Aleandra Zavanya, gadis sederhana yang kala itu berusia 20 tahun. Dia bekerja di salah satu minimarket di kota yang menjadi Ibukota provinsi. Dia berasal dari kota kecil di provinsi yang sama.
Dan tepat di sebrang minimarket itu terdapat sebuah bengkel mobil yang cukup besar. Alea, yang bekerja sebagai kasir bisa melihat dengan jelas ramainya bengkel itu.
Bengkel AutoGalaxy cukup terkenal di kota itu. Bahkan banyak pengunjung dari luar kota memilih untuk memperbaiki ataupun memodifikasi mobil mereka di bengkel itu.
Pagi itu, setelah membersihkan minimarket yang dia jaga. Dia berdiri di balik meja kasir, bersandar pada dinding kaca di sampingnya. Pandangannya menatap seluk beluk bengkel mobil itu.
Keadaan minimarket saat di jam kerja pagi tidak terlalu ramai, karena memang tidak berada di tempat ramai. Justru 35% pengunjung minimarket itu adalah pengunjung bengkel yang menunggu mobil mereka di perbaiki.
Mata Alea menangkap seorang laki - laki berpakaian montir terlihat menyebrangi jalan, setelah berhasil menyebrang, laki - laki itu semakin terlihat jelas akan memasuki minimarket.
"Selamat pagi, selamat datang di Galaxy store!" sapa Alea pada laki - laki itu.
Karena sudah kewajibannya sebagai kasir untuk menyapa setiap orang yang masuk ke minimarket yang bernama Galaxy store. Ya! pemilik Galaxy store dan AutoGalaxy adalah orang yang sama.
Dan pramuniaga Galaxy store tetap di wajibkan untuk menyapa karyawan AutoGalaxy jika mereka masuk ke Galaxy store.
"Pagi Neng!" ucap laki - laki itu yang langsung berjalan ke arah showcase. Dan langsung mengambil dua botol air mineral dingin.
"Ini aja Neng Alea!" ucap laki - laki itu.
Semua montir yang bekerja di bengkel itu tau nama Alea, karena Alea adalah satu - satunya karyawan perempuan di minimarket itu.
"Ok, Bang!" jawab Alea yang langsung menari botol untuk di scan.
"Neng Alea nanti pulang jam berapa?" tanya laki - laki itu.
"Jam dua, Bang!" jawab Alea.
"Nggak lembur?"
"Nggak, Bang!"
"Nanti malem makan malam sama Abang yuk!" ajak laki - laki itu.
"Hah? makan malam?" tanya Alea sambil mengambil kantong plastik.
"Eh nggak usah plastik!" ucap laki - laki itu menghentikan aksi Alea. "Iya makan malam!"
Alea menyerahkan dua botol air mineral itu, sembari berfikir. Mengingat bukan hanya satu montir itu yang sering mengajaknya jalan, tapi selalu menolak kalau yang mengajaknya terlihat laki - laki kurang baik.
"Emm.. aku pikir - pikir dulu deh!" jawab Alea.
"Ya udah, nanti aku chat ya!" ucap laki - laki itu menyerahkan uang 13 ribu. Karena sudah hafal harga air mineral ukuran besar itu.
"Ok, Bang Fahry!" jawab Alea. "Terima kasih!" ucap Alea mengangkat uang yang di tinggalkan laki - laki bernama Fahry itu.
"Iya!" sahut Fahry sambil membuka pintu kaca.
Alea menatap punggung Fahry yang mulai berjalan meninggalkan minimarketnya, dan kembali masuk ke bengkel besar itu.
Fahry adalah laki - laki yang jelas terlihat menonjol berusaha mendekati Alea. Banyak di antara montir bengkel itu yang mendekati Alea. Dan Fahry adalah yang paling berambisi di antara yang lainnya.
Tapi Alea tidak terlalu suka, karena terlalu banyak menuntut dan posesif. Salah satunya melarang Alea bicara dengan teman - temannya terlalu lama. Karena mayoritas anak bengkel adalah laki - laki.
Sebenarnya dia laki - laki yang baik menurutku, dia bahkan pernah mengirim ku makan malam saat aku jaga di shift dua, dia juga terlihat rajin beribadah.
Tapi kenapa teman - temannya tidak menyukainya. Ada yang bilang pelit, ada yang bilang perhitungan. Ada yang bilang tidak mau membantu pekerjaan temannya yang belum kelar.
Yang membuat aku tidak nyaman dengannya hanya satu, terlalu posesif dan banyak ngatur. Gak boleh ini gak boleh itu, harus berhijab, harus belajar tajwid biar ngajinya bagus. Padahal bukan pacar, tapi banyak sekali menuntut ku.
