NovelToon NovelToon

Transmigrasi Mommy

Transmigrasi

Keisya Amora seorang perawat di salah satu rumah sakit yang cukup besar, dia merupakan anak angkat dari sepasang suami istri yang merupakan bibi dan paman dari ibunya.

Pagi ini keisya akan berangkat menuju tempat kerjanya dengan menggunakan sepeda motor, akan tetapi pikirannya berada di tempat lain.

"Gila tuh cerita! jahat banget ibunya. masa dia tega menelantarkan anaknya? padahal hidupnya sudah enak, tinggal duduk manis uang masuk. Lah gw harus kerja dulu." gerutunya.

Ia menggerutu sambil melajukan motornya dengan kecepatan sedang, tapi...

BRUAKK

"woy ada yang jatoh tolongin tolongin!"

Semua warga sudah sibuk berkumpul di sekeliling keisya. Salah satu dari mereka menelepon ambulans. Sementara yang lain hanya melihat tanpa membantu.

Sedangkan keisya masih sedikit memiliki kesadaran.

"Sakit banget kepala gw." ucapnya lirih. tiba-tiba kegelapan merenggutnya.

***

Di mansion mewah, seorang perempuan terbaring dengan perban di tangannya karena percobaan bunuh diri yang gagal.

"Dok gimana keadaan nyonya saya?"

Ucap salah satu maid di mansion tersebut.

"Lukanya tidak terlalu dalam sehingga tidak membahayakan nyawanya. saya sudah mengobatinya, dan ini resep obatnya. kalau begitu saya permisi." terang sang dokter sembari memberi kertas resep kepada maid tersebut.

Sang maid pun menerima kertas tersebut dan mengantarkan sang dokter ke luar mansion.

Sedangkan wanita itu sudah menggerakkan jarinya yang menandakan ia akan segera sadar.

"EUGHHH."

Perlahan mata indah itu terbuka dan mengerjapkannya perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya.

"Ashh ... sakit banget kepala gue, ehh ...," ucapnya. Terlihat dia meraba kepalanya seperti sedang mencari sesuatu.

"Lohhh kok kepala gue aman?" ucapnya sambil melirik tangannya yang terdapat perban.

"Putih banget tangan gue astaga!" Ucapnya antusias.

"Tapi, ngerasa ada yang aneh gak sih?" tanyanya pada diri sendiri

Dia mencoba menatap sekeliling ruangan itu. Tiba-tiba matanya membulat sempurna saat dirinya tak sengaja melihat pantulan dirinya di cermin meja rias yang berada tepat di depan ranjangnya.

"AAAAAA!"

Ckleek

Seorang wanita paru baya yang mengenakan baju maid masuk kamar tersebut dengan raut wajah yang terlihat panik.

"nyonya anda sudah sadar? apa yang sakit? apa saya perlu panggilkan dokter?" tanya maid tersebut tanpa jeda.

Sedangkan Keisya, dia tak memperdulikan ucapan maid itu dan terus saja bercermin mengangumi tubuhnya.

"Gila! wajah gue cantik banget, body gue bagus banget astaga ...," ucapnya antusias. Tangannya pun tak henti-hentinya mengelus permukaan wajahnya yang terasa halus.

Sedangkan maid itu hanya melongo menatap sang nyonya yang saat ini telah terduduk dan memandang wajahnya dari tempat tidur.

"Ehmm maaf nyonya anda perlu sesuatu?"

"Eh ...," kaget Keisya. Dia pun menoleh ke arah sang maid

"Lu siapa?" tanya keisya dengan raut wajah bingungnya. Dia tak menyadari kedatangan maid tersebut.

Maid itu pun kaget mengapa sang nyonya melupakannya? padahal ia hanya terluka bagian lengan bukan di kepalanya. tidak mungkin kan sang nyonya amnesia?

"Ehm saya Ningsih nyonya, maid disini." ucapnya dengan wajah tertunduk.

Keisya mencoba mencerna apa yang terjadi pada dirinya. Terlihat keningnya mengkerut, ditambah bibirnya yang ia gigit yang menjadi kebiasaannya.

"Apa gue transmigrasi? Gw inget banget di novel, pembantu setianya si ibu jahat itu namanya Ningsih dan maksudnya gue ... Gue ... Arianha Amora?" Tanya Keisya dalam hati. Netranya menatap Ningsih yang sedang menatapnya bingung.

"Nyonya anda tidak apa-apa?" Tanya Ningsih.

