NovelToon NovelToon

My Best Partner

Prolog

Hai para readers kesayangan author... Kalian boleh panggil author dengan panggilan Novi aja ya... Ingat Novi aja bukan nonton tivi🤣🤣🤣🤣

Sebelum kalian baca novel ini, kalian harus baca novel pendahulunya dulu ( Anak Genius : Papa Bucin Yang Posesif) biar tahu alur ceritanya.

Meskipun ini novel dewasa, di jamin gak akan ada adegan yang berlebihan kok, karena authornya emang gak bisa kalau buat adegan yang buat panaas dingin. Suka buat yang sweet2 saja.

Oke ... Novi akan kasih penghantar sedikit ya

*

*

*

Nama : Muhammad Keane Ar-rayyan.

Umur : 23 tahun

Profesi : Direktur sekaligus Programmer utama PT Fabio Grup.

Keane merupakan pria tampan yang mempunyai sifat dingin, perfeksionis dalam pekerjaan, tetapi akan hangat ketika bersama keluarganya.

Jika ada yang tanya visual, kalian buat visual sendiri aja ya.... Karena author juga gak tau mau kasih visual siapa yang cocok untuk karakter Kean karena dia anak kembar dengan bola mata abu-abu. Selalu menampilkan wajah datar, besikap dingin, tapi sekalinya senyum manisnya .... Mengalahkan gula🤣🤣 (authornya terlalu halu banget)

Nama : Muhammad Leanne Ar-rayyan

Umur : 23 tahun

Profesi : Dokter ahli bedah

Lean adalah kembaran dari Kean. Meskipun kembar sifat mereka jauh berbeda, Lean lebih ramah kepada siapapun. Kalau ketampanan tak jauh beda, mereka yang jelas sama-sama tampan dan juga berbakat dengan keahlian masing-masing. Oh ya, ada satu persamaan dari mereka, sama-sama masih single atau jomblo 🤣🤣🤣

Jadi, kalian team dokter tampan atau direktur dingin?

Nama : Adinda Larasati

Usia : 19 Tahun

Adinda adalah mahasiswi Teknik Informatika semester 6 yang sedang menjalani proses magang. Awalnya Dinda mengajukan magang ke kantor perangkat lunak PT Fabio grup, tetapi tiba-tiba dia di tawari bekerja sebagai asisten Kean oleh presiden utama PT Fabio grup.

Oke... Sebenarnya tokohnya banyak, tapi cukup ini saja dulu ya... Langsung lanjut ke bab inti saja... Oke👌

Pokoknya jangan lupa kasih like, komen yang bagus jangan menjatuhkan pokoknya, apalagi kalau membandingkan atau menyamakan karena itu rasanya sakit tau... Hehe..

Kalau ingin tahu kelanjutan kisah ceritanya jangan lupa klik Favorit, dan kasih hadiah dan vote yang banyak oke👌👌👌

Hari pertama

Heningnya malam kini telah hilang, tergantikan pagi yang datang menyapa. Di dalam ruangan yang begitu bersih dan rapi, terlihat seorang pria tampan tengah bersiap-siap berangkat ke kantor.

Pantulan dari cermin memperlihatkan sosok tampan itu telah siap dengan setelan jasnya, sentuhan terakhir adalah aksesoris jam tangan serta parfum maskulin yang dia semprotkan ke jas mahal miliknya.

Jika dulu dia tak perduli dengan penampilan, berbeda dengan sekarang yang sangat perfect dalam hal apapun. Kean mengambil tas kantornya, lalu turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama keluarganya.

"Selamat pagi Ma," sapa Kean dengan mencium pipi mamanya.

"Pagi Sayang, Ma sya Allah. anak Mama tampan sekali," puji mama Dira serayamenatap ke arah Kean.

"Terimakasih, Ma." Kean menarik kursi sebagai tempat duduknya.

"Papa, Anne, sama Lean mana, Ma?" tanya Kean saat melihat meja makan masih sepi.

"Lean tadi pergi joging, kalau Papa sama Anne mungkin sebentar lagi turun," pungkas mama Dira.

Dan apa yang di ucapkan oleh Dira benar terjadi, tak lama kemudian, Ken dan Anne sudah turun menuju meja makan.

