NovelToon NovelToon

Romansa Dua Hati Satu Cinta

BAB 1 : Menggapai Impian Ke Jakarta

Langit Tengah Tersipu Malu

Sepasang Pengantin Baru pergi Merantau

Mencoba Menuliskan Cerita Baru

Dikota Jakarta Penuh Haru..

"Pa..Ma...kami berangkat dulu y sekarang.." Pamit Jaka dan Lastri pada Pak Darto,Bu Sumiati dan Bu Dasmi, orang tua dan mertua mereka. Jaka dan Lastri adalah pengantin baru yang baru saja menikah beberapa hari yang lalu. Jaka adalah anak laki-laki atau biasa disebut Lanang didaerahnya,satu-satunya anak pak Darto dan Bu Sumiati. Ia hanyalah seorang pemuda sederhana yang baru saja lulus madrasah Aliyah atau setara SMA. Ia telah lama mondok di ponpes As-Shofa, salah satu ponpes tertua dan ternama di kampung Sindung Ulur,Yogyakarta. Selepas dari ponpes tersebut,Jaka memutuskan untuk mengadu nasib keluar dari kampungnya.Tak tanggung-tanggung,ia memilih Jakarta sebagai tempat untuk mendapatkan penghidupan yang baru. Keputusannya sempat ditentang kedua orang tuanya,yakni pak Darto dan Bu Sumiati. Pak Darto yang seorang lurah di kampung Sindung Ulur,sebenarnya sangat berharap anaknya bisa menjadi seorang ulama atau lurah seperti dirinya, dan membesarkan kampung Sindung Ulur,yang mayoritas warganya masih berada dibawah garis kemiskinan dan sebagian orang tua disana masih ada beberapa yang buta huruf.Sayangnya, Lanang satu-satunya itu memilih untuk merantau ke Jakarta. Alasannya sederhana,Jaka memilih Jakarta karena ia belum pernah ke ibukota.Ia merasa sangat penasaran dengan gemerlapnya ibukota seperti yang sering dibicarakan kawan-kawannya dahulu yang beberapa dari mereka berasal dari Jakarta. Terlebih lagi, ia telah mondok di pesantren As-Shofa,sejak ia duduk di bangku madrasah ibtidaiyah atau setara SD hingga lulus madrasah Aliyah atau setara dengan SMA. Kegigihannya untuk merantau ke Jakarta semakin bertambah-tambah karena surat lamarannya di prusahaan Hyumai tak bertepuk sebelah tangan.Ia telah menerima balasan undangan untuk datang langsung dan bekerja disana. Pak Darto dan Bu Sumiati pun tak dapat menolak keinginan anaknya itu. Kedua orangtuanya akhirnya luluh dan membolehkan lanangnya itu merantau di Jakarta,dengan satu syarat yakni ia harus menikah terlebih dahulu agar ada pendamping hidup yang menjaganya kelak. Pak Darto memang bukan sosok yang religius,tetapi ia dikenal warganya sebagai sosok seorang lurah yang bertanggung jawab dan senantiasa mengayomi warganya. Kehidupannya senantiasa sederhana dan bersahaja.Ia paham betul kehidupan ibukota yang metropolis. Khawatir Lanang satu-satunya yang telah ia didik dengan nuansa keislaman yang kental bisa terjerumus pada kehidupan Jakarta yang begitu liar. Syaratnya itu memang terlihat berlebihan bagi Jaka.Tetapi untuk warga di Sindung Ulur, yang mayoritas warganya memiliki ekonomi menengah kebawah, menikah diusia muda adalah hal yang lumrah. Disana rata-rata anak perempuan di desanya menikah di usia 15-17 tahun,sedangkan lelakinya biasa menikah diusia 16-18 tahun. Pak Darto dan Bu Sumiati pun dahulu menikah di usia-usia segitu juga. Hal inilah yang membuat pak Darto dan Bu Sum memberikan syarat seperti itu kepada anaknya yang terus merajuk dan memaksa ingin merantau ke Jakarta. Syarat tersebut ternyata bukanlah syarat yang berat bagi Jaka. Ia yang paham betul ajaran Islam,menyadarinya syarat yang diberikan ayahnya itu adalah sebuah kebaikan bagi dirinya,inilah yang membuatnya mau menerima syarat yang diajukan kedua orangtuanya. Terlebih lagi, Lastri yang sejak pertama kali ia temui,telah membuat jantungnya berdetak kencang dan tidak dapat membuatnya berhenti menatap wajahnya itu,hingga ia sendiri dapat merasakan bibit-bibit cinta telah tumbuh didalam dirinya pada gadis belia itu.

Lastri sendiri adalah anak tunggal ibu Dasmi,seorang janda yang telah ditinggal mati suaminya yang sedang merantau di Sumatera dahulu sebagai buruh diperkebunan kelapa sawit. Sepeninggal suaminya itu,ia menjanda dan tidak pernah terlihat berjalan ataupun mencari pria lain sebagai pengganti suaminya itu. Suaminya meninggalkan sebuah rumah yang sangat sederhana dan beberapa rupiah uang hasil jerih payahnya selama bekerja menjadi buruh di perkebunan sawit. Uang tersebut ditabungnya untuk membesarkan Lastri anak satu-satunya itu.Untuk kebutuhan sehari-harinya,Bu Sumiati berjualan sayur di pasar induk. Ia menjual kembali sayur-sayuran dari seorang pengoper dan mendapatkan upah harian dari setiap hasil penjualan sayurannya itu. Kehidupan Bu Dasmi sebagai seorang janda yang bisa menjaga kehormatannya dan rasa kagumnya terhadap kehidupannya yang tangguh inilah, yang membuat pak Darto memilih Lastri sebagai calon menantu pilihannya saat itu. Selain itu,Lastri dikenal warga kampungnya sebagai sosok gadis belia yang patuh dan pekerja keras.Sejak kanak-kanak ia terlihat suka membantu menemani ibunya menjual sayuran di pasar induk. Wajahnya yang ayu,dengan mata bulat hitam yang besar dan kulit kuning langsat dengan rambut panjangnya yang melewati bahu adalah karakteristik kecantikan khas wanita Jawa,membuat pak Darto dan Bu Sum semakin yakin memilih gadis ini sebagai calon mantu untuk lanang satu-satunya itu.Ternyata pilihan kedua orang tua itu sama dengan pilihan lanangnya sendiri.Hingga terjadilah pernikahan keduanya yang dihadiri oleh warga sekampung di Sindung Ulur itu serta sanak kerabat dan keluarga dari pak Darto dan Bu Sum.

Lastri sendiri yang baru saja lulus dari SMP dikampung Sindung Ulur itu sebetulnya merasa sedih dengan keputusan ibunya untuk menjodohkannya dengan Jaka.Keinginannya untuk melanjutkan ke bangku SMA terpaksa harus ia pendam karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkannya. Ia berusaha memahami kondisi ibunya itu,ditambah ia sendiri memandang keluarga pak Darto adalah keluarga yang dikenal baik perangainya.Tak terkecuali Jaka,Lanang satu-satunya pak Darto,bahkan menjadi salah satu pria incaran ibu-ibu di kampungnya untuk dijadikan calon mantu. Meskipun wajahnya tidak termasuk tampan sekali,tetapi dengan kulit sawo matang, postur tubuh yang tidak tinggi dan tidak terlalu berisi dan tulang rahang yang tidak terlalu tegas,sorot mata yang teduh nan lembut serta alis hitam yang tebal, telah membingkai wajahnya yang lembut namun tegas, layaknya ikon wajah khas lelaki Jawa.

Lastri sendiri menerima pinangan lelaki ini,karena kepatuhan dan pengertian pada kondisi ekonomi ibunya.Hingga akhirnya ia menuruti keinginan ibunya tersebut. Jaka sendiri bisa memahami perasaan hati istrinya itu.Ia sendiri tidak ingin terburu-buru dan memaksakan cintanya begitu saja kepada Lastri. Tetapi,ia pun tidak ingin cintanya bertepuk sebelah tangan pada wanita ini. Ia senantiasa bersabar dan menikmati masa-masa setelah menikah dengan Lastri,layaknya anak muda yang berpacaran. Masa-masa pacaran setelah menikah jauh lebih indah karena dipandang sebagai sebuah ibadah yang berpahala.Itulah salah satu nasehat salah seorang ustadz nya dahulu ketika ia mondok pesantren.

"Las,yuk kita naik ke bus,sepertinya sudah mau melaju busnya " ujar Jaka pada istrinya itu.

"Bu,Lastri pamit ya..ibu jaga diri baik-baik ya..jaga kesehatan.." ujar Lastri sambil mencium tangan ibunya itu. Ibunya hanya tersenyum mengangguk-angguk sambil mencium kedua pipi anaknya itu.

"Kamu jaga diri baik-baik,Le..jangan lupa shalat,jaga kesehatan,Jaga perangaimu..Ingat,toh Le,wis kamu dah punya bojo,punya tanggung jawab laki-laki..baik-baik di Jakarta ya..klo ada apa-apa jangan lupa surati ibu dan bapakmu disini..." wejang pak Darto pada Lanang satu-satunya itu.

"Nggih, Pak..Bu.." Jaka menjawab dengan singkat sambil mencium tangan kedua orang tuanya dan mertuanya.Lastri pun ikut mencium tangan kedua ayah dan ibu mertuanya itu. Mereka menaiki tangga bus,seorang kenek bus antarpropinsi mengambil tas jinjing besar yang dipegang Jaka dan meletakkan di bagasi bus. Tak lama kenek bus pun ikut naik dan pintu bus menutup. Jaka dan Lastri yang duduk disebuah kursi yang muat untuk dua orang dan berada ditengah-tengah itu,melambai-lambaikan tangan terakhir kalinya dari jendela bus.Bus pun perlahan melaju dan menghilang dari pandangan mata.

***

Seorang lelaki paruh baya berpakaian kaos putih dengan celana panjang hitam tengah menunggu diantara para penjemput di terminal Kampung Durian Jakarta. Ia memegang selembar karton bertuliskan nama "Lastri dan Jaka" .Matanya senantiasa jeli memperhatikan setiap bus antarpropinsi yang masuk ke terminal tersebut. Hingga ketika sepasang suami istri turun dari bus dan tengah menurunkan tas besar dari bagasi bus,mereka melihat sebuah karton bertuliskan nama mereka,dengan sigap Jaka melambaikan tangannya pada lelaki paruh baya berusia sekitar hampir 40 tahunan itu, lelaki tersebut setengah berlari menghampirinya dan segera mengambil tas jinjing yang dipegang Jaka. Ia pun berjalan mendahului pasangan suami istri itu.Jaka yang hanya menggendong sebuah tas ransel besar,menggandeng dan merangkul istrinya itu.Mengikuti lelaki dihadapan mereka yang telah berjalan keluar terminal,dan menuju ke arah sebuah mobil kijang lama keluaran 90-an berwarna coklat. Jaka dan Lastri langsung masuk kedalam mobil.Mereka duduk dibangku tengah. Lelaki paruh baya itu duduk ditempat kemudi setelah ia meletakkan tas jinjing besar Jaka di bagasi mobil. Lelaki paruh baya yang bernama pak Ahmad,adalah seorang driver disebuah biro travel kenalan lama pak Darto. Ia sudah lama bekerja dan tinggal diJakarta, jadi sudah sangat paham seluk beluk di Jakarta. Pak Darto lah yang menghubungi dan meminta bantuannya untuk mengurus dan mencarikan tempat tinggal yang layak dan aman untuk Jaka dan Lastri selama berada di Jakarta. Karena mereka tidak memiliki sanak keluarga di Jakarta sama sekali,pak Darto sangat mengandalkan pak Ahmad. Anak dan istri pak Ahmad merupakan salah seorang warga yang cukup baik di kampung Sindung Ulur. Mereka masih tinggal disana.Hanya pak Ahmad seorang diri yang bekerja dan merantau di Jakarta. Ia akan pulang saat lebaran atau saat liburan tahun baru. Inilah yang membuat pak Darto sangat percaya pada pak Ahmad. Tanpa banyak berbicara pak Ahmad melajukan mobilnya.Ia sangat sadar perjalanan yang panjang dan jauh,pasti membuat pasangan suami istri itu sangat letih.Jadi ia tidak banyak bicara selama perjalanan mereka. Ia sudah mengetahui tentang Jaka dan Lastri serta tujuan keduanya ke Jakarta dari pak Darto.Ia hanya melihat dari kaca spion,sang gadis tengah tertidur disandaran bahu suaminya itu.Jaka hanya merangkul istrinya selama perjalanan.