Aku bukan tidak mau berhijab, aku juga ingin suatu hari nanti pun menjadi istri soleha dan berhijab. Tapi untuk sekarang aku belum siap.
Aku memang tidak terlalu pandai mengaji tapi aku bisa mengaji. Tapi haruskah memaksa ku untuk belajar tajwid. Kalau dia suami ku, mungkin aku akan menurut.
Ucap Alea dalam hati sambil memandangi jalanan di depan yang tidak terlalu ramai, karena bukan jalan utama.
Lamunan Alea di buyarkan oleh beberapa rombongan motor yang berhenti tepat di depan minimarketnya. Mereka beramai - ramai masuk ke dalam minimarket.
Kondisi minimarket menjadi ramai seketika. Untung satu temannya yang satu shift sudah keluar dari gudang karena membereskan gudang.
Beberapa saat berlalu, toko kembali sepi. Menyisakan dua pengunjung yang sedang memilih barang belanjaan dan dua pramuniaganya.
"Alea, nanti kan malam minggu! kamu gak keluar?"
"Kemana?"
"Jalan - jalan, double date gitu yuk!"
"Double date?" tanya Alea mengerutkan keningnya, "siapa yang harus aku gandeng? gandeng motor!" seru Alea.
"Hahaha!" gelak laki - laki yang berusia tiga tahun di atasnya. "Kamu sih gak punya pacar!"
"Gak ada yang cocok!"
"Gak ada yang cocok atau masih trauma?"
"Dua - dua nya sih!" jawab Alea memanyunkan bibirnya.
"Kalo sama aku cocok nggak?"
"Sama mas ibram?" tanya Alea.
"Iya!"
"Mas kan sudah punya pacar!"
"Ya mungkin saja kamu mau jadi yang kedua!"
"Enak aja!" sahut Alea. "Ogah!"
Saat awal - awal masuk kerja, Alea memang sempat naksir dengan Ibram. Tapi saat dia tau Ibram sudah punya pacar, dia kecewa. Tapi dia tak ada niat untuk membuat Ibram menyukainya. Atau istilahnya, tidak mau merebut Ibram dari kekasihnya.
Dan setelah lima bulan sejak awal pertemanan, kini hubungan Ibram dan Alea seperti hubungan adik dan kakak. Mereka sangat dekat walau tidak ada hubungan darah maupun cinta. Mereka sering bertukar motor, bahkan tau sandi ponsel masing - masing. Alea juga sudah mengenal baik kekasih Ibram.
Jam pulang kerja bagi Alea yang shift pagi sudah tiba. Alea keluar dari minimarket bersamaan dengan Ibram, karena mereka satu shift.
"Mas Ibram langsung pulang?" tanya Naomi saat mereka sudah duduk di atas motor masing - masing.
"Ya iyalah!"
"Naomi juga sudah pulang?"
Naomi nama kekasih Ibram yang berusia sama dengan Alea, dia bekerja di salah satu kantor pegadaian swasta.
"Belum lah! dia kan pulangnya jam empat sore!"
"Eh, iya! ini kan baru setengah tiga!"
"Memangnya kenapa?"
"Mau ajak jalan! aku bosen banget di kost!"
"Mau ke mana?"
"Ke mall gitu!"
"Ngapain?"
"Pengen jajan aja!"
"Sama aku aja yuk sekarang!"
"Nggak enak ah! entar di kira kita selingkuh!"
"Yaelah, aku telfon Naomi dulu!" ucap Ibram mengeluarkan ponselnya dan mendial nomor kekasihnya.
"Halo, Sayang?" suara Naomi jelas terdengar karena loud speaker.
"Sayang, aku mau ke mall sama Alea boleh nggak?"
"Ngapain?" tanya Naomi.
Alea langsung tidak enak mendengar percakapan itu.
"Jalan - jalan aja! nanti kamu pulang kerja langsung ke mall aja, kan deket!"
"Oh, iya deh! nanti aku telfon kalau sudah sampai mall!" ucap Naomi.
"Oke Sayangku, bye!"
"Bye!" jawab Naomi.
"Tuh, boleh kan!" ucap Ibram pada Alea.
"Hemm! ya udah deh ayo!"
Mereka berangkat ke mall dengan menaiki motor masing - masing. Sampai di sebuah mall besar yang ada di kota itu. Mereka memarkirkan motor berdampingan agar mudah di cari nanti.
Alea dan Ibram berjalan beriringan memasuki mall melalui pintu yang ada di parkiran. Pintu yang langsung menuju lantai satu mall itu.
