NovelToon NovelToon

DETEKTIF MUDA

1. MOS (Masa bikin Orang Susah)

Di sebuah sekolah, terasa sekali suasana heboh siswa kelas sepuluh SMA yang sedang melaksanakan MOS. Di sana-sini terlihat siswa-siswi tengah diospek, dihukum dan dikerjai oleh para senior. Sementara, di kelas sepuluh sain A, para siswa baru tengah dipandu oleh beberapa senior dari OSIS yang berada di depan kelas mereka.

"Kamu!" tunjuk salah satu dari senior tersebut.

"Sa-saya Kak?" Tanya anak yang ditunjuk oleh senior tadi untuk memastikan keadaan. Apakah benar dia yang diminta untuk ke depan, atau mungkin siswa yang ada di belakangnya.

"Iya, kamu! Perkenalkan siapa nama kamu di depan kelas ini!" Dengan nada dingin dan tinggi.

"Ba-baik Kak," ujar gadis itu ragu-ragu melangkah menuju ke depan kelas.

"Siapa nama kamu?" Tanya senior itu dengan wajah dingin sembari menutup hidungnya. Gadis yang ditunjuk itu hanya memandang sepintas, lalu memulai untuk memperkenalkan dirinya.

"Na-nama sa-saya a-adalah Ma-marni."

Dia berbicara dengan terbata-bata. Setiap dia mengatur nafas, semua orang yang ada di dalam kelas ikut merasa sesak menunggu gadis itu menyelesaikan perkenalannya.

"Nama lengkap?" tanya senior yang lain.

"Na-nama le-lengkap sa-saya Lutvia Megita."

Lalu gadis itu memperhatikan ekspresi dari para senior OSIS yang merasa heran atas perbedaan nama panjang dengan nama panggilannya.

"Lho, kok nama kamu malah menjadi Marni? Kayaknya gak nyambung banget deh?" tanya senior wanita yang lain merasa hal ini merupakan sesuatu yang aneh bin ajaib. Seingat Marni, nama senior cantik itu adalah Talita.

"Du-dulu wa-waktu la-lahir, sa-saya dibe-beri na-nama Ma-marni."

"Ta-tapi kata I-ibu na-nama sa-saya ditu-tukar ja-jadi Lutvia Megita."

"Na-namun sa-saya su-sudah bi-biasa di pa-panggil Ma-marni."

"Ma-makanya pa-panggil sa-saja sa-saya Ma-marni."

Marni telah merasa sesak karena berbicara mode gagap, terlalu panjang. Dia baru menjalani rutinitas menjadi gagap seperti sekarang semenjak beberapa hari ini, yakni semenjak tinggal di rumah indekos yang tidak jauh dari sekolah.

Setelah menyelesaikan perkenalannya, gadis bernama Marni itu melihat semua senior yang menjadi panitia di kelasnya menutup hidung. Baik yang dekat, maupun yang jauh dari sisinya.

"Kak, a-apa sa-saya ba-bau?"

"Emang kenapa?" tanya senior yang bernama Jimmy. Sang ketua OSIS sekolah ini. Baginya, orang yang bernama Jimmy ini adalah orang yang sangat menyebalkan.

"E-enggak cu-cuma na-nanya."

Dia memperbaiki posisi kacamatanya. Marni melirik para senior tersebut dengan perasaan kesal. Namun, dia harus tenang dan tidak boleh menimbulkan komentar yang aneh-aneh akan dirinya yang berada dalam identitas baru ini.

"Apa lihat-lihat? Melawan?" tanya senior yang lain. Marni kembali menundukkan pandangannya, namun di dalam hatinya terus mengutuk mereka.

"E-enggak!" Marni hanya bisa kembali ke bangkunya dengan bersungut-sungut di dalam hati.

Bagi dia, masa-masa MOS ini terasa sangat berat dan menyebalkan. Gadis ini memiliki nama asli Via, sengaja menyembunyikan identitas asli sebagai Marni, karena sebuah pengalaman buruk berurusan dengan mafia, memaksanya untuk menjadi orang lain. Dalam aksi penyamarannya saat ini, ternyata malah membuatnya menjadi sasaran empuk hukuman dari para senior, terutama Jimmy.

