"Sayang … kok ngelamun sih?" Reyfan memeluk Susan dari belakang seraya menenggelamkan kepalanya di bahu sang istri.
"Mas … udah pulang?" jawab Susan cukup terkejut dengan kedatangan suaminya.
"Hm, kamu kenapa berdiri disini? Ngelamun apa sampe kamu nggak sadar aku datang,"
"Mas … aku setuju dengan kemauan Papa. Aku siap dimadu."
"Sayang …."
"Mas! Papa benar. Keluarga ini butuh pewaris dan aku siap membagi cinta juga tubuhmu untuk wanita lain."
"Ta …."
"Demi Papa dan Mama Mas. Demi kesehatan mereka juga,"
Susan langsung beranjak pergi dan Reyfan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sejak Susan kehilangan bayi yang dia kandung juga rahimnya tiga tahun yang lalu, Pak Haris selalu mendesak Reyfan untuk menikah lagi dan melahirkan seorang pewaris untuk keluarga Darmawan, hanya saja Reyfan selalu bisa mengelak dan mencari banyak alasan, bahkan berinisiatif untuk pergi dari rumah itu. Namun, Bu Dewi selalu sakit jika Reyfan melakukan hal itu.
Meski Susan telah menyetujui untuk suaminya berpoligami, tetapi Reyfan tidak sanggup menyakiti hati Susan. Wanita satu-satunya yang sangat ramah dan baik hati yang begitu dicintainya selama ini tidak mungkin tiba-tiba setuju dimadu jika bukan karena dia tidak bisa hamil lagi.
"Kamu benar-benar sudah gila dengan cinta Rey. Coba kamu pikir keturunan keluarga kita akan putus kalau kamu nggak segera punya anak. Kalian sudah menikah selama empat tahun dan istrimu nggak akan bisa hamil, Rey. Inget … Susan udah nggak akan pernah bisa hamil. Kamu pikir Papa nggak mau punya cucu yang naik di punggung Papa? pikirkan baik-baik. Kamu harus menikah lagi atau melihat Papamu ini mati berdiri?"
Sang Papa pun pergi meninggalkan Reyfan begitu saja. Pak Haris Darmawan termasuk golongan keluarga konglomerat yang cukup berpengaruh di kotanya dan cukup jadi sorotan publik. Beliau hanya mempunyai satu putra yaitu Reyfan Adi Darmawan. Pak Haris adalah warga asli Turki yang pindah kewarganegaraan dan mengganti namanya karena bertemu dengan Bu Dewi yang saat itu menjadi Turis.
Reyfan pria yang sangat baik dan lembut, bahkan sangat diidolakan pegawainya di kantor. Apalagi Reyfan adalah CEO blasteran Turki yang mempunyai hidung mancung dan wajah tampan, membuatnya begitu mempesona di kalangan para wanita. Reyfan tidak pernah bersikap arogan di kantor, maka dari itu semua karyawannya begitu mengidolakan Reyfan.
Susanti Dewi adalah wanita yang sangat baik hati dan ramah di mata Reyfan. Namun, parasnya pas-pasan, makanya Susan adalah seorang wanita paling beruntung bisa mendapatkan cinta Reyfan yang tajir melintir dan baik hati itu.
Setelah berdebat dengan Papanya, Reyfan pun pergi ke sebuah tempat hiburan di luar kota. Dia memilih kota Bandung untuk menenangkan dirinya. Sejatinya dia bukan tipe laki-laki yang mencintai dunia hiburan. Reyfan selalu menghabiskan waktu senggangnya bersama Susan, tetapi selama tiga tahun terakhir sejak dia kehilangan anaknya, Reyfan mendapatkan tekanan dari keluarganya untuk menikah lagi.
Sementara di sebuah rumah kontrakan yang terpencil, terdengar sebuah teriakan seorang gadis yang kesakitan.
"Ack ... sakit Mi ...."
"Anak nggak tau diri kamu ya. Susah payah dibesarkan, tapi nggak becus cari uang."
Plak!
Plak!