"Kamu mau jajan apa sih, sampai masuk mall segala?"
"Hanya ayam fillet!"
"Ya Tuhan, pinggir jalan banyak kali!" ucap Ibram.
"Tapi yang paling enak di mall ini!" ucap Alea.
"Masa sih?"
"Iya, mas!" kekeh Alea.
Mereka langsung menuju lantai paling atas sebagai lantai food court. Di mana hanya ada penjual makanan di lantai itu. Dan beberapa tempat permainan anak - anak balita.
Alea dan Ibram langsung menuju stand ayam fillet langganannya. Alea langsung memesan dua porsi ayam fillet dengan rasa yang sama. Mereka menunggu sambil memesan ice cup juga tahu crispy favorit Ibram. Karena antrian ayam fillet cukup membosankan.
"Emangnya kamu sanggup menghabiskan dua itu?" tanya Ibram setelah mengambil pesanan ayam fillet.
"Tidak!" Alea menggeleng cepat.
"Lalu? kau membelikan aku?" tanya Ibram yang langsung mencoba merebut paper bag ayam fillet.
"Enak aja!" seru Alea menjauhkan ayam fillet dari jangkauan Ibram. "Ini untuk Naomi!" lanjut Alea.
"Kan aku pacarnya, boleh dong aku makan!"
"Nggak boleh!" jawab Alea cepat. "Tunggu sampai Naomi datang! 5 menit lagi dia keluar kantor kan?"
"Iya!" jawab Ibram yang kesal karena tidak di bagi ayam fillet.
"Halo, by?" ucap Ibram mengangkat telfon.
"Kamu di mana? aku sudah masuk mall!"
"Kita ada di food court, by! langsung naik aja!" jawab Ibram.
"Oke, Sayang!"
Naomi mengakhiri panggilan telfon nya dan langsung naik ke atas. Menuju lantai food court yang di penuhi para penjual.
"Naomi!" panggil Alea saat melihat Naomi menoleh kanan kiri untuk mencari keberadaannya.
"Hai!" Naomi melambaikan tangan dan langsung berjalan mendekati meja Ibram dan Alea.
"Sore by!" sapa Ibram yang langsung menarik kursi untuk Naomi duduk di sampingnya.
"Sora, Ayang!" jawab Naomi sambil duduk di kursi depan Alea itu.
"Ck! kalian ini! bikin iri saja!"
"Mangkanya cari pacar!" ucap Naomi dengan tergelak.
"Hehehe!" Alea menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Kami saja akan menikah!"
"Oh ya?" pekik Alea.
"Satu bulan lagi kami bertunangan!" sahut Ibram.
"Serius?"
"Iya, Alea!" jawab Naomi. "Lalu tiga bulan kemudian kami menikah!"
"Yaahh aku kapan?" ucap Naomi meletakkan kedua tangannya di bawah dagu dan menyangganya di atas meja.
"Semoga cepet nemu yang cocok deh!" ucap Naomi.
"Aamiin!" jawab Alea yang tidak yakin.
.
.
.
.
.
•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√
Kali ini Author akan mengangkat sebuah kisah nyata yang di tambahi sedikit bumbu penyedap... hehe
Nanti kalo pengen nangis, nangis aja! jangan di tahan... hihihi
Jangan lupa tinggalkan dukungannya ya Kakak reader...
Selamat membaca🌹🌹🌹
Sepulang dari mall bersama Ibram dan Naomi, Alea langsung pulang ke kost nya. Alea memarkirkan motornya tepat di depan kamarnya.
Sebuah kamar berukuran 3 kali 4 meter, dengan sebuah kamar mandi super berukuran 1 kali 1,5 meter di dalamnya.
Kamar kost Alea, bercat putih dan di hias oleh Alea sendiri dengan beberapa pajangan foto dan lampu kerlap - kerlip.
Sebuah kipas angin menempel di dinding kamarnya. Tak lupa juga ada sebuah jam dinding berwarna lemon, dengan gambar bunga mawar sebagai background nya.
Alea meletakkan tas ransel kecil dan beberapa belanjaan untuk kostnya, yang dia beli di supermarket yang ada di mall tadi.
Dia segera bergegas mandi, karena jam sudah menunjukkan pukul 7 malam waktu setempat. Tak butuh waktu lama bagi gadis yang sudah jomblo hampir dua tahun itu untuk mandi. Baginya, untuk apa mandi bersih dan dandan cantik, toh aku jomblo!.
Alea mengganti handuk yang melilit di tubuhnya dengan satu set baju tidur bergambar kartun kucing, berwarna pink. Baju tidur remaja tanpa lengan, dan juga celana pendek di atas lutut.
