glade menuangkan air untuk dirinya sendiri. Menegaknya seraya melirik datar Neftari yang menatapnya tajam.
Terserah dasar paman mesum! Neftari berbaring membelakangi Glade.
Glade tidak berkata apa-apa lagi. Dia menatap perempuan di seberang sana tengah pulas dengan dunia mimpinya sendiri. Itu kali pertamanya pemilik manik sapphire tersebut tahu bahwa Neftari tidak suka diganggu di jam tidurnya oleh siapapun termasuk dirinya. Bahkan pria itu tidak melihat sedikit ketakutan pun di mata Neftari saat menentangnya. Berbeda dengan orang lain.
Glade bertanya-tanya, seberapa jauh Neftari tidak akan takut terhadapnya. Apakah selamanya? Atau hanya sekarang saja?
Glade menatap pemilik manik zamrud itu aneh. Seperti menyimpan sesuatu. Sinar bola matanya berkedut-kedut melihat wanita yang sedang memejamkan mata di seberangnya. Terasa aneh. Terasa sangat... Nyata. Lekukan wajah pemilik kulit keemasan itu sangat cantik. Seperti polesan keindahan langsung dari Sang Pencipta. Bahkan pemilik manik sapphire itu merasa banyak makhluk dewa yang akan melamarnya.
Glade sendiri merupakan pangeran yang digunakan sebagai mesin pembunuh, menakhlukan alam sarpa, menakhlukan alam fana. Ketampanan, kegagahan, kejeniusan, sampai rasa takut yang menghilang sejak lama pun sudah ada dalam dirinya. Sang Pencipta seolah membuat dirinya takhala Ia sedang merasa murka dengan kedua alam yang saling bertentangan, menciptakan mesin pembunuh untuk menetralkan kedua alam tersebut.
Glade luluh oleh Neftari. Bagaimana jika Glade—yang setengah makhluk sarpa—bersanding dengan Neftari—sang makhluk fana? Apa kedua alam bisa bersatu? Namun masalahnya adalah, makhluk alam sarpa adalah pemangsa fana. Menjadikan keduanya besan adalah hal yang tidak mungkin dan tidak akan pernah terjadi. Glade paham itu.
Neftari membolak-balikkan badannya. Tak bisa tidur lagi. Merasa seseorang mengawasinya membuatnya tidak nyaman, tersinggung. Pemilik manik zamrud itu menyerah. "Aku tak bisa tidur lagi!" Ia langsung bangun dari posisi baring menjadi posisi duduk. Masih subuh, apa yang harus kulakukan? batin Neftari bosan tidak peduli dengan tatapan pemilik manik sapphire yang bersinar di ruangan remang itu.
Terakhir, mau tak mau Neftari harus menatap Glade. Pria itu hanya diam seribu bahasa menatap balik ke arah Neftari. Ah... Matamu indah.
Neftari tidak mendapat respon dari Glade. Pria itu fokus mengamati Neftari, menembus relung fisik sampai relung jiwanya. Berusaha memahami gadis itu. Ada sesuatu yang tidak dipahami oleh Glade; sesuatu yang menggelitik dirinya untuk selalu berada di dekat Neftari. Aneh. Dia baru pertama kali merasakan hal ini: setelah digoda, dijodohkan, disandingkan dengan banyak wanita—yang semula tidak menarik perhatiannya sama sekali. Tapi berbeda dengan Neftari. Pertama kali melihat wanita itu dalam mimpinya, seolah dia terhipnotis, merasa ditakdirkan untuk hadir di hidupnya.
Neftari menyeka selimutnya lalu bangkit. Berjalan di atas lantai marmer yang dingin, mendekati Glade.
"Aku sudah putuskan," ujar Neftari. Glade mendengarkannya dengan seksama, tanpa berkomentar, tanpa menyela. "Aku sudah memutuskan aku akan menerimamu, Yang Mulia."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!