Freya Anella, gadis berusia delapan belas tahun yang merupakan seorang mahasiswi perguruan tinggi di salah satu universitas terkemuka di kota A.
Freya adalah anak broken home, orangtuanya bercerai saat Freya masih berusia delapan tahun. Ayah Freya yang seorang penjudi dan pemabuk membuat ibu Freya tak tahan dengan kelakuan sang ayah dan memilih untuk mengakhiri pernikahan mereka.
Semenjak orangtuanya berpisah, Freya pun tinggal bersama sang ibu. Awalnya kehidupan Freya dan sang ibu baik-baik saja, tapi itu tak bertahan lama sejak kehadiran ayah tiri Freya yang umurnya hanya beda tujuh tahun dari Freya.
Ya, baru-baru ini ibu Freya menikahi brondong . Mulai saat itu hubungan antara Freya dan sang ibu tak lagi harmonis. Karena ternyata kelakuan ayah tiri Freya tak sebaik saat di hadapan ibu Freya. Di hadapan ibu Freya, ayah tiri Freya sangat sopan dan terlihat sangat menyayangi Freya sebagai anak, sangat berbanding terbalik jika ibu Freya tidak ada. Karena sang ayah tiri sudah beberapa kali mencoba melakukan pemerkosaan terhadap Freya.
Freya pun mengadu pada sang ibu, tapi sayangnya sang ibu tidak mempercayai perkataan Freya. Karena suami barunya sangat pintar bersilat lidah dan mampu memutar balikkan fakta dengan berkata Freya lah yang mencoba menggodanya.
Pertengkaran antara Freya dan sang ibu pun tak pernah absen mengisi rumah itu. Sakit hati karena sang ibu lebih mempercayai suami barunya, Freya pun memilih untuk keluar dari rumah itu dan hidup mandiri.
Sebenarnya Freya ingin tinggal bersama sang ayah, namun saat Freya mendatangi alamat rumah mereka yang lama, ternyata rumah itu sudah di jual dan si pemilik rumah yang baru tidak tahu dimana alamat ayah Freya yang baru. Mereka hanya memberikan nomor ponsel yang pernah pakai untuk menghubungi ayah Freya, tapi sayangnya saat Freya menghubungi nomor itu, nomor itu sudah tidak aktif lagi.
Mau tidak mau dengan uang tabungan yang pas-pasan Freya pun mencari kos-kosan yang harganya sesuai dengan isi tabungan Freya.
Dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya sekaligus untuk membayar uang kuliahnya, karena sebelum Freya keluar dari rumah, ibu Freya sudah mengancam kalau dirinya keluar dari rumah sang ibu tak mau lagi membiayai hidup dan membiayai sekolah Freya.
Freya pun mencari pekerjaan yang tidak mengganggu kuliahnya, dan pekerjaan yang Freya dapat adalah bekerja sebagai pelayan di sebuah klub malam dengan upah yang cukup untuk membiayai hidupnya dan membayar uang kuliahnya.
*****
Eldrick Puth, pria berumur dua puluh lima tahun, anak tunggal dari pasangan Hendrick Puth dan Elisabeth Meghan.
Sebagai anak tunggal, Eldrick di paksa keras oleh ayahnya untuk mengambil jurusan bisnis karena ayah Eldrick merupakan salah satu pengusaha sukses di negara itu. Sayangnya, jurusan bisnis bukanlah jurusan yang tidak sesuai passionnya. Passionnya adalah di dunia musik.
Tapi mau bagaimana lagi, statusnya yang sebagai anak tunggal dan pewaris tunggal dari kerajaan bisnis Puth Corp, memaksanya untuk mengikuti kemauan sang ayah.
Saat ini Eldrick tidak memiliki kekasih atau lebih tepatnya tidak ingin lagi menjalin hubungan dengan lawan jenis.
Kenapa? Trauma. Itu lah penyebab ia memilih untuk tidak berhubungan dengan lawan jenisnya.
Eldrick pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita yang bernama Maia dan hubungan itu sudah terjalin tiga tahun. Mulai dari mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Atas kelas satu, bahkan Maia lah alasan Eldrick menyerah mengambil jurusan bisnis. Mereka pun kuliah di perguruan tinggi yang sama, hanya beda jurusan saja.