"Ampun Mi ... Sylla udah berusaha mencari pekerjaan, tapi nggak ada yang mau menerima Sylla karena Sylla nggak punya ijazah hiks hiks .…" Seolah tak peduli dengan apa yang dikatakan Sylla, tangan wanita itu tetap melayang dan mendarat di pipi tubuh seorang gadis yang sudah sangat kesakitan karena pukulan bertubi-tubi.
Namun kucing peliharaan Sylla menerkam tangan wanita itu hingga tergores dan meninggalkan cakaran berdarah.
"Ack … kucing sialan," teriak Donita seraya mengangkat tangan hendak melemparkan kucing tersebut.
"Mami ... jangan ...." Donita seolah tidak mendengar teriakkan Sylla dan tetap melemparkan kucing itu keluar.
Marsylla, gadis cantik berusia dua puluh dua tahun nan imut dengan rambut panjang pirang bergelombang dan tubuh tinggi sexy yang memiliki kecantikan di atas rata-rata. Dia tinggal dengan ibu tiri sejak usianya tujuh tahun. Ayah Sylla meninggal karena serangan jantung. Sedangkan harta peninggalan Ayahnya telah dihabiskan ibu tirinya Donita untuk berfoya-foya.
Sylla sebenarnya gadis yang bisa melakukan apa pun hanya dengan mempelajarinya sekali. Dia bahkan bisa bela diri padahal tubuhnya tidak menunjukkan seorang gadis atletis. Namun Sylla gadis berbudi pekerti. Walau tak mengenal pendidikan, dia tahu sopan santun dan menghargai orang tua. Sylla juga tak pernah membalas perlakuan kasar ibu tirinya itu karena jasanya telah merawat Sylla sejak kecil.
Donita kembali menjambak rambut Sylla yang sudah acak-acakan dan mendekatkan mulutnya ke telinga Sylla. "Mami ... sakit ...," teriakan Sylla hanya bagai angin di telinga Donita.
"Diam kamu!" bentak Donita.
"Mami ... besok Sylla akan berusaha lebih keras lagi. Sylla janji Mi, Sylla akan cari pekerjaan dengan gaji besar."
"Tidak perlu Sayang. Apa menurutmu Mami bodoh hah? Pekerjaan dengan gaji besar seperti apa maksudmu? Kamu nggak punya ijasah. Jual tubuh sexymu ini gadis manisku. Kau tau satu malam saja tubuhmu ini akan menghasilkan banyak uang. Sekarang ganti bajumu dan berdandanlah yang cantik. Aku akan membawamu ke surga dunia."
Donita melepaskan tangannya dengan kasar dari rambut Sylla. Namun Sylla tak segera beranjak dari duduknya dan menangis sejadi-jadinya. "Maafkan Sylla Mami, Sylla mohon ... Sylla akan berusaha untuk mencari uang. Tolong jangan jual tubuh Sylla hiks hiks .…"
"Kamu mau jadi anak durhaka? Cepat lakukan apa yang barusan Mami katakan," teriakan Donita membuat Sylla terperanjat dan terpaksa berjalan menuju kamar. Tak butuh waktu lama untuk Sylla melakukan perintah ibu tirinya itu. Sylla pun keluar dengan dress sexy di atas lutut dan sedikit riasan di wajahnya. Walau sebenarnya Sylla sudah sangat cantik tanpa make up. "Bagus anak Mami memang anak yang penurut. Ayo cepat kita pergi. Jangan lupa kunci pintunya."
Sylla sangat menurut dan mengekor pada Maminya. Donita dan Sylla berjalan menuju jalan raya untuk beberapa meter. Disana sudah ada seseorang yang menunggu mereka sejak tadi. Ditengah perjalanan di sebuah gang sempit, seorang Kakek sedang menggendong kucing kesayangan Sylla berdiri menghadang mereka. Kakek Sumi namanya. Sylla selalu bermain dan belajar bersama Kakek Sumi.
"Hei Kakek Tua ... kau menghalangi jalan kami." Tak ada jawaban dari Kakek Sumi.
"Sylla larilah sekuat kamu bisa. Malam ini kamu harus pergi. Jika kamu berhasil hidupmu akan berubah." Sylla melirik kucing yang digendong Kakek Sumi dan menganggukkan kepalanya.
