NovelToon NovelToon

Antara Dendam Dan Cinta

ADDC 1

" Bawa dia masuk" perintah seorang laki-laki bertubuh tegap dan sedikit sangar pada dua orang di hadapannya.

Dua orang itu membawa seorang perempuan cantik ke dalam kamar hotel bosnya.

Jamilah nama gadis itu,usianya baru sembilan belas tahun.Dia hidup hanya berdua saja bersama kakak laki-lakinya.Tapi,kakaknya tidak pernah pulang dan Jamilah pun tidak tahu keberadaan kakaknya saat ini ada dimana.

Seorang laki-laki tidak menggunakan pakaian,hanya memakai handuk saja untuk menutupi tubuhnya.Menghadap keluar jendela dengan kepulan asap rokok di sekeliling wajahnya.

Bramasta,orang yang terkenal kaya dan penguasa di negara itu.Orang yang sangat kejam dan bisa dengan mudah melenyapkan orang yang berani membuat masalah dengannya.Mungkin karena kekajamannya dan sifat dinginnya itu,sampai dia berusia tiga puluh tahun,dia belum juga menikah.

" Bos,ini gadis yang dijadikan jaminan oleh Jamal" lapor salah satu dari dua orang yang membawa Jamilah tadi.Jamilah terkejut mendengar perkataan orang yang tadi membawanya dengan paksa.

" Hemmm" laki-laki itu hanya mendehem saja sambil mengibaskan tangannya di udara sebagai isyarat agar kedua orang itu keluar dari kamarnya.

" Ma...maaf Tuan,anda siapa ya?" Kenapa saya dibawa kemari?" tanya Jamilah.Suaranya gemetar karena merasa takut.

Orang itu bergeming,tetap berada di tempatnya tanpa menoleh sedikit pun.

Untuk sepersekian detik tidak ada yang mengeluarkan suara,kamar sangat hening dan sunyi.

" Dimana Jamal?" tanyanya dengan suara datar dan tidak menoleh sedikit pun.

" Sa...saya tidak tahu Tuan.Bang Jamal tidak pernah pulang" jawab Jamilah gugup.

Bramasta memutar tubuhnya menghadap Jamilah.Sejenak Bramasta terpana melihat wajah cantik Jamilah yang terlihat alami.Tapi,lain dengan Jamilah.Dia sangat terkejut begitu dia tahu siapa orang yang ada di hadapannya.

" Tuan Bramasta" seru Jamilah.

Bramasta menyeringai," Ternyata kamu mengenalku gadis kecil" ujar Bramasta sambil melangkah mendekati Jamilah.

Tubuh jamilah gemetar,tapi tidak bisa dia gerakan sama sekali.Tiba-tiba seluruh tubuhnya terasa kaku dan kakinya sulit untuk digerakkan.

" Tuan mau apa?" tanya Jamilah.

" Mau apa katamu.Tentu saja aku mau menikmati tubuh sepuluh milyarmu" jawab Bramasta sambil terus berjalan mendekati Jamilah,hingga tidak ada lagi ruang untuk Jamilah mundur.Tubuhnya sudah menabrak dinding kamar itu.

"Maksud Tuan?" Jamilah memberanikan diri untuk bertanya.

" Aku yakin kamu gadis baik,walau aku juga tau kalo Jamal kakakmu itu orang yang sangat brengsek.Jamal berhutang padaku sebanyak sepuluh milyar dan Jamal menjadikamu sebagai jaminannya" jawab Bramasta panjang lebar.

" Bang Jamal,kenapa tega sekali" gumam Jamilah.

Bramasta mencondongkan tubuhnya kearah Jamilah,hingga wajah mereka berdekatan.

" Boleh juga,sepertinya aku tidak rugi menukar uang sepuluh milyar dengan dirimu.Ku akui kamu lumayan cantik dan aku juga yakin kamu pasti masih perawan" ujar Bramasta lalu menyeringai.

" Tolong lepaskan saya Tuan,saya janji akan mencicil hutang Bang Jamal" pinta Jamilah.