"Ya, kau ehm ... Bibi, bisakah aku memanggilmu bibi?"

Ningsih pun merasa heran dengan nyonya nya ada apa dengan nya? Biasanya sang nyonya akan memanggilnya dengan nama, lalu sekarang?

"Bo-boleh nya." Jawabnya gugup.

"Jangan nyonya bi! panggil aja Amora ok." Ucapnya disertai senyum Manis di bibir pucatnya.

"A-amora." Ucapnya gugup

"Bibi gagap yah?" Tanya Amora dengan wajah lugunya.

Ningsih tersentak kaget, dia tak menyangka setelah bangun sang nyonya akan menjadi kepribadian yang berbeda dari biasanya.

"Ehhh nggak non, kalau gitu bibi ke luar dulu mau ngecek si Aden udah bangun apa belum?" Izinnya.

Sontak ia mengingat siapa Aden itu, didalam cerita menceritakan bahwa Amora memiliki seorang putra yang berumur 3 tahun yang bernama Elbert, tapi sayang ia tidak pernah memperhatikan anak itu.

"Ehm bibi, bisakah bibi membawa El kesini?" Ucapnya disertai dengan senyum manis di bibirnya.

Ningsih yang mendengarnya kaget, biasanya sang nyonya tidak mau jika anaknya berdekatan dengannya dan apa ini? apakah tuan kecilnya akan di hukum kembali? Ia pun tak ada kuasa untuk melawan sang nyonya. Dia hanya pekerja tua yg beruntung bekerja di mansion ini.

"Ba-baik Amora." setelah mengatakan itu ia segera keluar untuk mengambil Elbert.

Setelah Ningsih keluar, Amora mengetuk dagunya sambil mengingat - ingat cerita novel tersebut.

"Gue pindah ke tubuh ini mungkin agar gue mengubah pandangan suaminya ke dirinya, tapi gak jadi pelakor juga kali ...." ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya sebal

"Oke gue harus hindari yang namanya Alden, tidak perlu mencari masalah dengannya oke ... huft ... tenang Keisya ... eh nama gue sekarang kan Amora?" pembicaraan diri sendiri akhirnya terhenti karena suara pintu yg terbuka.

Terlihat lah sosok anak kecil yang di gandeng oleh salah satu maid yg bertugas mengantarkannya.

"Maaf non ini tuan muda." ucap Ningsih sambil membawa Elbert ke depan tempat tidur keisya.

Anak kecil yang begitu lucu dan tampan akan tetapi badannya begitu kurus. Keisya merutuki Amora dalam hati karena tak bisa menjaga sang anak dengan baik.

Bocah itu dengan wajah takutnya memberanikan diri untuk memandang Amora yang kini tengah menatapnya berbinar.

"Hai, mendekatlah ... Jangan menunduk begitu." ucap Amora dengan halus.

Dia mendekat ke ranjang Amora dan terdiam disamping ranjang itu dengan pandangan menunduk ke bawah.

"Aihhh kau gemoy banget." ucap Amora sambil ingin mencubit batita itu tapi ketika ia mendekat anak itu menjauh.

"Ma-maapin El nyonya, El salah." ucapnya dengan nada bergetar.

Eh ... apa katanya tadi? Anaknya sendiri memanggilnya nyonya?

"Hei nak aku mommy mu bukan majikanmu panggil aku mommy," tutur halus Amora.

El yang mendengarnya sontak mengangkat kepalanya yang tertunduk.

"El boleh manggil mommy?" tanyanya dengan wajah lucu.

Amora tersenyum gemas, dia segera menepuk pinggiran kasur untuk memerintahkan El mendekatinya.

"Boleh sayang, sini naik ke ranjang mommy. Mommy mau memeluk mu," pinta Amora.

El dengan ragu-ragu mendekat, dia sangat takut berdekatan dengan mommynya. Karena beberapa kali ia terkena amukan dan tamparan dan juga berapa kali sapu melayang pada punggungnya.

"Hiks ... El pengen mommy, hiks ... El nda mau dipukul lagi mommy." ucapnya dengan menggeleng brutal.

Keisya atau sekarang kita sebut saja Amora tertegun dengan ucapan sang anak. apa begitu jahatnya ia dulu sehingga anak itu sangat tersakiti?

"Tidak sayang mommy tidak lagi memukul mu, maafkan mommy." ucap Amora dengan mata yang berkaca-kaca.

Dia mengangkat tubuh kurus itu dengan mudah ke atas kasur nya lalu memeluknya erat.