"Hei Kakek Tua ... cepat minggir, apa kamu tuli?" Karena tidak sabar, Donita menarik tangan Sylla lalu mendorong tubuh Kakek Sumi dan melanjutkan perjalanan. Tiba di tempat tujuan, Donita menghampiri dua laki-laki bertubuh kekar dan sangar. Mereka berbincang sebentar sebelum naik ke sebuah mobil Jeep Wrangler. "Sylla, kamu masuk dulu ya Sayang," ucap Donita dengan lembut. Sylla pun menuruti perkataan Maminya itu lalu menaiki mobil Jeep Wrangler hitam di depannya.
Sylla teringat akan kata-kata kucing kesayangannya, Mpus. Dia menyuruhnya berlari maka hidupnya akan berubah. Setelah masuk mobil, Sylla keluar lagi dari mobil lewat pintu sebelah. Sylla pun berlari dengan cepat.
Donita dan dua orang laki-laki itu belum sadar bahwa Sylla telah keluar dari mobil karena di belakang bagian mobil adalah jalan pertigaan, jadi Sylla bisa dengan cepat pergi tanpa ketahuan. Deru nafas terengah-engah Sylla terus berlari, hingga tiba di sebuah persimpangan jalan, Sylla yang tidak hati-hati tertabrak mobil Reyfan. Reyfan panik dan keluar dari mobilnya.
"Kamu nggak pa-pa?" Sylla mendongak menatap Reyfan. Selama beberapa detik mata mereka saling bertemu.
"Tolong selamatkan saya, Tuan baik." Sylla pun pingsan.
"Hei bangun!" Sylla tidak menjawab. Reyfan semakin panik. Dia celingukan mencari pertolongan, tetapi tidak menemukan seorangpun disana, akhirnya Reyfan menggendong Sylla masuk ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit. Sedangkan Donita sangat marah karena kehilangan jejak anak tirinya itu.
...🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃...
Tibalah Reyfan di rumah sakit. Setelah memarkirkan mobilnya, Reyfan langsung menggendong Sylla menuju IGD. "Tolong wanita ini Sus." Reyfan membaringkan Sylla di brankar.
"Tunggu di luar ya Pak, kami akan memeriksanya." Gorden pun di tutup. Reyfan duduk di ruang tunggu.
"Bagaimana kalau dia mati?" batin Reyfan. "Ah tak mungkin seperti nya tak ada luka serius tadi." Reyfan pun mengambil ponsel yang ada di sakunya dan menelpon Susan istrinya.
"Hallo Mas kamu dimana sih, udah jam segini belum pulang?"
"Maaf Sayang, Mas lagi di Bandung."
"Loh ngapain?"
"Ada sedikit urusan Sayang. Kamu jangan khawatir ya."
"Urusan apa Mas sampai aku nggak tau? Udah gitu malam-malam begini?"
"Iya Sayang, maafkan Mas. Tadi Mas buru-buru banget loh."
"Ya udah kalau gitu Mas hati-hati ya."
"Iya Sayang kamu jangan terlalu mencemaskan Mas ya."
"Iya Mas. Jaga diri ya."
"Aku tutup ya telponnya. Selamat malam sayang. I love you."
"I love you too."
Telpon pun terputus. Setelah beberapa menit seorang perawat memanggil Reyfan. "Pak ini tolong di isi formulir pasien." Reyfan mengambil kertas itu dengan wajah kebingungan. Dia bahkan tidak tahu nama wanita yang telah dia tabrak tadi.
"Bagaimana keadaannya Sus?" Tanya Reyfan pada perawatan itu.
"Kita belum bisa pastikan Pak. Tunggu pasien sadar dulu setelah itu kita akan lanjutkan pemeriksaan ulang. Untuk bagian luar hanya lecet saja Pak. Untuk bagian dalam kita harus tunggu pasien sadar." Jelas seorang perawat.
"Baik terima kasih infonya." Reyfan lalu menatap formulir yang di berikan kepadanya itu. Ada banyak yang harus dia isi tetapi Reyfan kebingungan dengan identitas Sylla. Reyfan pun mengarang nama Sylla menjadi Renata dan mengurus administrasinya. Setelah semuanya selesai, Reyfan kembali ke kamar Sylla lalu duduk di sampingnya.
