NovelToon NovelToon

My Secretary

Bab 1

Dion melirik arloji mewah di pergelangan tangannya. Hari ini pengganti sekretaris lamanya sudah mulai dipekerjakan. Dion belum sempat melihat profil sekretaris barunya lantaran belakangan ini sibuk dengan urusan pribadinya dan juga Leo yang baru saja di rawat.

"Jo, ke ruanganku sekarang." Titah Dion begitu menyambungkan telfon ke ruangan Jonathan, asisten pribadinya.

Jonathan yang sudah mengurus perekrutan sekretaris baru, jadi dia yang akan bertanggungjawab jika ada masalah.

Tokk,, tokk,, tokk,,

"Masuk.!" Dion menatap tajam ke arah pintu. Dia terlihat tidak sabar bertemu dengan Jonathan.

"Ada apa Di,,,?" Jonathan bertanya dengan hati-hati. Sudah lama dia bekerja di perusahaan Adiguna dan hampir setiap berinteraksi dengan Dion yang sekarang sudah dipercayakan untuk memegang perusahaan. Jonathan tau betul ekspresi Dion ketika sedang kesal.

"Orang seperti apa yang kamu pilih jadi sekretaris ku.?" Tatapan mata Dion terlihat menelisik.

Baru kali ini Dion merasa tidak suka dengan kinerja Jonathan. Selama ini, apapun yang dikerjakan Jonathan selalu memberikan hasil yang baik. Tapi kali ini Dion merasa kecewa lantaran Jonathan seperti salah dalam merekrut seseorang untuk dijadikan sekretaris.

"Memangnya kenapa Di.? Apa sekretaris baru mu sudah berbuat kesalahan.?"

"Profilnya bagus, dia berpengalaman di bidang ini. Bagaimana bisa dia berbuat kesalahan dihari pertama kerja.?"

Jonathan bahkan bingung sendiri, pasalnya baru 20 menit yang lalu Dion masuk keruang kerjanya, tapi sudah mengeluh tentang sekretaris barunya.

"Dia bahkan sudah melakukan kesalahan sebelum bekerja." Ujar Dion penuh penekan.

"Apa kamu tau kalau sampai sekarang sekretaris itu belum menampakkan batang hidungnya.?"

"A,,apa.?!!" Jonathan telihat syok mendengarnya.

"Dia belum datang.? Bagaimana bisa.?"

Seketika wajah Jonathan berubah pucat. Dia panik, takut kinerjanya akan dinilai buruk oleh Dion. Sedangkan perekrutan sekretaris itu tidak sepenuhnya di ambil alih oleh dirinya, melainkan ada campur tangan anak dan menantu Adiguna.

"Mana aku tau. Kamu pikir aku keluarganya.!" Seru Dion kesal.

"Cepat hubungi dia. 3 menit lagi harus sudah ada di ruanganku."

Perintah Dion membuat Jonathan melongo. Perintahnya terdengar tidak masuk akal, bagaimana bisa memunculkan seseorang yang entah ada dimana hanya dengan waktu 3 menit.

"Tapi Di, bagaimana caranya.? Aku saja tidak tau sekarang dia ada di mana."

"Bagaimana kalau dia masih dirumah."

"Aku tidak mau tau." Potong Dion cepat.

Tokk,,,Tokk,,,

"Permisi."

Ketukan pintu dan suara yang terengah-engah, membuat Dion dan Jonathan menoleh ke arah pintu bersamaan.

pintu yang sejak tadi di biarkan terbuka, kini menampilkan seorang wanita memakai baju kerja yang rapi namun dengan rambut yang sedikit berantakan.

"Maaf saya terlambat."

Ucapnya sambil menunduk.

"Kamu.!" Pekik Dion terkejut. Sejak tadi dia diam dan memperhatikan wanita itu dari bawah sampai atas lantaran merasa mengenalinya.

Begitu melihat wajahnya dengan jelas, seketika langsung membuatnya terkejut.

"Akhirnya kamu datang juga." Jonathan bernafas lega. Ternyata kurun dari 1 menit, sekretaris baru itu sudah datang.

"Astaga Keyla,,, kamu hampir membuatku kena masalah besar." Keluh Jonathan. Dia langsung menghampiri Keyla dan menarik tangannya untuk masuk kedalam ruangan.