Namun baru satu semester Eldrick di bangku kuliah, Maia menghilang. Usut punya usut ternyata Maia sudah menikah dengan laki-laki lain karena Maia hamil oleh laki-laki itu. Susah payah, Eldrick menahan hasratnya untuk menjaga Maia tetap bersih sampai hari dimana mereka disatukan oleh tali pernikahan, tapi ternyata yang di jaga adalah wanita liar yang bisa-bisa nya hamil dengan pria lain.
Dan hal itu juga lah yang membuat Eldrick sangat membenci wanita sejenis Maia. Wanita yang tak tahu malu mengejar laki-laki dan wanita yang merelakan tubuhnya hanya untuk mendapatkan materi demi menunjang gaya hidup mereka yang tinggi.
Karena itu juga lah Eldrick bermalas-malasan kuliah, selain bentuk protes kepada ayahnya, sehingga ia di juluki mahasiswa abadi di kampus itu.
*****
Tak..tak..tak.. Freya berlari menyusuri lorong kampus menuju kelasnya karena sudah terlambat.
Sesampainya di depan kelas, Freya mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum mengetuk pintu kelas.
Tok..tok..tok. Freya mengetuk pintu kelas.
Dosen yang sedang menerangkan itu pun sontak menoleh ke arah pintu.
"Masuk." Perintah sang dosen pada Freya.
Dengan langkah perlahan Freya pun masuk ke dalam kelas.
"Maaf pak saya.." Freya mencoba memberi alasan kenapa dirinya datang terlambat.
"Duduk." Tak mau mendengar penjelasan Freya, sang dosen pun memerintahkan Freya untuk segera duduk.
Freya pun melanjutkan langkah kakinya menuju tempat duduknya.
Bugh. Tiba-tiba saja seorang laki-laki menabrak Freya dari belakang dan menyerobot tempat duduk yang ingin Freya duduki.
Laki-laki itu adalah Eldrick. Mahasiswa abadi di kampus itu. Kenapa mahasiswa abadi? Karena disaat teman-teman seangkatannya sudah pada lulus, tinggal lah Eldrick yang masih betah mengenyam pendidikan di kampus itu.
Hal itu Eldrick lakukan bukan karena Eldrick bodoh, hanya saja ini bentuk protes Eldrick pada orangtuanya yang memaksa Eldrick mengambil jurusan bisnis padahal Eldrick ingin mengambil jurusan seni musik, karena ia ingin menjadi pemusik.
Melihat kedatangan Eldrick yang masuk tanpa mengetuk pintu dan berjalan dengan angkuhnya serta menyerobot tempat duduk yang ingin Freya duduki, sang dosen hanya menggelengkan kepalanya, karena ia sudah sangat bosan menegur Eldrick yang memang terkenal pembangkang dan pembuat onar.
"Ish..." Geram Freya.
"Hei..ini tempat duduk ku." Protes Freya saat Eldrick sudah mendudukki bangku yang ingin Freya duduki.
Mata Eldrick memperhatikan bangku yang sedang ia duduki.
"Tidak ada nama mu disini. Berarti ini bukan bangku mu." Jawab Eldrick santai.
"Memang tidak ada nama ku, tapi aku yang lebih dulu ingin duduk disini. Sana pindah, di belakang masih ada yang kosong."
"Kau memang lebih dulu ingin duduk disini, tapi sayangnya aku yang lebih dulu duduk disini, siapa cepat dia dapat. Jadi kau saja yang duduk di bangku belakang." Balas Eldrick.
"Cih..orang malas seperti mu yang cocok duduk di belakang." Sindir Freya yang sudah mulai geram dengan Eldrick.
"Kalau kau rajin, tidak mungkin kau datang terlambat. Jadi tidak usah mengatai orang malas kalau kau sendiri datang terlambat." Balas Eldrick.
Melihat Eldrick dan Freya masih bertengkar karena tempat duduk, sang dosen pun naik darah karena ulah mereka mata kuliahnya terganggu.
"Hei kalian, kalau kalian ingin terus bertengkar, lebih baik kalian keluar, jangan mengganggu kelas saya!" Tegur sang dosen.
Freya seketika diam mendapat teguran dari sang dosen. Mau tak mau Freya pun mengalah dan duduk di bangku paling belakang. Sedangkan Eldrick tersenyum senang karena merasa menang dari Freya.
to be continued...
Mata kuliah pun berakhir, Freya pun berdiri dari tempat duduknya hendak keluar dari dalam kelas, namun tiba-tiba saja kakinya tersandung karena ada seseorang yang mencekal langkah kakinya.
