NovelToon NovelToon

I'M Crazy About You

Episode 1 - Pelanggan Terakhir

Apakah kalian percaya akan cinta ? Kalian mungkin percaya tapi tidak denganku. Menurutku tidak ada yang namanya cinta di dunia nyata ini. Semua itu bullshit. Perasaan saling cinta itu hanya ada di film-film. Itu semua hanya fantasi bagiku. Apakah mungkin? orang akan mengorbankan segalanya hanya demi sang pujaan hati? rela meninggalkan keyakinannya, rela dibenci keluarganya, bahkan rela mati untuk kekasihnya. Itu sangat tak masuk akal bagiku. Menyukai seorang lawan jenis memang sering terjadi, tapi bukan perasaan cinta yang akan mengorbankan segalanya hanya untuk sang kekasih. Bahkan sampai saat ini, aku pribadi tidak pernah merasakan bahwa aku akan bisa dengan rela mengorbankan apapun yang berharga bagiku hanya untuk seorang pria asing. OH TIDAK! IT WILL NEVER HAPPEN TO ME! NEVER! Memang aku tak jarang menyukai seseorang, sering terpana akan parasnya. Tapi itu hanya sebatas suka, tidak lebih dari itu. Masih banyak yang lebih penting bagiku daripada cinta menye-menye yang menyedihkan. Aku tidak akan pernah membiarkan hatiku bertekuk lutut pada seorang pria. Tidak akan pernah membiarkan itu terjadi. Aku sering melihat teman-temanku menangis karena cinta dan aku berjanji tidak akan pernah meneteskan air mataku yang berharga ini hanya untuk seorang pria.

Namaku Widelia Syaqilla. Aku tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil. Sekarang memasuki semester VII di salah satu universitas swasta, dan sedang sibuk-sibuknya menyiapkan skripsi. Setiap malam aku harus bekerja menjadi seorang kurir pengantar makanan di salah satu restoran mewah untuk memenuhi biaya hidup dan kuliahku. Aku tak mau menyusahkan kedua orang tuaku di kampung. Karena itulah aku berkeras tidak akan berkuliah di kota kampung halamanku. Aku ingin merasakan dunia luar, dan hidup mandiri. Setiap hari aku hanya bisa tidur 4 jam saking sibuknya kegiatanku. Terkadang aku jenuh dengan kegiatanku yang seperti mengulang-ngulang diperputaran yang sama setiap harinya. Tapi aku harus bisa melewati ini semua, karena ini adalah pilihanku sendiri untuk hidup mandiri. Aku harus mengumpulkan uang untuk modalku memulai usaha disaat aku sudah capek bekerja di perusahaan orang lain.

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagiku. Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku yang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku masih harus mengantarkan pesanan hidangan untuk pelanggan terakhir di sebuah apartemen mewah.

“Ini pesanan terakhir Del, tolong di antar ya” ujar seorang rekan kerjaku.

“Hum.. baiklah. Aku pergi sekarang. Setelahnya, aku langsung pulang ya, aku capek banget loh Mel, rasanya seluruh tulangku mau ambruk nih” ucapku pada rekanku itu sembari mengambil pesanan yang sudah di kemas rapih dan tanpa menunggu jawaban, aku langsung berlari menuju parkiran, segera melaju cepat dengan motor matic ku.

***

Aku mengambil nafas dalam dan menghembuskannya pelan mencoba menghilangkan rasa penatku. Kini aku telah sampai di depan pintu apartemen pelanggan terakhirku. Tanpa menunggu lama, aku  membunyikan bel dan berteriak sedikit kencang dari luar pintu berharap seseorang di dalam sana agar segera membukanya “Selamat malam Tuan, dari restoran Luxury Food mengantarkan pesanan Anda”.

Selang beberapa menit pintu itu akhirnya terbuka.

Cklek

 

Bersambung...