"Cepat jelaskan sama atasan kamu, kenapa kamu sampai telat di hari pertama masuk kerja."

"Jangan sampai hari ini juga menjadi hari terakhir kamu kerja."

Jonathan berbicara panjang lebar. Keyla hanya menganggukkan kepala berulang kali, namun tatapan matanya terus tertuju pada Dion yang tengah menatapnya penuh selidik.

"Kamu boleh keluar Jo.!" Tegas Dion. Tatapan matanya tak beralih sedikitpun dari Keyla.

Merasa mendapat keberuntungan karna tidak dimintai penjelasan lebih lanjut, Jonathan bergegas keluar dari ruangan Dion. Meninggalkan Keyla dan Dion yang tidak diketahui oleh Jonathan jika mereka adalah mantan suami istri.

"Maaf Di, aku harus membujuk Leo dulu jadi terlambat,," Jelas Keyla dengan menunduk. Dia tau sudah melakukan kesalahan fatal karna terlambat di hari pertama masuk kerja.

"Apa kamu lupa kalau ini kantor.? Kamu sudah tau kan sedang bicara dengan siapa.?"

"Begini caranya kamu bekerja.?"

Suara Dion terdengar ketus. Dia merasa kalau Keyla tidak melihatnya sebagai atasan, melainkan melihat dirinya sebagai ayan kandung Leo.

"Satu lagi, urusan pribadi tidak untuk dijadikan alasan ketidak disiplinan kamu dalam bekerja. Apa lagi sampai harus menyebutkan nama anak."

"Kamu pikir perusahaan lain akan menerima alasan seperti itu.?"

Tatapan Dion semakin tajam. Dia benar-benar menunjukkan kekesalannya di depan Keyla.

"Maaf, saya benar-benar minta maaf."

"Saya janji ini pertama dan terakhir kalinya saya terlambat."

Nada bicara Keyla penuh penyesalan. Dia juga tidak ingin datang terlambat dan memberikan kesan buruk di hari pertama kali bekerja.

Pekerjaan ini sangat berarti untuknya, karna Keyla benar-benar ingin bangkit dan berdiri dikaki sendiri untuk bertahan hidup dengan Leo.

Meski mendapat pekerjaan ini berkat bantuan Vano dan Celina, namun Keyla ingin membuktikan bahwa dia punya kemampuan untuk bekerja dengan baik dan memberikan hasil nyata untuk perusahaan.

Dion menarik nafas dalam. Meski masih terlihat kesal, namun seperti enggan untuk memperpanjang obrolan dengan Keyla.

Dia beranjak dari duduknya, berjalan mendekati rak dan mengambil setumpuk dokumen disana.

"Pelajari semua dokumen ini." Dion menyerahkan dokumen itu ke tangan Keyla. Meletakannya dengan sedikit menghentak.

"Pelajari dengan teliti dan catat poin - poin penting. Nanti siang ikut aku bertemu klien untuk membicarakan kerja sama ini."

Dion bicara panjang lebar. Keyla hanya diam. Dia mendengarkan dengan baik apa yang diperintahkan oleh Dion, namun pikirannya sedikit melayang, mengingat masalalunya ketika bekerja dengan Dion.

"Kenapa diam saja.? Ayo kerjakan." Titahnya tegas.

"I,,,iya,,tapi,,,"

"Apa lagi.?" Potong Dion cepat. Wajahnya masih saja terlihat kesal, seakan banyak hal yang ingin dia katakan namun memilih untuk dipendam.

"Saya harus duduk dimana.? Kalau berdiri rasanya tidak akan sanggup." Tutur Keyla.

Seketika ekspresi wajah Dion berubah. Dia seperti menahan malu.

"Duduk disana.!" Dion menunjuk tempat duduk dan meja kerja yang biasa ditempati oleh sekretaris lamanya. Setelah itu, langsung kembali ke meja kerjanya.

"Makasih." Ucap Keyla sebelum pergi ke meja kerjanya.

Keyla meletakkan setumpuk dokumen itu di mejanya, kemudian duduk dan mulai mempelajari semua berkas penting yang akan dibahas pada pertemuan nanti siang.

Bertahun-tahun tidak bekerja, sudah pasti akan ada kendala yang di hadapi. Keyla butuh konsentrasi ekstra agar tidak melakukan kesalahan.