Bramasta mundur beberapa langkah lalu mengusap-usap dagunya,seolah sedang memikirkan permintaan Jamilah.

" Baiklah kalo begitu,aku beri kamu waktu satu bulan.Jika dalam satu bulan kamu tidak bisa melunasinya,kamu harus bersedia menjadi budakku" kata Bramasta.

" Sepuluh Milyar dalam satu bulan" pekik Jamilah.

" Apa itu terlalu lama? Baiklah kalo begitu aku kasih waktu dua minggu" kata Bramasta membuat Jamilah membulatkan matanya.

Jamilah hendak protes tapi Jamilah mengurungkannya karena Bramasta langsung menariknya dan membawanya ke tempat tidur.

" Tuan bukannya kita sudah membuat kesepakatan" ujar Jamilah,dia takut Bramasta akan berbuat macam-macam.

" Temani aku malam ini" pinta Bramasta,lebih tepatnya sebuah perintah.

Jamilah memilih diam daripada urusannya semakin runyam.Bramasta yang tadi berbicara dengan nada dingin dan menakutkan,tiba-tiba meminta Jamilah untuk menemaninya tidur dengan nada lirih Sepertinya ada kesedihan yang sedang dia pendam.

" Jika aku menemani Tuan tidur malam ini,apa besok aku boleh pergi?" tanya Jamilah dengan hati-hati.

Bramasta mengangguk lalu turun dari kasur.Bramasta mengambil pakaian dari dalam lemari lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Jamilah masih duduk di kasurnya,belum berani untuk tidur.Takut Bramasta mencuri-curi kesempatan.Berita yang beredar,seorang Bramasta adalah seorang casanova dan tidak pernah menjalin hubungan yang serius dengan wanita mana pun.Wanita yang dekat dengannya hanya wanita malam,yang dekat demi uangnya saja.Kalo dekat untuk menjalin hubungan lebih,mereka berpikir beribu kali.

" Kenapa belum tidur,ini sudah larut malam" ujar Bramasta.

Jamilah kikuk,dia terlihat salah tingkah.Apalagi saat melihat Bramasta mulai naik ke kasur dan merebahkan tubuhnya.

" Kemarilah" perintahnya.

" Atau hutang Jamal akan bertambah hingga dua kali lipat" ancamnya.

Jamilah langsung menuruti perintah Bramasta dan langsung berbaring di samping Bramasta.Jamilah melirik kearah Bramasta yang sudah terpejam.

" Tidak usah takut,aku tidak akan macam-macam,kecuali kamu yang menggoda dan merayuku" kata Bramasta.

Bramasta memiringkan tubuhnya lalu melingkarkan tangannya di atas perut Jamilah.

" Biarkan seperti ini,sebentar saja"

Jamilah tidak berani bergerak atau bergeser sedikit pun.Bunyi dengkuran sudah terdengar,tanda kalau Bramasta sudah tertidur.

" Ternyata Tuan Bramasta tidak sekejam yang dibicarakan oleh orang-orang.Dia masih punya sisi lembut" gumam Jamilah.

Jamilah sama sekali tidak bisa memejamkan matanya,ini pertama kalinya dia tidur satu kamar dengan seorang lelaki asing dan dengan jarang sedekat ini.

Keesokan paginya,

Bramasta membuka matanya secara perlahan,dua orang anak buahnya sudah berdiri tegap di dekat tempat tidurnya.Bramasta melihat ke sekeliling kamar,Jamilah sudah tidak ada di kamar itu.

" Gadis itu sudah pergi dari dua jam yang lalu Tuan" lapor salah satu anak buahnya,seolah tau apa yang ada di dalam benak Bramasta.

" Pukul berapa sekarang?" tanya Bramasta.

" Pukul sembilan" jawab anak buahnya.

Bramasta mendudukan tubuhnya dengan posisi kaki yang menggantung," Tidurku nyenyak sekali" gumamnya.

" Awasi gadis itu,jangan sampai dia kabur" perintah Bramasta.

" Siap Bos" jawab Anak buah Bramasta secara bersamaan.