Karena baju tidur seperti itu bagi Alea sangat cocok untuk tidur di ruangannya yang tidak ber AC, bahkan cenderung gerah walau kipas angin sudah menyala. Maklum udara ibukota selalu panas dan gerah.
Alea menyisir rambutnya di depan sebuah cermin yang menempel di dinding. Dengan rak rias 3 susun di sampingnya. Alea mengikat asal rambutnya itu.
Ting!
Sebuah pesan masuk ke ponsel Alea yang masih di dalam tas ranselnya. Alea mengambil ponselnya dan membawanya ke kasur yang tanpa dipan itu.
"Bang Fahry?" gumam Alea membaca pengirim pesan.
Fahry : Lagi dimana?
Alea : Di kost, Bang!
Fahry : Sudah makan?
Alea : Tadi sudah jajan!
Fahry : Jajan apa?
Alea : Ayam fillet
Fahry : Cuma itu?
Alea : Iya, Bang
Fahry : Harusnya kamu makan nasi, jangan makan camilan doang! makanan seperti itu tidak bagus untuk tubuh kamu. Apalagi kamu sering makan makanan seperti itu! Makan nasi gih!
Tuh kan mulai cerewet nih orang!
Batin Alea.
Alea : Males keluar, Bang!
Balas Alea dengan malas.
Alea langsung melempar ponselnya ke bantal di sebelahnya, lalu menyalakan TV LED 24" yang menempel di dinding tepat di depannya berbaring sekarang.
Alea hanya menekan - nekan remote di tangannya. Tak ada satupun tayangan TV yang menarik perhatiannya.
Setengah jam berlalu, Alea meraih kembali ponselnya. Dan tak ada lagi chat dari Fahry.
Tumben gak balas lagi!
Ucap Alea dalam hati.
Namun tiba - tiba sebuah panggilan masuk ke ponselnya.
"Ngapain ini orang telfon!" gumam Alea kesal karena Fahry justru menelponnya.
"Halo?" jawab Alea.
"Assalammualaikum?" ucap Fahry.
"Wa'allaikum salam!" jawab Alea.
"Keluar gih!"
"Kemana?" tanya Alea bingung.
"Aku di depan kost kamu! ini aku bawakan nasi bebek buat kamu!"
"What!" pekik Alea.
"Buruan!"
"Iya iya!"
Alea langsung mematikan panggilan ponselnya. Tanpa pikir panjang, Alea keluar kamar kost dengan tampilan apa adanya.
Alea berjalan mendekati gerbang kost. Terlihat samar - samar seorang laki - laki berusia empat tahun lebih tua dari Alea, sedang duduk di atas motornya sambil mengotak - atik ponselnya.
"Ngapain repot - repot sih Bang?" tanya Alea sembari membuka gembok gerbang.
Spontan Fahry menoleh Alea. Fahry melihat penampilan Alea dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Kamu tidak malu keluar pakai baju seperti itu?" hardik Fahry.
"What!" pekik Alea yang bingung. "Karena aku tadi mau tidur Bang, jadi aku pakai baju tidur!" jawab Alea.
"Kan banyak yang baju piyama yang ada lengannya, dan celananya juga panjang"
"Di kamar kost kan gerah Bang, di rumah aku juga terbiasa tidur dengan pakaian seperti ini!"
"Tapi kamu keluar kamar pakai baju seperti ini!"
Kenapa sih nih orang! namanya tadi juga buru - buru!
Batin Alea sedikit kesal.
"Kan tadi buru - buru, Abang mendadak telfon!"
"Alasan kamu!" ucap Fahry kesal.
"Ck!" Alea berdecih kesal. "Jadi nggak tuh nasi bebeknya buat aku?" tanya Alea mencoba tetap bicara dengan sopan.
Fahry meraih nasi bebek yang menggelantung di plastik dan memberikan pada Alea.
"Nih!" ucap Fahry.
"Ikhlas nggak nih?" tanya Alea, karena nada bicara Fahry seperti orang kesal.
"Ikhlas!" jawab Fahry yang langsung menyalakan mesin motornya. "Lain kali kalau keluar pakai baju yang sopan! Nggak bagus di lihat banyak mata laki - laki yang lewat!" ucap Fahry menunjuk jalanan gang yang sudah sepi.
"Iya!" jawab Alea tanpa membantah.
Lagian ini kan kost putri di gang sempit! siapa yang lewat!
Ucap Alea dalam hati.
"Aku balik dulu!" ucap Fahry sembari melajukan motornya tanpa menunggu jawaban Alea.
"Iya!" jawab Alea menatap punggung Fahry yang berlalu dari depan kost an.