Keyla sudah fokus pada pekerjaannya, dia begitu serius membaca dan mempelajari lebih dulu sebelum mencatat poin-poin penting.

Ini hari pertama dia bekerja, tapi sudah dihadapkan dengan pekerjaan yang mengharuskan terjun langsung kelapangan.

Kalau saja bukan Dion, pasti pemegang perusahaan tidak akan mengambil resiko dengan mempercayakan semua itu pada sekretaris baru.

Mungkin karna sudah tua kemampuan Keyla, Dion jadi berani memberikan tugas itu padanya.

Dalam keadaan fokus dan serius, Keyla tidak menyadari ada sepasang mata yang sedang memperhatikannya.

Sepang mata yang menatapnya penuh arti. Dia yang dulu menatap penuh cinta, kini disertai dengan kekecewaan.

Kehadiran Keyla diperusahaan, membuatnya kembali mengingat masa lalu ketika bertemu pertama kali dengan Keyla di perusahaan ayahnya.

Seorang anak CEO, jatuh cinta pada karyawan perusahaan.

Kalau bukan karna perjuangan dan usaha yang keras untuk membujuk sang ayah, mungkin Dion tidak akan menikah dengan Keyla.

Kehadiran Keyla memang mengejutkan, banyak hal peibadi yang tentunya ingin dibicarakan oleh Dion. Namun karna harus profesional bekerja, Dion harus menunda niatnya selama masih jam Kantor.

Dion enggan mencampur adukan urusan pribadi dengan pekerjaan.

Bab 2

Keyla melewatkan 3 jam tanpa beranjak sedikitpun dari meja kerjanya. Dia benar-benar fokus dengan pekerjaan yang diberikan oleh Dion. Keyla ingin membuktikan pada Dion jika dirinya mampu dan serius dalam bekerja meski harus diawali dengan keterlambatan di hari pertama.

Berjam-jam mempelajari dokumen, membuat tenggorokan Keyla terasa kering. Sudah kesekian kalinya dia menelan ludah, berharap bisa bertahan di meja kerjanya sampai selesai tanpa harus beranjak untuk mengambil air minum. Tapi pada akhirnya tidak sanggup lagi membiarkan tenggorokannya semakin mengering.

Keyla menandai halaman yang sedang dia pelajari, kemudian beranjak dari duduknya dan tanpa sengaja melihat Dion yang sedang menatap ke arahnya. Cukup lama keduanya saling pandang sampai akhirnya Dion mengalihkan pandangan ke layar laptop miliknya.

Keyla sempat menangkap ekspresi Dion yang menatapnya dengan sorot mata dalam, namun seketika berubah datar ketika bertatap muka dengannya.

Keyla merapikan kemeja dan rok span yang dia kenakan sebelum beranjak dari meja kerjanya.

Dia berhenti di depan meja kerja Dion. Dia diam beberapa saat karna terlihat ragu untuk bicara padanya.

Begitu Dion mengakat wajah dan menatapnya, Keyla langsung berbicara.

"Maaf Pak, saya mau ke pantry sebentar." Ujarnya meminta ijin.

"Pak Dion mau sekalian saya buatkan minum.?" Keyla terlihat ragu menawari Dion. Takut akan malu jika nantinya Dion menolak mentah-mentah tawaran baiknya.

"Boleh." Dion menjawab tanpa ekspresi. Meski begitu, Keyla langsung bernafas lega. Setidaknya dia terhindar dari malu.

"Baik, saya permisi." Keyla membungkukkan badan, lalu beranjak keluar.

"Kamu tidak bertanya aku mau dibuatkan minuman apa.?"

Ucapan Dion menghentikan langkah Keyla yang sudah membuka pintu dan siap untuk keluar dari ruang kerja itu.

Keyla menutup pintu kembali, kemudian berbalik badan untuk menjawab pertanyaan Dion.

"Menjelang makan siang biasanya selalu minum kopi." Ucap Keyla. Dia menyebutkan kebiasaan Dion ketika sedang berada di kantor. Meski saat dirumah dan diluar jarang meminum kopi, tapi ketika berada di kantor tidak akan pernah absen meneguk kopi sebelum jam makan siang.

Jawaban Keyla membuat Dion menarik sudut bibirnya. Dia tersenyum kecut dan terlihat menahan sesak di dadanya.

Keyla tidak melupakan kebiasaannya, namun mampu meninggalkannya ketika sedang terpuruk.