"Gue janji, gue bakal jadi ibu yg baik buat Lo my prince." ucapnya dalam hati.

Sedangkan Ningsih menangis haru dan segera keluar untuk memberi ruang buat mereka berdua.

"Kenapa anak mommy kurus sekali apa kau tidak makan?"

El yg mendengar pun dibuat bingung .

"Benalkah? El melasa tubuh El demuk." ucapnya sembari di iringi kekehan.

Amora tersenyum sembari menahan air matanya yang ingin keluar. Entah mengapa dirinya sangat cengeng.

"Apa kau minum susu sayang?" tanya Amora yang di jawab dengan gelengan oleh El.

"Ehm baiklah bagaimana jika kita turun untuk makan? Apa kau lapar? Amora. Dirinya ingin berusaha mendekati El.

"Ya mommy El lapal. mommy, El seneng mommy tayang El," ucapnya dengan tulus.

Amora tersenyum dan memeluk erat anaknya itu.

"Mommy akan selalu sayang El, cup ...," ia mengecup kening El cukup lama.

"Ayo kita ke bawah," ajak Amora

"Apakah mommy uda tehat?" tanya El dengan bahasa cadelnya.

"Ya sayang, setelah melihat El mommy langsung sehat," ucap Amora meyakinkan El.

Dengan El yg berada di gendongannya mereka menuju ruang makan yang ada di lantai bawah.

_____________________

Sedangkan di tempat lain

"Kau perempuan yang tidak tau malu! kau parasit di keluarga ini!" teriak seorang wanita paru baya kepada wanita di depannya.

"Mom sudah mom!" ujar suaminya.

Wanita paru baya itu menatap suaminya tajam. Tangannya menunjuk wanita di depannya yang kini telah menangis.

"Daddy mau bela ular ini hah! gara- gara dia, anak kita harus menikahi dia dan bertanggung jawab atas apa yang anak kita tidak lakukan!" bentaknya.

"Hiks..maafkan Luna mom, Luna cinta sama mas Alden." ucapnya sembari terisak.

"Cinta matamu! dengan cara licik kau menjerat anakku dasar wanita tak tau malu!" Teriak wanita paru baya itu. Dia adalah mommy dari Alden.

"CUKUP!" ucap tegas seseorang yang baru saja memasuki Mansion itu.

Seorang laki laki tampan berjas formal berjalan angkuh ke hadapan mereka yang sedang ribut.

"Mommy tau Alden cinta Luna, Alden juga terima kekurangan Luna. Alden udah menganggap anak Luna adalah anak Alden sendiri," ucap pria itu yang ternyata bernama Alden.

Alden merangkul sang istri, netranya menatap tajam sang mommy.

"Kamu gila Alden! kamu anak satu satunya daddy. Sekarang wanita ini mempunyai anak yang bukan darah dagingmu dan apa sekarang? gara-gara melahirkan anak itu rahim dia diangkat. Terus, kamu mau punya keturunan dari mana hah?" sentak daddy Alden. Dia tidak terima jika sang anak membangkang pada istrinya.

"Benar kata daddymu, mommy tidak Sudi anak itu jadi pewaris harta kita dan kau Alden ceraikan wanita itu! mommy muak melihatnya, dasar tidak berguna! Ayo dad kita pulang!" ucapnya dengan nada tinggi. Tangannya terlihat segera menggandeng sang suami yang berada tepat di sebelahnya dan menggiringnya keluar.

Setelah kepergian orangtua nya, Alden segera memeluk sang istri yang kini menangis. Istrinya pasti sakit hati dengan perkataan orang tuanya, Alden tahu itu.

Ia mempunyai seorang istri yang dia nikahi, wanita yang dia cintai. Akan tetapi, wanita itu telah di rusak oleh sahabatnya sendiri. sahabatnya mau bertanggung jawab akan tetapi, luna tidak ingin karena dia hanya mencintai Alden.

"Sudahlah kasian Aqila, dia ketakutan. kau lihat?" ucap Alden. Tangannya mengelus pucuk kepala sang anak pelan.

Luna mengarahkan pandangannya ke arah Aqila yang memeluk kakinya. anak perempuan yang berumur 5 tahun itu sedang ketakutan.

"Aqila liat papa! Aqila tidak usah takut ok, Oma cuman memberi nasehat kepada mama. sebaiknya Aqila ke kamar karena ini sudah waktunya Aqila tidur siang."

"Iya papah." Dengan segera anak itu menaiki tangga dan menuju kamarnya.