"Aaaakh.." teriak Freya.
Dengan sigap Eldrick yang baru berdiri dari tempat duduknya dimana Freya hendak terjatuh, langsung menangkap tubuh Freya.
Tubuh Freya pun selamat tak sampai jatuh ke lantai.
"Ups." Celetuk Cindy, orang yang dengan sengaja mencekal kaki Freya. Ia tak menyangka kalau Eldrick menangkap Freya.
Cindy memang tak menyukai Freya, karena di mata Cindy, Freya sengaja mencari ribut dengan Eldrick hanya untuk mencuri perhatian Eldrick. Sedangkan Eldrick adalah lelaki yang sedang Cindy incar untuk menjadi kekasihnya.
Walaupun Eldrick terkenal mahasiswa abadi di kampus itu, tapi satu kampus juga tau siapa orangtua Eldrick.
Bola mata Eldrick dan Freya tak sengaja bertemu saat Eldrick menangkap Freya yang ingin terjatuh. Mereka saling menatap sesaat.
"Dasar wanita murahan!!" Umpat Cindy dengan suara agak keras.
Mendengar suara Cindy yang sedang mengumpatnya, Freya pun tersadar dari hipnotis yang sedang bola mata Eldrick pancarkan. Freya menjauhkan tubuhnya dari tubuh Eldrick dan mulai berdiri tegak kembali.
Kemudian ia berjalan mendekati Cindy yang telah mengatainya murahan dan juga yang ia yakini orang yang telah mencekal langkah kakinya.
"Apa kamu bilang barusan? Siapa yang sedang kamu umpat, hah?" Tanya Freya dengan tatapan mengintimidasi.
Melihat tatapan mata Freya yang menakutkan, Cindy menelan salivanya susah payah. Ini pertama kalinya dalam satu semester ia mengerjai Freya, baru kali ini Freya memberi tatapan sadis padanya.
Jelas saja Freya murka, karena ini juga pertama kalinya Cindy mengatainya wanita murahan.
"Dengar yah, sekali lagi aku mendengar kamu mengatai ku seperti itu, habis kau di tangan ku!!" Bisik Freya menggertak Cindy.
Freya pun pergi meninggalkan Cindy yang masih ternganga dengan gertakan Freya. Dan mengibaskan rambutnya tepat di hadapan Eldrick saat Freya melintas di depan Eldrick yang sedang menonton aksi Freya.
Eldrick tersenyum penuh arti melihat kebringasan Freya.
"Boleh juga dia." Gumam Eldrick dalam hati.
Setelah Freya keluar dari dalam kelas, Eldrick pun mulai melangkahkan kakinya keluar dari dalam kelas.
"El, tunggu. Teriak Cindy saat melihat Eldrick mulai melangkahkan kakinya.
Edrick tidak memperdulikan Cindy dan terus berjalan, tapi Cindy terus mengejarnya dan dengan tidak tau malunya malah memasukkan tangannya ke dalam kepitan lengan Eldrick.
"Lepas!!" Perintah Eldrick dengan suara pelan namun tegas dan sangat mengintimidasi.
Cindy menggelengkan kepalanya tanda ia tidak mau melepaskan tangannya.
Eldrick menghela nafasnya dan menggertakan giginya geram.
"Aku bilang lepas, lepas! Aku alergi dengan wanita gatal seperti mu! Biasanya kalau alergi ku kambuh, aku bisa menguliti wanita itu hidup-hidup, mencabik-cabiknya dan memberikan daging si wanita gatal itu ke binatang peliharaan ku." Bisik Eldrick di telinga Cindy.
Sengaja ia mengatakan itu untuk menakut-nakuti Cindy.
"Kau tau apa binatang peliharaan ku?" Lanjut Eldrick lagi.
Cindy menggelengkan kepalanya.
"Harimau, buaya, singa, serigala dan terakhir piranha. Kau tinggal pilih, kemana daging mu ini akan kuberikan nanti."
Cindy menelan slivanya susah payah. Perlahan ia melepaskan tangannya dari tangan Eldrick dan pergi menjauhi Eldrick dengan langkah cepat.
"Cih..." Decih Eldrick saat melihat Cindy berjalan ketar-ketir karena ketakutan.
Tring. Bunyi notifikasi pesan masuk di ponsel Eldrick.
"Bram.." nama si pengirim pesan yang tertera di layar ponsel.