" Selamat Pagi Mama," sapa Anne seraya memeluk dan mencium pipi mamanya.

"Pagi juga Sayang." Mama Dira kembali mencium Anne.

"Pagi Kak Kean," sapa Anne ketika melewati kursi Kean.

"Pagi Anne," jawabnya singkat.

Ucapan selamat pagi memang sudah menjadi tradisi yang selalu mereka ucapkan ketika bertemu di meja makan sebelum sarapan, meskipun pas sholat subuh mereka telah bertemu.

Begitupun juga dengan Ken yang menyapa Anak dan istrinya. Setelah itu mereka semua sarapan bersama kecuali Lean yang belum pulang dari joging.

Canda tawa mengiringi sarapan pagi mereka, apalagi sarapan kali ini khusus di buat oleh Dira membuat mereka merasakan nostalgia seperti dulu.

"Terimakasih Ma atas sarapan pagi yang sangat lezat, Kean sudah lama sekali rindu dengan masakan Mama," ucap Kean dengan tersenyum manis.

"Sama-sama Sayang."

Anne memicingkan matanya denagn menoleh ke arah Kean, membuat Kean mengerutkan kening.

"Ada apa, Anne? Apakah ada yang salah?" tanya Kean seraya mengelap mulutnya sehabis makan.

"Em ... sedikit aneh karena baru kali ini Anne mendengar Kakak memuji masakan seseorang dengan ucapan semanis ini, dan seeepanjang ini,"goda Anne dengan seringai di bibir.

Anne mengatakan itu bukan tanpa sebab, karena selama ini Kean memang jarang sekali berkomentar soal makanan. Dia hanya memakannya, lalu pergi setelah makan. Di tambah lagi Kean yang dingin dan irit bicara, menjadi hal yang sangat langka bisa mendengarkan Kean berbicara panjang dan manis seperti pagi ini.

Kean meneguk air minumnya. "Apakah salah jika Kakak berterimakasih dan berkata manis sama Mama?"

Anne geleng-geleng kepala. "Tidak salah, lagian Anne juga tidak menyalahkan kakak, kan? Anne berkata seperti itu karena merasa takjub, akhirnya bisa mendengar Kak Kean mengucapkan kata yang sangat manis, " jujur Anne.

Dira dan Ken hanya saling pandang ketika melihat kedua anaknya yang saling adu argumen. Setelah itu, Anne pamit berangkat ke sekolah. Begitupun dengan Kean dan Ken yang juga ikut Pamit berangkat ke kantor.

Mama Dira mengantar keberangkatan mereka semua sampai di depan pintu kediaman keluarga Fabio. Mama Dira melambaikan tangan kepada mereka semua sebagai bentuk perpisahan.

...☘️☘️☘️...

Suara dering alarm terus berbunyi nyaring , namun tak membuat wanita cantik itu membuka matanya.

" DINDA!!!" lengkingan suara teriakan yang menggema membuat Dinda terkesiap dari tidurnya.

" Dinda bangun! Bukankah Kamu hari ini kerja!" seru Nada dengan terus menggedor-gedor pintu kamar Dinda.

Dinda lekas bangun dari tempat tidurnya,. Sepasang matanya membola sempurna tatkala melihat jarum jam menunjukkan tepat berada di angka 7.

"Astaga naga! Gue telat!" Dinda begegas keluar dari kamar menuju kamar mandi, tanpa memperdulikan wajah marah ibunya. Ia mandi secepat kilat, dan segera bersiap-siap. Setelah semuanya siap, segera memakai sepatu heels hitamnya.

Melihat Dinda yang terburu-buru membuat Nada berkacak pinggang sambil geleng-geleng kepala.

" Makanya kalau bangun jangan kesiangan! Alarm sekeras itu masih aja molor! Telat, kan!" omel Nada.

" Iya Buk, kalau begitu Dinda pamit berangkat dulu. Assalamualaikum," pamit Dinda seraya mencium tangan Nada.

" Waalaikumsalam," jawabnya.

Dinda segera menaiki motor matic miliknya melaju menuju kantor PT Fabio grup.

***

Di sisi lain, terlihat Papa Ken dan Kean sedang berjalan beriringan melewati lobi kantor PT Fabio grup. Para karyawan yang berpapasan dengan mereka saling memberikan salam selamat pagi.