Setelah melihat sang anak yang menghilang dari hadapan mereka. Luna kembali membuka suaranya.

"Mas maafin aku, hubungan kamu sama ibumu jadi renggang karena aku," ujar luna.

"Sudahlah, ini hari ulang tahun pernikahan kita yang ke lima. seharusnya kau bahagia," Hibur Alden.

Luna memeluk Alden dengan erat, seakan-akan dia tidak ingin Alden lepas darinya.

Sedangkan Alden pikirannya tertuju dengan sosok lain. Tiba-tiba dirinya mengingat bahwa sekarang istrinya bukan hanya Luna tapi juga Amora. Perempuan satu satunya yang telah melahirkan darah dagingnya yang kini ia campakkan. Luna sendiri pun tidak tahu jika Alden memiliki istri selainnya.

Alden dan Amora mereka terpaksa harus menikah karena kecelakaan yang membuat Amora hamil dan juga Alden yang memang menginginkan seorang penerus.

"Sudahlah, setelah ini aku masih ada urusan ... Temanilah Aqila beristirahat," ucap Alden dengan lembut. Netranya menatap sang istri.

Setelah mendapat anggukan, Alden segera melepaskan pelukan mereka. Dia beranjak dari hadapan sang istri menuju pintu utama.

Luna memandangi kepergian suaminya dengan tatapan nanar.

kedatangan Alden

Ibu dan anak itu kini tengah makan sambil sesekali bercanda, Elbert nampak antusias menceritakan tentang kucingnya yang dia beri nama Mbul.

"Apakah kau sangat menyukai kucing El?" Ucap Amora sambil sesekali menyuapkan makanannya ke arah mulut El.

"Iya mom,tapi mbul El hilang," jawabnya.

"Don't cry sayang, bagaimana jika besok kita ke toko hewan? kita beli kucing pilihan mu setuju?"

El yang mendengar sontak tersenyum bahagia, mommy kini telah berubah menjadi ibu yang sesungguhnya.

"Thank you mom." Ucap Elbert dengan senyum di bibirnya.

"You're welcome baby," Balas Amora.

Mereka menyelesaikan maka siang mereka dengan ocehan yang Elbert lontarkan

"Sayang setelah ini sikat gigimu dan cuci kaki mu kemudian tidur siang! Ok baby?" Ucap Amora sambil mengelus lembut kepala Elbert.

Elbert pun mengangguk patuh dia tidak mau lagi mommynya marah kepadanya hanya karena ia tak patuh.

Setelah makan Amora menggendong Elbert kekamarnya. Elbert menunjukkan jalan ke arah kamarnya kepada sang mommy.

"Apakah ini kamarmu El?" tanya Amora dengan heran.

"Apa mommy lupa? Bukankah mommy yang menyuruhku tidur di kamar ini?" tanya bocah itu dengan bingung. Netranya menatap raut wajah sang mommy yang sepertinya tengah kebingungan.

Amora menatap kamar yang letaknya berada di paling pojok mansion. Dirinya tengah berpikir, mengapa Amora menempati sang anak di kamar ini?

"Ekhm ... bagaimana jika El tidur bareng mom? dan untuk barang barang El buang saja. Karena besok kita berbelanja semua keperluan El setuju?" tanya Amora. Bibir cerrynya tersenyum lembut menatap sang anak

El pun hanya mengangguk menuruti setiap ucapan sang mommy. Setelah mendapat anggukan dari El, Amora segera membawa sang anak menuju kamarnya.

Sesampai mereka dikamar, sesuai perkataan sang mommy ia langsung bergegas ke kamar mandi untuk melakukan perintah mommynya.

Setelah selesai ia keluar dan mendapati momynya sedang mencari sesuatu.

"Mommy?"

"Yes boy, ah ... iya mommy mencari ponsel mommy, apakah kau pernah menemukannya?" tanya Amora sembari mendekati sang anak.

"Bukankah ponsel mommy di ambil daddy?" tanya El heran.

"Apa!!"

Elbert yang mendengar pun kaget ia langsung menjauh dari sang mommy.

"Eeehh ... maaf sayang mommy hanya terkejut." ucap Amora disertai dengan tawa kecilnya.

"El kaget mommy." Ucapnya sambil memegang dadanya.

"Maaf kan mommy yang telah mengangetkanmu, yasudah ayo kita ke tempat tidur. apa kau mau mommy bacakan dongeng?" ujarnya. Tangannya meraih tangan kecil El dan menuntunnya ke ranjang.