Selalu ada rasa sakit dan kecewa setiap mengingat apa yang sudah dilakukan oleh Keyla padanya.

"Bertahun-tahun hidup dengan orang lain, rupanya kamu masih ingat kebiasaanku." Dion menatap tajam. Mengamati dengan seksama ekspresi dan sorot mata Keyla yang langsung menundukkan pandangan.

"Saya permisi,,"

Alih-alih menanggapi ucapan Dion yang terkesan menyindir, Keyla justru memilih untuk menghindar. Dia bergegas pergi ke pantry untuk mengambil air mineral dan membuat 2 cangkir kopi untuk dirinya dan Dion.

Keyla sudah menduga jika pekerjaannya akan jauh lebih mudah dibanding saat harus berinteraksi dengan Dion.

Jika pekerjaan hanya menguras pikiran dan tenaga, Keyla harus menyiapkan hati ketika sedang berinteraksi dengan Dion. Karna akan selalu ada hal dan ucapan yang bisa mengingatkan pada luka lama dan kesalahan yang pernah dia perbuat.

Sayangnya Keyla tidak bisa mundur begitu saja setelah setuju dengan usul yang diberikan oleh Celina dengan menjadi sekretaris pribadi Dion.

Dia juga tidak berhak menyalahkan Celina karna semua ini atas persetujuannya sendiri yang awalnya ingin mendapatkan kembali hati Dion dengan cara berada di dekatnya setiap hari.

"Ya ampun.!" Pekik Keyla. Tiba-tiba menghentikan langkah begitu ingat tidak tau letak pantry di lantai itu.

Dia langsung mencari karyawan yang berada di sekitarnya dan langsung bertanya padanya.

"Di sebelah sana, tinggal belok kiri saja." Jawab karyawan itu sembari menunjuk ke arah yang dia maksud. Keyla mengikuti arah jari telunjuknya sembari menganggukan kepala.

"Terimakasih." Ucap Keyla disertai senyum tipis.

"Tunggu dulu. Kamu karyawan baru.?" Pergelangan tangannya di tahan.

"Maaf." Keyla langsung menepis pelan karna merasa risih disentuh laki-laki yang tidak dia kenal sebelumnya.

"Ya, saya karyawan baru."

"Permisi." Keyla membungkuk sopan.

Laki-laki itu mengulas senyum tipis.

"Kebetulan aku juga mau buat kopi,," Ujarnya sembari mengikuti langkah Keyla.

Merasa risih untuk berinteraksi lebih lama, Keyla memilih diam dan membiarkan laki-laki itu berjalan di sampingnya.

"Ekhem,,,!" Suara deheman membuat keduanya menghentikan langkah.

Mereka kompak berbalik badan. Seketika terkejut melihat Dion yang tengah berdiri sembari menyilangkan kedua tangan didepan dada.

"Siang Pak Dion." Sapa laki-laki itu dengan senyum ramah.

"Bukannya kamu sedang menyelesaikan proposal yang saya minta."

"Proposal itu harus selesai sebelum jam makan siang."

Dion memberikan tatapan tajam padanya.

"Iya, sudah saya selesaikan Pak."

"Bagus. Bawa ke ruangan saya sekarang juga." Ujar Dion tegas. Setelah itu menatap Keyla yang masih diam mematung di tempat.

"Kamu, kenapa masih disini.?" Tanya Dion pada Keyla.

"Permisi." Keduanya langsung pergi dari hadapan Dion setelah sempat saling pandang karna sama-sama heran pada Dion.

...***...

Keyla membawa nampan berisi 2 cangkir kopi dan 1 gelas air mineral kedalam ruangan Dion. Begitu masuk, Keyla langsung di sambut oleh Jonathan yang sedang duduk berhadapan dengan Dion.

"Wahh pas banget kamu bawa 2 cangkir kopi. Tau aja ada aku disini." Goda Jonathan dengan menebar senyum maut.

"Pasti rasanya enak kopi buatan wanita cantik." Pujinya.

Keyla tidak memberikan respon apapun selain senyum kaku. Dia juga tidak enak kalau harus mengatakan kopi yang dia bawa bukan untuk Jonathan, melainkan untuk dia sendiri dan Dion.

"Keluar.!" Tegas Dion.

"Sa,,saya.?" Tanya Keyla bingung.