Sylla masih belum sadarkan diri. Sedangkan Reyfan merasa sangat lelah dan mengantuk, akhirnya Reyfan tertidur sambil duduk tepat di sisi Sylla.
...***...
Fajar pun tiba. Suara tangisan di kamar sebelah membuat Sylla tersadar. Namun Sylla sangat terkejut melihat sosok Reyfan yang tertidur pulas di sisinya. Sylla menatap wajah Reyfan yang tampan. Dia mencoba mengingat apa yang telah terjadi semalam. "Aku ingat pria ini menabrakku," gumam Sylla.
Suara tangis itu semakin pecah dan sangat bising hingga Reyfan pun terbangun. Reyfan mengucek matanya beberapa kali karena retina matanya belum benar-benar bisa melihat dengan jelas saking rasa kantuknya masih mendalam. Setelah berkedip beberapa kali, akhirnya Reyfan pun bisa melihat dengan jelas Sylla yang sedang duduk dan menatapnya. "Kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan sekarang?"
"Saya tidak merasa apa-apa, Tuan. Terima kasih sudah menolong saya."
"Aku yang minta maaf karena ceroboh dan menabrak kamu semalam. Sudahku urus semua administrasimu. Jika tidak ada keluhan serius, saya mau pulang." Sylla teringat lagi perkataan Mpus kucingnya itu bahkan kalau Sylla berhasil lari dari ibu tirinya maka hidupnya akan berubah. Sylla pun menyusun rencana dalam sekejap mata.
"Aw ... adu-duhh sakit," Sylla memegangi kepala dengan kedua tangannya dan berakting kesakitan. Reyfan berdiri dengan panik dan memegang kedua punggung tangan Sylla yang sedang memegang kepala.
"Kamu bilang tadi nggak sakit?"
"Tu-Tuan ... tolong ... kepala sa-saya sakit sekali." Sylla pun pura-pura pingsan.
"Hah? Hei bangun ...." Reyfan menepuk-nepuk pipi Sylla tetapi tak ada jawaban. Reyfan pun berlari ke bagian resepsionis untuk minta Dokter memeriksa keadaannya. Beberapa saat kemudian Dokter pun memeriksa keadaan Sylla. "Kita harus melakukan CT scan untuk mengetahui keadaan pasien, Pak."
"Lakukan apa saja demi kesembuhannya, Dok."
"Baik kami akan pasien ke ruang CT scan." Reyfan pun kembali duduk di ruang tunggu. Reyfan khawatir jika terjadi sesuatu yang fatal pada Sylla itu akan merusak reputasinya. Jadi Reyfan harus memastikan keadaan Sylla aman dan baik-baik saja.
...***...
Hari pun berlalu. Kini matahari sudah menjulang tinggi tetapi Sylla tidak segera membuka matanya membuat Reyfan semakin panik. Hingga jam makan siang pun tiba. Sylla yang bosan berpura-pura tidak sadarkan diri akhirnya memutuskan untuk membuka matanya karena perutnya terasa lapar.
"Kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan sekarang?" Tanya Reyfan dengan tatapan penuh kasih. Bahkan Sylla sampai terpesona melihatnya.
"Tidak ada, Tuan."
"Panggil saya Reyfan."
"Iya Mas Reyfan."
"Syukurlah. Siapa namamu?"
"Marsylla. Panggil saja Sylla."
"Kamu sudah berkeluarga?" Sylla hanya menggeleng kan kepala. Sialnya perkenalkan itu tak berangsur lama karena tiba-tiba saja Donita datang dengan dua ajudan dan membuka pintu ruang rawat Sylla dengan kasar. "Siapa kamu?" tanya Reyfan terkejut.
"Saya ibu dari wanita yang telah kamu tabrak semalam," jawab Donita dengan nada sinis.
"Lalu?"
"Saya akan membawa kasus ini ke kepolisian."
"Saya sudah bertanggung jawab atas apa yang saya perbuat. Lalu apa yang anda permasalahkan lagi?"
"Hei anak muda. Gara-gara kamu saya rugi." Sylla pun tidak tahan dengan perdebatan di antara keduanya dan ikut angkat bicara.