" Nanti Kamu yang akur sama Dinda, jangan terlalu keras saat mendidiknya," nasehat Ken.

Ken tahu kalau Kean sangat keras dalam mendisiplinkan bawahannya. Jadi Ken takut kalau Kean terlalu keras, nanti Dinda akan cepat mengundurkan diri. Mengingat bagaimana Kean dulu yang sering gonta ganti asisten, hanya Aksa yang bertahan cukup lama bekerja dengannya.

" Lagipula Papa juga yang menjadikan dia sebagai asisten Kean. Jadi terserah Kean mau bersikap seperti apa nantinya. Toh Papa juga tahu, kalau Kean paling tidak suka dengan asisten wanita, apalagi gadis ceroboh!" pungkas Kean.

Ken menghembuskan nafas panjang dan geleng-geleng kepala saat mendengar jawaban dari putranya.

" Jangan terlalu benci seperti itu, nanti kamu bisa jatuh cinta dengan gadis ceroboh!" ujar Ken.

Kean mengerutkan keningnya, dia ingin membalas argumen papanya, tetapi pintu lift sudah terbuka. Menandakan bahwa dia telah sampai di lantai ruangannya. Jadi, Kean terpaksa keluar dari lift dengan perasaan kesal. Sedangkan Ken hanya mengulas senyum mengantar kepergian Kean dari lift.

Kean tak habis pikir pikir kenapa Papanya bisa ber-ucap seperti itu. Terdengar seakan menyumpahkan anaknya bisa berjodoh dengan seorang gadis ceroboh.

Naudzubillah min dzalik! Semoga saja itu tidak akan terjadi! batin Kean seraya berjalan menuju ruangannya.

"Selamat pagi Boss," sapa Aksa ketika melihat Kean liutelah datang.

"Pagi," jawab Kean yang berlalu pergi memasuki ruangannya. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat ada sesuatu yang janggal. Kean kembali membalikkan badannya.

" Apa ada sesuatu, boss?" tanya Aksa.

" Di mana asisten baru itu?"

" Belum datang boss," jawab Aksa.

Ken mengerutkan keningnya tatkala melihat sudah jam berapa sekarang.

" Nanti kalau dia datang, suruh masuk ke ruangan saya!" titak Kean dan di angguki oleh Aksa.

" Habis kau gadis kecil! Pasti bakalan kena teguran dari boss Kean, sudah tahu hari pertama masuk kerja. Bisa-bisanya telat seperti ini!" Aksa bermonolog seraya terus menatap ke arah pintu lift, tetapi tak ada tanda-tanda bahwa Dinda telah datang.

Tak lama kemudian, Dinda datang dengan sedikit berlari. Nafasnya ngos-ngosan seperti habis lari marathon bahkan penampilannya terlihat kusut sekali.

"Maaf Pak, saya telat!," ucap Dinda di sela-sela mengatur nafasnya.

...****************...

Jangan lupa like, komen, vote dan hadiahnya yang banyak ya ...

Mr. Perfect

"Kamu baru datang?" tanya Aksa saat melihat jam sudah menunjukan pukul 9 pagi.

Dinda menjawab dengan anggukan kepala sambil mencoba mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.

"Maaf, Saya tadi telat bangun dan ban motorku juga bocor," ucap Dinda setelah merasa lebih tenang.

"Kamu rapikan dulu pakaianmu, lalu masuk kedalam karena pak Kean sudah menunggumu," ujar Aksa. Lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

Dinda melotot saat mendengar bahwa Kean telah menunggunya di dalam. Detak jantung yang mulai stabil, kini kembali mempompa dengan cepat.

"Cepetan, jangan hanya bengong! Kalau terlalu lama, nanti Pak Kean semakin marah!" ujar Aksa dan diangguki oleh Dinda.

Dinda segera merapikan kembali penampilannya, serta mengatur nafasnya, lalu mencoba mengetuk pintu ruangan Kean.

"Masuk."

Mendengar sudah ada perintah masuk, Dinda segera membuka pintu besar itu.

"Se-lamat pa-gi Pak Kean," sapa Dinda ketika sudah memasuki ruangan Kean.