"Meja kerja kamu disini.! Kenapa harus keluar." Jawab Dion cepat.

Seketika Jonathan langsung paham kalau dirinya yang sedang diusir oleh Dion.

"Kamu ngusir Di.? Kita belum selesai membicarakan kerja sama dengan perusahaan Vin's group."

Jonathan dibuat heran sekaligus menaruh curiga pada atasannya. Tidak biasanya Dion menghentikan pembicaraan penting tanpa alasan yang jelas.

Hal itu tentu saja membuat Jonathan curiga kalau ada sesuatu di antara Dion dan sekretaris barunya karna terlihat tidak mau ada orang lain diruangan itu selain mereka berdua.

"Tidak ada yang perlu dibahas lagi, semuanya sudah jelas." Jawab Dion datar.

"Selesaikan saja pekerjaanmu yang lain." Titahnya.

Kini Jonathan tidak memiliki alasan lain untuk tetap berada diruang Dion. Dia beranjak dari duduknya dan langsung menghampiri Keyla.

"Aku ambil kopinya." Ucapnya sembari mengambil secangkir kopi milik Keyla tanpa menunggu persetujuan si pemilik.

"Siapa yang mengijinkan kamu bawa kopi itu.?!" Seru Dion dengan tatapan tajam.

"Letakan lagi pada tempatnya."

"Astaga,,," Keluh Jonathan. Dengan terpaksa dia meletakan kembali kopi yang hampir dia minum.

"Keyla saja tidak keberatan aku mengambil kopinya." Jonathan Menggerutu kesal.

"Semua kopi itu milikku.!" Tegas Dion.

"Ya ampun." Jonathan melenggang pergi begitu saja. Hari ini Dion benar-benar aneh, emosinya mudah meluap tanpa alasan yang jelas. Baru saja tadi dia melihat Dion memarahi Rian saat masuk ke ruangannya hanya karna tidak langsung memberikan proposal yang sudah dia selesaikan. Sekarang malah dia yang dimarahi oleh Dion.

Keyla berjalan ke meja kerja Dion. Dia meletakkan 2 cangkir kopi disana sesuai apa yang diucapkan oleh Dion pada Jonathan.

"Aku hanya butuh secangkir kopi." Ucap Dion datar. Dia mengambil salah satu kopi itu dan meneguknya.

Keyla menatap Dion dengan dahi berkerut. Nyatanya bukan hanya Jonathan yang buat bingung, Keyla justru sudah merasakan hal itu sejak tadi.

"Bukannya tadi Bapak minta semuanya.?" Tanya Keyla lirih.

Namun Keyla langsung sigap mengambil kopi karna Dion menatapnya tajam.

Keyla langsung duduk di meja kerjanya tanpa berani menatap ke arah Dion lagi.

Bab 3

Keyla memasukkan dokumen yang akan dia bawa untuk bertemu dengan klien. Memasukkan kedalam tas yang di siapkan oleh kantor.

Dia berjalan cepat menyusul Dion yang sudah keluar dari ruang kerja.

Entah apa membuat mood Dion kacau sejak pagi. Keyla hanya melihat sisi jelek Dion yang tiba-tiba cepat marah dan selalu ketus padanya.

Padahal biasanya Dion selalu cuek. Tidak begitu mempersalahkan hal-hal kecil yang tidak penting.

"Kenapa lama sekali." Protes Dion kesal. Dia langsung melangkahkan kaki dengan cepat, membuat Keyla semakin kesulitan menyesuaikan langkah Dion yang buru-buru.

"Maaf," Keyla hanya bisa meminta maaf. Dia sudah berusaha untuk bekerja cepat, tapi kemampuannya memang hanya sebatas itu untuk saat ini lantaran baru mulai bekerja lagi.

Dia masih butuh penyesuaian untuk bekerja cepat seperti dulu.

Permintaan maaf Keyla hanya menjadi angin lalu. Dion sama sekali tidak menanggapinya.

Sampainya di luar kantor, Jonathan terlihat sudah siap dengan mobil yang akan mereka tumpangi.

Dia duduk santai di kursi kemudi sembari menatap ke arah Dion dan Keyla yang berjalan ke arahnya.

Sudah hampir 10 menit Jonathan standby di mobil itu, menunggu atasannya yang biasanya selalu keluar tepat waktu ketika akan bertemu dengan klien.