Elbert berjalan sambil mendengarkan ocehan sang mommy,

Amora mengangkat Elbert ke atas ranjang, dia memposisikan bocah itu tepat di sebelahnya.

"Mommy, kenapa daddy jarang pulang? El kangen daddy," tanya El

Amora yg mendengar itu sontak menatap sang anak yang juga tengah menatapnya.

"Sayang daddy sedang bekerja untuk kita. untuk kita makan, beli baju dan mainan," bujuk Amora

Elbert memajukan bibirnya, tangannya memainkan rambut sang mommy.

"El sudah telbiasa tanpa itu cemua mommy, El hanya butuh dady." pintanya dengan nada memelas.

Amora menatap anaknya dengan pandangan iba, dia mengecup pelan kening Elbert.

"Apa El tidak ingin punya mainan? Jika ingin, besok kita akan belanja mainan yang kau mau."

El yg mendengar itu mengangguk antusias.

"Biallah Daddy Cali uang, mommy dan El yang belanja." Batin Elbert.

Saat mereka asik berbincang, seorang maid masuk kamar Amora dengan membawakan botol susu.

"Terima kasih bi," ucap Amora.

Amora mengambil botol susu tersebut dan menyuruh maid tersebut untuk kembali.

Amora mendekatkan dot buatan itu ke arah bibir El. El menatap botol tersebut dengan bingung. Namun, tak urung bibirnya juga menyambut dot buatan itu untuk dia hisap.

Mata Elbert pun mulai mengerjapkan pelan yang menandakan ia mulai mengantuk. kepalanya yang di elus dan bokongnya yang di tepuk membuatnya merasakan nyaman.

Tak terasa Amora juga ternyata ikut tertidur. Mereka berdua telah menyelam ke alam mimpi dengan Elbert yang berada di pelukan Amora.

Cklekkk.

Pintu kamar Amora terbuka dan memperlihatkan seorang pria yang memakai jas rapih mengerutkan keningnya ketika melihat ibu dan anak yang sedang tidur itu.

"Apakah aku bermimpi? Bagaimana bisa wanita itu dekat dengan Elbert? Apakah dia hanya ingin menarik perhatianku?" ujarnya bingung.

Kebingungannya terhenti saat seseorang menepuk bahunya.

"Ehm maaf tuan, apa perlu saya bangunkan nyonya?"

Laki laki tersebut membalikkan tubuhnya, ia memandang datar pelayan tersebut.

"Apakah tadi pagi dia melakukan percobaan bunuh diri?"

"Iya tuan, nyonya tadi melakukan percobaan bunuh diri. Namun gagal karena terlebih dulu di ketahui oleh salah satu maid," terangnya.

Pria tersebut adalah Alden, tadi setelah dari rumah Luna dia langsung bergegas ke mansion keduanya untuk melihat langsung keadaan istri keduanya tersebut.

"Apa yg dia lakukan?" tanya Alden dengan wajah datar andalannya.

"Nyonya menggoreskan tangannya dengan beling gelas tuan, pada saat di balkon kamarnya. tapi beruntungnya kepala pelayan yang curiga, sehingga pintu kamar nyonya segera di dobrak. tapi tenang saja tuan tadi tukang pintu sudah membenarkannya." Ucap pelayan itu dengan penjelasannya.

Alden laki laki itu, suami dari dua wanita dan ayah dari Elbert itu seorang yang datar dan dingin. Dia hanya mengangguk mendengar ucapan pelayan tadi.

Setelah puas melihat itu ia segera pergi ke ruangannya yang biasa dia tempati jika dalam mansion itu. walaupun dia membenci Amora, tapi dia juga sangat menyayangi Elbert. Dia tahu bahwa Elbert kekurangan kasih sayang. Namun, dia tidak bisa memberikannya kepada putra nya itu.

***

Hari sudah sore, Amora dan Elbert sudah terbangun dari tidur mereka. Saat ini mereka tengah mandi dengan Elbert yang antusias bermain air.

"El jangan lama lama sayang! kau bisa masuk angin," tegur Amora.

"Iya mommy," jawab El.

dia menurut dan langsung keluar dari bathtub, Amora yang melihat itu langsung membilas anak itu dibawah guyuran shower. dia juga sudah terlebih dahulu mandi saat El asik bermain di bathtub.

"Dingin," Ujar El

Amora merasakan tubuh anaknya yang bergetar di gendongannya.

"Dingin hm? mommy akan memelukmu." ujar Amora dengan bibirnya yang tak henti-henti mencium wajah Elbert.