"Mami cukup. Sylla baik-baik saja." Kata Sylla dengan suara tinggi. Donita pun geram karena suara teriakkan Sylla lalu menjambak rambutnya.
"Oh anak Mami sudah berani berteriak sekarang? Kalau kamu baik-baik saja kenapa masih duduk manis disini hah? Kamu kenal dengannya?"
"Ti-tidak Mi. Tuan itu tidak salah apa-apa dia sangat baik."
"Oh jangan-jangan kamu menyukainya hingga kamu berani berteriak padaku, hah?" Donita menarik makin keras rambut Sylla.
"Aww … Sakit Mi." Tingkah laku Donita membuat Reyfan tercengang dan kasihan pada Sylla yang merasa kesakitan karena jambakan rambutnya.
"Apa seperti itu anda memperlakukan seorang anak?" ucap Reyfan yang hendak maju menolong Sylla tetapi di hadang oleh dua ajudan yang datang bersama Donita.
"Wah ada pahlawan kesiangan rupanya? Atau kamu menyukai anakku yang sangat cantik itu?"
"Tidak kah anda menyayanginya?"
"Haha ... kalau saya tidak sayang dengannya, sudah saya bunuh dia sejak kecil haha ...."
"Dia belum pulih, biarkan dia istirahat beberapa hari disini."
"Kamu nggak tau apa-apa, jadi jangan ikut campur. Sekarang berikan uang ganti rugi atau saya akan bawa kasus ini ke kantor polisi." Donita menyodorkan satu tangannya tepat di depan wajah Reyfan.
"Baiklah, berapa saya harus ganti rugi? Tapi biarkan dia dirawat." Jawab Reyfan santai.
"Punya nyali juga kamu? Haha ... Saya minta seratus juta." Ucap Donita penuh kemenangan.
"Baik akan saya siapkan." Reyfan pun mengambil ponselnya dan hendak menelpon.
"Tuan jangan! Tuan tidak salah. Bahkan saya baik-baik saja." Teriak Sylla mencegah Reyfan mengikuti perkataan Donita.
Plak!
"Diam kamu dasar anak nggak tau diri. Hei kalian jangan cuma berdiri seret anak ini ke mobil. Dia harus mulai bekerja malam ini juga." Renita kembali naik darah karena ucapan Sylla.
"Tunggu. Kenapa dia harus di paksa pulang. Saya bilang biarkan dia di rawat." Reyfan yang sangat lembut hati merasa iba dengan Sylla.
"Siapkan saja uangnya, jangan ikut campur urusan saya dengan anak saya."
"Tapi itu keterlaluan. Saya tidak akan memberikan sepeserpun." Donita menghampiri Reyfan dan berjalan memutar mengelilingi tubuh Reyfan. Tiba-tiba Dokter dan para perawat juga security datang karena laporan keributan.
"Ada apa, Fan?" tanya Dokter Doni yang kebetulan teman Reyfan yang bertugas disana kebingungan melihat situasi ruangan itu. Belum Reyfan menjawab Donita mulai berakting.
"Dokter dan kalian semua ... lihatlah laki-laki ini telah berusaha mencabuli anak saya Sylla. Makanya saya datang kemari dan membawa dua ajudan untuk memberinya pelajaran. Tapi dia sungguh sangat licik dan pandai berakting. Dia nggak mau ngaku, padahal otaknya mesum melihat kecantikan anakku ini." Perkataan Donita sontak membuat semua orang tercengang.
"Apa maksud anda Bu?" tanya Dokter Doni.
"Lihatlah anak saya yang sangat cantik ini. Begitu malang nasib mu nak hiks …!" Donita membelai rambut Sylla.
"Anak saya Sylla telah di tabrak olehnya semalam. Dan sebelum saya masuk ke kamar ini dia berusaha melecehkan Sylla hiks … Tapi saat saya memergokinya, laki-laki itu tidak mengaku. Bukankah dia harus menikahi anak saya ini?." Lagi-lagi perkataan Donita membuat suasana di ruangan itu sunyi. Tak ada yang berani menyangkal.
Hingga beberapa menit kemudian Doni mendekati Reyfan. "Fan, lu nggak lakuin itu kan?" bisiknya.
"Dia sedang menjebak gue, Don."