Hanya karena tampak dekil, rambut tidak rapi, kaos kaki yang beda kiri dan kanannya, dan lain-lain. Saat dia menatap lurus kepada para senior pun dia kena hukum.

Ada saja alasan para senior untuk menghukumnya, puncak penderitaannya ialah pada hari MOS terakhir.

Yakni senior bernama Jimmy tega menyiksa gadis bernama asli Via itu berlari keliling lapangan basket tanpa sepatu sebanyak duapuluh kali di siang bolong dengan alasan memakai sepatu berbeda kiri-kanan.

Setelah menyelesaikan hukumannya, Marni duduk terengah selonjoran di bawah tiang bendera. Keringat berkucuran dengan derasnya, membuat keringat berjatuhan seukuran biji jagung. Tanpa dia sadari, keringat yang berjatuhan bewarna hitam. Dia memijit telapak kakinya yang terasa cukup perih.

"Sialan lo, baru jadi anggota OSIS aja udah belagu?" sungut seorang anak laki-laki yang juga dihukum.

Anak laki-laki itu tampak begitu culun, mungkin setara dengan dirinya. Celananya gantung, meski saat ini tengah trend fashion yang demikian, entah kenapa dia terlihat begitu lucu dengan celana seperti itu.

Menggunakan kaca mata juga seperti si gadis jelek di sebelahnya dengan rambut klimis entah kebanyakan wax atau mungkin malah kebanyakan minyak.

Marni seperti mencium aroma minyak sayur dari arah rambutnya.

"Ka-kamu dihu-hukum ju-juga ya?"

"Siapa Lo?" tanya anak laki-laki itu dingin, dan matanya menatap Via dengan sangat sangat tidak bersahabat. Untuk pertama kali melihat ada cewek yang mukanya belang aneh seperti itu.

"Gu-gue Ma-marni. Gu-gue dihu-hukum ga-gara se-sepa-patu be-beda."

Belagu sekali anak ini? Rasanya ingin sekali menembakkan karet gelang ke dalam mulutnya.

"Gue Joko. Gue juga dihukum gara-gara hal yang sepele. Tapi, ngapain juga lo sampai memakai sepatu beda pasangan seperti itu?" Melirik Marni yang tengah selonjoran dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Entah kenapa ekspresi wajah cowok culun itu membuat Marni kembali kesal setelah menjalani hukuman keliling lapangan duapuluh putaran, tanpa alas kaki. Perasaan kesalnya menjadi dua kali lipat melihat ekspresi cowok culun itu.

Ternyata dengan diam-diam, si cowok culun terus menilai gadis jelek yang ada di sampingnya ini. Gadis yang sangat jauh dari kata cantik. Muka dan kulit bewarna hitam legam tak terawat, rambut dijepit asal-asalan, dan kacamata entah minus berapa.

Mukanya kok belang aneh kayak gitu? Memang ada yang sampai begitu ya? Keringatnya pun bewarna hitam.

Matanya mulai pindah ke benda di sebelah kakinya untuk memastikan sesuatu. Ternyata benar, sepatunya... dia merasa ajaib sekali.

*K*ok bisa ya, ada gadis bodoh memasang sepatu sampai beda begitu? Paling tidak, rasanya pasti berbeda saat kiri kanan berbeda. ckckck... Joko berdecak dalam hatinya sambil menggelengkan kepala.

"Gue ta-tadi bu-buru-buru, ja-jadi gak ta-tau sepa-patu nya be-beda."

Sebaliknya, Marni juga menilai Joko dengan aneh dan heran. Emangnya masih ada ya, makhluk mirip teman lelaki Betty Lafea di zaman ini?

Setelah itu, mereka saling membuang muka, mereka tidak tahu bahwa semua ini adalah awal dari perjalanan kisah mereka berdua ke depannya.