"Mas,Jaka..15 menit lagi kita sampai dirumahnya mas. Ngomong-ngomong mas Jaka mau mampir makan siang dan lihat-lihat dulu sekitar atau mau langsung menuju rumah saja mas ?" tanya pak Ahmad ketika mobil berbelok menuju jalan Daan Mogot. Jaka yang tiba-tiba ditanya tersentak kaget sesaat. Ia tidak tega melihat istrinya yang telah terbangun tapi masih terlihat tampak letih,hingga ia memutuskan untuk langsung menuju kerumahnya saja.

"Langsung pulang ke rumah saja,Pak..."jawab Jaka singkat sambil tersenyum.

"Baiklah,Mas.." sahut pak Ahmad kembali.

Mobil pun perlahan melaju dengan cukup cepat.Hingga tak lama mobil berhenti disebuah gang yang hanya dapat dilalui motor dan pejalan kaki saja. Tak jauh dari depan gang,hanya selang dua rumah,terdapat berjajar rumah petakan,dan di deretan rumah ketiga dengan tembok berwarna hijau muda kebiru-biruan yang cukup asri dengan dua pot bunga berukuran sedang di kiri dan kanannya, disanalah kelak akan menjadi rumah tinggal bagi kedua pasangan suami istri itu kedepannya.

"Ini mas Jaka rumahnya dan ini kunci rumahnya,serta ini nomor telepon sang pemilik rumah dan nomor telpon saya .Kali-kali mas Jaka ada perlu bantuan bisa hubungi saya langsung", jawab pak Ahmad sambil meletakkan tas jinjing besar didepan teras rumah dan menyerahkan kunci serta selembar kertas bertuliskan nomor telponnya dan nomor telpon sang pemilik rumah kontrakan tersebut.

"Terima kasih banyak,Pak.."jawab Jaka sambil tersenyum dan menundukkan kepalanya tanda hormat kepada orang tua itu. Lelaki paruh baya itu pun segera pergi dan berlalu meninggalkannya hingga menghilang diujung gang.Kedua pasangan suami istri pun memasuki rumah baru mereka tempat mereka kelak menuliskan kehidupan baru mereka sendiri.

***

Hari masih pagi. Jam menunjukkan pukul 08.00 tepat ketika Jaka berada disebuah gedung besar dengan lambang dan tulisan HYUMAI didepan gedung tersebut. Pagi itu adalah hari senin,bagi warga Jakarta itu adalah hari setiap orang sibuk mencari rezekinya.Tak terkecuali Jaka, pagi ini adalah hari pertama ia datang ke perusahaan itu.Ia membawa surat balasan yang ia terima sekitar beberapa waktu yang lalu ketika ia masih berada di Yogya. Ia telah berada didalam gedung tersebut,tepat didepan sebuah meja resepsionis. Seorang wanita berkemeja putih dengan blazer hitam dan rok selutut berwarna senada dengan make up cukup tebal yang membuatnya terlihat menarik tersenyum melihat Jaka.

"Selamat Pagi,Pak..ada yang bisa saya bantu ?" tanya wanita dihadapannya itu dengan senyum ramahnya.

"Selamat Pagi,mbk Gita,saya menerima surat balasan dari lamaran yang saya kirim beberapa waktu lalu.." jawab Jaka memanggil nama wanita dihadapannya karena sebuah pin name tag yang ada disebelah kanan blazer hitamnya itu.Tak lupa ia pun menunjukkan surat balasan yang ia dapatkan dari perusahaan itu beberapa waktu yang lalu.

Si resepsionis membuka dan membaca surat itu.Ia memencet tombol-tombol keyboard komputer didepannya.Tak lama kemudian ia berkata kembali kepada Jaka :

"Oh,iya Pak Jaka,selamat ya anda diterima kerja di perusahaan ini sebagai marketing administrasi.Bapak boleh menunggu diruang tunggu terlebih dahulu sementara saya siapkan perjanjian kerja dan beberapa dokumen yang harus ditanda tangani terlebih dahulu.." ujar si resepsionis sambil menunjukkan tangannya ke sebuah ruangan tak jauh dari tempat resepsionis. Ruangan tersebut tidak terlalu luas hanya dibatasi sekat kaca transparan yang dapat dilihat dari luar dan dalam.Didalamnya terdapat sofa panjang yang empuk tempat tamu luar menunggu. Tidak lebih dari 15 menit kemudian,sang resepsionis masuk kedalam ruang tunggu dan menyerahkan beberapa lembar perjanjian kerja yang perlu dibaca dan ditandatangani oleh Jaka. Jaka membaca sekilas dengan cepat setiap deretan tulisan yang tertulis.Ia paham isinya tentang hak dan kewajibannya kelak sebagai karyawan di perusahaan Hyumai tersebut. Tak lama kemudian Jaka mengeluarkan sebuah pena dan menandatangani lembaran yang diberikan tersebut.

"Ditunggu dulu sebentar y,Pak..saya fotokopi dahulu,kemudian bapak bisa ambil lembaran yang aslinya", ujar si resepsionis kembali sambil tersenyum dan segera beranjak pergi meninggalkan Jaka diruang tunggu sendirian. Hingga beberapa saat kemudian,ia masuk kembali dan menyerahkan lembaran aslinya kepada Jaka yang telah dimasukkan ke dalam sebuah map berwarna biru tua.

"Pak Jaka,bisa mulai bekerja full besok hari dan untuk sekarang, Bapak saya tunjukkan ruangan pak Jaka dan beberapa tugas bapak nantinya..Bapak bisa mulai beradaptasi dengan lingkungan disini dulu untuk hari ini", si resepsionis kembali berkata,sambil mengisyaratkan dengan tangannya untuk mengikutinya masuk ke dalam ruangan perusahaan itu. Resepsionis berjalan melewati sebuah pintu kaca,yang hanya dapat dibuka dengan ID Card yang dimilikinya sebagai tanda bahwa ia adalah salah satu karyawan digedung itu. Jaka berjalan mengikuti dibelakangnya. Mereka berjalan menyusuri lorong dengan banyak ruang bersekat. Terdapat ruangan-ruangan khusus bos-bos. Sebuah kamar yang hanya diisi dengan meja besar dan tulisan didepan pintu kaca, bertuliskan nama dan jabatan divisinya. Ruangan Jaka berada diluar. Sebuah kubik yang hanya terdiri dari dinding-dinding sekat sebagai pemisah dengan kawan sebelahnya.Tak jauh dari meja kerja Jaka terdapat sebuah ruangan khusus yang terlihat paling besar diantara ruangan bos-bos yang lainnya.Didepan pintu kacanya tertulis sebuah nama : Atmodjo Prawiradjaya, Director of Intelligent Technology Development. Jaka sangat paham dari perbedaan besarnya ruangan itu serta tulisan didepan pintu kaca,menandakan pasti inilah salah satu pemegang kekuasaan diperusahaan ini.

***

Di ruang tamu sebuah rumah petakan yang cukup asri,Lastri tengah berbenah dengan barang-barang yang dibawanya. Ia dan mas Jaka memang tidak terlalu banyak membawa barang.Hanya beberapa lembar pakaian,beberapa peralatan makan dan minum seperlunya,serta peralatan mandi,dan sebuah setrika yang diberikan sebagai sebuah kado pernikahan dari salah seorang warga di kampungnya,yang ia bawa karena menurutnya pasti sangat diperlukannya di Jakarta nanti. Ia sudah diberikan wejangan oleh ibunya setelah menikah. Ia harus bisa menjadi seorang istri yang baik dan taat pada suaminya. Ibunya selalu berkata : "Jagalah suami dari 3 hal : "Pertama:Hatinya,jangan pernah buat ia marah atau kesal terlebih saat ia sedang letih,Kedua : Perutnya,jangan engkau biarkan ia kelaparan dan tidak mendapat cukup makanan enak dirumah hingga ia harus kelayapan keluar rumah, dan yang Ketiga : Nafsu Birahinya,jangan pernah engkau biarkan nafsunya tak terpuaskan bersamamu,hingga ia akan mencarinya pada wanita lain diluar sana". Itulah wejangan yang diberikan ibunya pada Lastri. Untuk yang ketiga,Lastri memang belum bisa memberikan keperawanannya pada suaminya itu.Bukan hanya karena kepolosannya,akan tetapi ia merasa masih sangat canggung dan bingung dengan perasaannya terhadap mas Jaka,yang notabene nya lelaki yang ia nikahi karena berbagai faktor yang bukanlah karena rasa cinta didalm dirinya sendiri.Untungnya, suaminya tidak pernah mengusik dan memaksa urusan ranjang pada istrinya itu. Setiap kali berada dikamar,Jaka hanya mengajaknya ngobrol untuk beberapa saat kemudian ia tertidur begitu saja.

Lastri tersadar dari lamunannya sendiri,ketika suara kucing yang mengeong dari teras rumah mengagetkannya. Lastri membereskan semua peralatan yang dibawanya pada tempatnya. Untunglah rumah tersebut terlihat cukup bersih dan terawat.Nampaknya sang pemilik rumah telah terlebih dahulu membersihkan setiap sudut ruang didalam rumah itu. Sebuah sapu,pengki dan sebuah alat pel telah tersedia di dapur dekat tempat mencuci pakaian.Hingga tidak perlu keluar rumah membeli peralatan tersebut. Mas Jaka memberinya 3 lembar uang lima puluhan ribu sebelum berangkat kerja hari ini. Ini adalah hari pertama mas Jaka berangkat kerja.Sedangkan Lastri yang masih belia dan tidak terbiasa hiruk pikuk keadaan Jakarta,ia merasa takut keluar rumah sendirian. Jadi ia hanya menghabiskan waktunya seharian itu untuk bebersih dan berbenah rumah baru mereka.

***

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumsalam...sudah pulang mas ? Cepat sekali..."tanyaku pada mas Jaka. Hari masih siang,adzan dzuhur belum lama berkumandang. Tapi mas Jaka sudah pulang hari ini.

" Iya,ini hari pertama ku kerja,Dik. Jadi, hari ini aku belum kerja full, hanya perkenalan tugas-tugas yang nantinya menjadi tanggung jawabku..aku diperbolehkan pulang cepat untuk hari ini.Besok baru aku akan mulai full kerja...Oh,iya kita belum berjalan-jalan berkeliling daerah sini..sekalian biar kamu tahu daerah sini juga..bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar ?sekalian kita makan siang diluar.kamu belum makan siang kan,Dik ? tanya mas Jaka seolah tahu perasaanku pada daerah yang masih sangat asing bagiku ini.

"Belum.."jawabku singkat menggelengkan kepala padanya.

"Yo wis...Mas ganti baju dulu sebentar ya.." jawab mas Jaka padaku. Ia bergegas kekamar. Rumah kontrakan hanya terdiri dari satu kamar tidur yang telah terisi sebuah ranjang dan lemari kayu sederhana. Lastri telah membersihkan setiap sudut rumah dan benda-benda yang ada.Beruntungnya, entah sang pemilik kontrakan atau pak Ahmad yang ikut membantu mencarikan rumah sewa untuk mereka yang telah menyediakan beberapa barang yang memang mereka butuhkan didalam rumah,seperti :lemari kayu,rak piring,dan sebuah spring bed ukuran double. Jaka keluar dari kamar beberapa menit kemudian setelah berganti pakaian santai.sebuah kaos dengan celana pendek sebetis dan sepasang sandal jepit.Lastri pun yang hanya mengenakan dress terusan dibawah lutut berwarna krem dengan sandal jepit perlahan berjalan keluar rumah dibelakang suaminya. Suaminya yang menyadari Lastri berjalan dibelakangnya,perlahan memperlambat langkahnya hingga mereka berjalan berdampingan.Jaka pun tanpa malu-malu menggandeng tangan istrinya itu. Usia pernikahan yang belum ada satu bulan itu,membuat sang istri yang masih sangat belia,tertunduk malu.Tetapi Lastri merasakan ada sesuatu yang menyusupi hatinya.Cinta...