"Kenapa lu diem aja?"
"Kalau gue menyangkal reputasi gue jadi taruhannya." Akhirnya Doni pun menengahi permasalahan yang terjadi di ruangan itu.
"Ibu yakin Pak Reyfan ini telah berbuat yang tidak-tidak pada putri ibu?" tanya Doni memastikan kembali dengan di saksikan banyak orang disana.
"Tentu saja saya yakin. Dan detik ini juga saya mau laki-laki itu menikahi anak saya dengan mahar uang lima ratus juta," jawab Donita dengan sangat tegas dan ambisius.
"Baiklah saya akan menikahi anak ibu detik ini juga dan disini. Saya akan suruh orang-orang saya memanggil penghulu dan menyiapkan maharnya." Reyfan pun mengiyakan semua ucapan Donita.
"Tapi Pak, kita bahkan belum saling mengenal satu sama lain." Tolak Sylla.
"Kita akan saling mengenal setelah menikah Sylla," jawab Reyfan.
"Fan lu gila?" bisik Dokter Doni lagi.
"Sudahlah lu dukung gue aja. Sylla dalam bahaya juga kalau gue nggak nurutin maunya wanita itu."
Janji suci telah dilakukan. Pernikahan pun telah selesai. Kini Reyfan dan Sylla resmi menjadi pasangan suami istri. Orang-orang yang terkait pernikahan pun bubar termasuk Donita, ibu tiri Sylla. Dia mengulas senyum masam bersama ajudannya dan keluar meninggalkan rumah sakit.
Sylla masih duduk di brankarnya dengan botol infus yang masih cukup banyak. Sylla terlihat malu-malu menatap suaminya yang sedang menghadap jendela dan menerima telpon. "Sylla, kamu tunggu disini dulu ya? Dokter bilang kamu boleh pulang saat botol infus itu sudah kosong. Aku mau keluar sebentar," kata Reyfan dengan nada cukup manis bagi Sylla.
Namun sebelum Reyfan, pergi Kakek Sumi datang dengan kucing kesayangan Sylla. "Sylla!" panggil Kakek Sumi.
"Kakek! Kakek tau Sylla disini?" Sylla sangat bahagia melihat Kakek Sumi datang bersama Mpus.
"Iya Sylla si Mpus yang ngasih tau Kakek." jawab kakek Sumi.
"Kakek Sylla sudah menikah. Kenalkan ini suami Sylla, Kek. Mas ini Kakek Sumi." Sylla memperkenalkan keduanya.
"Saya Reyfan, Kek, tapi bukankah kamu bilang nggak punya keluarga lagi, Sylla?" tanya Reyfan heran.
"Kakek Sumi memang nggak ada hubungan darah denganku Mas, tapi beliau membesarkanku dengan sangat baik. Kakek Sumi yang selalu melindungi ku dari perlakuan Mami Donita, Mas," jelas Sylla.
"Oh maaf, saya pikir Kakek ini Ayahnya Mami. Kalau gitu aku pergi dulu ya, Sylla," ucap Reyfan.
"Tunggu Mas! Aku boleh minta sesuatu?" tanya Sylla dengan penuh keraguan. Namun Reyfan langsung mengangguk. "Aku mau bawa Mpus, Mas. Dia kucing yang udah aku rawat sejak kecil. Aku sangat menyayanginya. Dia udah jadi temanku di saat susah dan senang, Mas," kata Sylla sambil mengelus-elus kucing kesayangannya itu.
"Aduh bagaimana ini. Susan sangat alergi dengan hewan berbulu. Tapi bagaimana dengan perasaan Sylla jika aku nggak mengiyakan kemauannya. Ini permintaan pertamanya. Apa aku harus tanya dulu pada Susan?" batin Reyfan.
"Mas, kok diem aja? Boleh ya Mas, ini permintaan pertamaku sebagai istrimu." Sylla tersenyum memelas.
"Baiklah, kalau itu maumu. Aku pergi dulu. Kakek, tolong jaga Sylla sebentar ya saya masih ada urusan," ucap Reyfan.