Padahal kejadian sebenarnya yaitu, dia tadi hampir saja terlambat ke sekolah. Dia baru saja menyelesaikan sebuah misi sebagai detektif muda rahasia. Dibilang detektif cilik, di usianya yang sekarang, dia sudah tidak bisa dikatakan cilik lagi. Jadi kita bilang saja dia sebagai Detektif Muda, sesuai dengan judulnya. 😋

Gadis enam belas tahun ini baru turun dari sebuah helikopter, tepat di atas rumah indekosnya. Turun menggunakan tangga tali, lalu dia sudah berada di atap rumah kosan itu. Waktu telah menunjukkan pukul enam lbih tiga puluh pagi.

Dengan sedikit atraksi menuruni atap lantai dua, pelan-pelan turun hingga sampai ke tanah dengan sempurna. Masuk ke dalam kamar dengan cara membuka jendela yang sengaja tidak dikunci, lalu melompat ke dalam kamarnya.

Hanya sekedar gosok gigi, tanpa mandi dia mendadani diri dengan cairan khusus yang bisa membuat seluruh tubuhnya berubah menjadi hitam legam. Sehingga bentuk asl dari dirinya, benar-benar tidak terdeteksi lagi.

Waktu terus berjalan, mendekati jarum jam dimana bell sekolah berbunyi, hingga ia tergopoh berlari sambil membawa sepatu asal dan memakainya di jalan. Yaahh.. ternyata salah, sepatu yang terbawa ternyata berbeda pasangan.

Karena malas untuk balik, sementara gerbang sekolah sudah di depan mata, maka dia memilih untuk lanjut. Terserah apa yang akan terjadi, yang terjadi, terjadilah, seperti sebuah lirik lagu saja ya.

Apa pun yang akan dilakukan oleh senior, mereka selalu benar, sementara junior selalu salah. Jika senior salah, maka akan kembali ke pasal pertama, licik banget nggak tu? Ya udah, salah aja sekalian.

Bagaimana nanti ya kalau dia yang jadi senior? Haruskah dia menjadi orang yang kejam untuk membalas semua perlakuan yang dia terima kepada para junior?

Nah, karena kejadian tadi pagi membuat dia bertemu cowok culun, berkacamata itu. Kesialannya semakin bertambah ketika saat pulang sekolah tiba-tiba saja dia ditabrak dari belakang oleh seorang pria bertubuh kekar. Siapakah pria itu?

Marni Mode:On

![](contribute/fiction/3771397/markdown/24374039/1639649954755.jpg)

...\*bersambung\*...

...JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YAAA. LIKE, LOVE, VOTE, DAN KOMENTAR 🥰🥰😘😘...

...\*terima kasih\*...

2. Booommm

Duh, apes banget gue hari ini, gadis kumal itu terus bersungut sepanjang perjalan pulang sekolah. Meski jarak sekolah dengan indekosnya cukup dekat, berjalan sendirian seperti ini membuat dia merasa jarak itu menjadi sangat jauh.

Diperhatikannya suasana ramai kiri kanan, siswa-siswi pulang sekolah. Rata-rata mereka pulang bersama temannya. Hanya dia yang tampak berjalan sendirian, mencoba memahami alasan mengapa tidak ada yang mau berteman dengannya.

Tiba-tiba dia merasa cukup sedih, teringat kembali pada masa SMP masih ada satu teman yang selalu ada di sisinya. Namun, kali ini ditinggalkan karena takut hal yang sama menimpa teman baiknya lagi. Yaitu diculik oleh mafia, karena terlalu dekat dengannya.

Tengah asik merutuki dan mengingat masa lalu, tiba-tiba dia ditabrak dari belakang oleh seorang pria bertubuh kekar hingga dia terjatuh. Dia terduduk, menepuk-nepuk kedua tangan membersihkan pasir yang memenuhi telapak tangan akibat terjatuh tadi. Setelah itu, pria yang baru saja menabraknya telah mencoba untuk berdiri.

Pria itu kembali bangkit dan berlari, membawa sesuatu di tangannya tanpa mengucapkan maaf terlebih dahulu kepada gadis yang merasa hari-harinya semakin mengenaskan ini.

Feeling-nya berkata ada sesuatu yang tidak beres. Dengan gesit Marni melempar alat pelacak kecil yang langsung menempel di celana bagian belakang pria itu.