Kean melirik sekilas untuk melihat siapa yang datang. Sedangkan Dinda, kini tubuhnya sedikit bergetar karena gugup, sekaligus takut terkena amarah dari Kean karena terlambat datang di hari pertama kerja .

"Ada apa?" ucap Kean tanpa melihat Dinda sedikitpun.

Dinda mengerutkan keningnya, ketika mendengar Kean yang justru bertanya balik padanya.

"Tadi kata asisten Aksa, anda menyuruh Saya untuk masuk ke ruangan bapak," pungkas Dinda yang menjadi bingung sendiri.

"Oh, jadi kamu baru datang? Jam berapa sekarang?" tanya Kean datar.

"Jam__ sembilan Pak, maaf saya tadi telat karena ada masalah__"

"Ambil semua map di atas meja itu!" tunjuk Kean ke meja samping Dinda sebelum dia menyelesaikan ucapannya.

Dinda terkejut saat melihat setumpuk map tersusun rapi di sana.

"I-ni semuanya, Pak?" Dinda berharap bahwa tumpukan map itu bukanlah tugas yang akan dia kerjakan.

"Kenapa? Apa kurang banyak?" pungkas Kean dan segera di jawab gelengan kepala oleh Dinda. Setumpuk ini saja sudah banyak sekali menurut Dinda, apalagi di tambah. Bisa-bisa matanya jadi rabun, akibat terlalu banyak dokumen yang di baca.

Dinda memang suka koding, tapi dia tak suka membaca sesuatu yang tertulis di kertas atau biasa di sebut buku, dokumen dll. Selama ini dia lebih suka mempelajari semuanya lewat vidio, belajar otodidak (proses belajar menggunakan cara-caranya sendiri), membaca buka hanya sesekali jika sangat membutuhkannya.

"Oh ya, sebelum mengerjakannya, baca dulu map paling atas tentang peraturan-peraturan selama magang di sini" jelas Kean.

Di karenakan penasaran, Dinda segera mengambil map paling atas dan membacanya. Saat melihat isi dari map itu, bola matanya membulat sempurna.

Sumpah! Nih, orang killer banget sih! Udah suka motong pembicaraan, singkat lagi. Kenapa peraturannya begitu banyak sekali sampai berlembar-lembar gitu, apa dia mau buat gue metong alias mati dengan semua peraturan ini! Jerit bati n Dinda yang sedikit meratapi nasibnya yang tak bagus ini.

Baru saja masuk kerja, sudah mendapatkan pekerjaan yang begitu banyak seperti ini. Nasib-nasib.

"Pak, apakah ini tidak terlalu banyak peraturannya?" Dinda mencoba bernegosiasi, siapa tahu bisa dapat berkurang, tapi jangan justru bertambah.

"Tidak!" jawab Kean singkat.

"Tapi Pak, boleh nggak kalau potong poinnya jangan terlalu banyak" nego Dinda lagi yang sedikit keberatan dengan peraturan penilaian dari Kean.

Kean menghentikan aktivitasnya. "Ini bukan pasar, jadi tidak ada negosiasi!" pungkas Kean tanpa melihat ke arah Dinda sedikitpun.

"Kalau sudah, kamu bisa keluar!" imbuh Kean yang kembali melanjutkan pekerjaannya.

Dengan wajah kesal, Dinda keluar dari ruangan Kean.

Aksa yang melihat wajah cemberut Dinda keluar dari ruangan bosnya, menandakan bahwa sesuatu buruk telah terjadi.

"Makanya besok lagi jangan sampai telat, seorang asisten harus datang lebih awal 15 menit sebelum atasan datang ke kantor. Itu sih masih bagus, di tempat lain tugasnya jauh lebih banyak daripada itu!" ujar Aksa.

Dinda berjalan menuju meja Aksa. "Apakah tugas bapak juga harus membantu keperluan sehari-hari Pak Kean?" tanya Dinda penasaran. Karena apa yang dia lihat di drama bahwa seorang asisten itu siaga 24 jam membantu pekerjaan bosnya.

"Tidak, Pak Kean tidak suka kehidupan pribadinya di urus dengan orang lain, tugas Saya hanya menjadi asistennya di waktu jam kerja saja," jelas Aksa.