"Deli mommy deli hahaha," oceh Elbert.

Mereka bercanda ria sampai deheman seseorang mengejutkan mereka.

Ekhm

Sontak Amora dan El menatap orang yang berada ambang pintu kamarnya dan apa ini, mengapa ia bisa membuka pintu yang sudah terkunci?

"AAAAA MOMMY!" jerit El saat tiba- tiba sang momy menaruhnya dengan spontan ke atas kasur yang menyebabkan ia kaget.

Amora langsung menutupi badannya dengan tangan bersilang karena saat ini dia hanya memakai bathrob.

"Dasar! kenapa kamu berada di kamar ku hah! Keluar kau!" ucap Amora sambil melemparkan barang yang berada disekitarnya kepada pria itu.

"Mommy stop mom! kacian daddy," pinta El

Mendengar ucapan Elbert sontak Amora membulatkan matanya.

"WHATTT DADDY??" teriak Amora.

Laki laki yang memasuki kamarnya tanpa izin adalah suaminya. Amora malu sangat malu walaupun jubah mandi itu menutupi badannya, akan tetapi yang namanya perempuan hanya memakai handuk itu adalah hal yang memalukan. Apalagi, di dunia aslinya ia belum menikah.

"Aw ... Aku ini suamimu! apa aku harus meminta izin untuk masuk kedalam kamar istriku? Apakah percobaan bunuh diri itu membuat otakmu geser hah?" teriak Alden.

Amora tak menanggapinya, dia berjalan ke arah Alden dan mengusirnya.

"Cepat keluar kami akan ganti baju!"

"Ck ... aku suamimu, silahkan saja ganti baju, aku tidak tertarik dengan tubuh teposmu itu! Aku akan memakaikan baju Elbert." Ucap Elbert menghiraukan teriakan Amora yang memanggil dirinya, dia berjalan ke arah Elbert dan menyerahkan bungkusan yang dia bawa untuk Elbert.

Amora geram bagaimana dia memakai baju jika di depannya ini adalah orang asing. walaupun Alden adalah suami dari Amora, akan tetapi jiwanya bukan dia melainkan keisya yang belum pernah menikah.

"Kau!" geram Amora, dia segera berjalan ke walk in closet dan segera menutup pintunya .

Setelah Amora berganti pakaian disana, dia segera menemui anaknya yang belum memakai baju. Akan tetapi dirinya terkejut ketika melihat sang anak yang sudah memakai bajunya.

"Eh sayang kau sudah memakai baju?" Ucapnya saat dia melihat bahwa anaknya sudah memakai baju.

"Mommy lihat! Daddy belikan baju untukku hahaha," ucapnya. Tawa riang El membuat kedua orang tuanya tersenyum.

Alden bahagia melihat anaknya yang kini sudah bisa tertawa selepas itu.

"Ya sudah, sekarang masih sore ayo kita ke bawah," ajak Amora.

Alden melihat penampilan Amora yang sangat sederhana. satu kata yang dia ucapkan dalam hatinya "Cantik."

Amora tidak memperdulikan tatapan Alden padanya. Amora segera menggendong Elbert dan keluar dari kamarnya tanpa memperdulikan Alden yang menatapnya dengan tapan yang sulit dia artikan.

Sesampainya mereka diruang tamu. Amora menyetel tv yang menayangkan kartun tayo.

Alden yang tadinya mengikuti mereka dari belakang segera duduk di samping putranya itu.

"Daddy apakah daddy akan menginap?"

Alden mengangkat tubuh kecil itu ke pangkuannya dan mengecup pelan pucuk kepala Elbert.

"Ehmm, sepertinya tidak bisa boy, karena malam ini daddy harus pulang." ucap Alden.

Amora menatap tajam Alden yang menyebut kata pulang, karena Elbert tak tahu menahu tentang hubungan orang tuanya.

"Pulang? Ini kan rumah daddy, ada Elbert dan juga mommy kenapa harus pulang?" tanya bocah itu dengan heran. Netranya menangkap mata sang mommy yang melototi daddynya.

"Ehmm dad ... " Elbert ingin bertanya kembali namun dia urungkan ketika mendengar ucapan Amora.

"El daddy hanya pulang untuk bekerja. Jadi, jika nanti urusan daddy telah selesai ... maka El akan bisa main sepuasnya dengan daddy." bujuk Amora, dirinya tersenyum lembut kepada kedua laki-laki berbeda usia itu.