Namun sesuatu yang tidak biasa lagi - lagi terjadi pada atasannya itu. Keterlambatan Dion dan Keyla keluar kantor jadi menimbulkan pikiran mesum di benak Jonathan.

Dia yang beberapa kali berbuat mesum di kantor, akhirnya memliki pikiran yang sama terhadap orang lain yang terlihat mencurigakan.

"10 menit mana puas." Gumam Jonathan begitu Dion masuk dan duduk disampingnya.

Dion yang paham ucapan Jonathan, seketika mendelik tajam penuh amarah.

"Berisik.!" Ketusnya.

Jonathan langsung diam, tidak berani lagi memancing amarah Dion.

Tidak berselang lama, Keyla masuk kedalam mobil dengan suara deru nafas yang tersenggal-senggal karna harus berlari mengejar Dion.

"Habis ngapain kamu Key.? Capek banget sepertinya." Tanya Jonathan dengan nada menyindir. Dia melajukan mobilnya sembari menatap wajah Keyla dari kaca spion.

Keyla hanya tersenyum tipis, belum ada tenaga lebih untuk berbicara. Dia masih berusaha mengatur nafas dan detak jantungnya yang berdetak kencang karna mendadak lari.

"Jo.!!" Tegur Dion dengan tatapan membunuh. Nyali Jonathan seketika menciut. Dia tersenyum kaki dan memilih untuk tidak membahas hal itu lagi.

Pikiran Jonathan sudah melayang kemana-mana, membayangkan adegan hot yang terjadi didalam ruangan kerja Dion yang hanya ada Keyla dan Dion didalamnya.

Jika dulu Jonathan tidak mencurigai Dion dan sekretaris lamanya lantaran sekretaris itu jauh lebih tua dari Dion dan sudah memiliki anak, kali ini tidak dengan Keyla yang Jonathan tau statusnya masih single.

Terlebih Keyla memliki wajah yang cantik dan tubuh yang ideal bahkan terkesan seksi di mata Jonathan. Rasanya tidak mungkin Dion tidak berbuat apapun pada Keyla.

Sayangnya apa yang dipikirkan Jonathan salah besar. Jangankan terjadi hal - hal mesum, keduanya bahkan tidak melakukan kontak fisik sama sekali sejak pagi.

Sepanjang perjalanan menuju restoran, ketiganya saling diam. Tidak ada yang berani memulai obrolan lantaran merasakan hawa dingin yang menguar dari tubuh Dion. Wajah serius dan dinginnya, membuat Jonathan dan Keyla enggan mencari masalah.

Keyla mengekori Dion dan Jonathan di belakang. Mereka sudah sampai di restoran dan sedang menuju ruang VIP yang sudah di booking untuk meeting dengan perusahaan Vin's Group milik Vano.

"Selamat siang. Silahkan masuk." Pelayan restoran membukakan pintu ruang VIP untuk mereka bertiga.

Dion dan Jonathan masuk begitu saja tanpa merespon ucapan pelayan restoran yang sudah menyambut kedatangannya.

"Terimakasih Mba." Ucap Keyla sembari mengukir senyum tipis, kemudian menyusul Dion dan Jonathan.

3 orang yang sudah ada di dalam ruangan itu langsung menyambut kedatangan Dion. Mereka perwakilan dari Vin's Group yang dipercaya oleh Vano untuk menyelesaikan kerjasama yang baru pertama dilakukan oleh dua perusahaan besar itu.

"Selamat siang Pak Dion,,,"

Arkan membungkuk hormat pada Dion, lalu menjabat tangannya.

"Siang." Dion menjawab singkat. Lalu beralih pada dua orang yang berdiri disamping Arkan.

"Siang Jo,," Ucap Arkan sembari mengulas senyum dan menjabat tangan Jonathan. Arkan dan Jonathan sudah saling mengenal sebelumnya.

"Jangan terlalu kaku Bro." Ledek Jonathan. Dia menepuk pelan bahu Arkan.

"Tidak untuk urusan pekerjaan Jo." Balas Arkan.

Sekalipun dia tidak biasa bersikap formal pada Jonathan, tapi jika sudah menyangkut pekerjaan, Arkan tetap harus bersikap formal.

"Selamat siang,,," Ucap Keyla ramah begitu sampai di depan mereka. Dia tersenyum lebar sembari membungkuk hormat.