" Apa Jack belum datang?" tanya Bramasta.

" Tuan Jack sudah pergi ke pelabuhan Tuan,karena pagi ini beberapa orang kita hendak mengirim barang ke sebrang"

" Bagus!" Kerjakan tugas kalian dengan baik.Kalian boleh pergi" titah Bramasta.

Setelah kedua anak buahnya pergi,Bramasta masuk ke kamar mandi.Bramasta mengguyur tubuhnya dengan air dingin,setelah selesai mandi Bramasta memakai pakaiannya lalu keluar dari kamar hotelnya.Bramasta meminta pada supir untuk mengantarkannya ke pelabuhan,dimana Jack sedang berada di sana.

Jack adalah Asisten pribadinya.Sudah sepuluh tahun Jack mengabdi pada Bramasta.Selama bisnis milik Bramasta dibantu oleh Jack,bisnisnya pun semakin berkembang pesat.Jack sama seperti Bramasta,kejam.Bahhkan lebih kejam dari Bosnya itu.

ADDC 2

" Apa pak,saya di pecat?" tanya Jamilah.

" Salah saya apa pak?" tanyanya lagi.

" Maaf Jamilah,ini sudah keputusan atasan,saya hanya menjalankan tugas saja" jawab manager kafe tempat Jamilah bekerja.

Jamilah keluar dari kafe dengan lesu,dia berjalan di bawah teriknya sinar matahari.

" Kalau aku dipecat,gimana aku bisa ngumpulin uang untuk bayar hutang Bang Jamal" gumam Jamilah.

Ciit...tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya.Beberapa orang turun lalu memaksa Jamilah untuk masuk ke dalam mobil.

" Kalian siapa?" tanya Jamilah sambil terus memberontak.

" Diam!" bentak salah satu dari mereka.

" Tolooooong" teriak Jamilah saat mobil itu melewati jalanan yang ramai.

Bugh

Salah satu dari mereka memukul tengkuk Jamilah hingga Jamilah pingsan.

" Kenapa kamu memukulnya,kalo bos tau kita bisa celaka" kata Supir.

" Lalu aku harus bagaimana,teriakannya bisa mengundang perhatian orang banyak dan itu sangat berbahaya" orang itu membela diri.

 

Jamilah pun membuka matanya secara perlahan dan betapa terkejutnya saat dia tau kalau dia sekarang sedang berada di sebuah kamar yang tampak mewah.

" Aku dimana?" tanya Jamilah sambil mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamar itu.

Pintu kamar terbuka,seorang pria tua masuk ke kamar itu sambil tersenyum manis bak gula jawa.

" Ternyata kamu sudah bangun,manis" ujar Pria tua itu,sebut saja namanya Roma.

" Kamu siapa?" tanya Jamilah.

Hahaha...Pria itu tertawa mendengar pertanyaan Jamilah.

" Aku calon suamimu" jawabnya.

Jamilah membulatkan matanya," Calon suami?" tanya Jamilah.

" Iya,apa Jamal tidak pernah menceritakan tentangku padamu.Jamal sudah menjualmu padaku dengan harga sepuluh milyar" jawab Roma.

Roma membuka pakaiannya lalu naik ke atas kasur.

" Kamu mau ngapain?" tanya Jamilah ketakutan.

" Mau ngapain?" Tentu saja mau bersenang-senang.Menikmati tubuhmu juga menjebol tembok pertahananmu" jawabnya.

" Aku mohon jangan,aku tidak mau" tolak Jamilah lalu beringsut hendak turun dari kasur.

" Tidak satupun yang boleh menolak keinginanku" kata Roma lalu merobek pakaian Jamilah.

Roma semakin menggila saat melihat tubuh polos Jamilah terpampang jelas di hadapannya.

" Jangan...Aku mohon ja...ngan...hiks" Jamilah memberontak sambil menangis.

Brak!!!

Pintu di buka dengan paksa.

Beberapa orang berpakaian rapi berwarna hitam masuk lalu menyeret paksa Roma.Jamilah menarik selimut lalu menutupi tubuhnya yang terbuka.