" Oh ya, Apakah Pak Kean memang tidak melihat lawan bicaranya ketika berbicara? dan tidak bisa di ajak negosiasi? "tanya Dinda lagi yang merasa kesal melihat sikap Kean yang menurutnya menyebalkan.

Aksa menghembuskan nafasnya kesal melihat Dinda bukannya bekerja, justru terus bertanya.

" Lebih baik Kamu kerjakan tugasmu saja, daripada banyak bertanya. Kalau sampai pak Kean tahu Kamu bergosip di waktu jam kerja, bakalan kena hukuman lagi!"pungkas Aksa dengan tatapan tajam.

Setelah itu, terpaksa Dinda duduk di kursi yang berdampingan dengan aksa. Hanya ada pembatas kaca yang memisahkan mereka berdua.

Asisten sama bos sama-sama nyebelinnya! gerutu Dinda dalam hati.

Setelah itu, Dinda melanjutkan tugas menumpuk yang di berikan oleh Kean. Jika tidak mengerjakan tepat waktu poinnya akan berkurang 10, salah mengerjakan di potong 5 poin.

"Sepertinya Aku harus bekerja keras agar bisa mendapatkan nilai magang dari bos yang sangat menyebalkan itu! Apakah dia sangat di siplin sekali, sampai semuanya harus perfek? " Dinda bermonolog seraya menatap pintu ruangan Kean.

"Bukan hanya disiplin, tapi Boss Kean terkenal dengan sebutan Mr. Perfek yang semuanya harus sesuai dengan keinginannya," sahut Aksa ketika mendengar celotehan Dinda.

Dinda hanya terperangah saat mendengar ucapan Aksa, sepertinya kehidupan magangnya akan sangat berat sekali. Si gadis ceroboh yang harus belajar disiplin.

...☘️☘️☘️...

Di kediaman Fabio, terlihat Lean baru saja pulang dari joging.

" Assalamualaikum, Ma ... Kok sudah sepi sekali. Apakah semuanya sudah pergi?" tanya Lean seraya memeluk Dira yang sedang menyiram tanaman di taman.

"Iya, semuanya sudah berangkat. Kamu mandi gih, terus sarapan, lalu kita berangkat ke rumah sakit ya," ajak Dira dengan mengusap pipi putranya.

Sebelumnya Lean memang mengatakan bahwa mereka berangkat ke rumah sakit bersama saja, karena Lean juga ada shift pagi hari ini. Lean masih meletakkan kepalanya di pundak Dira dan menikmati sentuhan hangat dari mamanya terlebih dahulu.

Setelah merasa cukup, baru Lean melepaskan pelukannya.

"Siap Ibunda ratu!" ucap Lean yang kemudian pergi meninggalkan mama Dira. Sedangkan mama Dira hanya bisa tersenyum melihat kepergian putranya itu.

Beberapa menit kemudian, Lean sudah turun dari kamarnya dengan pakaian rapi, siap berangkat ke rumah sakit.

Melihat Lean sudah turun, Dira segera menyiapkan sarapan untuk putranya itu.

"Wow, sepertinya ini enak sekali," puji Lean saat melihat menu sarapan yang di sajikan mamanya.

"Kalau enak, makan yang banyak. Nanti biar semangat kerjanya," pungkas mamaDira.

"Jangan dong, Ma. Kalau kebanyakan makan, bukannya semangat kerja, Lean justru ngantuk!" Lean menjatuhkan kepalanya ke samping dengan mata yang tertutup serta bertumpu dengan kedua telapak tangan. Memparodikan bagaimana dia tertidur jika makan terlalu banyak.

Dira tersenyum melihat sikap anaknya itu." Yasudah, kalau begitu, makan secukupnya saja biar gak ngantuk. Kalau dokternya ngantuk, nanti salah lagi, saat memeriksa pasien."

"Tuh kan, Makanya makan yang disunnahkan adalah ... makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang," jelas Lean dan di angguki oleh Mama Dira.

...****************...

Oke, maaf baru up ya.. Karena baru sampai dari luar kota. Karena sudah di rumah, Novi akan usahakan untuk rajin up lagi. Jadi, tunggu kisah mereka selanjutnya...

Jangan lupa ritualnya, like, komen, vote dan hadiahnya yang buuuaaannyak... Biar novi semangat😁

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!