Alea kembali mengunci gerbang dan membawa nasi bebeknya masuk ke dalam kamar.
"Orang aneh! kalau dari awal tidak suka dengan ku yang tidak berhijab, dengan penampilan seadanya begini, kenapa terus menerus mepet aku sih!" gumam Alea.
"Kalau ingin merubah gadis netral seperti ku menjadi seperti ustadzah harusnya pelan - pelan dong, Abang! pendekatan yang baik dan tidak memaksa tanpa ikatan!" lanjutnya.
"Di tuntun pelan - pelan, di ajari, di modali bajunya! di nikahi dulu, terus baru di ajarkan jadi istri soleha! tidak memaksakan kehendak seperti ini!"
"Tapi perhatian juga ya? tiba - tiba ngirim makanan begini!" lanjutnya bergumam mengangkat kantong plastik berisi bungkusan nasi bebek.
"Makan ah, daripada mubasir!" ucap Alea yang langsung segera mencuci tangan di kamar mandinya.
Alea melahap makanannya dengan sangat lahap. Sampai sebungkus nasi bebek itu tandas.
"Alhamdulillah!" ucap Alea setelah makanan itu benar - benar ludes. "Mana ada makanan gratis tidak enak! heheh!" gumam Alea sambil merapikan sisa makanannya.
"Maaf ya Bang! barang kali tadi jadi nggak ikhlas gara - gara aku pakek baju tidur! udah terlanjur habis! hehe!" lanjutnya terkekeh.
# # # # # #
Di warung kopi sederhana, tepatnya di perempatan jalan dekat bengkel, anak - anak bengkel AutoGalaxy yang tinggal di mess tengah berkumpul. Untuk menghabiskan waktu senggang mereka sambil bermain game online yang tengah trend masa itu.
"Dari mana, Ry?" tanya Dimas pada Fahry yang baru saja memarkirkan motornya.
"Nganter makanan untuk Alea!" jawab Fahry sambil duduk di kursi depan Dimas.
"Serius amat deketin Alea?" sahut Eza, laki - laki berambut hitam keriting, berusia 26 tahun, tapi belum menikah.
"Aku niat perjuangin dia, tapi sepertinya dia tidak suka dengan ku!"
"Dari mana kamu tau?" tanya Dimas. Dimas berusia 24 tahun sama seperti Fahry.
"Dia tidak mau mendengarkan kata - kata ku sama sekali!" jawab Fahry.
"Maksudnya gimana tuh?" tanya Eza.
"Sampai sekarang dia kerja tidak berhijab kan?" tanya balik Fahry, "tadi di kost, dia keluar nemuin aku pakai baju tidur! Yaa ampun!" ucap Fahry.
"Bukan begitu caranya bimbing cewek biar bisa nurut Ry!" sahut Mang Ale, pemilik warkop.
"Terus?" tanya Fahry.
"Biarin aja dulu! dekati pelan - pelan, jangan di kekang, lalu ajak nikah. Setelah menikah baru dia akan memiliki pikiran untuk menuruti ucapan kamu! pasti akan mematuhi ucapan suaminya!" jelas Mang Ale. "Tapi jangan di paksa! cewek itu tidak suka di paksa, sukanya di dukung, terus lama - lama dia akan memperbaiki dirinya seperti yang kamu mau, tanpa kamu minta!" lanjut Mang Ale.
"Betul tuh!" sahut Eza.
Fahry tampak menarik nafasnya dalam. Dia mencerna ucapan Mang Ale.
"Tapi aku benar - benar tidak suka Mang, auratnya kelihatan! kemana - mana tidak pakai hijab, bahkan di kost nya seperti itu!"
"Namanya juga masih usia segitu, Ry!" sahut Dimas. "Anak muda masih mencari jati dirinya!"
"Iya!" sahut Eza.
"Contohnya bini Mang Ale tuh!" ucap Dimas. "Dulu saat awal - awal kita di sini juga nggak pakai kerudung ya kan, Mang?"
"Iya!" jawab Mang Ale. "Sejak anak pertama minta masuk pesantren setelah lulus SD, akhirnya istri Mang Ale berhijab!" jelas Mang Ale. "Sudah tiga tahun dia berhijab! alhamdulillah!" ucap laki - laki berusia 44 tahun itu.
Fahry hanya mendengarkan penjelasan Mang Ale. Dalam dirinya hanya ingin gadis yang di dekatinya segera menutup aurat dan menuruti kata - katanya. Kelamaan kalau harus nunggu punya anak yang masuk pesantren pikirnya.