Eldrick pun membuka pesan masuk yang dikirimkan Bram.
Bram : El, apa malam ini kau ada waktu? Datang lah ke Dark Night Club. Aku ingin mentraktir mu dan Greg dengan gaji pertama ku.
Eldrick : Baik lah, aku datang.
Bram : Jam sepuluh, awas kalau tidak datang, aku sumpahi kuliah mu selesai tahun ini!!
Eldrick tak lagi membalas pesan dari Bram, ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam kantong celananya. Dan dengan langkah angkuh berjalan menuju tempat parkir dimana ia memarkirkan motornya.
*****
Dark Night Club.
Bunyi dentuman musik yang sangat keras menyambut kedatangan Eldrick.
Matanya berkeliling mencari keberadaan Bram dan Greg.
"El.." teriak Bram sambil melambaikan tangannya saat melihat Eldrick.
Eldrick yang samar-samar mendengar suara temannya itu pun menoleh ke arah suara. Dan benar saja itu adalah Bram.
Eldrick pun berjalan mendekati table tempat Bram dan Greg duduk.
Raut wajah Eldrick berubah tidak suka saat melihat ada wanita yang ikut duduk bersama dua orang temannya, wanita apalagi kalau bukan wanita yang akan menghangatkan ranjang Bram dan Greg satu malam.
"Kenapa ada wanita disini?" Tanya Eldrick tak suka.
"Ayo lah El, kita sedang bersenang-senang, kau bisa mencari satu untuk mu, biar aku yang bayar tarifnya." Jawab Bram mencoba mencuci otak temannya itu.
Padahal Bram sangat tau kalau Eldrick paling tidak suka dengan wanita model seperti itu, jangankan 'memakai' berdekatan saja Eldrick ogah.
Eldrick hanya menggelengkan kepalanya malas menanggapi tawaran Bram.
Meski malas, Eldrick tetap mendudukkan bokongnya di single sofa.
Belum sampai Eldrick mendudukkan bokongnya, tiba-tiba ada wanita yang menyentuh pundak Eldrick dari belakang.
"Apa kau butuh teman?" Bisik seorang wanita dengan nada nakalnya.
Dan hal itu membuat Eldrick naik pitam dan langsung menghempaskan tangan si wanita dengan sangat kasar.
Eldrick pun membalikkan tubuhnya.
"Jangan pernah menyentuh ku dengan tangan kotor mu!!" Geram Eldrick memberi peringatan.
"Apa kamu bilang!!!" Teriak si wanita tidak suka dengan peringatan yang di berikan Eldrick padanya.
"Dasar laki-laki munafik, berani-beraninya kau mengatai aku seperti itu? Apa kau pikir dirimu itu suci, hah?!! Kalau kau merasa dirimu suci, jangan pergi ke Club! Pergi sana ke tempat ibadah!!" Maki si wanita.
Sudah terbakar, disiram bensin pula. Begitulah istilah yang tepat untuk menggambarkan emosi Eldrick yang meletup-letup pada si wanita.
Eldrick yang emosinya sudah di ubun-ubun langsung berjalan mendekati si wanita.
"Berani kau memaki ku, hah!!!" Teriak Eldrick sambil mencengkram rahang si wanita dengan tak berperasaan.
Melihat itu Bram dan Greg pun berdiri dari tempat duduknya dan mendekati Eldrick, kemudian menarik tangan Eldrick dari rahang si wanita.
Begitu cengkraman tangan Eldrick terlepas, si wanita pun buru-buru pergi meninggalkan Eldrick.
"Hei, kau kenapa El? Tidak biasanya kau se emosi ini? Apa kau bermasalah lagi dengan ayah mu?" Tanya Greg.
Eldrick tak menjawab dan malah pergi meninggalkan Bram dan Greg menuju ruang VIP.
Bram dan Greg saling pandang seolah saling bertanya-tanya ada apa dengan Eldrick.
"Ayo." Greg menepuk pundak Bram sebagai kode agar mereka mengikuti Eldrick ke ruang VIP.
"Lalu wanita-wanita ini?" Tanya Bram yang merasa tak rela meninggalkan wanita bayarannya.
"Apa wanita itu lebih penting bagi mu ketimbang menemani El yang sepertinya sedang ada masalah?" Tanya Greg kesal karena Bram malah memikirkan wanita bayarannya.
Bram menghela nafasnya.