El pun menganggukkan kepalanya lalu ia bercanda dengan sang daddy. Amora yang melihat itu merasa bahagia. Akan tetapi dirinya teringat suatu kenyataan, keharmonisan rumah tangganya hanyalah sandiwara

kau masih istriku

Malam pun tiba , El akan segera tidur ditemani oleh sang daddy. sedangkan Amora, dia sedang berada di kamar mandi.

"Daddy bisakah daddy tinggal belsama kami? El punya daddy tetapi seperti nda punya." Ucap Elbert dengan wajah sedihnya.

Alden yang mendengar ucapan putra kecilnya itu merasa teriris hatinya. bagaimana bisa dia menelantarkan anak kandung nya sementara anak tirinya dia beri kasih sayang melimpah darinya.

"Elbert dengarkan daddy! suatu saat nanti, Elbert akan tinggal dengan daddy."

"Benarkah? Mommy juga?"  Tanya El dengan wajah antusiasnya.

"Yes."

"Aaaa ... Elbert sayang daddy dan juga mommy." ucap Elbert sambil memeluk erat Alden.

Mereka tidak sadar bahwa ada seseorang yang menatap mereka dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Kita tidak bisa bersama El, hanya ada dua pilihan kau ikut dengan mommy atau selamanya kita tidak pernah bertemu lagi," lirihnya.

Dia adalah Amora, tanpa mereka sadari Amora sudah mendengar percakapan mereka berdua.

Setelah sadar dari lamunannya ia mendekati daddy dan anak itu.

"Elbert sudah malam ayo tidur dan kau segera pergi dari sini!" Ucap Amora. Dia langsung mengambil posisi di sebelah kanan Elbert sedangkan Alden berada di kiri Elbert.

"Ekhm, sayang daddy pergi dulu ya, lusa daddy akan pulang." Ucap Alden sambil mengelus kepala anaknya.

"Ehmm Elbert akan menunggu daddy pulang," ujarnya.

Setelah mendengarkan perkataan anaknya Alden segera bangkit dan melangkah menuju pintu keluar.

Tiba-tiba dia teringat akan sesuatu, setelahnya dia membalikkan badannya menatap Amora.

"Amora bisakah kita berbicara sebentar?" tanya Alden.

Amora mengangguk dan mengikuti Alden. sedangkan Elbert menatap mereka dengan tatapan bingung .

_________________

Setelah mereka keluar dari kamar, Alden segera menutup pintunya karena dia tidak ingin sang anak mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

"Apa yang mau kau bicarakan? cepat lah! anakku sedang menunggu." Ujar Amora ketus dengan kedua tangan yang dia lipat di depan dada.

Alden mendekatkan dirinya ke Amora dan menatapnya tajam.

"Rencana apa lagi yang kau perbuat? Apa ini siasatmu untuk menarik perhatian ku?" tanya Alden dengan tatapan menusuk.

Amora meringis dalam hati ketika melihat tatapan yang Alden berikan padanya.

"Dasar kau pria gila! apa salah aku berikan anakku kasih sayang? dan kalau kau mau menceraikanku, ceraikan saja! Aku tidak peduli, asalkan Elbert ikut denganku kau akan hidup bahagia dengan istri pertama mu itu." ujar Amora dengan nada tinggi.

Alden menatap tajam Amora, bagaimana bisa perempuan itu bicara dengan keras sementara anak mereka tengah berada di dalam kamar.

"Pelankan suaramu bodoh!" hardik Alden.

Amora membulatkan matanya. Apa katanya tadi? Dirinya bodoh?

"Hei kau! Huft ... Sabar ...." ucapnya sambil tangannya mengelus dadanya pelan.

Setelah menangkan diri, Amora menatap serius Alden.

"Alden, aku tidak lagi mengharapkan cintamu. Tetapi, bisakah kau memberi Elbert figur seorang ayah? aku tidak akan mengganggumu dengan istri tercintamu itu. Namun, satu hal yang aku minta dari mu, tolong luangkan waktu untuk anakku. Anggaplah  Ini permintaan ku sebagai seorang ibu," Ucap Amora panjang lebar. Matanya berkaca-kaca menatap Alden yang tertegun dengan ucapannya barusan.

Amora benar-benar tak bisa menghindari Alden, dia harus menghadapi suaminya ini untuk mendapatkan hak anaknya.

Alden berdehem sebentar, netranya menangkap foto yang terpajang indah di dinding kamar Amora. Foto pernikahannya dengan Amora dan juga Elbert yang berada di gendongan wanita itu.