***

Jalan raya disekitar rumah mereka ternyata cukup ramai dihiasi toko-toko dan kios-kios penjual yang menjajakan beraneka macam dagangan.Dari toko plastik,toko-toko kelontong keperluan rumah tangga, toko sembako hingga warung-warung makan ada disepanjang jalan rawa angker. Jaka mengajak Lastri mampir ke salah satu toko keperluan rumah tangga. Mereka membeli sebuah kompor gas, magic jar,dan beberapa panci untuk memasak. Selain itu Jaka pun membeli beberapa sembako yang dibutuhkan selama sebulan. Lastri yang hanya mengangguk-angguk saja setiap kali Jaka menawarkan sesuatu apa yang lagi yg harus dibeli. Diam-diam Lastri memperhatikan suaminya itu. Ternyata mas Jaka jauh lebih matang daripada usianya.Tanggung jawabnya sebagai seorang lelaki terlihat saat itu. Ia terlihat sibuk dan begitu antusiasnya mengurus segala keperluan rumah tangga. Hingga Lastri sedikit merasa malu..tetapi diam-diam Lastri mulai merasa berbunga dalam hatinya setiap kali ia melihat mas Jaka sibuk dan tampak antusias mengurus keperluan rumah baru mereka berdua.

"Las,kamu doyan sate ayam ?" tanya mas Jaka.

"Hmm..apa aja yang penting halal, aku suka,Mas.." jawab Lastri dengan lugas. Jaka hanya tertawa kecil melihat jawaban spontan istrinya itu.Ia menarik tangan Lastri memasuki ke salah satu warung di pinggir jalan raya sekitar 100 meter dari rumah mereka. sebuah warung makan sate ayam sederhana tapi terlihat bersih dan apik tertata. Mereka duduk disalah satu meja makan. Seharian itu,Jaka benar-benar menunjukkan rasa cinta dan perhatiannya kepada Lastri layak sepasang anak muda Jakarta yang tengah berpacaran dan dimabuk cinta..

***

Setahun Kemudian...

Sudah berjalan setahun sejak Jaka pindah dan bekerja di Jakarta. Biasanya ia hanya melakukan pekerjaan rutinitasnya mengurus segala administratif yang dibutuhkan di divisinya yakni marketing dikantor. Hingga suatu hari, ia diajak rapat oleh Pak Denny, manager divisi marketing di perusahaan Hyumai. Itulah hari pertama kalinya ia bertemu orang yang sangat berpengaruh didalam perusahaan ini. Seorang lelaki paruh baya yang masih tampak energik dan berkarisma, tidak hanya seorang bos,akan tetapi sebagian besar mobil-mobil yang diproduksi dengan berbagai kecanggihan teknologi yang mutakhir oleh P.T.HYUMAI adalah rancangan lelaki ini,ia adalah Atmodjo Prawiradjaya. Ruangan rapat terasa sangat tegang ketika beliau masuk kedalamnya.Jaka sendiri selama 1 tahun bekerja,baru sekarang ini ia dapat melihat wajah lelaki yang disegani seluruh karyawan bahkan kalangan bos-bos pun segan terhadapnya.Bukan hanya karisma,tetapi kecerdasannya dalam menciptakan inovasi-inovasi teknologi yang ia rancang dalam mobil ciptaannya selalu memukau setiap kalangan,terutama kalangan kelas atas yang biasa membeli mahakaryanya yang mewah,elegant,dan inovatif. Rapat hari ini,bertujuan memperkenalkan salah satu rancangannya yang akan segera direlease ke publik. sebuah mobil mutakhir yang dapat berubah menjadi seperti sebuah kapal dan dapat berjalan diatas air. Mobil yang menurutnya menjadi sebuah solusi bagi masyarakat Jakarta dikala banjir. Hingga mereka tidak perlu khawatir mogok atau terjebak saat banjir.Mobil tersebut dilengkapi dengan alarm warning system, dimana ketika mobil berada diatas air melebihi batas ban mobil,maka mobil akan otomatis dengan sendirinya merubah bentuk menjadi seperti sebuah kapal yang dapat mengambang diatas air. Layaknya film Transformers yang dapat merubah bentuk dari sebuah mobil menjadi robot superhero. Semua orang yang hadir dalam rapat tersebut kagum dengan presentasi slide hasil karya lelaki ini. Tak terkecuali Jaka saat itu yang ikut hadir di dalam ruangan. Harganya pun sangat fantastis. Untuk sebuah mahakaryanya itu,mobil tersebut akan dijual dengan nilai hampir lebih dari 3 milyar rupiah. Mobil yang dijual terbatas hanya beberapa buah unit untuk pertama kali release, tentunya bukanlah menjadi target kalangan biasa-biasa saja. Ia akan menjadi target kalangan jet set atau kalangan atas di negeri ini.

"Pak Denny, bagaimana menurut bapak untuk persiapan release Amphibian Hi-Tech Car ini ke publik ?" tanya pak Atmodjo dengan suara berat parau yang penuh kharisma seorang pemimpin.

"Menurut saya ini sebuah mahakarya yang hebat,Pak. Kita belum punya pesaing untuk tipe seperti ini. Dengan kondisi cuaca yang kerap banjir dinegeri ini,ditambah dengan harga yang menurut saya sebanding dengan kemampuan produk yang ditawarkan,saya cukup antusias produk kita akan diterima dengan sangat welcome dipublik nanti ",jawab pak Denny dengan penuh percaya diri.

"Hmm...baguslah. Kalau begitu..Bapak tolong atur dengan tim bapak segala persiapan dan khususnya undangan untuk tamu-tamu VIP kita untuk bulan Februari 2022 nanti..supaya saat kita launching,harapan saya,sudah banyak orang yang tertarik dan memesan produk yang kita tawarkan ini. Karena barang-barang ini tidak ready stock langsung disini..kita masih butuh banyak spare parts yang harus diimport dari Amerika nanti sehingga untuk tahapan produksi butuh waktu yang lebih lama dari mobil-mobil biasa pada umumnya ",jawab Pak Atmodjo ke pak Denny. Beliau hanya menganggukkan kepala.Aku pun sibuk mencatat segala hasil meeting hari itu,dan harus aku kirimkan kepada setiap peserta meeting dan divisi yang terkait. Sekitar 1 jam lebih sedikit aku dan pak Denny mengikuti meeting yang hanya dihadiri oleh bos-bos besar untuk persiapan produk terbaru kita yang akan launching 3 bulan lagi. Ini akan menjadi acara yang spektakuler.Bukan hanya produk yang ditawarkan adalah sesuatu yang baru yang belum ada produk serupa dipasaran, tetapi karena harga yang fantastis,tentu yang akan datang dalam acara tersebut bukan orang-orang sembarangan. Mereka orang-orang berduit di negeri ini yang rela menghabiskan pundi-pundi kekayaannya untuk sebuah prestise dan Hi-Tech berkelas yang ditawarkan. Jaka beruntung,ia adalah salah satu karyawan baru yang cukup dipercaya oleh Pak Denny dan ditunjuk langsung olehnya untuk turut andil dalam bagian acara yang akan dilaksanakan disebuah auditorium gedung pertemuan termewah di kawasan Senayan nanti. Inilah pertama kali dan akan menjadi sebuah momentum bagi Jaka yang akan merubah karirnya kelak di perusahaan Hyumai itu.

***

"Jaka,sudah kau siapkan undangan dan pamflet mengenai produk kita nanti ? Oh iya,kau bisa cek digudang kita. Minggu depan mobilnya sudah akan siap,jangan lupa ambil gambar-gambar terbaik yang menunjukkan ciri khas mobil ini Hi-Tech and Classy Car..lalu masukkan didalam pamflet dan selipkan beserta undangan yang akan dikirim ke tamu-tamu VIP kita nanti. Jangan lupa undangan harus dikirim 2 Minggu sebelum acara ya.." ujar pak Denny memberi perintah kepada Jaka. Pak Denny memang seorang atasan yang baik dan professional. Kemampuan Jaka yang cukup cepat beradaptasi dalam pekerjaannya dan kejujurannya,membuat dirinya dipercaya mengambil porsi tanggung jawab yang besar untuk launching produk mereka yang termasuk paling spektakuler.Padahal Jaka adalah karyawan yang paling baru di divisi marketing. Sedangkan divisi ini yang akan menjadi ujung tombak keberhasilan sebuah produk berhasil atau tidak diterima oleh konsumen. Tetapi pak Denny sangat yakin,Jaka bisa memenuhi ekspektasinya nanti.

"Siap,Pak..saya akan urus semuanya,segera setelah beres semua,saya akan laporkan ke Bapak",Jawab Jaka dengan tegas dan singkat.Pak Denny hanya mengangguk-anggukan kepala meresponnya sambil tersenyum kepada Jaka. Hari itu Jaka sibuk mengurus segala keperluan untuk launching yang akan diadakan sebulan lagi.Dari mulai dekorasi gedung,konsumsi,kartu undangan,pamflet dan lain sebagainya hampir seluruh acara tersebut dipercayakan pak Denny padanya. Hatinya sebetulnya terkadang merasa deg-degan..khawatir ia gagal melaksanakan tugasnya itu dan tidak sesuai ekspektasi atasannya. Setiap kali datang waktu sholat,Jaka senantiasa khusyuk dan berdoa agar ia bisa melaksanakan tanggung jawabnya dengan sebaik mungkin. Ia tidak ingin ada cacat ataupun kekurangan pada setiap bagian dari acara ini nanti. Jaka tidak ingin kepercayaan yang diberikan atasannya itu luntur begitu saja jika gagal acara yang digadang-gadang menjadi sebuah acara otomotif paling spektakuler dan bergengsi di negeri ini. Reputasinya sebagai karyawan newbie dengan tingkat pendidikan yang hanya lulusan SMA dan bahkan menjadi yang terendah diantara pegawai lainnya yang rata-rata lulusan D3 dan S1 diperusahaan ini dipertaruhkan. Ia tidak ingin mengecewakan pak Denny yang justru telah mempercayakannya diantara yang lain untuk event ini.Bisa berantakan seketika dan hilang segala harapan dan masa depannya nanti. Tampaknya Allah menyayangi hambaNya yang senantiasa bekerja keras dan mendengar doanya. Karena seluruh pekerjaan Jaka hingga hari-H tiba segalanya berjalan sesuai rencananya.