"Iya Nak, hati-hati dijalan. Terima kasih sudah menerima kehadiran Sylla. Kamu memang laki-laki yang baik hati. Tuhan pasti akan memberikan kebahagiaan untukmu," ucapan Kakek Sumi membuat Reyfan sedikit bingung. Seolah Kakek itu mengetahui segalanya.
Namun Reyfan tak menjawab apa pun. Reyfan buru-buru pergi karena sudah ditunggu oleh orang-orangnya di luar.
"Sylla! Berjanji kamu harus jadi istri yang baik. Jangan marah apalagi bertindak ceroboh. Bertahanlah sekuat mungkin saat ada masalah apa pun. Berjanjilah pada Kakek Sylla,"
"Kakek ini bicara apa sih, Sylla pasti akan berusaha untuk jadi yang terbaik buat Mas Reyfan. Tapi Kek, apa keluarga Mas Reyfan bakal suka sama aku, Kek? Aku ini orang yang biasa-biasa aja dan kelihatannya Mas Reyfan itu orang kaya, Kek."
"Sylla, kamu ini cerdas. Mertuamu pasti akan sangat bangga padamu. Bukankan aku akan bersamamu?" kata si Mpus.
"Sylla, kamu gadis yang cantik. Kamu juga bisa melakukan apa pun yang kamu mau hanya dalam sekali belajar. Reyfan pasti akan cepat mencintaimu, Sylla," kata kakek Sumi.
"Terima kasih Kek, terima kasih Mpus. Aku janji sama Kakek aku bakal jadi Sylla yang sangat baik," kata Sylla sambil mengepalkan tangannya dengan penuh semangat.
"Itu baru cucu Kakek." Obrolan itu pun berangsur lama hingga terhenti saat seorang perawat hendak melepaskan botol infus Sylla.
"Semuanya sudah aku urus, Sylla, kita bisa pulang sekarang." Tiba-tiba Reyfan datang.
"Kita mau pulang ke rumah Mas Reyfan dan bertemu orang tua Mas Reyfan ya?" tanya Sylla dengan senyuman kebahagiaan.
"Tidak Sylla, rumahku di Jakarta. Kita akan pulang ke apartemen dulu untuk beristirahat. Besok baru kita pulang ke Jakarta. Kakek Sumi kami pamit dulu. Terima kasih banyak sudah menjaga Sylla," kata Reyfan dan kakek Sumi hanya mengangguk dengan senyuman tipis.
Sebelum itu, Reyfan memberikan amplop coklat dengan sejumlah uang untuk Kakek Sumi. Walaupun awalnya sang kakek menolak, tetapi Reyfan tetap memaksa dan membuat Sylla begitu beruntung menikah dengan Reyfan.
Reyfan membukakan pintu mobil dan Sylla pun masuk dengan wajah tersipu. Ini pertama kalinya Sylla mendapatkan perlakuan sangat lembut dari seorang laki-laki. "Seperti aku bener-bener sudah jatuh cinta padamu, Mas Reyfan," gumam Sylla dalam hati.
Reyfan masuk ke dalam mobil dan melaju dengan kecepatan sedang. Namun tak lama mereka melaju, Reyfan tengah parkir di depan butik mewah. "Loh Mas, kita nggak pulang?" tanya Sylla heran.
Reyfan tidak menjawab. Dia lekas turun dari mobil dan berjalan ke sisi sebelah mobil lalu membuka pintu untuk Sylla. "Ayo turun, kita harus membeli baju dulu," kata Reyfan dan menggandeng tangan Sylla. Tentu saja Sylla sangat senang dengan perlakuan Reyfan. Mereka pun masuk ke dalam butik dan langsung di sambut oleh beberapa pelayan disana.
"Tolong carikan istri saya beberapa baju yang bagus-bagus atau yang dia sukai," ucap Reyfan pada pelayanan itu.
"Baik, Tuan. Mari Nyonya, ikuti kami." Sylla pun mengikuti kemana perginya para pelayan itu.
"Mas Reyfan benar-benar baik. Dia nggak malu mengakui aku sebagai istrinya di depan orang-orang ini. Aku sungguh jatuh cinta padanya." Lagi-lagi Sylla sangat tersentuh dengan perlakuan Reyfan.