Secepat itu pula ia mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Ponsel yang selalu dinonaktifkan saat jam sekolah, akhirnya diaktifkan kembali saat ia bertugas.

"Halo! Ded, cepat datang ke lokasi dekat sekolah!" Setelah itu dia menuju tempat yang lumayan sepi, di mana ia biasa bertemu dengan supir andalannya.

Supir yang selalu menemaninya sejak dia berada di negara ini. Tepatnya sejak dia masih duduk di kelas tujuh SMP, atau semenjak tiga tahun lalu.

Di sana dia telah ditunggu oleh minibus hitam dan langsung masuk ke dalam mobil big body tersebut.

"Kamu segera cek map! Aku sudah memasang alat pelacak pada orang itu. Sekarang aku mau ganti baju dulu," ucapnya lalu mengganti seragam sekolah, dengan pakaian yang nyaman untuk aksinya. Bagian belakang mobil ukuran besar itu sengaja dimodifikasi untuknya aktifitas sebagai detektif swasta di bawah naungan organisasi BOS.

Alat pelacak menunjukkan lokasi pria tadi, tepat berada di sebuah pusat perbelanjaan. Tepat di mana mobil berhenti saat ini. Pintu bagian tengah telah dibuka dari dalam.

Munculah sesosok gadis muda nan cantik, memakai pakaian serba hitam yang ngepas di tubuhnya yang ramping.

Di bagian paha di celana latexnya, sudah terselip sepucuk pistol sekedar untuk berjaga-jaga.

Di dalam ranselnya tersedia macam-macam alat pelindung diri yang biasa dia gunakan, baik itu pisau, semprotan untuk mata, alat kejut listrik, dan alat-alat elektronik yang digunakannya untuk berkomunikasi dengan pasukan yang dikomandoinya saat ini.

Benar, gadis muda ini adalah wakil ayahnya pada cabang organisasi BOS di negeri ini.

Sekarang dia telah terlepas dari senior yang biasa menemaninya untuk bertugas. Dengan menjalankan tugas sendiri berarti dia siap untuk menanggung risiko sendiri. Demi menjaga kerahasiaan organisasi yang dipimpin oleh ayahnya di negeri Merlion, Singapura.

"Lebih baik kamu sembunyi! Kalau semua selesai, aku akan memanggilmu kembali!" titahnya kepada sang supir yang direkrut oleh organisasi dengan cara yang spesial.

"Oke, Vi!" sahut supirnya yang bernama Dedi. Dengan cepat kilat kendaraan big body itu sudah tidak tampak lagi oleh pelupuk mata.

Via mengotak-atik kaca mata hitam yang dipakainya, ternyata benda yang tampak biasa itu merupakan sebuah alat canggih, sebagai alat pendeteksi serba-guna. Dia bisa melihat semuanya dengan jelas. Ya semuanya, termasuk isi dalam baju seseorang jika menekan tombol tertentu.

Terkadang dia bisa tidak fokus bila dihadapkan pada kondisi yang ramai. Dia juga manusia biasa yang bisa saja keliru, termasuk keliru dalam menekan tombol yang memiliki fungsi berbeda pada kacamata itu.

Dulunya pernah terjadi, di saat genting masyarakat tengah ramai, gadis ini ingin menekan tombol detektor material, namun ternyata malah tertekan mode transparan.

Sehingga terpampang dengan nyata di matanya isi dalam baju orang yang ada di hadapannya. Hal itu membuatnya salah tingkah sibuk menutup mata, dan mengutuk kekonyolannya itu.

"Nah, di sana!" desisnya.

Via segera berlari ke tempat yang dicurigainya tadi. Namun, pria bertubuh kekar tadi telah melarikan diri. Kalau tidak salah dia keluar dari sini, segera mendeteksi apa yang ada dalam gudang yang sudah tidak terkunci lagi. Dia mengotak-atik kaca matanya, *N*ah itu!

Via menemukan sebuah kotak. Telinganya didekatkan ke kotak itu. Terdengar suara halus dan teratur. Dengan sangat hati-hati Via membuka kotak tersebut. Waktu mundur yang ditunjukkan oleh benda itu tersisa tiga puluh menit lagi. Kotak tersebut berisi bom waktu.