"Kalau kamu tidak suka cara seperti itu, ya sebaiknya kamu cari saja gadis dari pesantren! pasti sudah berhijab sejak mereka masuk pesantren!" lanjut Mang Ale.
"Nah! betul!" sahut Dimas dan Eza.
Lagi - lagi Fahry hanya menghela nafas. Eza dan Dimas saling tatap, seolah enggan berkata - kata lagi pada Fahry yang keras kepala.
"Dhan! diam aja dari tadi!" ucap Eza pada Ardhan yang sedari tadi hanya mendengarkan obrolan orang - orang itu sambil menikmati kopi dan rokoknya.
"Lalu aku harus ngomong apa!" sahut Ardhan, laki - laki humoris tapi tak suka ikut campur urusan pribadi teman - temannya.
"Iya juga sih! Bang Ardhan kan nggak pernah dekat sama cewek!" sahut Dimas.
"Cewek cuma bikin pusing!" sahut Ardhan. Laki - laki dengan tinggi 168 cm, berambut hitam, berusia 26 tahun dan juga belum menikah.
"Ingat umur coy!" sahut Eza. "Udah 26 belum juga cari cewek! mau nikah umur berapa kau!" lanjut Eza.
"Kau saja belum menikah!" sahut Ardhan.
"Tapi kan aku sudah punya pacar! tinggal lamar!"
"Ck!" Ardhan berdecih.
"Bang Ardhan mau nggak, aku kenalin ama cewek?" tanya Dimas pada Ardhan.
"Siapa?"
"Namanya Leony, siapa tau jodoh!" ucap Dimas.
"Males!" jawab Ardhan.
"Dia cantik, Bang!" lanjut Dimas, "temen aku waktu masih kerja di bengkel kecil dulu!"
"Dia montir?" sahut Eza kepo.
"Bukanlah!" jawab Dimas cepat, "dia dulu jaga toko onderdilnya, aku di bengkelnya!" jelas Dimas.
"Oh!" Eza mengangguk.
"Jadi gimana, Bang?" tanya Dimas lagi pada Ardhan.
"Tau ah, males kenalan! kalau jodoh pasti datang sendiri!" jawab Ardhan.
"Ah, Bang Ardhan mah payah!" ucap Dimas, "Empat tahun kita kenal, belum sekalipun aku lihat Bang Ardhan dekat sama cewek!" lanjut Dimas.
"Penting banget gitu?" tanya Ardhan.
"Ardhan tuh cowok setia! dia males kalau buat gonta - ganti cewek! mau satu langsung nikah!" sahut Eza menyindir entah itu benar atau tidak.
"Bagus tuh!" sahut Mang Ale.
Ardhan hanya asyik dengan game online nya. Dia sangat cuek dengan obrolan orang - orang di sekitarnya.
Mereka semua tinggal di mess yang ada di lantai dua bengkel. Mereka semua berasal dari daerah yang berbeda - beda. Di antara mereka berempat, hanya Eza yang asli ibukota, tapi dia paling suka kumpul dengan teman - temannya di warkop itu.
Biasanya jumlah mereka lebih banyak dari itu. Karena montir di bengkel itu juga cukup banyak. Dari semua montir, hanya empat orang yang asli Ibukota. Selebihnya berasal dari luar kota, dan tinggal di mess yang di sediakan perusahaan.
.
.
.
.
.
•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√•√
Bagaimana kelanjutannya?
Jangan lupa tinggalkan like dan komentarnya dulu ya Kakak 🥰
Pagi harinya, Alea terbangun dari tidur panjangnya. Jam sudah menunjukkan setengah lima pagi. Alea langsung mandi dan mengerjakan sholat, sekaligus memakai seragam kerjanya.
Setengah enam, Alea sudah melajukan motornya menuju minimarket tempatnya bekerja. Jarak kost Alea dan minimarket hanya 5 menit menggunakan motor.
Galaxy store buka sejak jam eman pagi sampai jam sepuluh malam. Memiliki lima orang karyawan.
Mata Alea menangkap pemandangan yang menurutnya tak biasa saat akan memasuki halaman depan minimarket.
Seorang montir tengah duduk di tangga paling bawah menuju mess yang ada di atas bengkel. Tangga mess berada di luar pintu harmonika bengkel. Karena pagar depan hanya pagar besi tanpa di penutup, membuat keberadaan montir itu jelas terlihat oleh Alea.
Montir itu tengah asyik dengan ponselnya dan sebatang rokok di sela - sela jarinya. Dia hanya mengenakan Boxer hitam, dan kaos oblong berwarna biru terang.
Laki - laki itu jarang sekali mengajak ku bicara! bahkan sampai sekarang aku belum tau siapa namanya!