"Oke baik lah. Kau duluan saja, aku urus dulu mereka." Jawab Bram pasrah.
Greg pun berjalan terlebih dahulu menuju ruang VIP dimana Eldrick sudah ada disana.
to be continued...
Ceklek. Greg membuka pintu ruang VIP tersebut.
Eldrick menoleh ke arah pintu.
"Kenapa kau kesini?" Tanya Eldrick sinis.
"Aku mau jadi saksi kalau-kalau kau bunuh diri." Jawab Greg tak kalah sinis.
"Cih." Decih Eldrick mendengar jawaban Greg.
Greg pun berjalan mendekati Eldrick dan mendaratkan bokongnya di sofa sebelah Eldrick.
"Ceritakan, apa masalah mu?" Todong Greg.
Ceklek. Tiba-tiba saja pintu ruang VIP itu terbuka.
Sontak Eldrick dan Greg menoleh ke arah pintu, ternyata Bram lah yang membuka pintu.
"Sudah selesai urusan mu dengan wanita-wanita itu?" Tanya Greg.
"Sudah. Aku juga sudah meminta nomor ponsel kedua wanita itu, apa kau mau?" Jawab Bram sambil berjalan mendekati Greg dan Eldrick.
"Lupakan lah, aku sudah tidak minat. Mood ku rusak gara-gara ulah teman kita ini." Balas Greg sambil bola matanya mendelik ke arah Eldrick.
Sedangkan Eldrick yang disindir terlihat biasa saja. Matanya menajam melihat kedepan, seperti sedang memikirkan sesuatu.
Bram pun mendaratkan bokongnya di sofa yang berhadapan dengan Greg.
"Hei, sebenarnya kau kenapa? Aku tau kau tidak suka bermain wanita, tapi tidak seharusnya kau merendahkannya seperti itu!" Ucap Bram.
"Lalu kau mau aku mengagung-agungkan wanita itu? Begitu mau mu?" Jawab Eldrick dengan gaya savage nya.
Bram tak menjawab, ia hanya menggelengkan kepalanya. Ia sudah tak habis pikir dengan temannya yang satu itu.
"Sudah..sudah, tidak usah lagi membahas soal wanita itu." Greg buka suara untuk menengahi perdebatan Bram dan Eldrick.
"Sekarang katakan apa masalah mu, aku yakin kemarahan mu bukan hanya karena wanita itu." Tanya Greg pada Eldrick yang sejak tadi penasaran.
Eldrick menghela nafasnya sebelum menceritakan apa yang terjadi setelah ia pulang kuliah tadi.
"Ayah ku meminta ku untuk segera menamatkan kuliah ku tahun ini." Jawab Eldrick sambil menaruh kepalanya di sandaran sofa. Sebegitu frustasinya dia hanya karena sang ayah memintanya untuk segera lulus kuliah.
"Hanya karena itu kau marah?" Tanya Bram meremehkan alasan yang di berikan Eldrick.
"Apa kau pikir itu bukan masalah besar bagiku? Kau tau, jika aku tidak lulus tahun ini, ayah ku akan mencoret namaku dari ahli warisnya dan akan meratakan studio musik ku." Jawab Eldrick tak suka.
"Aaarrrghh!!!!! Kenapa aku harus menjadi anak dari Hendrick Puth!!!" Geram Eldrick sambil menjambak rambutnya.
"Lalu kalau kau tidak mau jadi anak Hendrick Puth, kau mau jadi anaknya siapa? Apa kau mau jadi anaknya paman Noe (supir pribadi ayah Eldrick)?" Tanya Bram bergurau.
"Ah.. seandainya aku bisa memilih, menjadi anak paman Noe itu lebih baik." Jawab Eldrick menanggapi serius gurauan Bram.
Tok..tok..tok. Suara pintu terketuk.
Ceklek. Tanpa menunggu aba-aba dari dalam, seseorang membuka pintu ruang VIP tersebut.
Seseorang itu adalah Freya, pelayan yang membawa minuman yang Bram pesan untuk diantar ke ruangan itu sebelum Bram masuk ke ruangan itu.
Mata Eldrick membulat lebar saat melihat Freya masuk dengan troli berisi minuman dan beberapa cemilan yang Bram pesan.
"Gadis itu." Gumam Eldrick dalam hatinya.
Sampai Freya berada tepat di hadapan Eldrick, mata Eldrick tak berkedip memandang Freya.