Beberapa saat kemudian, Sylla selesai memilih baju dan kembali menghampiri suaminya. "Mas, kok senyum-senyum aja. Apa yang lucu?" Sylla hendak melihat layar ponselnya, tetapi dengan cepat Reyfan memasukkan ponselnya kedalam saku.
"Ah, bukan apa-apa. Kamu udah selesai?" Reyfan terlihat gugup.
"Sudah Mas. Kenapa Mas keliatan gugup gitu?" tanya Sylla dengan polosnya.
"Aku bayar dulu ya di kasir kamu tunggu disini," elak Reyfan. Sylla mengangguk dan Reyfan pun pergi ke bagian kasir untuk membayar baju yang di pilih Sylla.
Setelah selesai Reyfan pun mengulurkan tangannya pada Sylla untuk mengajaknya kembali ke mobil. Dengan cepat Sylla meraih tangan Reyfan dan berjalan bersama menuju mobil terparkir.
"Oiya, kamu suka type handphone apa? Kita beli handphone dulu ya? Kayaknya kamu nggak punya handphone."
"Sebenarnya aku nggak bisa main handphone Mas. Apalagi tau type handphone."
"Nggak pa-pa, kalau nggak bisa nanti kan bisa belajar. Kita kan perlu komunikasi lewat handphone saat aku tinggal dirumah nanti."
"Hmm terserah Mas saja."
"Baiklah kita cari konter dulu."
Tibalah mereka di sebuah konter besar yang tak jauh dari butik tadi. "Kamu mau ikut turun atau di mobil aja?" tanya Reyfan.
"Ikut deh, Mas." Saat Reyfan dan Sylla sibuk memilih handphone, tiba-tiba di sisi lain yang tak jauh dari konter tersebut ada dua orang yang melarikan diri dari kejaran polisi. Sylla yang melihat kejadian itu hendak membantu polisi untuk menangkap mereka.
Sylla melirik dan mengatur siasat. Dua orang itu hendak masuk gang di sisi tempat Sylla berdiri. Sylla lalu mengulurkan kakinya dan seketika satu orang terjatuh karena tersandung kaki Sylla. Satu lainnya menatap Sylla penuh amarah dan menyodorkan pisau kecil ke arah leher Sylla.
Reyfan sangat terkejut dan hendak melakukan tindakan tetapi gerakan Sylla lebih cepat. Sylla meraih tangan palaku satu lalu Sylla menginjak kakinya dan Sylla pun memutar badannya kemudian di pelintir nya tangan pelaku satu hingga pisau itu terjatuh.
Sedangkan palaku dua yang mulai bangkit dari jatuhnya tadi hendak membalas perbuatan Sylla dan memukulnya dengan balok kayu. "Awas di belakangmu, Sylla." teriak Reyfan.
Sylla pun menoleh dengan sangat cepat lalu memutar kembali badannya bergantian dengan badan pelaku satu dan alhasil yang di pukul pelaku dua adalah rekannya sendiri. Sylla tersenyum masam pada pelaku dua.
Polisi yang mengejar tadi tiba tepat waktu dan langsung membekuk kedua pelaku jahat tersebut. "Terima kasih banyak Kak atas bantuan," kata salah satu polisi itu.
"Sama-sama Pak," jawab Sylla. Setelah kepergian polisi Reyfan langsung menghampiri Sylla.
"Kamu nggak pa-pa, Sylla?" Reyfan begitu khawatir dan memegang kedua bahu Sylla. Sedangkan Sylla malah terpana pada Reyfan dengan jarak dekat mereka berdua. "Sylla ... kamu baik-baik saja kan?" Reyfan kembali bertanya.
"Ahh, iya Mas, aku nggak pa-pa," jawab Sylla cukup tersipu.
"Kamu bisa bela diri?" tanya Reyfan lagi.
"Sedikit, Mas. Hehe ...."
"Lain kali jangan bahaya kan dirimu walaupun kamu bisa bela diri. Ayo kita pulang."
"Maaf Mas, aku cuma mau bantuin polisi itu tadi."
"Iya sudah, ayo." Reyfan mengelus ujung kepala Sylla lalu menggenggam tangannya dan mereka pun masuk mobil lalu pergi menuju apartemen.
...################...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!