"Kau tak perlu menyisihkan waktu untuk anakku setiap hari, cukup tiga hari sekali kau pulang ke mansion ini. Tidak perlu menginap, setelah Elbert tertidur kau pulanglah." pinta Amora dengan nada yang bergetar karena menahan tangis.

Alden menatap istri keduanya itu, dirinya merasa sesak ketika melihat Amora yang selemah ini untuk putranya.

"Baik, tapi berjanjilah padaku untuk selalu menjaga anakku dan satu hal lagi, kau masih istri sahku yang berarti aku masih mempunyai hak atasmu!" jelas Alden.

Amora mengangguk antusias, dirinya terlalu senang hingga tak memperdulikan kata terakhir Alden.

Alden menarik satu sudut bibirnya, dia memberanikan diri mengusap kepala Amora.

"Aku pulang dulu, jaga putra kita baik-baik," pinta Alden.

Amora tertegun sejenak, dirinya tak sadar jika Alden sudah beranjak dari hadapannya. Pikirannya melayang entah kemana saat Alden mengatakan "jaga putra kita baik-baik."

"Apa aku sudah gila?" tanyanya pada diri sendiri.

Setelah itu Amora kembali ke dalam kamarnya. Dia menghela nafas pelan ketika melihat Elbert yang sudah tertidur pulas.

Dengan perlahan Amora mendekati ranjangnya dan merebahkan tubuhnya di samping sang anak. Netranya tak pernah lepas dari wajah lucu Elbert.

"Kau anak yang malang sayang," ucapnya.

Amora mendekap erat anaknya itu hingga hampir membuatnya terbangun.

"Kau adalah harta berharga mommy, jangan tinggalkan mommy sayang," ucapnya.

Perlahan Amora mulai memejamkan matanya dan ikut mengarungi mimpi bersama sang anak

________________

Alden baru saja memasuki mansionnya, dirinya masih teringat dengan permintaan Amora. Sampai-sampai dia tak menyadari bahwa istri pertamanya berada di hadapannya.

"Mas, kamu kok baru pulang? Kemana aja?" tanya luna ketika melihat sang suami masuk.

Alden tersentak kaget, dirinya menatap luna yang kini sudah memakai piyama tidurnya.

"Aku ada urusan di kantor." ucap singkat Alden dengan menatap lembut sang istri.

Luna mengerutkan keningnya, netranya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam. Apa yang suaminya lakukan hingga pulang selarut ini?"

"Mas ... kamu ...," ucapannya terhenti ketika melihat tangan Alden tang menyuruhnya untuk diam.

"Aku capek, kalau mau tanya besok aja ya," ujar Alden.

Luna mengangguk samar. Terlihat tangannya meraih tas kerja Alden dan membawanya ke kamar mengikuti sang suami yang sudah terlebih dahulu berjalan di depannya.

******

Pagi hari Amora terbangun dan berniat akan menyiapkan sarapan untuk putra kecilnya.

Dia menuruni tangga sambil mencepol rambut panjangnya. Tujuannya saat ini ke arah dapur untuk memasak sarapan.

Amora melihat para maid yang sedang sibuk membuat sarapan. Amora mendekati bi ningsih yang sepertinya tengah memerintahkan bawahannya.

"Bi, apa yang kalian masak saat ini?" tanya Amora saat dirinya sudah berada di samping kepala pelayan itu.

"Diamlah, kami lagi membuat sarapan jangan menganggu!" ucap Ningsih tanpa melihat majikannya, sedangkan maid lain tertunduk takut.

"Maafkan aku bibi, tapi bisakah aku membantu?" tanya Amora dengan senyum manisnya yang kana membuat para maid terkejut bukan main.

"Kau tidak dengar! kalau aku tadi bilang ja ...," ucapnya terhenti saat dia membalikkan badannya dan melihat sang nyonya yang kini tengah tersenyum manis menatapnya.

"E-eh nyonya, saya kira siapa tadi." ujarnya dengan tangan yang menggaruk keningnya walau tidak gatal.

"Kan, bibi gitu ... Aku udah bilang jangan panggil nyonya, panggil nak atau Amora gitu, sebel aku," ujarnya.

Sedangkan para maid melongo tak percaya dengan apa yang majikan mereka katakan. Mengapa majikannya bisa berubah dalam waktu sehari? Apakah saat ini gajah sudah menghasilkan telur? rasanya tidak mungkin sikap seseorang berubah dalam sekejap.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!