Dicobanya untuk memutuskan salah satu dari kabel yang dianggap penting, siapa tahu waktunya terhenti. Namun nahas, waktu pada timer bukannya berhenti, malah menjadi semakin pendek. Via segera menghubungi pilot, yang juga direkrut oleh organisasi BOS, untuk urusan bagian udara.

"Cepat ke sini!!. Di sini ada bom yang akan meledak dalam 15 menit," lewat headphone yang terpasang di kepalanya.

Via berjalan cepat setengah berlari, melompat, bergelantung, memanjat, dan kembali melompat dengan hati-hati karena di dalam ranselnya ada benda berbahaya yang siap meledak.

Via merasa ada yang tengah mengikutinya. Dia menoleh ke belakang, namun tidak menemukan bayangan siapapun. Dia yakin sekali bahwa ada yang mengikutinya, namun itu urusan nanti.

Saat ini dia harus segera naik ke atas, kembali ke fokus tugas utamanya saat ini, yakni memindahkan benda berbahaya yang siap menghancurkan dirinya dan bangunan ini menuju ke tempat yang paling aman.

Di bagian atas gedung ini yang biasa disebut rooftop telah berdiri helikopter yang siap lepas landas, dan Via berjalan menunduk melawan tiupan angin yang dihasilkan oleh baling-baling dari bagian atas capung terbang ini. Setelah itu, ia langsung masuk dan memberi aba-aba, "Cepat!!! Tujuh menit lagi!!!" Dengan suara yang sangat nyaring.

......klik gambar di bawah ini...

Capung raksasa itu langsung mengambang, bergerak menuju kawasan pantai yang tidak jauh dari sana. Namun, dimana-mana ada kapal yang tengah melaut, dimana para nelayan mencari peruntungan dari hasil laut hari ini.

"Tinggal dua menit lagi. Ke sana! Ayo ke sana lagi! Sepertinya di sana cukup sepi!" Kembali disampaikan kepada Kapten Peter, sang pilot handal yang bekerja di bagian udara, untuk membantu pekerjaan Via.

Sampai di kawasan laut yang sepi, dia melempar bom itu ke laut "NAIK!" teriaknya.

Helikopter kembali mengudara meninggalkan titik itu, selang beberapa detik terdengar ledakan keras. Bom tersebut berhasil memecahkan laut menjadikannya hujan sesaat di kawasan itu.

...klik gambar di bawah ini...

"Bawa aku ke tempat tadi!" titahnya kepada Kapten Peter.

Gadis itu turun, mengucapkan terima kasih, yang dibalas dengan acungan jempol kepada gadis yang mereka panggil dengan Nona Via.

Via berjalan sendiri menyusuri mall, senyuman puas tersungging di bibirnya, berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik untuk menyelamatkan masyarakat, dari aksi teror bom hari ini.

Tanpa disadari dia menari berputar-putar dan bertabrakan dengan seseorang, mereka sama-sama terjatuh.

"Maaf, tadi gue terlalu gembira," celetuknya sembari melirik sosok yang ada di hadapannya ini.

"Ah, gak apa kok. Kenalkan namaku Devan," anak itu mengulurkan tangannya sembari membantu sang gadis berdiri.

Via hanya melihat uluran tangan itu tanpa ada niat untuk meraihnya, lalu berusaha untuk berdiri sendiri.

"Tadi, aksimu keren abis!"

"Ha? Maksudnya? Jangan-jangan yang mengikutin gue tadi itu elo ya?" sedikit mendekat dan menarik kerah baju Devan, wajah dan mata Via melotot mengancam pria itu.

"Ah, gak apa-apa kok. Aku juga seorang..." mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya, menunjukkan kartu identitasnya pada Via.

"Ouw, lo detektif juga?" lalu mengembalikan kartu tersebut dengan cuek.

"Yap!!! detektif rahasia sepertimu," Devan tersenyum tipis menerima kartunya kembali.

"Sssstt!!!" kembali menarik kerah baju Devan, "Lagian siapa yang nanya?" kembali diperhatikan raut wajah Devan, tak segan dia menjepit dagu cowok itu dengan jarinya lalu menilik bagian kiri kanan.