Suara Keyla menarik perhatian Arkan yang langsung menatap ke arahnya. Dia terkejut melihat Keyla ikut menghadiri meeting.

"Keyla,,,??" Ucap Arkan dengan sedikit keraguan. Meski bisa mengenali wajah Keyla, tapi merasa bingung dengan kehadiran Keyla bersama perwakilan perusahaan Adiguna.

Arkan tidak pernah tau kalau Keyla bekerja di perusahaan miliki Adiguna.

"Siang Pak Arkan." Keyla menyapa ramah. Dia tidak punya niatan untuk berjabat tangan, namun Arkan mengulurkan tangan lebih dulu.

"Siang. Senang bisa bertemu denganmu disini." Ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari wajah cantik Keyla. Dia menatap dalam tanpa kedip, bahkan menahan tangan Keyla beberapa detik.

"Ekhemm.!"

Keyla langsung menarik tangannya setelah mendengar deheman Dion. Dia tersenyum kikuk pada Dion yang menatap tajam ke arahnya.

"Bisa kita mulai meetingnya.?" Ucap Dion kemudian.

"Ah, ya tentu saja." Arkan juga terlihat kikuk dengan situasi kaku yang sempat terjadi.

"Silahkan duduk." Dia mempersilakan mereka untuk duduk.

Mereka mulai fokus membahas kerjasama yang sudah direncanakan beberapa bulan lalu.

Keyla juga serius mencatat poin poin penting yang di bicarakan oleh Dion dan Arkan.

Setelah hampir 2 jam, Dion dan Arkan menutup pembicaraan setelah membuat beberapa kesepakatan bersama.

"Kemungkinan lusa sudah bisa meninjau lokasi."

"Pak Dion bisa atur jadwalnya." Ucap Arkan.

"Akan saya hubungi lagi nanti."

Dion beranjak dari duduknya. Pamit dan menjabat tangan mereka, lalu beranjak dari sana di susul Jonathan dan Keyla.

"Huftt,,," Keyla menghela nafas lega setelah keluar dari ruangan itu.

Hari pertama kerja sekaligus pertama kali terjun kelapangan, semuanya berjalan lancar tanpa kendala yang berarti.

"Keyla tunggu.!" Teriakan Arkan menghentikan langkah Keyla sekaligus Dion dan Jonathan yang sudah lebih dulu berjalan di depannya. Ketiganya sama-sama mutar badan, hanya saja Keyla tidak menyadari kalau Dion dan Jonathan juga melakukan hal yang sama.

"Iya, ada apa Pak.?" Tanya Keyla dengan wajah polos dan terlihat formal seperti saat meeting bersama.

Arkan langsung tersenyum lebar, merasa lucu dengan sikap Keyla.

"Jangan panggil Pak, panggil Arkan saja." Pinta Arkan. Dia masih mengulas senyum.

"Ini bukan masalah pekerjaan." Jelasnya.

Keyla mengangguk paham.

"Nomor ponselmu." Kata Arkan. Dia menyodorkan ponsel miliknya pada Keyla.

"Boleh ketik nomor ponselmu.?"

"Waktu itu aku memberikan kartu namaku padamu, aku pikir kamu akan menghubungiku." Arkan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia sambil menahan malu mengatakan hal itu karna terang terangan menunggu Keyla menghubunginya waktu itu.

"I,iiya,,," Keyla mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel Arkan. Berkat Arkan, Leo bisa mendapatkan peetolong pertama dengan cepat setelah tenggelam. Tidak ada salahnya jika memberikan nomor ponselnya pada Arkan.

"Permisi Pak Arkan, ini masih jam kantor." Ucap Dion yang tiba-tiba datang.

"Kalau ada hal pribadi yang ingin kalian bicarakan, silahkan bicarakan saja nanti." Ujarnya penuh penekanan.

"Permisi." Dion menarik tangan Keyla dan menggandengnya pergi dari hadapan Arkan.

Padahal Keyla hampir saja memegang ponsel milik Arkan.

"Maaf Pak,," Ucap Keyla sedikit berteriak.

Arkan hanya mengulas senyum smirk menatap kepergian mantan suami istri itu.

"Menarik, mengejar wanita yang masih di cintai mantan suaminya." Gumamnya dengan senyum geli.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!