***

Gedung Hall Room Senayan telah dipenuhi berbagai deret mobil mewah didepannya. Bahkan red-carpet layaknya acara-acara Hollywood pun telah dipenuhi wartawan dari berbagi media yang sibuk memfoto dan mewawancarai tamu-tamu undangan yang hadir saat itu. Sebuah Lamborghini berwarna merah telah berhenti didepan gedung. Seorang wanita muda yang terbalut gaun Gucci berwarna maroon dengan hiasan payet bertabur berlian pada belahan dada keluar dari mobil tersebut. Kulit putih bersih bak porselen tanpa cacat menambah kemewahan gaun yang dikenakannya. Make-up tebal dan wajah blasteran indo Italia menambah pesona kecantikan yang penuh kemewahan khas dari diri wanita ini. Tak ada seorang pun yang tidak mengenal dirinya, Laeticia Madrini. Seorang pembisnis wanita yang terbilang masih cukup muda dan tersukses di Asia Tenggara. Ia adalah pewaris tahta business multinasional di kawasan Asia milik ayahnya yang bergerak di bidang software yaitu Pedro Madrini. Seorang pria berkebangsaan Italia yang telah lama tinggal dan membangun kerajaan bisnisnya di Indonesia dan Singapura. Wanita itu berjalan melewati karpet merah yang digelar. Setiap wartawan terpukau akan kecantikannya yang nyaris sempurna. Tak lama dari wanita tersebut,mulai bersusul-susulan tamu-tamu undangan yang lainnya berdatangan. Dari mulai Pejabat, Dubes dari berbagai perwakilan negara, Sosialita-Sosialita yang sebagian besar adalah para pewaris tahta kerajaan bisnis keluarga dari mulai pebisnis di bidang IT hingga Fashion berkelas internasional seperti Jacob Spencer, Anne & Mark, dll. Untuk event termewah ini tidak hanya security gedung,bahkan perusahaan Hyumai pun bekerjasama dengan kepolisian setempat dan menyewa beberapa keamanan khusus yang terlatih untuk menjaga tamu VIP. Jaka yang mengenakan bluetooth earphone dan HT khusus yang diberikan dari perusahaan ikut membantu kelancaran acara sibuk berlari ke sana sini dengan seragam batiknya. Acara yang tidak hanya berisi launching produk terbaru mereka, juga berisi acara quick -buying dari produk yang launched dan charity ini berjalan lancar hingga pukul 11 malam. Jaka yang masih terduduk di salah satu sudut ruangan terlihat tampak sangat letih. Seluruh tamu undangan telah berpulang. Pak Denny yang melihat anak buahnya itu,menghampirinya.

"Selamat ya..acara berjalan cukup sukses..pak Atmodjo pun turut senang dengan acara ini..sudah ada 45 orang bahkan yang telah terlebih dahulu melakukan quick buying saat produk launched ditawarkan..meskipun kamu terbilang baru,Ka..kamu cukup sukses mengatur acara kita..pulanglah sekarang kamu sudah tampak letih..besok kamu boleh masuk agak siangan jam 9" ujar Pak Denny pada Jaka.

"Terima kasih,Pak.." jawab Jaka singkat pada pak Denny. Ia bersyukur acara berjalan lancar hari ini.Dilain sisi,ia cukup bangga juga sebagai karyawan yang terbilang newbie, ia berhasil melaksanakan tugasnya. Meskipun badannya sangat letih tapi Jaka betul-betul menikmati perjalanan pulangnya ke rumah malam itu dengan hati plong yang begitu lega.

***

" Jaka, kamu dipanggil Pak Atmodjo diruangannya.." ujar Pak Denny mengagetkan Jaka, yang masih menyisakan mata merah bengkak karena kurang tidur semalam. Selepas acara selesai,ia baru sampai rumah sekitar jam 1 lewat. Rasa kantuk dan letih seperti masih menempel pada tubuhnya hari ini.

"Baik,saya segera kesana,Pak.."jawab Jaka cepat. Jaka merapikan sebentar pakaiannya. Dalam hati ia bertanya-tanya kenapa pak Atmodjo memanggilnya ke ruangannya. Bukankah acara semalam berjalan lancar ? Tak biasanya ia memanggil seorang staf bawah langsung ke ruangannya.Hanya sekelas manajer yang biasanya keluar masuk ruangan pak Atmodjo dan baru kali ini pula ia pun akan merasakan berada langsung di ruangan pribadi pak Atmodjo. Jaka berjalan dengan perasaan berdebar-debar. Ia telah berada didepan ruangan pintu kaca lelaki paruh baya itu.Jaka mengetuk pintu kaca tersebut. Tampak,seorang lelaki mengenakan jas hitam duduk dibelakang sebuah laptop.

"Masuk.." lelaki itu berkata dengan suara datar.

"Permisi,Pak.." jawab Jaka dengan rasa hormat. Lelaki itu menutup laptopnya. Ia memperhatikan Jaka dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Jaka seketika merasa berdebar-debar.

" Maaf,Pak..Pak Denny tadi memberitahu saya kalau bapak memanggil saya untuk keruangannya.." Jaka berkata kepada lelaki yang sedang memperhatikannya itu. Berusaha memecah keheningan yang membuat jantungnya semakin berdegup kencang.

"Oh..iya..iya..kamu yang bernama Jaka Pranoto ya..anak buah Pak Denny ?" tanya Pak Atmodjo seketika berubah suaranya terdengar lembut dan parau seperti suara seorang lelaki tua yang bijaksana.

" Silahkan duduk,Nak.." lanjutnya kembali. Jaka yang semula gugup perlahan seperti ada ketenangan yang merayap di hatinya. ia mengikuti instruksi lelaki dihadapannya.

"Saya dengar dari Pak Denny,kamu yang mengurus semua acara launching semalam ?Saya tidak ngeh ada orang baru ditempatnya. Tapi penampilanmu masih sangat muda sekali,Nak. Berapa usiamu sekarang ?" tanya Pak Atmodjo padanya.

"18 tahun,Pak.." jawab Jaka kembali.

"Wah..masih sangat belia...kau tinggal sendiri disini,Nak ? karena kudengar dari Denny,kamu anak rantau ?" tanya pak Atmodjo kembali padanya.

"Betul,Pak...saya dari Yogya datang ke Jakarta bersama istri saya.." Jawabnya kembali.

"..Oh..sudah menikah ??...Maaf saya agak terkejut..biasanya anak muda zaman sekarang masih banyak bermain-main diusiamu..belum ada yang berani mengambil tanggung jawab sebesar itu..hebat betul kamu,Nak..Sudah berapa lama kamu menikah ? ",ujar pak Atmodjo memujinya.Jaka hanya tersenyum.Tersipu-sipu malu mendengarnya. Ia pun menjawab :

"Saya menikah sudah sekitar setahun lebih sejak saya merantau ke Jakarta..Orang tua khawatir dan cemas dengan kehidupan disini pak..karenanya,sebelum saya merantau ke Jakarta saya menikahi istri saya supaya lebih terjaga pergaulan saya di tanah rantau sini.." jawab Jaka kembali. Pak Atmodjo semakin kagum mendengar jawaban lelaki muda dihadapannya ini. Ia semakin yakin dengan keputusan yang akan dibuatnya itu.

" Saya memanggilmu karena saya membutuhkan seorang asisten untuk membantu saya..tetapi,saya dengar dari pak Denny kamu hanya lulusan SMA,betulkah ? tanya pak Atmodjo pada Jaka.

"Hmm..iya betul,Pak.." jawab Jaka dengan wajah agak tertunduk.

" Hmm..saya tidak mungkin menyuruh seorang anak lulusan SMA membantu saya dalam pekerjaan..Tetapi apakah kau menyukai pekerjaanmu saat ini di dunia marketing ?" tanya pak Atmodjo kembali.

"Iya,Pak saya sangat menyukai pekerjaan ini dan..saya...membutuhkan pekerjaan ini..."jawab Jaka semakin tertunduk.Hati kecilnya merasa was-was khawatir pak Atmodjo akan memecatnya begitu saja karena latar belakang pendidikannya. Pak Atmodjo seperti paham kekhawatiran Jaka. Ia terbiasa menghadapi banyak karyawan dengan berbagai karakter.

"Nak,saya tidak akan memecatmu..kamu tidak perlu khawatir...saya ingin kamu melanjutkan studimu mengambil gelar sarjana di bidang business and marketing.Kebetulan saya mengenal seorang relasi saya. Ia seorang rektor di sebuah kampus para pebisnis terbaik di Jakarta Economic and Business College. Pak Denny bilang kamu cukup cepat beradaptasi dan memilik bakat dalam bidang ini. Disana kamu bukan hanya menambah wawasan demi gelar tapi kamu bisa membangun networking untuk perusahaan kita. Kamu bisa kerja sambil kuliah. mereka punya kelas khusus untuk karyawan yang juga bekerja.Apakah kamu setuju,Nak ? Jika kamu bersedia,saya akan hubungi kawan saya untuk mengurus semuanya dan masalah biaya kamu tidak perlu pikirkan. Perusahaan yang akan membayar penuh seluruhnya", Pak Atmodjo berkata kepadanya sambil tersenyum. Jaka yang awalnya tertunduk cemas tampak kaget mendengarnya. Ia tampak tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

" Betulkah yang saya dengar ini,Pak ? Dengan senang hati Pak,saya mau menerima tawaran bapak .." Jawab Jaka begitu antusiasnya hingga tanpa ia sadari Pak Atmodjo tampak tersenyum melihatnya.

" Ya betul..nanti saya akan minta pak Denny untuk mengurus segala keperluannya serta nanti mungkin kamu akan sesekali membantu saya juga dalam beberapa tugas..Oh iya nanti saya juga akan meminta bagian HRD untuk menaikkan gajimu karena kamu akan bekerja double dengan saya dan butuh biaya tambahan untuk transportasi menuju tempat kuliahmu nanti karena saya membutuhkan seorang asisten lelaki..kamu bersedia kan ? yah..jam pulangmu mungkin akan sedikit lebih telat dari biasanya.is it ok,boy ? " tanyanya kembali pada saya.

"iya,Pak..ok..siap,Pak.." Jawab Jaka agak terbata-bata saking kaget dan terkejutnya ia dengan apa yang baru saja didengarnya. Rasanya ia ingin cepat-cepat pulang dan berbagi kebahagiaannya bersama Lastri,istri yang sangat ia cintai. Seorang wanita tangguh yang telah merelakan masa remajanya untuk berbakti dan mengurus segala keperluannya selama di Jakarta.Hingga di hati dan otaknya saat ini,hanya ada satu nama,Lastri,satu-satunya yang pantas ikut merasakan kebahagiaan yang ia rasakan saat ini.

" Baiklah..jika kamu tidak ada pertanyaan kamu bisa kembali bekerja..dan tolong panggilkan Pak Denny untuk ke ruangan saya",ujar Pak Atmodjo kembali. Jaka yang sempat melamun beberapa saat,tersadar dari lamunannya. Ia pun menganggukkan kepala.Hatinya begitu senang dan berbunga-bunga dengan kabar gembira yang ia dengar hari ini. Ia bergegas keluar dari ruangan pak Atmodjo dan menuju musholla. Ia sangat mensyukuri apa yang baru saja didengarnya. Ingin sekali ia buru-buru melakukan sujud tanda syukur dengan berita baik ini. Lastri pasti ikut senang mendengar ini,ujarnya membatin.

***

Bab 2 : Bahagia Dan Sedih Senantiasa Beriring...

Bahagia & Sedih Senantiasa Beriring..

Pelangi Baru Saja Muncul

Tetapi Awan Kelabu Tengah Ikut Menyembul

Takdir Seolah Mengerti Betul

Bahagia dan Sedih Hilang dan Timbul...

Jaka tengah bergembira ketika Sang Maha Segalanya berturut-turut mengguratkan garis takdir kehidupan penuh sukacita pada dirinya.

Jam tengah menunjukkan pukul 10 malam. Ia belum sempat menceritakan kabar baik dari pak Atmodjo perihal kenaikan gaji dan rekomendasi gelar sarjana S1 gratis yang ia terima dari perusahaannya. Tadi pulang kerja, ia lihat Lastri tampak letih hingga selepas shalat isya berjamaah,istrinya tersebut langsung tertidur. Ia tidak tega membuat istrinya mendengarkannya bercerita sedangkan gurat keletihan nampak pada raut wajahnya. Akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk mengabari berita baik tersebut pada Lastri. Jaka tengah mengatur rencana untuk membuat surprise kepada istrinya tersebut. Ia berniat untuk mengajak istrinya weekend ke suatu tempat yang romantis dan memberikan berita gembira tersebut sebagai sebuah kado surprise terindah bagi istrinya itu. Lelaki itu masih terdiam diruang depan. Ia masih terkejut dengan suratan takdir akan kehidupannya.Sepertinya baru saja kemarin ia tengah merantau ke Jakarta,tetapi dalam sekejap mata nasibnya telah berubah hanya dengan sebuah tawaran yang diberikan pak Atmodjo kepadanya. Jaka teringat masa-masa ketika ia masih mondok di As-Shofa dulu. Ustadz nya mengajarkan untuk melakukan shalat sebagai rasa syukur jika mendapatkan berita baik ataupun suatu rezeki yang tak ia sangka. Sebetulnya sudah ia lakukan dikantor tadi selepas ia keluar dari ruangan pak Atmodjo dan mendengar berita baik itu. Tetapi setiap kali ia teringat,hatinya seperti membuncah tak terkira hingga hampir-hampir ia ingin terus bersujud padaNya yang telah merancangkan takdir kehidupan yang begitu indah padanya. Jaka pun beranjak ke kamar mandi. Ia mengambil wudhu dan perlahan ia kembali ke ruang depan dan menggelar sajadahnya. Ia shalat sunnah mutlak sebagai tanda rasa syukurnya pada Sang Pencipta.Dikamar, ia melihat sang istri sudah tertidur pulas.