"Kok wajah lo familiar ya?"

"Ah, gak mungkin! Identitasku kan tersembunyi," ucap cowok bertampang imut itu.

Melihat aksi dan gaya cowok muda yang mungkin seusia dengannya, membuat dia tidak tertarik dan jengah. Dia tidak menyukai orang-orang yang kebanyakan omong. Apalagi dia itu seorang pria. Setelah itu dia pergi begitu saja.

Devan langsung mengejar Via dan menarik tangan Via, dibalas dengan cekatan menangkap tangan cowok itu lalu berputar memelintir tangan yang dia rasa terlalu berani di awal perkenalan ini, setelah itu menguncinya dan didesak hingga menempel ke dinding

"Aaauuww aaauuww aaampiuun!" pekiknya.

"Apaan sih lo? gak sopan banget tau nggak?" lalu melepas kuncian tangan Devan tadi lalu tersenyum smirk.

"Boleh minta nomor hapemu?" tanyanya ragu-ragu sedikit takut.

"Buat, apa?" kembali menangkap tangan Devan dan menguncinya.

"Aku orang baik kok, sumpaaahh!" Via kembali melepas kuncian tangannya tadi.

"Aku sangat kagum sama kamu. Apakah kita bisa terus berkomunikasi?"

"Buat apa?" Siap-siap hendak mengunci tangan Devan kembali

"Tunggu! tungguuu! tunguuu! Aku hanya ingin agar bisa mengontak kamu agar lebih mudah. Aku masih tahap belajar, siapa tahu bisa belajar denganmu?"

"Hmmm, menarik juga! Tapi bayaran gue gak murah lhooo?"

"Tidak apa, yang penting aku bisa memiliki guru detektif yang hebat seperti kamu."

"Yakin? Gue gak akan ngurangin tarifnya!"

"Iya, sebutkan saja!"

"Tapi jangan pingsan ya?!"

"Iya, sebutkan saja!"

"Sekali pertemuan seratus juta, sanggup?"

"Aaaapaaaaaaa?" dan ternyata Devan beneran pingsan memikirkannya.

...*bersambung*...

...JANGAN LUPA MENINGGALKAN JEJAK, LIKE, KOMENT, HATI, DAN VOTE YAAA.. 🥰🥰😘😘...

...terima kasih...

Visualisasi Via mode: ON

cekrek dulu ya, satu... dua... tiga...

3. BOS bg.1

Selang tak beberapa lama dengan kejadian ledakan bom tersebut, telah beredar di kanal Utub video aksi Via yang membuat heboh masyarakat sekitar, dan masyarakat yang sempat mengunjungi pusat perbanjaan tersebut.

Banyak masyarakat yang memperbincangkan masalah ini, sampai masuk menjadi sebuah trending topik hingga jadi berita besar di televisi.

Ini bukan hal yang Via harapkan. Dia sudah berusaha bekerja sendirian agar tidak menyulut perhatian khalayak ramai karena semua tindakan yang dilakukannya adalah sebuah misi yang sangat rahasia.

Via bekerja dalam naungan BOS, singkatan Big Organization Secret, yang dipimping oleh Tosan nya.. sebenarnya Tosan ditulis dengan Otou-san. Tetapi Via sudah lancar memanggil dengan Tosan.

Chizuru Sato, adalah ayah kandung dari Lutvia Megita, seorang pria berkebangsaan Jepang, yang mendirikan Organisasi Detektif dan Agen besar tingkat Multi Nasional. Merupakan pendiri BOS sebagai *supplier agen*t dan detektif swasta yang sangat besar, berpusat di Singapura.

Jatuh cinta kepada wanita asli Indonesia bernama Megita Purnama, seorang pengacara yang sangat terkenal di negeri Merlion, Singapura.

Via memiliki seorang Kakak dengan rentang usia yang sangat jauh darinya, bernama Yudhit Akira Sato, yang memilih mengikuti jejak ibunya dalam bidang hukum, namun memilih profesi sebagai Jaksa.