Bramasta masuk dengan gagahnya,lalu menghampiri Jamilah.

" Tuan..." ucap Jamilah lirih.

" Kamu tidak apa-apa?" tanya Bramasta dan Jamilah menggeleng.Air mata sudah membanjiri wajahnya.

Bramasta membuka jasnya lalu menutupi tubuh Jamilah.Bramasta menggendong tubuh Jamilah ala bridal style dan membawanya keluar dari kamar itu.

Anak buah Bramasta bingung melihat Bramasta yang mau bersentuhan dengan seorang wanita.Biasanya Bramasta sangat anti dengan satu makhluk yang bernama perempuan.

" Kita pulang" perintah Bramasta pada supirnya.

Tok

Tok

Tok

Ada yang mengetuk kaca mobil Bramasta.

" Bagaimana Bos?" tanya orang itu.

" Bawa ke markas" jawab Bramasta sekaligus perintah.

Supir langsung mengemudikan mobilnya menuju ke rumah Bramasta.Jamilah masih menangis dan sedih meratapi nasibnya.

" Bagaimana?" Apa Jamal sudah berhasil ditemukan?" tanya Bramasta pada anak buahnya yang duduk di samping supir.

" Belum Bos" jawabnya singkat.

" Bang Jamal jahat" gumam Jamilah.

Bramasta menoleh kearah Jamilah yang duduk sambil menunduk.

" Bang Jamal jahat" gumamnya lagi.

Hahaha...tiba-tiba Jamilah tertawa dengan sangat kencang.

" Dia kenapa bos?" tanya supir.

" Gak gila kan?" sambung anak buah Bramasta.

" Aku harus menemukan Bang Jamal" ujar Jamilah dengan suara berat dan sorot mata yang tajam.

" Kita ke rumah sakit" perintah Bramasta,dia takut kejiwaan Jamilah terguncang akibat kejadian yang terjadi padanya tadi.

" Baik Bos"

Mobil melaju dengan kecepatan sedang.Sesampainya di rumah sakit,Bramasta membawa Jamilah masuk ke ruang Dokter pribadinya.

" Apa dia gila?" tanya Bramasta setelah Dokter selesai memeriksa Jamilah.

" Dia hanya sedikit terguncang" jawab Dokter dengan singkat.

Jamilah sudah tertidur di brankar,Dokter menyuntikan obat penenang agar Jamilah bisa istirahat.

" Kamu tunggu dia di sini,aku harus bikin perhitungan sama tua bangka itu"

Bramasta keluar dari kamar rawat Jamilah lalu meminta supir untuk mengantarkannya ke markas.

...****************...

" Beri tahu aku,dimana Jamal?" tanya Jack sambil mencengkram leher Roma.

" Aku tidak tahu" jawab Roma.

Jack menyeringai lalu mengeluarkan pisau lipat berukuran kecil dari saku jaketnya.

" Katakan dimana Jamal atau aku potong sedikit demi sedikit burung empritmu itu" gertak Jack.

" Sebenarnya kalian ini siapa?" Kenapa ikut campur urusanku?" tanya Roma.

" Astaga,aku lupa" Jack menepuk keningnya seolah baru melewatkan sesuatu yang penting.

Plak!!!

Jack menampar pipi Roma sebagai tanda perkenalan."Perkenalkan,namaku Jack,Jack Martino"

Roma membulatkan matanya saat mendengar nama itu.Siapa yang tidak kenal nama Jack Martino,orang yang terkenal kejam dan brutal itu.

" Ke...kenapa Tuan menangkapku?" Apa salahku?" tanya Roma dengan suara bergetar dan tubuh gemetar.

" Karena kamu sudah berani menculik,menyekap bahkan menyentuh gadis milik Bramasta" jawab Jack.

" Aku tidak tau kalo gadis itu milik Tuan Bramasta.Aku membelinya dari Jamal dengan harga sepuluh milyard.Jamal mengatakan padaku jika gadis itu adalah adiknya" terang Roma.