***

Hari ini adalah hari pertama Jaka menjadi seorang mahasiswa disebuah kampus elit bergengsi di Jakarta. Ia memiliki jadwal yang cukup padat setiap harinya. Senin/d Sabtu adalah jadwal kuliahnya.Pada hari kerja ia berkuliah diwaktu malam dari pukul 19.00 s/d 21.00 wib sedangkan di hari Sabtu ia memiliki jadwal pagi sejak pukul 08.00 hingga 10.00 wib. Jaka baru saja keluar dari parkiran kampus.Jam dipergelangan tangannya hampir menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Perutnya terasa sangat lapar.Tapi,ia urungkan niatnya untuk makan dikantin kampus. Ia teringat Lastri,istrinya dirumah. Pasti ia telah menyiapkan makan malam dirumah. Ia tidak ingin mengecewakan istrinya. Ia pun teringat Lastri belum sempat mengetahui perihal kuliahnya ini. Untunglah tadi ia membawa motor kantor untuk berangkat kesini. Sebagai seorang karyawan di bagian marketing,ia memang memiliki fasilitas penunjang berupa sepeda motor kantor yang dapat ia bawa pulang ke rumah jika dibutuhkan. Hari itu ia berangkat pertama kalinya ke kampus menggunakan sepeda motor sepulang kerja. Karena ia belum fasih menggunakan angkutan umum menuju kampusnya dari tempat ia bekerja. Ia segera keluar dari kampus dan melajukan motornya dengan cepat malam ini. Setiap kali terbayang wajah Lastri,rasanya ia ingin buru-buru sampai dirumah. Tidak tega rasanya setiap kali melihat wajah polos istrinya yang tampak letih menungguinya dirumah seharian. Walaupun Lastri tidak akan pernah marah jam berapa pun ia pulang, tetapi Jaka selalu merasa bersalah setiap kali ia membuat cemas istrinya tanpa kabar.

***

Besok adalah hari Sabtu. Jaka tengah merencanakan membuat kejutan pada Lastri. Ia telah membooking sebuah kamar hotel berbintang empat dikawasan Jakarta Barat sejak dua hari yang lalu.Hotel Weston adalah salah satu hotel mewah di kawasan Jakarta. Ia ingin berita gembira ini menjadi kado terindah bagi istrinya. Sebuah momentum yang tepat untuk menunjukkan cintanya pada Lastri, betapa berharganya istrinya dalam perjalanan hidupnya selama ini,hingga ia ingin membagi kebahagiaannya pula bersama wanita yang telah setahun lebih ia nikahi. Terpaksa malam ini ia harus berbohong pada istrinya perihal acara yang telah ia siapkan bagi istrinya tersebut. Sebuah surprise yang kelak menjadi kado tak terlupakan bagi keduanya.

"Dik, besok aku ada acara dari kantor..acara nginep gitu...kamu ikut ya...tapi..aku ada meeting dahulu diluar..jam 11 aku jemput kamu lagi..jangan lupa siapkan baju ganti terbaikmu ya..." ucap Jaka saat makan malam dengan Lastri di meja makan. Lastri merasa terkejut mendengar perkataan suaminya itu. Selama setahun lebih ia menikah dan selama suaminya bekerja di Jakarta,tidak pernah ia mengikuti acara kantor suaminya.

"Acara apa,Mas ? kok mas memberitahunya dadakan ? " ujar Lastri pada suaminya itu. Ia merasa panik,khawatir ia tidak bisa mengikuti lingkungan pergaulan suaminya itu. Ia menyadari dirinya hanyalah gadis ingusan dari desa. Cemas dan takut, ia justru mempermalukan suaminya itu. Jaka seperti menangkap rasa minder istrinya. Ia hanya tersenyum. Hatinya merasa tidak tega harus membohongi istrinya itu.Tetapi jika tidak ia lakukan,gagal seluruh surprise yang telah ia siapkan sejak 2 hari yang lalu.

"Acara biasa kok Las..hanya kumpul-kumpul saja..tidak ada yang spesial..hanya refreshing kok.." ujar Jaka kembali menenangkan istrinya itu.

"Kamu ndak usah khawatir.temanku baik semua kok. Mereka ada yang dari Jawa juga loh,Dik.."Jaka berseloroh kembali.

"oh ya,Mas ? anak rantau seperti kita ?" tanya Lastri kembali.Jaka mengangguk-anggukkan kepalanya penuh antusias.Jaka begitu cerdas,hingga ia mampu meyakinkan istrinya dan membangun kepercayaan dirinya.

"Jadi..kamu ikut ya ?" tanya suaminya kembali.

"Baiklah,mas.." jawabnya dengan tersenyum. Jaka pun tersenyum senang dalam hatinya.Rencananya berhasil.

***

Jalanan di kawasan Jakarta begitu gersang dan panas. Padahal jam masih menunjukkan pukul 10 pagi. Jaka baru saja pulang kuliah. Ia harus balik ke kantor terlebih dahulu untuk mengembalikan motor. Panas yang begitu menyengat dengan polusi asap membuat Jaka ingin buru-buru sampai dirumah.

Didalam rumah,Lastri yang telah bersiap dengan sebuah tas berisi pakaian menunggu kedatangan suaminya. Ia berusaha memberikan penampilan terbaik. Ia mengenakan sebuah dress velvet terusan selutut berwarna soft peach. Dress sederhana yang anggun,salah satu hadiah seserahan pemberian suaminya saat menikah dulu. Lastri pun mengenakan make up tipis diwajahnya. Ia bukanlah wanita yang pandai berhias. Tetapi cukup membuat perubahan pada wajah ayunya yang terlihat semakin cantik natural.

Jaka yang masih tersengal-sengal sudah terlihat diujung gang jalan.Hingga beberapa saat kemudian terdengar suara 'kreek..' pintu terbuka.Lastri yang berada di dapur menoleh ke ruang depan. Jaka tampak kaget melihat istrinya. Betul-betul berusaha untuk memberikan penampilan terbaiknya. Lastri yang tampak jengah,melihat tatapan suaminya,terkejut ketika spontan suaminya merangkul pinggangnya dan tanpa sempat berkata,ia langsung mencium bibir mungilnya. Ia pun tidak dapat menahannya hingga menikmati ciuman lelaki tersebut untuk beberapa saat. Jaka melepas ciumannya dari bibir istrinya itu,ia terdiam untuk beberapa saat.

"Maaf...aku tidak dapat menahannya.." Jaka berucap tanpa sempat menyelesaikan perkataannya.

"Tak apa...kamu kan suamiku.." Lastri menjawab tertunduk malu. Jaka merasa terkejut mendengar perkataan istrinya itu. Semenjak menikah hingga saat ini,baru kali ini ia mendengarnya. Ia seperti mendapatkan lampu hijau sepenuhnya atas diri istrinya itu. Yah..hampir setahun lebih ia menikah, Lastri tidak pernah berkata apapun setiap kali Jaka memperlakukannya seperti itu. Ia merasa senang dengan respon istrinya itu.

"Kita berangkat sekarang, mas ?" tanya Lastri menyadarkan suaminya itu.

"Oh..iya..kita berangkat sekarang.." Jawabnya kepada wanita dihadapannya itu. Jaka membawakan tas Lastri dan sebuah tas ranselnya sendiri.

***

"Surprise..." Jaka berkata pada istrinya. Ia terkejut dengan apa yang dilihatnya. Lastri terpaku didepan pintu sebuah kamar hotel. Taburan kelopak mawar merah diseluruh kamar hotel tersebut. Membuatnya mematung terpana.Belum sempat mengeluarkan sepatah kata, Jaka telah mendahuluinya.

"Kau tampak kaget,Dik ?" tanyanya tersenyum lebar.

"Maaf,aku tak bermaksud membohongimu..tapi..aku ingin memberimu kejutan..hmm...aku ingin menceritakan sesuatu padamu..Duduklah kau disini dahulu.." lanjut Jaka kembali sambil menepuk-nepuk ranjang tidur pada istrinya yang masih tampak terperangah. Ia tahu Lastri tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini selama hidupnya,bahkan dari dirinya sebagai suami. Kehidupan keduanya bukanlah kehidupan yang dihiasi kemewahan dan harta berlimpah. Tetapi cinta dan takdir yang membuat mereka bisa sampai sekarang ini.

"Mas,jadi mengenai acara kantor itu..kamu berbohong ?" ucap Lastri pada suaminya. Jaka berseringai lebar dengan barisan gigi putihnya yang terlihat jelas mendengar pertanyaan istrinya itu.

"Bagaimana menurutmu ?" Balasnya pada Lastri sambil mengerlingkan sebelah matanya dengan senyum menggoda.

"Hmm...makasih mas.." ucap Lastri sambil mencium bibir suaminya itu. Jaka nyaris tak percaya dengan apa yang baru ia terima. Lastri bukanlah tipe perempuan agresif. Tapi Jaka tak dapat menutupi perasaannya.Hatinya begitu senang menerima pujian dan ciuman istrinya itu. Hasrat birahi lelakinya tiba-tiba saja muncul. Belum sempat Lastri melepaskan ciumannya itu,Jaka telah membalasnya. Ia ******* bibir istrinya dengan penuh nafsu. Tanpa butuh suatu instruksi kata-kata, Ia membuka setiap helai pakaian istrinya itu, hingga tak tersisa sehelai benang pun ditubuh istrinya yang mungil dan padat itu. Tangannya perlahan mulai merayapi setiap inchi tubuh istrinya itu. Ia meremas payudara istrinya dengan penuh nafsu. Lastri yang tak bisa mengelak pun perlahan bangkitlah nafsunya. Ia menikmatinya.Hingga ketika nafsu telah sampai puncaknya,seperti alunan musik yang mengalun begitu saja,tak perlu petunjuk dan kata-kata, mereka saling menikmatinya setiap ******* nafas yang berhembus diiringi erangan sepasang suami istri yang tengah bercumbu dengan cinta dan nafsu yang mengalun beriringan. Hingga remang-remang lampu kamar hotel menjadi saksi bisu sebuah malam pertama bagi Jaka dan Lastri setelah setahun lebih menjalin rumah tangga.

***

Senja telah tiba. Sepasang suami istri yang terbaring tanpa busana tertidur diatas ranjang besar di sebuah kamar hotel. Lastri terlebih dahulu terbangun dari ranjangnya. Ia berjalan menuju mandi. Kamar mandi di hotel Weston tersebut terlihat cukup luas bagi Lastri. Sebuah jacuzzi yang besar yang telah terisi air dengan taburan kelopak mawar merah menutupinya. Lastri masuk kedalamnya. Baru saja beberapa menit ia terduduk sambil memejamkan mata didalam jacuzzi, suaminya telah berdiri didepan pintu kamar mandi tanpa sehelai benang pun. Belum pula Lastri berkata, lelaki itu mengikutinya masuk kedalamnya. Bagi keduanya mereka seperti tengah honeymoon malam pertama mereka. Keduanya mandi bersama didalam Jacuzzi yang cukup besar untuk dua orang. Mereka saling menggosok punggung satu sama lain. Hingga Jaka bercerita perihal Pak Atmodjo yang memberikan support finansial baginya untuk mendapatkan gelar sarjana S1 nya di Jakarta Economic and Business College dan kenaikan gajinya. Lastri tampak terkejut sekaligus bahagia dengan berita tersebut.