Sejak dulu antara Ibu dan Yudhit selalu saja bertentangan, mulai dari hal kecil hingga hal besar. Dalam pendidikan pun, Yudhit sengaja memilih Jurusan yang sama dengan Ibunya, namun sengaja pula mengambil profesi yang berlawanan dengan ibunya.

Sang ibu bertugas membela tersangka, sang sulung bertugas menuntut tersangka. Tak jarang pula dua beranak itu cek cok di tengah persidangan karena satu kasus yang sama.

Mengapa Via tidak diberi nama keluarga seperti kakaknya, tetapi memberi nama ibunya? Karena Tosannya ingin si bungsu ini mengikuti langkahnya sebagai seorang detektif.

Jadi memutuskan membuat Via tidak tampak menonjol di kalangan lain. Sejak usia dua tahun sudah dididik dengan keras oleh Tosannya. Memasukkan pada macam-macam perguruan bela diri. Mulai dari karate, taekwondo, capuera, boxing, seni beladiri dengan pedang, senjata api, memanah, dan lainnya.

Tentu saja pada awalnya sang ibu keberatan dengan latihan-latihan berat yang diberi semenjak gadis itu kecil. Namun sang ayah terus meyakinkan sang ibu bahwa ini semua untuk masa depan Via nantinya.

Via tercipta dari percampuran dua bibit yang terlalu unggul, sehingga dia tumbuh besar menjadi gadis lincah, cekatan, jenius, dan kuat. Tidak hanya itu, dia memiliki paras yang cantik perpaduan Jepang dan Indonesia yang tidak perlu diragukan lagi.

Menjuarai semua turnamen yang dia ikuti semenjak balita dan selalu menjadi yang terbaik di sekolahnya.

Namun, hal itu membuat Via memiliki watak buruk dan angkuh yang telah tampak semenjak usia sekolah dasar. Dia merasa segala di sekitarnya itu kecil, selalu merasa jadi yang paling hebat, paling kuat, dan paling pintar. Selain itu, juga karena sang ayah yang terlalu memanjakannya, menyanjung berlebihan, dan memberikan segala yang diminta, membuat Via jadi anak besar kepala dan arogan.

Oleh sebab itu, saat dia akan masuk tingkat SMP, orang tuanya memilih Via dititip di Indonesia. Di sekolahkan di Indonesia. Agar bisa belajar budaya Indonesia.

"Mamiii...Tosan...why your leave me here?" *Mengapa aku ditinggal sendirian di sini?* tangisnya.

Bagaimana pun dia hanya seorang gadis kecil yang juga butuh orang tua bersamanya.

Sang ibu memeluk gadisnya itu, "Di sini kamu akan belajar banyak hal. Ingat, kamu adalah gadis hebat kesayangan kami. Ini kami lakukan karena kami menyayangimu, jadi lah anak baik dan rendah hati. Selayaknya orang Indonesia pada umumnya."

Via mengangguk dan memeluk keluarganya. Mami, Tosan, dan Yudhit.

"Adik kecilku, kamu jangan nangis lagi ya?!"

Yudhit memberikan sebuah boneka Teddy Bear pada adiknya. Namun ternyata reaksi Via hanya diam tidak menggubris. Bagi dia boneka bukanlah hal yang menarik.

Setelah itu, dari dalam kantong Jas yang digunakannya, Yudhit mengeluarkan sebuah kotak. Kotak kacamata yang berisi sebuah benda aneh bin ajaib. Kita sebut saja itu kacamata ajaib.

"Kalau ini kamu mau?" mata Via langsung terbelalak senang dan segera meraihnya.

Ketika Via hendak menggunakan, ditahan oleh semua keluarganya."Ima wa yamero !!!" kata sang ayah. *jangan! nihongo*

"Jangan!!" kata ibu dan kakaknya.

"Kamu hanya menggunakan ini di saat yang penting saja, untuk menyelesaikan kasus dalam penyelidikan!" Jelas sang ayah, lalu Via kecil mengangguk.

Via melambaikan tangan dengan sedih, melepas keluarganya untuk kembali ke Singapura. Ya, Via dilahirkan dan dibesarkan di negeri itu.

Dititipkan pada keluarga sahabat ibunya. Seorang perwira tinggi polisi di kota Bandung, biasa dipanggil Rizal oleh orang sekitarnya.