Gumam Alea, sembari memarkir motornya lalu membuka pintu harmonika minimarket tempatnya bekerja, bersamaan seorang temannya datang.
"Rajin amat Alea!" ucap Ibram.
"Eh! iya dong!" jawab Alea sembari mendorong pintu harmonika itu.
Lalu Ibram membantu mendorong sisi lainnya.
Mereka bersamaan membuka masuk ke dalam toko setelah Alea membuka pintu kaca minimarket itu. Mereka bersama - sama membersihkan minimarket itu, sebelum banyak pengunjung datang.
"Kamu nggak bawa sarapan, Alea?" tanya Ibram setelah berberes.
"Nggak mas!" jawab Alea.
"Aku mau beli, nitip nggak?" tanya Ibram.
"Iya deh!" jawab Alea mengambil uang di dalam tasnya. "Pecel aja, Mas!" ucap Alea menyerahkan uang 20 ribu.
"Lauknya?" tanya Ibram sembari mengambil kunci motor di dalam tas ranselnya.
"Emm.. daging aja lah!"
"Ok!" jawab Ibram lalu berlalu dari dalam toko itu.
Itulah aktivitas keseharian Alea di minimarket itu. Bersama empat rekan lainnya, yang mana semua adalah laki - laki.
Fokus Alea yang tengah sibuk melayani pembeli karena tengah berjaga sendiri, di alihkan oleh seorang laki - laki berpakaian montir yang datang mendekati area Galaxy store.
Sesekali mata Alea ke arah montir itu lalu kembali menscan barang belanjaan customer. Jantung Alea tiba - tiba berdebar saat montir itu membuka pintu kaca minimarket. Entah apa yang terjadi.
"Selamat pagi, selamat datang di Galaxy store!" sapa Alea sambil memasukkan belanjaan customer ke dalam kantong.
"Totalnya Rp. 124.500 Bu!" ucap Alea pada customer di depannya.
"Ini Neng uangnya! ambil aja kembaliannya!" ucap ibu - ibu itu menyerahkan uang 130 ribu.
"Terima kasih banyak, Bu! selama datang kembali!" ucap Alea mengatupkan kedua tangannya, lalu memasukkan pembayaran pada mesin komputernya.
Mata Alea langsung mencari keberadaan montir itu lagi. Tampak sang montir tengah mengambil minuman vitamin C 1000 dan juga sudah ada sebungkus kacang di tangan kirinya. Alea tampak jelas terlihat tengah mencuri - curi pandang pada laki - laki itu.
Siapa sebenarnya dia? kenapa dia tidak pernah terlihat mendekatiku? padahal hampir semua montir yang rata - rata belum menikah itu selalu berusaha mendekati ku!
Ucap Alea dalam hati.
Jantung Alea kembali bergemuruh saat lirikan matanya menangkap montir itu berjalan ke arah meja kasir.
Kenapa pula jantung ini!
Batin Alea heran dengan jantungnya.
Laki - laki yang bekerja sebagai montir di AutoGalaxy itu meletakkan belanjaannya di atas meja kasir.
"Berapa, mbak?" tanya laki - laki itu.
"Bentar Bang!" jawab Alea sambil menscan satu persatu barang itu. "27 ribu, Bang!" ucap Alea.
Tampak laki - laki itu mengeluarkan uang dari dompetnya. Dan menyerahkan pada Alea uang tiga puluh ribu.
Alea menerima uang tiga puluh ribu itu. Dan memasukkan pada sistem pembayarannya.
"Kembaliannya, Bang!"
"Ambil aja!" ucap montir itu sambil meraih kacang dan minuman nya tanpa mau di kantongi.
"Terima kasih, Bang!" ucap Alea.
"Hemm!" jawab laki - laki itu sembari berlalu dari minimarket itu.
Ya Tuhan, ada ya cowok secuek itu sama aku? Kalau yang lain pasti sudah ngajak ngobrol panjang kali lebar!
Ucap Alea dalam hati, sambil menatap punggung montir itu.
Tak berapa lama Ibram datang dengan dua bungkus sarapan untuk mereka.
"Mas Ibram?" panggil Alea pada Ibram setelah mereka menghabiskan sarapan mereka secara bergantian.
"Apa?" jawab Ibram menoleh pada Alea yang abru keluar dari gudang.
"Jumlah montir di situ berapa sih?"
"Kepo kamu!"
"Nanya aja!"
"Ada yang kamu suka?" tanya Ibram.
"Nggak ada, cuma sampai sekarang aku belum hafal - hafal nama mereka!"