Episode 2 - Shock

Aku mengambil nafas dalam dan menghembuskannya pelan mencoba menghilangkan rasa penatku. Kini aku telah sampai di depan pintu apartemen pelanggan terakhirku. Tanpa menunggu lama, aku  membunyikan bel dan berteriak sedikit kencang dari luar pintu berharap seseorang di dalam sana agar segera membukanya “Selamat malam Tuan, dari restoran Luxury Food mengantarkan pesanan Anda”.

Selang beberapa menit pintu itu akhirnya terbuka.

Cklek

Seketika bau alkohol menyengat memenuhi penciumanku. Aku mendongakkan kepalaku melihat betapa tingginya pria yang ada di depanku ini. Apalagi jika dibandingkan dengan tubuh mungilku, berasa seperti sedang menatap seorang raksasa tinggi nan tampan. Tampaknya dia sedikit mabuk. Penampilannya sedikit berantakan. Hanya memakai celana jeans panjang dan kemeja hitam yang hanya dikancing sedikit memperlihatkan dada bidangnya yang kekar. Lengan kemejanya digulung sampai kesiku memperlihatkan urat tangannya. Kulit sawo matang dan

rambutnya yang acak-acakan menambah kesan muda pada dirinya. Walaupun dia tampan, tapi auranya saat ini terasa sangat dingin dan gelap.

“Ini pesanan Anda Tuan. Totalnya Enam Ratus Lima Puluh Lima Ribu Rupiah.” Ujarku sembari menyerahkan dua set makan malam yang telah dibungkus rapih beserta bill padanya.

“Tunggu sebentar, aku ambil uangnya dulu. Kau masuk dan tunggulah di dalam” Ucapnya seraya mempersilahkanku masuk.

Kulangkahkan kaki perlahan masuk kedalam apartemen nya, dan dengan seketika tatapanku menangkap seorang wanita cantik nan seksi yang tengah duduk menangis di tepi sofa. Meja pendek di depannya berserakan dengan botol minuman beralkohol. Dia tampak seperti sedang frustasi sementara pria itu dengan gaya santainya dia berjalan seperti mengacuhkan wanita yang di sofa itu. Aku memperhatikan langkah kaki pria itu lalu tak sengaja mataku menangkap sebuah ponsel yang dalam keadaan mati, tampak retak parah sepertinya habis dibanting dengan sangat keras. Langkahnya terhenti di samping meja pendek itu, dan menaruh kotak makanan itu di atasnya. Saat ia hendak mengambil dompet, tiba-tiba wanita itu berdiri, dan memeluk punggung pria itu dari belakang.

“I love you so much Dev. Please jangan kayak gini ke aku, aku bersumpah aku gak ada hubungan apapun dengan

lelaki itu. Jangan campakan aku kayak gini Dev, please” ucap wanita itu tiba-tiba dengan nada memelas.

“SHUT UP!” teriak pria itu keras membuat jantungku seketika hampir berhenti berdetak. Suaranya yang lantang

menggema diseisi ruangan yang sangat luas ini.

“Aku muak melihatmu disini. Tolong keluar dari sini sekarang, sebelum aku menyeretmu keluar!” tambah pria

itu dengan nada pelan tapi terdengar sangat dingin, lalu ia melepaskan pelukan wanita itu dengan kasar. Sesaat dia berbalik menolehku yang berdiri hanya beberapa meter tak jauh dari pintu. Aku yang tiba-tiba tertangkap oleh mata

tajamnya hanya bisa mematung dengan wajah yang masih shock karena teriakannya barusan.

“Maaf, kau harus melihat ini” ucap pria itu tiba-tiba yang ditujukan padaku.

Tanpa menunggu jawabku, dia langsung menarik lengan wanita itu dengan kasar, berjalan sambil menyeret wanita itu melewatiku tanpa melihatku yang sekarang membatu tak bisa mengeluarkan sepatah katapun dari tenggorokanku. Aku sedikit menunduk tapi masih mendengar percakapannya dengan wanita itu di luar pintu.