" Aku tidak butuh penjelasan apapun darimu" kata Jack.

Pintu di buka dengan kasar.Bramasta masuk ke dalam ruangan itu dengan wajah merah karena menahan amarahnya.

Brak!!!

Bramasta menendang kursi kayu tempat Roma duduk dengan kondisi terikat.

" Ada apa Bram?" tanya Jack,dia tidak pernah melihat Bramasta semarah ini.

" Dia sudah membuat wanitaku gila" jawab Bramasta.

Bramasta menarik kerah baju Roma," Dimana Jamal?" tanyanya.

" Saya tidak tahu Tuan" jawab Roma ketakutan.

" Satu pertanyaan,jika tidak dijawab dengan benar sama dengan satu sayatan" kata Bramasta sambil mengeluarkan pisau lipat miliknya.

Wajah Roma berubah pucat,"Sungguh Tuan,saya tidak tau" kata Roma.

Cras...Aaaaaaaaaa....!!!

Satu sayatan mendarat di pipi Roma di diiringi teriakan dari Roma.

" Dimana Jamal?" tanyanya lagi.

" Bram lebih baik kamu urus Jamilah,dia sudah siuman.Tua bangka ini biar aku yang mengurusnya" kata Jack.

" Aku mau Jamal,bawa dia padaku.Hidup ataupun mati"

Bramasta keluar dari ruangan itu lalu melangkah menuju mobilnya.Bram merogoh ponsel di saku celananya dan melihat beberapa pesan yang masuk dan beberapa panggilan tak terjawab dari dokter yang bertugas merawat Jamilah.

" Kita kembali ke rumah sakit" perintah Bramasta pada supir.

" Baik Bos"

Supir pun melajukan mobilnya dengan kecepatan rendah,karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan untuk ngebut.

" Besok buang mobil ini,lelet sekali" gerutu Bramasta.

" Cinta sih cinta Bos,tapi jangan gila" gumam Supir.

" Apa kamu bilang,gila?" seru Bramasta.

" Iya Bos,jalanan ini membuatku gila" jawab supir asal.

" Kamu benar,besok suruh anak buah kita mengecor jalan ini dan lapangan helikopterku harus diselesaikan secepatnya.Kalau tidak,kalian semua akan menanggung akibatnya" ancam Bramasta.

Sesampainya di jalan raya,barulah supir melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.Jangankan warga biasa,petugas keamanan saja bisa menyingkir jika melihat mobil yang ditumpangi oleh Bramasta melintas di jalan.Jadi,dia tidak perlu takut akan terjadi kecelakaan.

ADDC 3

Bramasta masuk ke kamar inap Jamilah,dia melihat Jamilah sedang duduk bersandar di brankarnya.Bramasta memasang wajah datarnya lalu menghampiri Jamilah.

" Apa hubungamu dengan tua bangka tadi?" tanya Bramasta pada Jamilah.

" Dia sama sepertimu,orang yang membeliku pada Jamal senilai sepuluh milyard" jawab Jamilah.

" Hemmm hebat juga si Jamal,bisa menjual satu adiknya pada dua orang sekaligus" kata Bramasta.

Jamilah diam membisu,tidak tahu harus mengatakan apa.

" Waktumu sisa beberapa hari dan aku tetap menunggumu" kata Bramasta lagi dan berlalu pergi.

" Tuan" panggil Jamilah sebelum Bramasta benar-benar pergi.

Bramasta menghentikan langkahnya," satu menit"

" Bagaimana jika saya tidak bisa membayar uang itu?" tanya Jamilah.

" Kamu tentu sudah tahu jawabannya" jawab Bramasta lalu keluar dari kamar itu.

" Bang Jamal"

" Bang Jamal"

Ucap Jamilah lirih dengan sorot mata tajam ke depan.

" Bang Jamaaaaaaalll!!!" teriak Jamilah sekencang-kencangnya,hingga para perawat berlari berhamburan masuk ke kamarnya.

" Beri obat penenang" perintah Dokter.