"Selamat ya, Mas..." tanpa ragu ia mencium bibir suaminya itu. Jaka tersipu-sipu. Hari ini keduanya tampak semakin terbuka dan mencair begitu saja seperti pasangan suami istri yang sesungguhnya .Lastri pun sudah tak sungkan menggunakan bahasa tubuhnya sebagai bentuk ekspresi cintanya kepada suaminya. Malam itu layaknya malam pertama bagi kedua pasangan suami istri yang tidak akan pernah terlupakan bagi keduanya. Karena cinta yang suci lah yang membuat keduanya melepaskan keperjakaan dan keperawanannya dengan kebahagiaan yang diiringi senyuman para malaikat yang bertasbih di sekeliling keduanya.

***

3 bulan kemudian...

Lastri yang tengah mengandung tampak terlihat pucat pasi tidak seperti biasanya. Perutnya terasa sangat sakit hingga ke tulang panggulnya. Ia tak dapat menahan sakitnya hingga ia merintih. Jaka yang tengah berbaring sambil membuka lembaran-lembaran tugas kuliah disampingnya tampak kaget melihat istrinya menahan sakit. Dengan sigap ia memegang wajah istrinya. Muka dan bibirnya sudah tampak pucat, buliran keringat mengalir deras dari dahinya. Dengan panik yang luar biasa, ia memanggil sebuah taksi online melalui aplikasi handphonenya. Tanpa sempat berganti pakaian, dengan kaos putih dan celana pendek selutut, ia membopong istrinya itu.

"Rumah Sakit terdekat,Pak !" ucap Jaka dengan suara keras yang panik pada supir taksi. Si supir melirik sesaat melalui spion kemudian melajukan taksinya dengan cukup cepat. Tidak sampai 30 menit, taksi telah berada tepat didepan pintu UGD sebuah rumah sakit. Jaka bergegas keluar dengan cepat. Lastri tampak nyaris pingsan.Wajahnya begitu pucat dengan kedua mata yang nyaris terpejam dan darah perlahan mengalir dari kedua pahanya. Dua orang petugas rumah sakit yang melihat keduanya,bergegas membantu memindahkan ke sebuah ranjang tidur. Dokter pun segera menghampiri. Jaka tampak panik melihatnya. Seorang perawat menyuruhnya untuk menjauh keluar dari ruangan. Hingga sekitar 20 menit kemudian,Dokter pun menghampiri Jaka.

" Maaf, sebelumnya bapak siapanya pasien ya ? " tanya dokter yang baru saja keluar dari ruangan UGD tersebut.

"Saya suaminya,dok.." jawab Jaka singkat.

"Hmm..Bapak boleh ikut saya sebentar.." ucap dokter berjalan menelusuri lorong dan masuk disebuah ruangan kosong dengan dua kursi yang saling berhadapan.

"Silahkan duduk,pak.." ucap dokter tersebut dengan sangat tenang. Jaka mengikuti instruksinya.Nalurinya berkata ada sesuatu yang tidak beres dengan istrinya itu.

" Begini..saya sudah memeriksa istri anda...Hmm...nampaknya usia istri anda masih sangat belia,hingga organ rahimnya belum siap untuk menerima janin. Badannya pun terlihat berkurang dari berat badan normal seharusnya..Maaf,kami tidak dapat menyelamatkan calon jabang bayi dalam kandungan istri anda..ia mengalami keguguran dan harus segera menjalani kuretase..dan..perlu bapak ketahui setelah proses penguretan dilakukan, maka istri bapak tidak akan bisa hamil dalam rentang waktu sekitar 2 tahun kedepan..Hmm..dan ini adalah surat persetujuan tindakan medis yang harus bapak tanda tangani sekarang agar kami bisa segera melakukan kuretase pada istri bapak.." ujar dokter pada Jaka. Jaka tercengang dan shock mendengar ucapan dokter. Tetapi ia tidak punya waktu untuk berfikir. Ia langsung menandatangani selembar kertas yang diberikan dokter. Dokter pun segera berjalan keluar ruangan dengan terburu-buru. Ia masuk ke sebuah ruangan khusus operasi. Disana Lastri yang dalam kondisi dibius,tengah tak sadarkan diri. 30 menitan Lastri telah berada di kamar operasi menjalani kuretase untuk membersihkan janin yang ada didalam perutnya. Dengan izinNya dokter berhasil mengkuret perut Lastri dengan lancar. Lastri pun kemudian dipindahkan kembali di dalam sebuah kamar inap rumah sakit. Lastri yang masih belum sadarkan diri terbaring di ranjangnya. Ia harus menjalani rawat inap selama 3 hari setelahnya. Jaka yang mengetahui kondisi istrinya hanya dapat terdiam membisu.Lastri belum mengetahui bahwa janin didalam perutnya telah tiada.

***

Jaka duduk disamping istrinya. Ia menggenggam tangan Lastri dengan kedua tangannya. Obat bius telah membuatnya tertidur begitu pulas. Dokter telah memberitahukan padanya bahwa mungkin butuh waktu 3 jam lebih untuk Lastri perlahan terbangun dari tidurnya setelah proses pembiusan diruang operasi tadi. Jaka tidak beranjak dari duduknya. Ia tetap setia duduk disamping istrinya. Ia ciumi tangan istrinya itu. Pikirannya tengah berkecamuk mencoba merangkai kata. Ia tidak tahu bagaimana menjelaskan pada Lastri kelak jika ia bertanya apa yang telah terjadi pada dirinya. Jaka memutuskan untuk menutupi keadaan istrinya sampai kondisi fisiknya betul-betul telah siap menerima berita buruk tersebut. Pikirannya tengah melayang flashback ke waktu sebelum semua ini terjadi. Seperti baru saja sekejap mata ia merasakan cinta yang membuncah, bagaimana malam pertamanya berhubungan layaknya suami istri di hotel berbintang dan ditambah ketika ia mendapatkan kabar kehamilan istrinya, yang membuatnya begitu bahagia hingga nyaris ia membayangkan kehidupan yang sempurna. Ketika karirnya sedang berjalan lancar, kehidupan percintaannya dengan Lastri yang mengalami kemajuan pesat, ditambah kelak kehadiran seorang anak hasil cinta sucinya dengan istri yang selama ini ia perjuangkan, agar cintanya itu tidak bertepuk sebelah tangan setelah pernikahan "terpaksa" nya dengan Lastri.Jaka membayangkan nyaris kebahagiaannya tersebut berjalan sempurna. Tetapi takdir berkehendak lain. Sehebat apapun manusia,takdir dan kuasaNya tak akan bisa dilawan,disinilah Jaka belajar bagaimana bahagia dan sedih kelak akan senantiasa berjalan beriringan. Melukiskan guratan lembar kehidupan manusia yang penuh kejutan karena takdir dan kuasaNya.

***

Sudah seminggu berlalu sejak ia dirawat inap dirumah sakit dan harus mengalami kuretase, Lastri terlihat sering melamun. Jaka sendiri telah memberitahukan perihal kegugurannya setelah Lastri pulang dari rumah sakit. Istrinya banyak berubah. Tak hanya sering melamun tapi nampak gurat kesedihan terlukis diwajah Lastri. Jaka yang kerap memperhatikan perubahan psikis istrinya dari hari ke hari yang memburuk,membuatnya sebagai seorang suami merasa khawatir. Terlebih dengan kesibukannya bekerja sambil kuliah yang telah menyita waktunya.Ia khawatir Lastri akan bertindak nekat diluar akal sehatnya nanti. Kehidupan istrinya telah begitu berat sejak dahulu. Jaka mencari akal untuk membuat istrinya tersenyum. Ia menyadari Lastri pun harus memiliki kesibukan yang lebih besar dari biasanya agar ia tidak lagi memiliki waktu untuk melamun dan larut dalam kesedihan. Hingga Jaka teringat awal dahulu masa perkenalannya dengan Lastri.Ketika ia baru lulus dari bangku SMP. Ia sangat ingin melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi.Tapi apalah daya ibunya yang hanya seorang janda yang berjualan sayur di pasar induk,tidak sanggup membiayai Lastri melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMA. Jaka pun memutuskan inilah saat yang tepat bagi istrinya itu. Agar ia merasa senang dan bisa menghilangkan kesedihannya selama ini.

"Dik, mas lihat kamu berubah belakangan ini..kamu kelihatan sedih..apa kamu masih memikirkan masalah kemarin..?" tanya Jaka dengan hati-hati dan lembut pada istrinya itu.

Lastri tak menjawab. Ia masih terdiam. Binar kesedihan dimatanya tampak jelas.

" Dik, Jangan seperti ini terus..mas mu ini jadi sedih melihatnya...Oh iya,Dik..mas kemarin coba cari-cari info mengenai sekolah dan ujian penyetaraan program SMA,masih minatkah kamu untuk melanjutkan sekolahmu ke SMA ? Mas, sangat mendukungmu jika kamu mau melanjutkan kembali sekolahmu...Mas kan sudah ada rezeki lebih..insyaa Allah cukup buat membiayaimu jika kamu mau. Berminatkah dirimu, Dik ?" Tanya Jaka dengan lembut sambil menggenggam tangan istrinya itu. Lastri yang mendengar perkataan suaminya sesaat terbuai dalam lamunannya sendiri. Ia jadi teringat ketika dahulu dirinya baru lulus SMP. Ia teramat ingin melanjutkan sekolah ke jenjang SMA,seperti sahabatnya dahulu Tia. Sayangnya, kondisi finansial Bu Dasmi,ibu kandungnya, tak memungkinkan. Hingga karena alasan itu pulalah, ia menerima pinangan suaminya,Jaka saat itu.

"Dik...gimana ?" Jaka menepuk-nepuk lembut tangan istrinya membuyarkan lamunannya. Ia mengetahui Lastri tengah hanyut dalam lamunannya sendiri dari sorot matanya yang kosong dan penuh binar kesedihan.

" Hmm..benarkah mas ?" ucapnya lirih.

" Ya..tentulah..masa mas mu bohong..Mas akan sangat senang jika kamu masih berminat melanjutkan sekolahmu lagi..biar kita bisa sama-sama maju..Mas kan juga harus mengejar gelar sarjana mas,agar bisa lulus cepat..Nah,kamu biar punya kesibukan dan mengejar impianmu dulu..Insyaa Allah..Mas akan sangat mendukungmu.." ujar Jaka menguatkan Lastri.Ia sangat menginginkan istrinya kembali seperti dulu.Senantiasa ceria dengan kesederhanaan dan kepolosannya.

"Baiklah,Mas..Hmm..terima kasih mas..kamu selalu ada untukku.." jawab Lastri pelan.

"Aku lah yang seharusnya berterima kasih padamu,Las..kamu tidak pernah mengeluh selama ini..Aku pun bisa seperti sekarang ini karena kamu yang selalu ada di sisiku.." jawab Jaka kembali pada Lastri. Ia pun mencium kening istrinya dengan cinta yang tulus. Lastri tersenyum. Perlahan seperti ada sesuatu yang merayap dan menembus relung hatinya. Menghapus perlahan awan kelabu yang tengah menyelimutinya.

***

Bab 3 : Benalu Dalam Rumah Tangga

Ah..Pelangi Memang Tidak Bisa Ditebak

Kapan Datang dan Kapan Pergi

Ketika Engkau berhasil Mencapai Puncak

Entah Kapan Angin Menerjangmu Kembali

3 tahun lebih sudah berlalu...

Jaka yang mulai beranjak dewasa secara usia, tampak semakin matang dari guratan halus diwajahnya dengan lingkar hitam di kedua matanya. Badannya pun mulai terlihat lebih berisi. Lastri pun yang telah menyelesaikan ujian penyetaraan SMA telah berhasil lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Ia berhasil pulih dari kesedihannya atas kehilangan janin dalam kandungannya. Waktu dan kesibukan ternyata obat penyembuh terbaik baginya.