“Pergilah dari sini ! Biarkan aku menenangkan pikiranku” ucapnya dingin pada wanita itu.

“Dev.. Please.. dengerin penjelasanku dulu sayang” terdengar suara memelas dari wanita itu. Dan seketika “BRAKKK!!” Aku terhentak kaget saat lelaki itu membanting pintu dengan sangat keras. Aku memberanikan diri mengawasi pria itu yang masih berdiri menghadap pintu. Dia menarik nafasnya dalam, dan mengembuskannya perlahan mencoba meredakan emosinya yang sudah sampai ke kepala. Lalu dia berjalan melewatiku lagi, dan seketika kakiku terasa lemah. Aku mengepalkan tanganku sekeras mungkin menahan getaran hebat di kedua kaki dan tanganku. Seharusnya aku tidak melihat pemandangan yang mengerikan ini. Hari ini adalah hari yang sangat sial bagiku.

 

Bersambung...

Episode 3 - Apakah Kau Pria yang Tadi Kulihat?

“Dev.. Please.. dengerin penjelasanku dulu sayang” terdengar suara memelas dari wanita itu. Dan seketika “BRAKKK!!” Aku terhentak kaget saat lelaki itu membanting pintu dengan sangat keras. Aku memberanikan diri mengawasi pria itu yang masih berdiri menghadap pintu. Dia menarik nafasnya dalam, dan mengembuskannya perlahan mencoba meredakan emosinya yang sudah sampai ke kepala. Lalu dia berjalan melewatiku lagi, dan seketika kakiku terasa lemah. Aku mengepalkan tanganku sekeras mungkin menahan getaran hebat di kedua kaki dan tanganku. Seharusnya aku tidak melihat pemandangan yang mengerikan ini. Hari ini adalah hari yang sangat sial bagiku.

Kini pria itu tengah duduk membungkuk di sofanya dengan tangan kiri memeluk tengkuknya. Lalu mengacak rambutnya dengan kasar.

“Duduklah. Maaf sudah membuatmu merasa tak nyaman” ucapnya tiba-tiba saat menoleh padaku yang masih berdiri mematung di dekat pintunya.

“Ah.. ti- tidak masalah Tuan” ucapku dengan nada sedikit bergetar.

Tiba-tiba aku merasakan ngilu di kedua kakiku. Mungkin ini karena aku sudah terlalu lama berdiri disini sejak tadi, ditambah rasa kaget dan letih yang berlebihan. Oh shit! Kenapa kakiku harus kram disaat ini, aku tak bisa bergerak sekarang. Aku menundukkan kepala kebawah dan menggigit bibir bawahku berusaha menahan nyeri kram di kakiku.

“Apa kau sudah makan ?”tanyanya datar membuatku menoleh padanya. Aku hanya mengernyit menatapnya, sudah tak begitu konsentrasi dengan apa yang dia ucapkan padaku. Tubuhku terasa lemas dan kakiku terasa sangat ngilu sekarang. Rasanya seperti segerombolan semut telah menggerogoti seluruh kakiku sampai membuat kakiku mati rasa. Ingin rasanya aku berteriak kencang tapi kutahan dengan sekuat tenaga membuat buliran keringat dingin tiba-tiba menetes di pelipisku.

“Are you OK ?” dari suaranya terselip sedikit nada khawatir. Ia beranjak dari duduknya dan kemudian melangkah pelan mendekatiku, mencoba menatap wajahku lebih dekat yang kini telah memucat sempurna dengan keringat dingin membasahi pelipisku. Seketika tangan kanannya menyentuh dahiku dengan raut wajahnya yang kini terlihat sangat khawatir.

“Kau kenapa ? Apa kau sakit?”  tanyanya khawatir dengan kedua tangannya agak mencengkram bahuku.

“Ti-tidak tuan.. A-aku.. Aku hanya..” suaraku bergetar dan tiba-tiba saja air mataku menetes membasahi pipiku. Seketika aku menangis meraung sambil menatap lekat mata pria itu. Menangis sejadi-jadinya persis seperti anak kecil yang menangis karena tidak dibelikan permen.