"Oh! kalau nggak salah ada 14 orang! dan cuma satu yang sudah menikah!"
"Oh ya?" pekik Alea.
"Iya!" jawab Ibram santai.
"Yang mana?"
"Namanya Randi!"
"Randi?" gumam Alea berfikir.
"Randi itu yang mana?"
"Dia anak yang nggak banyak omong! istrinya di kampung, dia tinggal di mess itu!"
Jangan - jangan montir yang tadi!
Ucap Alea dalam hati.
Tapi masa iya, jantung ku bergetar oleh laki - laki beristri!
Lanjutnya meras jijik jika itu benar adanya.
"Yang mana sih, Mas?"
"Dia jarang kesini sih!" jawab Ibram. "Emang yang kamu tau namanya berapa?"
"Emm..." Alea tampak berfikir. "Yang aku hafal cuma 7 deh kayaknya!"
"Dikit amat!"
"Emang kamu hafal semua?" tanya Alea.
"Hafal lah! aku sering nongkrong sama mereka di warkop perempatan!"
"Oh!" Alea mengangguk.
Kalau aku tanya soal montir yang tadi pasti di kira aku suka!
Batin Alea, membatalkan niatnya untuk bertanya soal montir yang tak banyak bicara padanya uang tinggal di mess itu.
"Kalau ada yang kamu suka! ngomong aja! aku akan bantu comblangin!" ucap Ibram. "Asal jangan suka sama Randi!"
"Ya nggak mungkin lah aku suka sama laki - laki beristri!" sahut Alea.
"Haha!" Ibram tergelak. "BTW gimana sama si Fahry?"
"Fahry?" gumam Alea. "Kamu tau, semalam dia tiba - tiba ngirim nasi bebek ke kost aku! terus dia marah - marah karena aku keluar pakai baju tidur!" cerita Alea. "Kan aneh! siapa juga yang nyuruh dia datang!"
"Hahahahah!" Ibram tertawa dengan cerita Alea. "Dia itu niat banget deketin kamu, tapi dia itu terlalu berambisi sampai lupa cara dekati cewek dengan baik!"
"Tau tuh!"
"Eh, dari mana dia tau tempat kost kamu?"
"Dia pernah lewat situ pas aku keluar dari kost untuk beli makan!" jawab Alea.
"Ngapain dia ke gang sempit?"
"Katanya sih dari rumah Bang Eza! Aku emang sering lihat Bang Eza lewat situ!"
"Oh!" Ibram mengangguk paham. "Terus kamu suka nggak sama dia?"
"Sebenarnya aku tau niat baik, ingin melihat aku menjadi perempuan soleha! tapi caranya itu loh kayak maksa banget!"
"Ya aku tau tidak kurang tepat!" ucap Ibram, "tapu intinya kalau dia nembak kamu terima nggak?"
Spontan Alea melirik Ibram yang bertanya dengan santainya.
"Nggak tau ah! males mikirin itu anak!" jawab Alea.
"Yaelah! iya tinggal bilang iya, nggak tinggal bilang nggak! anak orang jangan di gantung!"
"Kalau dia udah nembak dan nggak aku jawab - jawab baru itu namannya menggantung! ini kan dia nggak ngomong apa - apa!"
"Eh, aku dengar, Bagas juga suka sama kamu!" ucap Ibram. "Banyak banget yang deketin kamu!"
"Bagas?" tanya Alea. "Dua hari lalu dia juga ajak aku makan pas aku pulang kerja!" jawab Alea, "terus aku juga pernah makan malam sama Yoga di warung nasi bebek!"
"Wih! gila kau Alea!" seru Ibram dengan nada tinggi, sampai seorang pengunjung menoleh padanya.
"Pelan - pelan woy!" sahut Alea.
"Kamu mau aja di ajak makan sana - sini!"
"Eh kan aku jomblo! bebas dong! lagian cuma makan terus pulang!"
Ibram menggeleng - gelengkan kepalanya.
"Sebaiknya segera pilih salah satu! sebelum penilaian mereka sama kamu berubah!" tutur Ibram.
"Berubah gimana?"
"Ya ngira kamu cewek gampangan!"
Alea menyebikkan bibirnya, memikirkan penuturan Ibram yang kini sibuk melayani pembeli.
Kalau boleh saran, coba deh sekali aja Abang montir yang tadi ngajakin aku makan!
Ucap Alea dalam hati sambil mendisplay snack ke dalam gondola.
***Boro - boro ngajak makan, ngajak ngobrol nggak pernah!
Jangan - jangan benar lagi dia yang namanya Randi***!
Batin Alea.
.
.
.
.
Happy reading kawan 🌹🌹🌹
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!