" Lepas!! Lepaskan saya" pinta Jamilah sambil memberontak.

" Tenang Nona" kata Dokter.

" Lepaskan saya Dok,saya harus pergi.Saya harus mencari Bang Jamal" pinta Jamilah lagi.

" Nona bisa mencari Bang Jamal besok,sekarang sudah malam.Nona harus istirahat" ujar Dokter sambil memberi kode pada suster untuk menyuntikkan obat penenang.

" Tapi,saya harus mencarinya sekarang Dokter" balas Jamilah.

" Besok saja ya,sekarang Nona lebih baik tidur" bujuk Dokter.

Perlahan tubuh Jamilah pun lemas kemudian matanya pun terpejam.

" Jangan lengah dan jangan sampai pasien kabur" pesan Dokter pada para suster.

" Emangnya dia siapa Dok?" tanya salah satu Perawat.

" Saya juga tidak tahu pasti,yang saya tahu gadis ini datang bersama Tuan Bramasta" jawab Dokter.

Wajah para suster mendadak tegang setelah mengetahui siapa Jamilah.

...****************...

" Bagaimana?" Apa kalian sudah menemukan Jamal?" tanya Bramasta.

" Belum bos.Dari informasi yang saya dapat,Jamal melarikan diri keluar kota" jawab anak buah Bramasta.

" Kerahkan semua anggota kita,aku mau Jamal hidup-hidup" titah Bramasta.

" Siap Bos" sahut anak buah Bramasta lalu pergi.

Bramasta menghisap rokoknya lalu mengepulkan asapnya ke udara.

" Akan aku apakan gadis itu?jika aku melepaskannya,aku takut akan ada Roma Roma yang lain.Jika aku membawanya ke rumah ini,apa kata dunia nanti.Lagipula yang salah adalah Jamal,bukan gadis itu" monolog Bramasta.

" Arghh..." Bramasta berteriak dan menjambak rambutnya sendiri.

" Kenapa aku mencemaskan gadis itu,toh dia bukan siapa-siapa" ocehnya.

Bramasta masuk ke dalam kamarnya lalu merebahkan tubuhnya di kasur dan mulai memejamkan matanya.

" Tuan...tolong aku"

Bramasta tersentak lalu terbangun dari tidurnya," Jamilah" seru Bramasta.

Kriing...

Ponsel milik Bramasta berdering,Jack yang menelponnya.

" Ada apa?" tanya Bramasta.

" Aku sedang di rumah sakit,Dokter bilang Jamilah berprilaku seperti orang gila,dia terus berteriak memanggil Jamal dan..." belum selesai Jack berbicara di seberang telpon,Bramasta memotongnya.

" Bawa dia pulang" perintah Bramasta.

" Pulang kemana?" tanya Jack.

" Haruskah aku menjelaskan dari A sampai Z padamu Jack" hardik Bramasta yang dengan sepihak memutuskan telpon dari Jack.

" Bertahun-tahun bekerja ikut denganku,kenapa masih bodoh juga" umpatnya.

Bramasta turun dari kasur,lalu keluar dari kamarnya.

" Parjo...Parjo" teriak Bramasta memanggil kepala pelayan di rumahnya.

" Saya Tuan" sahut Parjo dengan nafas tersengal.

" Suruh Parmi bersihkan kamar" perintah Bramasta.

" Di pagi buta begini,Parmi belum bangun Tuan" kata Parjo.

" Bangunkan!" Bila perlu siram pake ceramah bapakmu" kata Bramasta dengan kesal.

" Baik Tuan" kata Parjo patuh lalu melangkah menuju kamar Parmi.

" Dia pikir bapakku ustadz apa,disuruh ceramah" gerutu Parjo.

Tok tok tok...Parjo mengedor pintu kamar Parmi.

" Parmi,disuruh Tuan membersihkan kamar" teriak Parjo.

Ceklek...Parmi membuka pintu sambil mengucek matanya.

" Ada apa sih Parjo,ini baru jam tiga pagi.Ngapain Tuan suruh aku bersihkan kamar jam segini,ini pasti akal-akalan kamu aja kan" tuduh Parmi.