Pria itu kebingungan saat melihat diriku yang tiba-tiba saja menangis hebat seperti itu. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia hanya membungkuk membawaku kedalam pelukannya yang erat lalu menepuk-nepuk punggungku dengan lembut.

“Hei... tenanglah.. Jangan menangis.. Apa kau sangat ketakutan karena kejadian tadi ? Aku minta maaf, jangan menangis” ucapnya sembari mengelus rambutku naik turun berusaha menenangkanku dalam pelukannya.

“bu-bu-kan... ka-ka-kaki- kaki-ku ke-keram” jawabku sambil sesenggukan.

“Gi-gimana ini ? Aku- gak-gak bisa- ber-bergerak.. Huwaaaaaaa ”tambahku dengan tangis yang semakin menjadi.

Mendengar jawabanku yang terbata nan polos sambil menangis sesenggukan itu seketika membuatnya tertawa lepas. Dia melepaskan pelukannya perlahan dan menatapku teduh dengan kedua tangannya yang menahan lenganku. Tawanya berhenti tetapi masih menyisakan senyum tipisnya tampak berusaha menahan tawanya.

“Hei.. tenanglah.. jangan menangis lagi.. Lihat bajuku sudah basah karena ingusmu itu” ucapnya lembut sambil menghapus air mataku dipipi dengan kedua ibu jarinya.

Aku terdiam, tangisku berhenti tapi sesekali masih sesenggukan dengan dada yang naik turun. Pria itu kemudian membungkuk dan meraup tubuhku dalam gendongan ala bridal stylenya lalu membawaku ke sofa ruang tengahnya. Tanganku melingkar erat pada tengkuknya. Saking memalukannya situasi ini, aku hanya bisa menyembunyikan wajahku di dada bidangnya. Ya Tuhan, aku sangat ingin teriak saat ini. Tolong aku. Kenapa kaki bodoh ini harus kram disaat ini ? aku terus merutuki diriku yang kini sangat memalukan.

Setibanya di sofa, dia membaringkan tubuhku dengan pelan, lalu meluruskan kakiku lembut.

“Tunggu sebentar” katanya lalu pergi sebentar.

Tak lama kemudian dia datang dengan membawa segelas air putih di tangan kanan dan di tangan kirinya terlihat membawa sebuah baskom kecil berisikan air hangat yang tampak karena kepulan uap panas diatas baskom itu.

“Minumlah dulu agar kau tenang” ucapnya lembut sembari memberikanku segelas air putih. Aku menatapnya sebentar lalu meraih gelas itu dan meminumnya sedikit.

“Terimakasih tuan” ucapku tulus seraya menyerahkan kembali gelas itu padanya dan dia hanya tersenyum mengangguk lalu menaruh gelas itu di atas meja. Setelah itu dia berjongkok di samping sofa, dan mengambil baskom kecil berisikan air hangat itu, lalu memeras handuk kecil yang berada didalamnya. Mataku membulat penuh melihatnya yang tiba-tiba mengompress kakiku yang kram sambil menekan-nekannya lembut dengan handuk hangat itu ditangannya. Saat ini aku tidak tahu apa yang sedang kurasakan, waktu seakan berhenti melihat apa yang dilakukannya terhadapku.

“Kau ternyata begitu perhatian dan lembut, apakah benar kau adalah pria yang tadi kulihat?” batinku seakan tersentuh melihatnya begitu perhatian padaku. Tak sadar kini matanya juga sedang menatapku lekat. Manik coklatnya berbinar, tatapannya yang dingin tadi kini telah menjadi hangat. Mataku terus menelusuri wajahnya,

kulihat garis rahangnya yang tegas, hidungnya yang sangat tinggi, alisnya tebal namun sangat rapih terlukis tegas diwajahnya, dan bibirnya yang sedikit basah kini terlihat sangat seksi.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!