Dia juga memiliki putri seusia dengan Via, dan memasukkan sekolah yang sama dengan Via. Nama anaknya Sabrina, dan mereka cepat akrab meski memiliki watak dan karakter yang berbeda.

***

"Via, boleh kah aku mencoba ini?" tanya Irin, panggilan akrab Sabrina mengambil kaca mata pemberian kakak Via.

"Okay, aku pun tak tahu cermin mata apa ni, sebab dilarang pakai."

Irin langsung terkekeh mendengar secara langsung tontonan tuyul di tivi dari mulut Via.

"Kamu paham bahasa Indonesia?" tanya Irin.

Via mengangguk, "*S*till studying."

Irin menggaruk kepalanya, belum paham dengan bahasa Inggris.

"Tengah belajer!" ulang Via dengan ketus.

Kaca mata itu memiliki tombol-tombol mini yang banyak sekali. Irin memasangnya namun tak ayal nya seperti kacamata biasa, tak tahu apa keistimewaannya.

"Ah, gak istimewa!" celetuk teman yang baru dikenal Via kecil itu.

Lalu Irin tak sengaja menekan tombol mode transparan, sehingga langsung terpampang bagian tubuh Via dan isi-isi di dalam bajunya.

Sontak Irin terbelalak dan tertawa. Via kecil menjadi penasaran mengapa Irin tertawa aneh begitu, lalu mencoba merebut kacamata itu, saat kacamata itu telah terpasang di matanya, alangkah terkejutnya Via melihat pemandangan di dalam pakaian Irin, dan langsung mencubit tangan Irin.

"Pervert!" celetuk Via gemas.

"Apaan itu?" tanya Irin tak paham.

"Sesat!" ulangnya lagi. *mesum*

Lalu di tekan tombol lain, ternyata bisa melihat benda-benda dari bahan material yang digunakan orang, ditekan lagi tombol yang lain, muncul map penunjuk arah dan mereka asik mencoba semua tombol kaca mata yang diberi oleh Yudhit itu.

***

Via sudah mulai melaksanakan misi memecahkan kasus sejak bangku sekolah dasar bersama Tosannya. Sehingga di Indonesia pun Via secara diam-diam mencoba memecahkan misteri-misteri kecil yang mulai mencoba merambah ke misi besar.

Melihat aksi anaknya, Tosannya tak tinggal diam. Langsung melapor kepada pimpinan negara untuk meminta izin mendirikan cabang organisasi BOS di negara ini. Awalnya Presiden keberatan, karena ini akan menyangkut hal besar di seluruh negeri.

Namun, Tosan meyakinkan semua akan baik-baik saja apabila organisasi ini dirahasiakan. Jadi BOS ini langsung dalam naungan presiden secara rahasia. Surat izin dilayangkan secara rahasia, terjadilah perjanjian rahasia antara pimpinan BOS dan pimpinan negara.

Apabila organisasi ini dapat mengancam kehidupan masyarakat, maka izin untuk berdiri di negara ini langsung dicabut.

Tak ada yang mengetahui, tak ada berita apa-apa tentang organisasi ini. Namun, kantornya berdiri kokoh di sebuah pulau sepi tak berpenghuni di Indonesia. Tidak terdeteksi oleh khalayak ramai. Hanya bisa menggunakan transportasi udara/laut bila hendak ke sana.

Perekrutannya pun dilaksanakan secara rahasia. Hanya orang-orang terbaik di kepolisian dan angkatan bersenjata yang sengaja diambil. Yang bersedia meninggalkan pekerjaan sebelumnya dan mengabdi pada organisasi ini dan diberi gaji dengan mata uang dolar.

Di sini lah Via bernaung, sebagai penyidik muda. Bermacam kasus yang telah dipecahkan, dan menangkap mafia-mafia kejam dalam perdagangan, mafia obat terlarang, mafia senjata, memecah kasus pembunuhan serta memecah kasus remeh di sekelilingnya.

...*bersambung*...

...semoga karya retjeh aku, mendapat Like, Love, hadiah, dan vote yaa....

...love you all...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!