" Akal-akalan hidung lu pesek,kalo gak percaya lu dateng aja ke kamar Tuan dan lu tanya langsung" kata Parjo lalu pergi.

" Si Tuan ada-ada aja sih" oceh Parmi.

Parmi berjalan menuju kamar majikannya.

Tok tok tok...Parmi mengetuk pintu.

" Masuk" teriak Bramasta dari dalam kamar.

Parmi membuka pintu kamar dengan perlahan," Tuan memanggil saya?" tanya Parmi.

" Tolong bersihkan kamar ini,jangan ada kotoran atau debu sedikit pun" kata Bramasta.

Parmi mengkerutkan keningnya,tidak seperti biasanya Tuan Bramasta memintanya untuk merapikan kamar.

" Tumben-tumbenan Tuan meminta saya yang bersihkan kamar,biasanya kan Jack atau Parjo yang bersihkan" gumam Parmi.

Parmi mulai membersihkan kamar Bramasta,setelah selesai Parmi membawa sprei dan baju kotor keluar.

" Sudah Tuan" lapor Parmi pada Bramasta yang sedang duduk di ruang tengah.

" Hemmm" dehem Bramasta.

" Apa ada yang harus saya lakukan lagi Tuan?" tanya Parmi.

" Tidak" jawab Bramasta singkat.

" Kalo begitu saya permisi ke belakang Tuan" kara Parmi.

" Hemmm" lagi lagi Bramasta hanya mendehem.

Terdengar bunyi mobil memasuki pekarangan rumah Bramasta.Cepat-cepat Bramasta melangkahkan kakinya ke depan rumah.

" Nona sedang tidur di mobil,Dokter terpaksa menyuntikan obat penenang agar Nona berhenti berteriak" lapor Jack.

Supir membuka pintu mobil,lalu Bramasta mengendong Jamilah ala bridal style menuju kamarnya.

" Jack,aku gak salah lihatkan? itu beneran Tuan Bramasta kan?" tanya Parjo,karena setau Parjo Bramasta sangat alergi sama yang namanya perempuan.Bahkan asisten rumah tangga yang ada di rumah itu hanya Parmi saja yang perempuan.

" Semoga kehadiran Jamilah bisa merubah Tuan Bramasta juga kondisi rumah ini yang dingin seperti kutub utara" ujar Jack.

" Kamu benar Jack.Semoga saja kehadiran Nona bisa meruntuhkan gunung es yang sudah lama membeku" balas Parjo.

" Jack" panggil Bramasta dari lantai dua.

" Butuh sesuatu?" tanya Jack.

" Naik" perintah Bramasta.

Jack berjalan menaiki anak tangga," Ada apa?" tanyanya lagi.

" Bawa gadis itu ke rumahmu,karena siang ini Papa akan datang ke rumah ini" titah Bramasta.

" What?" Sudah gila kamu.Kalo Ibuku salah paham dan menyuruhku untuk menikah dengan gadis itu,gimana.Kamu mau gadis itu aku nikahi,enggak kan" elak Jack.

" Aku harus gimana dong?" tanya Bramasta bingung.

" Kenapa bingung sih,bilang aja terus terang sama Tuan Besar,siapa gadis itu" jawab Jack.

" Gila!" Ogah" kata Bramasta.

Jack menggelengkan kepalanya,bingung melihat tingkah Bramasta.

" Parjo,sini" panggil Jack.

Parjo berjalan mendekati Jack dan Bramasta." Ada apa Jack?" tanya Parjo.

" Kamu bawa Nona ke rumah belakang,jaga ketat dan jangan sampai dia keluar.Jika dia keluar dan bertemu Tuan Besar,suruh dia mengaku kalo dia pembantu baru di rumah ini" jawab Jack.

Bramasta membulatkan matanya mendengar jawaban Jack,sedangkan Jack dengan santai berjalan menuruni tangga.

" Dasar Muna,cinta tapi gengsi" gumam Jack lalu masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari sana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!