Jaka tengah bersiap menghadapi sidang ujian terakhirnya dalam mendapatkan gelar sarjana ekonominya.Walaupun takdir membuat keduanya belum berhasil mendapatkan seorang momongan yang melengkapi perjalanan kehidupan rumah tangga keduanya,tetapi justru cinta Jaka dan Lastri semakin bertambah seiring waktu berjalan. Mereka belajar menghadapi suka dan duka bersama yang senantiasa datang silih berganti. Saling menguatkan satu sama lain. Jaka dengan kesuksesan karirnya yang tengah menanjak,tidak pernah sedikitpun tergoda untuk mencicipi cinta dari wanita lain. Bahkan ketika dokter menyatakan istrinya itu tidak akan bisa hamil dalam waktu 2 tahun. Waktu yang tidak lama tetapi bukan pula waktu yang singkat bagi seorang pemuda seperti Jaka yang tengah menanjak karirnya. Padahal dengan kesuksesan karir dan paras wajahnya yang meskipun bukan terbilang tampan, tetapi dikota metropolis seperti Jakarta, ia bisa menjadi seorang lelaki idaman setiap wanita.

Hari ini ia tengah bersiap menjalani sidang skripsinya. Ia telah berbicara kepada atasannya sejak dua hari yang lalu. Ia harus izin untuk menjalani sidang skripsinya pukul 09.00 pagi ini.

Waktu masih menunjukkan pukul 06.30 wib. Lastri telah menyiapkan roti bakar dengan isian selai coklat dan sedikit campuran selai kacang ditambah segelas teh tawar hangat. Sengaja hari ini ia tidak menyiapkan sarapan pagi yang terlalu berat. Ia tahu suaminya akan menjalani hari yang cukup berat untuk mendapatkan gelar sarjananya. Ia tidak ingin masalah pencernaan menimpa suaminya saat hari pentingnya ini hanya karena perkara salah makan. Jaka tengah mengunyah sepotong roti. Ia masih membuka lembaran-lembaran skripsinya. Meskipun ia telah mempersiapkan dengan baik, hatinya masih cemas membayangkan wajah setiap dosen pengujinya nanti. Semalam tak lupa ia melakukan shalat hajat agar Allah memberikan kemudahan baginya hari ini.

" Mas sudah hampir jam 7, kamu berangkat jam berapa ?" tanya Lastri lembut mengingatkan suaminya yang tengah serius berkutat dengan grafik dan tulisan-tulisan dalam skripsinya.

" Hmm..sebentar ..5 menit lagi aku berangkat.." Jawabnya singkat sambil memasukkan potongan roti terakhir ke dalam mulutnya. Ia mengunyahnya dengan cepat. Selang beberapa saat, ia telah merapihkan lembaran kertas dan skripsinya ke dalam tas ransel abu-abunya. Jaka menenggak tehnya hingga habis,kemudian ia berpamitan pada istrinya itu.

"Semoga Allah berikan kelancaran padamu, mas.." ucap Lastri pada suaminya. Ia memakaikan tas ransel suaminya.Menyalaminya.

"Aamiin yaa robbal 'alamiin.." jawabnya sambil mencium kening istrinya itu. Istrinya mengantarkan suaminya sampai depan teras. Ia tidak pernah masuk ke dalam rumah, sebelum memastikan suaminya telah hilang dari pandangannya.

***

Jaka telah sampai didepan kampus. Ia melirik jam tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul 08.15 wib. Masih ada banyak waktu. Ia perhatikan seluruh gedung kampus itu. Gedung kampus tersebut terlihat tidak terlalu besar. Arsitekturnya menyerupai seperti gedung perkantoran yang terdiri dari 7 lantai. Seluruh dindingnya terdiri dari kaca. Hingga setiap orang dapat melihat dari luar saat hiruk pikuk mahasiswa yang lalu lalang didalamnya. Kolam renangnya terletak indoor yang berada di lantai paling atas gedung kampus itu. Lapangan basket dan tenis terletak bersebelahan dibelakang kampus. kantin-kantin yang terdiri dari bangku-bangku panjang berada di pinggirannya. Hingga setiap orang yang makan disana dapat melihat pemandangan ke arah lapangan basket dan tennis mereka. Disekitarannya terdapat berbagai jenis tanaman bunga dan tanaman hias rambat yang makin menambah suasana asri layaknya taman-taman di Jepang. Parkiran motor dan mobil berada didepan dan dibasement gedung kampus tersebut. Jaka tengah terduduk disalah satu bangku disana. Ia menikmati pemandangan hijau dan beberapa mahasiswa yang tengah bermain basket. Sekitar 15 menit ia duduk disana. Hingga ketika arloji yang melingkar dipergelangan tangannya menunjukkan pukul 08.35 ia bergegas kembali ke gedung kampus. Ia naik ke lantai 5, disana terdapat sebuah ruang kelas besar yang sanggup menampung ratusan mahasiswa. Ruangan ini biasa dipakai untuk sidang ujian skripsi atau sekedar acara seminar dan pelatihan/training. Di depan pintu kelas telah terpampang selembar kertas bertuliskan jadwal waktu dan nama-nama mahasiswa yang ikut ujian sidang hari itu. Sebanyak 8 orang yang terjadwal untuk sidang hari itu. Jaka mendapatkan giliran kedua dalam jadwal. Biasanya setiap siswa mendapat waktu 45 menit saat sidang. Siapapun boleh ikut hadir menonton sidang tersebut. Satu per satu orang pun mulai berdatangan masuk. Jaka berkomat-kamit sesaat. Ruangan mulai riuh dengan peserta maupun penonton yang kebanyakan dari kawan-kawan mereka sendiri yang ikut memberikan support hari itu. Riuh perlahan berubah menjadi sunyi seketika, ketika 4 orang dosen penguji yang siap memborbardir memasuki ruangan. Gugup dan cemas perlahan mulai menyelusupi hati setiap mahasiswa ketika peserta pertama maju ke depan. Lampu seketika padam dan hanya diterangi oleh lampu dari layar proyektor. Semua orang menyimak dan mendengarkan.Tak terkecuali Jaka. Ia yang tengah terduduk dideret bangku ke empat mulai berdoa. Jaka berhenti membaca doa tepat ketika salah seorang penguji memanggil namanya : Jaka Pranoto. Ia maju dengan penuh percaya diri. Jaka membuka layar slidenya satu persatu. Ia tampil begitu prima. Setiap pertanyaan mampu ia jawab dengan fasih dan lancar. Hampir 45 menit baginya dibombardir dengan berbagai pertanyaan teoritis maupun analisa kasus yang ada. Para penguji tampak kagum dengan kecerdasannya menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Seluruh penonton yang hadir bertepuk tangan riuh melihatnya. Jaka mengucapkan Alhamdulillah ketika ia telah selesai dari sidangnya. Perasaan cemas dan penasaran bercampur aduk padanya. Ia ingin segera melihat hasil nilainya. Hingga tak berapa lama,salah seorang penguji memanggilnya dan memberikan amplop putih padanya. Jaka membuka perlahan amplop tersebut. Ia tersenyum senang mengucapkan puji dan syukur ketika melihat A+ tertulis didalam amplop itu. Hatinya bersorak riang. Jam dipergelangan tangannya menunjukkan hampir pukul 11.00 wib. Ia pun segera keluar dan berjalan menyusuri lorong hingga sampai didepan pintu lift. Ia turun dari lift tersebut. Hatinya mengucapkan syukur berulangkali. Di parkiran motor ia bergegas keluar dan kembali ke kantornya.

***

Ruang Serbaguna di kampus Jakarta Economic and Business College telah dipenuhi oleh para undangan yang akan mengadakan wisuda. Jaka tampak gagah dengan toga yang dikenakannya. Lastri,pak Denny, pak Atmodjo dan beberapa rekan satu divisinya di P.T.Hyumai sudah berada di depan gedung auditorium. Jaka memang mengundang mereka termasuk pak Atmodjo dalam acara wisudanya sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasihnya terhadap perusahaan,terutama pak Atmodjo yang telah membuat dirinya seperti sekarang ini. Mereka datang bersama dalam sebuah rombongan besar dengan sebuah mobil elf atau minibus. Lastri mengenakan gaun panjang satin model sabrina berwarna coklat muda dengan rambut cepol yang diberi hiasan jepit bunga tampak sangat anggun dan modern.Wajahnya dipoles dengan make up tipis natural. Pak Atmodjo tampak menyalami Jaka dan mengucapkan selamat. Tak lupa Lastri pun ikut menyalami bos suaminya itu. Mereka telah saling berkenalan sebelum berangkat tadi ketika mereka berjanjian untuk kumpul di kantor dan berangkat bersama-sama dengan sebuah minibus. Jaka telah mempersiapkan semuanya dengan uang pribadinya sebagai bentuk terima kasihnya kepada perusahaan terutama pak Atmodjo yang telah berjasa dalam hidupnya. Jaka telah menganggap pak Atmodjo seperti seorang ayah. Ia memang jarang bergaul dengan bawahannya sehari-hari dikantor dan selalu tampak sibuk dengan laptop merancang ide dan inovasinya untuk perusahaan. Tak heran ia hanya mengenal rekan kerja yang selevelnya, sesama BOD (Board of Director) atau minimal sekelas manajer yang biasa keluar-masuk ruangannya. Tetapi,kali ini ia ikut hadir dalam acaranya. Acara wisuda yang tampak meriah dengan dihadiri nyaris ribuan orang berlangsung sekitar 2 jam lebih. Orang tua itu tampak tersenyum penuh wibawa dan turut merasa bangga. Jaka anak yang cukup cerdas. Ia mampu mendapat gelar sarjana ekonominya dalam bidang bisnis manajemen dengan nilai summa cumlaude . Pulangnya, Jaka pun membawa mereka ke sebuah restoran Jepang untuk merayakannya secara pribadi. Ia telah membooking tempat tersebut sehari sebelumnya. Semua tampak ikut senang hari itu. Pak Atmodjo yang menatap kepada Lastri tampak tersenyum. Ia mengerti mengapa Jaka berani menikah diusianya yang masih terbilang belia dengan istrinya itu. Gadis dihadapannya tidak hanya cantik dan ayu tetapi ada gurat kematangan untuk gadis seusianya serta kepatuhan didalam diri gadis ini. Mereka berdua betul-betul pasangan muda yang serasi, gumam pak Atmodjo dalam hatinya.

***

Seorang gadis berusia sekitar 20 tahun berkulit putih bersih, berambut panjang ikal sepunggung berwarna light brown, mengenakan boot panjang hitam dengan rok mini hitam serta atasan tank top ditambah jaket kulit hitam dan kacamata hitam merek Chanel baru saja tiba di bandara setelah perjalanan panjangnya dari Amerika. Ia tampak menoleh ke kanan dan kiri mencari penjemputnya. Seorang lelaki berusia sekitar 40 tahun melambaikan tangannya. Pak Dirman,supir pribadi pak Atmodjo mengejar gadis tersebut. Ketika hampir mendekatinya wanita itu tampak mengenalinya dan tersenyum lebar.

" Ya Allah..mbak Meyra..sudah besar dan manglingin sekali..saya hampir tidak mengenalinya.." ujar pak Dirman yang telah bekerja hampir 10 tahun menjadi supir pribadi dikeluarga pak Atmodjo. Gadis tersebut hanya tersenyum. Pak Dirman dengan sigap membawa sebuah tas koper besar beroda. Mereka menuju ke sebuah mobil Nissan X-Trail berwarna hitam.