Sedangkan Freya belum menyadari kalau ada Eldrick di ruang VIP itu, karena Freya jalan sambil menunduk dan tidak melihat ke arah member yang memesan ruang VIP.
Namun saat Freya sudah sampai di meja, baru lah Freya mendongakkan kepalanya. Di situ lah mata Freya membulat lebar sama seperti Eldrick saat melihat Freya masuk ke dalam ruangan.
Mata mereka pun saling menatap.
Dan hal itu terlihat jelas oleh Bram dan Greg.
"Ekhem.." Greg berdehem agar Eldrick dan Freya berhenti saling menatap.
Dan deheman Greg berhasil membuat Eldrick dan Freya tersadar dari keterkejutan mereka.
Mereka pun membuang pandangan mereka ke sembarang arah.
Lagi dan lagi tingkah Eldrick yang tak biasa itu membuat Bram dan Greg aneh.
Tak ingin berlama-lama di ruangan itu, cepat-cepat Freya menaruh minuman dan beberapa cemilan pesanan Bram ke atas meja.
Setelah makanan dan beberapa cemilan sudah berpindah tempat, buru-buru Freya mendorong troli hendak keluar.
Namun saat Freya melintas di depan Bram, tangan Bram menahan tangan Freya.
"Hei nona, bisa kah kau menemani kami minum disini?" Tanya Bram. Sengaja Bram meminta Freya menemani mereka, bukan untuk menjadikan Freya wanita one night stand nya, melainkan untuk menjadikan Freya umpan untuk mengetahui perasaan Eldrick pada Freya.
Karena menurut Bram, Eldrick tertarik dengan Freya. Dari tatapan mata Eldrick menatap Freya, sangat jelas menunjukkan ketertarikan itu. Bram sangat yakin akan hal itu, karena untuk pertama kalinya semenjak Maia meninggalkan Eldrick, baru kali ini Bram melihat Eldrick menatap seorang wanita sampai tak berkedip.
Eldrick memicingkan matanya, nafasnya memburu, rahangnya juga sudah mengeras, ia emosi. Eldrick emosi mendengar Bram meminta Freya untuk tinggal menemani mereka apalagi Bram juga menyentuh tangan Freya.
Tapi Eldrick mencoba menahan emosinya, ia ingin terlihat biasa saja di hadapan teman-temannya. Meski begitu, sorot mata Eldrick tak bisa berbohong, sorot mata penuh emosi pada Bram.
Dan Bram menyadari hal itu.
Bukannya takut, Bram makin menjadi-jadi memancing kemarahan Eldrick, semakin Eldrick marah semakin jelas bahwa Eldrick memiliki perasaan pada wanita yang sedang ia pegang tangannya.
"Ma-maf Tuan, saya tidak bisa." Jawab Freya terbata-bata.
"Apa kau takut kami akan menguliti mu disini?" Tanya Bram sambil meraba kulit lengan Freya yang mulus.
Freya menelan salivanya susah payah. Ingin sekali Freya meninju wajah laki-laki yang sedang meraba kulit lengannya, tapi ia tak sanggup melakukan itu, karena ia takut di pecat dari pekerjaannya. Apalagi tamu yang di hadapi Freya adalah tamu VIP.
Selama tamu VIP itu tidak melewati batas, Freya masih bisa bersabar. Tapi jika tamu VIP itu berani berbuat kurang ajar, tak perlu pikir panjang mau di pecat atau tidak, Freya akan melibasnya sampai habis. Begitulah pikir Freya.
"Tenang saja, aku hanya meminta mu menemani kami minum. Tidak meminta mu memuaskan kami. Bagaimana nona, apa nona bersedia? Aku akan memberikan tips yang sangat banyak." Tanya Bram lagi.
Freya masih diam. Seandainya Eldrick tidak ada di ruangan itu, tak perlu pikir panjang, Freya akan menerima tawaran Bram.
Tak sabar menunggu jawaban Freya, Bram pun langsung menarik tangan Freya agar duduk disebelahnya.
"Aakh.." pekik Freya saat Bram tiba-tiba menarik tangannya dan memaksanya duduk disebelah Bram.
Melihat hal itu nafas Eldrick memburu, tangannya mengepal. Ingin sekali ia meninju Bram karena berbuat kasar pada Freya. Tapi rasa gengsi yang besar membuat Eldrick mengurungkan niatnya.
to be continued...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!