***

Sebulan setelah mendapatkan gelar sarjananya, Jaka mendapatkan kenaikan jabatan sebagai seorang manajer untuk sebuah divisi baru. Technology and Economic Business Development Division. Sebuah divisi baru yang digagas oleh pak Atmodjo untuk membantunya mengembangkan bisnis produk high-technology atau mobil-mobil berteknologi mutakhir yang diperuntukkan kalangan jet set/kelas atas. Ia memang belum memiliki seorang anak buah pun di Divisinya itu. Tapi sebagai divisi yang dibentuk khusus untuk membantu pak Atmodjo, ia adalah salah satu manajer kepercayaan di perusahaan Hyumai itu. Hingga kedekatan inilah yang membuat Jaka sudah tidak lagi merasa canggung bila berhadapan dengan pak Atmodjo. Ia telah menganggap lelaki tua ini bukan hanya seorang bos yang berkharisma dan berjasa dalam hidupnya. Tetapi sudah seperti pengganti ayah kandungnya sendiri. Pak Atmodjo kerap mengajarkan dan membimbingnya banyak hal bukan saja mengenai pekerjaan tetapi kehidupan pribadinya jua.

***

Disalah satu rumah mewah di Pondok Indah, Meyra tengah terduduk dimeja makan. Perutnya terasa mual mencium bau gulai ayam dihadapannya. Hingga ia memuntahkan suapan nasi yang baru saja masuk mulutnya. " Kau sepertinya sudah lupa bagaimana rasanya nasi dengan gulai ayam yang enak,Mey..bukankah makanan ini adalah salah satu makanan favoritmu dulu..", ujar Bu Atmodjo pada anaknya itu.

" Oh No..mommy,the taste is not good..it feels suck..!" ujar Meyra pada ibunya itu. Hampir beberapa hari belakangan ia merasakan perutnya mual hingga apapun yang ditelannya seperti naik kembali ke kerongkongannya. Meyra langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia merasa was-was.Sejak berhubungan intim dengan Jamie beberapa kali,roommate sekamarnya di Amerika dulu, ia sudah terlambat datang bulan selama 2 bulan berturut-turut. Tetapi ia tidak pernah mempedulikannya. Hari ini setelah sebulan di Jakarta, perutnya selalu terasa mual setiap kali ia memakan dan mencium bau yang menyengat hidung. Apakah ia hamil ? dalam hatinya, Meyra bertanya-tanya. Ia memutuskan untuk keluar rumah membeli test pack. Baru beberapa saat ia melangkah keluar kamar, kedua orang tuanya tengah berdiri didepan kamar.

"Are you ok ?" tanya pak Atmodjo pada putrinya.

" yes,Daddy..don't worry..i need more time here to be adapted with our foods, i guess.." jawab Meyra dengan bahasa Inggrisnya yang cukup fasih. Ia masih mengerti ketika orang lain menggunakan bahasa negerinya sendiri. Tetapi terkadang ia sulit dan lupa beberapa kosakata dalam Indonesia. Hal ini semakin diperparah dengan kondisi kedua orang tuanya, yang mereka pun memiliki kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni.

" Ok..if you're getting worst, go to the doctor...Daddy have to work now..love you,sweet girl.." lanjut pak Atmodjo sambil mencium istri dan anaknya itu.

" ok..i love you too, Daddy.." jawab Meyra singkat.Ibunya pun ikut beranjak pergi mengantarkan suaminya sampai ke teras rumah,dimana supir mereka, pak Dirman telah menunggu didalam mobil. Meyra membiarkan mobil ayahnya berlalu pergi dari hadapannya. Hampir sekitar 30 menit kemudian, ia mengambil kunci mobil X-Trail dan melaju pergi. Dirumahnya pak Atmodjo memiliki 3 mobil. Sebuah Mercedes yang biasa digunakannya ke kantor, sebuah Nissan X-Trail dan sebuah mobil sedan Hyumai,buatan perusahaannya sendiri. Meyra menuju sebuah apotik tak jauh dari rumahnya. Hanya sekitar 4 kilometer jaraknya. Ia membeli sebuah test pack. Tak sampai sekitar 45 menit,ia telah berada kembali dirumah. Ibunya bahkan tidak mengetahui anaknya baru saja keluar. Meyra buru-buru masuk kedalam kamarnya. Ia bergegas menuju kamar mandi pribadinya yang terletak didalam kamar tidurnya. Tanpa membuang waktu,ia membuka ****** ********. Ia menunggu sekitar 5 menit hingga ketika dua garis merah nampak terlihat dengan jelas pada test pack yang digenggamnya. Seperti dugaannya, ia tengah hamil. Ia tidak tahu bagaimana mengatakan pada kedua orangtuanya. Jamie adalah ayah dari calon janinnya ini. Jamie seorang bule Amerika, teman sekamarnya dahulu. Usianya 5 tahun lebih tua. Wajahnya tampan khas Amerika Latin, ia bekerja dialah satu oil company ternama disana. Mereka bertemu ketika Meyra yang bekerja disebuah restoran mewah, tengah melayaninya. Pertemuan mereka semakin intens setelah mereka saling bertukar nomor telepon. Hingga keintiman hubungan mereka semakin erat ketika Jamie memutuskan mengajak Meyra pindah & tinggal di apartemennya yang cukup mewa. Berbagi kamar dengannya. Merupakan hal yang lumrah bagi penduduk disana berhubungan intim tanpa ikatan status atau bagi orang Indonesia mereka menyebut dengan istilah kumpul kebo. Bagi sebagian besar penduduk di Amerika, bukan hanya lumrah,tetapi mereka memandang sebagai sebuah "adaptasi" sebelum mereka melanjutkan ke hubungan yang jauh lebih serius,yaitu menikah. Masalahnya, Mereka telah putus. Jamie seseorang yang posesif dan ringan tangan. Terlebih jika ia dalam keadaan mabok. Meyra akhirnya memutuskan keluar dari apartemen itu dan memutuskan hubungannya dengan Jamie. Hal ini pula yang membuatnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Ia tidak habis fikir, hubungannya menyisakan sebuah kenangan dalam rahimnya saat ini.Calon jabang bayi hasil hubungannya dengan Jamie diluar nikah. Meyra masih termenung di WC kamar mandinya. Ia bingung bagaimana menyampaikan pada kedua orangtuanya itu. Ia bahkan tidak tahu bagaimana reaksi kedua orangtuanya nanti. Apakah mereka akan marah dan mengusirnya dari rumah atau mereka akan berempati dengan kondisinya saat ini ?. Haruskah ia menggugurkannya ? Ia menerka-nerka dalam hati dan pikirannya.

***

"Mommy..Daddy...I'm so sorry...i don't know what to do and how to tell you..but i'm pregnant now.." ucap Meyra singkat sambil berlutut dihadapan keduanya setelah makan malam. Pak Atmodjo sontak kaget bukan kepalang. Ia sampai menampar pipi anak perempuan satu-satunya itu. Meyra tertunduk sambil menangis.Ia menyadari kesalahannya.

" How dare you are! you dissapointed me,young girl ! " bentak pak Atmodjo kembali. Istrinya pun tampak kaget tidak menyangka. Putrinya, yang bahkan ia sendiri masih menganggapnya seperti gadis kecil itu sanggup berbuat kotor dan hina.

" Meyra..bagaimana mungkin kamu melakukan hal hina seperti ini,Nak..kamu mempermalukan keluarga kita!" Bu Atmodjo pun sontak ikut memarahi anaknya itu. Meyra menangis semakin keras.

***

Semalaman lelaki tua itu memikirkan perbuatan kotor putrinya. Ia tahu ini kesalahan dirinya juga yang terlalu sibuk dan melepas Meyra sendirian di Amerika sana. Tetapi,entah kenapa,sesuatu melintas dalam pikirannya : Jaka. Lelaki itu terlihat lelaki baik dan bertanggung jawab. Ia pun tahu Jaka sangat mencintai istrinya. Tetapi ia tidak memiliki seseorang yang dapat ia percaya kecuali Jaka. Ia harus mencobanya.

"Jaka bisakah kamu ke ruangan saya,Nak" ujar pak Atmodjo melalui telepon pada Jaka.

"Baik,Pak.." jawabnya kembali dengan singkat.Ia bergegas menutup telepon dan berjalan menuju ruangan pak Atmodjo yang terletak bersebrangan. ia mengetuk pintu dan memasukinya.Pak Atmodjo tampak kusut seperti orang yang tengah banyak pikiran.

" Ada yang bisa saya bantu,Pak ?" tanya Jaka singkat.

"Hmm..Nak ada yang mau saya bicarakan denganmu..tapi mungkin lebih enak sambil makan malam dirumah saya saja hari ini. Kau bisa ?" tanya lelaki tua dihadapannya itu. Jaka tahu pasti ini adalah masalah serius. Tidak biasanya pak Atmodjo mengajak ke rumahnya mendadak tanpa undangan sebelumnya. Jaka pun mengiyakannya.

" Hmm..insyaa Allah bisa,pak. Apakah ada masalah dengan salah satu proyek kita ?" tanya Jaka kembali.

" Oh..tidak bukan masalah itu...ini jauh lebih penting. Nanti saja kita bicarakan lebih lanjut lagi.." ujarnya singkat tanpa senyum. Jaka pun mengerti tanda ia tidak boleh banyak bertanya kembali. Ia pun izin permisi dan keluar dari ruangan. Jaka pun mengabari istrinya lewat sebuah pesan singkat.

Dik,aku tidak dapat pulang cepat hari ini. Ada masalah dikantor yang harus ku selesaikan. Kau makan malam duluan saja ya..salam sayang selalu.Masmu,Jaka. Jaka duduk diruangannya sambil melanjutkan pekerjaannya,ia menerka-nerka masalah serius apa yang ingin dibicarakan pak Atmodjo padanya.

***

Jaka takjub melihat kemegahan rumah pak Atmodjo.Arsitektur bergaya Eropa dengan kolam renang indoor menambah kemewahannya. Pak Atmodjo mempersilahkannya duduk disebuah ruang tamu dengan sofa mewah yang empuk dan besar.

Lelaki paruh baya itu menarik napasnya dalam-dalam. Wajahnya tampak penuh tekanan.

"Nak,saya tidak tahu bagaimana berbasa-basi yang baik padamu..tapi,saya memintamu untuk menikahi putri saya Meyra.." ucap Pak Atmodjo tanpa basa basi sedikitpun. Jaka nyaris seperti tersambar petir saat itu juga. Ia sama sekali tak menyangka topik ini yang akan dibicarakan lelaki yang ada dihadapannya saat ini.

"Maaf,Pak..tapi saya telah.." belum sempat Jaka menyelesaikan kalimatnya pak Atmodjo menyela langsung.

"Saya paham engkau telah menikah dan memiliki istri. Tetapi,maukah kau menolongku ? Meyra anak Perempuanku satu-satunya. Ia baru saja pulang dari Amerika dan tengah hamil 3 bulanan saat ini. Kekasihnya seorang pria bule telah putus. Ia seseorang yang kasar dan temperamental..saya tidak ingin Meyra kelak semakin sengsara kehidupannya bersamanya..Saya ingin ia menjadi istri keduamu..Kamu tidak perlu memikirkan masalah biaya hidup ataupun yang lainnya..semua akan saya urus.." terang Pak Atmodjo kembali. Jaka diam membisu. Rasanya ia betul-betul tersambar petir malam itu.Ia tidak tahu harus berkata apa.Wajah Lastri seketika terbayang-bayang dalam benaknya. Hingga tak lama,seorang wanita muda yang cantik berusia 20 tahunan memegang nampan berisi potongan cake dan dua gelas teh manis hangat. Ia mengenakan celana selutut dengan kaos berwarna pink bertuliskan D&G,sebuah brand ternama.

"Ini adalah Meyra..anak perempuan saya satu-satunya..dan Meyra perkenalkan, ini adalah Jaka, manajer kepercayaan papa di kantor.." ucap pak Atmodjo pada keduanya. Meyra menatap lelaki dihadapannya. Jaka yang masih tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya,menatap kosong wanita itu.Pikirannya tengah melayang pada Lastri.Ia tengah membayangkan bagaimana perasaan istrinya seandainya ia mengetahui hal ini.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!