Namaku Zailen, anak semester akhir fakultas ekonomi yang sedang sibuk dengan tugas akhir sekaligus kegiatan tari yang ada di kampus.
Ya, aku senior sekaligus pelatih tari di UKM tari yang ada di kampusku. Melelahkan? Mungkin, tetapi tidak berlaku saat ada seseorang yang begitu aku cintai masih bersamaku kala itu.
Laki-laki dengan sejuta kesongongannya yang berhasil membuatku jatuh cinta dengannya. Bagaimana mungkin, seorang Zailen yang cuek dan jutek kepada laki-laki yang berusaha mendekati bisa dibuat jatuh cinta oleh seorang laki-laki?.
Tapi begitulah nyatanya, bahkan sahabatkupun tidak pernah menduga sebelumnya.
Laki-laki yang begitu mencintaiku, yang selalu menemani suka dan dukaku. Dia sosok yang paling begitu ku kagumi hatinya. Yang membuatku selalu bersemangat menjalani hari-hariku.
Kini segala hal tentangnya membuatku terasa amat sangat merindukannya.
Tiga tahun sebelumnya.
Aku yang sedang duduk sendirian di taman depan fakultas sambil membaca novel kesukaanku, datang seorang kawanku bernama Diandra.
“Zai, nanti Pak Hedi kayaknya nggak masuk”, kata Diandra sambil duduk di sebelahku
“Kata siapa kamu?”, tanyaku yang sedikit tidak percaya karena aku sempat melihat Pak Hedi berjalan ke arah ruang dosen
“Di grup kayaknya orangnya ngode kalau nggak bisa masuk dan kayaknya kita cuma dapet tugas doang kayak minggu kemarin”, kata Diandra
Aku terdiam sambil menutup novelku dan membuka ponselku.
“Ya liat aja nanti orangnya beneran nggak bisa masuk atau enggak”, kataku
“Zai, zai”, kata Diandra sambil menepuk-nepuk pahaku dengan maksud memberitahuku kalau ada sesuatu yang ia lihat.
Aku mengikuti arah mata Diandra kemana ia melihat sesuatu yang membuat ia terheran seperti itu. Ku lihat ada seorang laki-laki berwajah songong dengan kemeja kotak-kotak, celana chinos, sepatu sneaker merk c*nverse, dan tas ransel di bawa sebelah tangan.
“Yaelah Di, kirain siapa”, kataku sambil melanjutkan membuka novelku
“Ganteng banget dia, pokoknya aku harus dapetin dia”, kata Diandra dengan semangatnya
Aku hanya tersenyum melihat tingkah kawanku yang aku kenal ketika baru masuk kampus, dia yang dulunya ku kira seorang perempuan yang pendiam ternyata sering bergonta-ganti pasangan. Dia yang baru seminggu yang lalu bercerita baru saja putus dengan kekasihnya, kini sepertinya sudah memiliki target yang akan segera ia eksekusi.
Hari menjelang sore, benar memang Pak Hedi tidak bisa mengajar karena ada rapat dosen di luar kota dan beliau memberikan tugas untuk dikumpulkan nanti malam secara online. Aku dan Diandra yang sedari tadi berada di taman untuk menyelesaikan tugas dari Pak Hedi, ternyata merasa lapar.
“Laper Di”, kataku
“Iya sama nih, bentar ya aku kurang dikit lagi kok”, kata Diandra
Aku merapikan buku-buku yang berserakan, Diandrapun menyelesaikan tugasnya.
“Kemana kita?”, tanya Diandra
“Makan di tempat biasanya gimana?”, tawarku
“Bosen ah, kita ke alun-alun aja yuk di deket alun-alun ada warung bakso enak banget kamu harus coba. Trus nanti sekalian kita nongkrong di alun-alun gitu”, kata Diandra
“Kamu pernah kesana sama siapa emang?”, tanyaku
“Hehehe sama Bayu, ya yang aku ketahuan Dio kalau lagi sama Bayu itu kan di warung bakso itu”, jawab Diandra
Lucu memang kalau dijadikan sebuah cerita ftv dengan judul perselingkuhanku ketahuan di warung bakso hahahaha.
“Kamu kenapa senyum-senyum Zai”, kata Diandra
“Eh nggak papa kok, yaudah brarti kamu ke kosku dulu ya nunggu aku mandi dulu”, kataku
“Haduuh nggak usah mandi, kita langsung kesana aja”, kat Diandra
“Ya ampun bau dong Di”, kataku
“Zai, kita ini mahasiswa. Sudah hal yang biasa kalau seorang mahasiswa itu jarang mandi, kamu harus terbiasa kayak gitu, apalagi nanti kalau kita udah semester akhir pasti bakalan lupa yang namanya mandi”, kata Diandra
“Nggak ah, pokoknya aku mandi dulu”, kataku
“Ya ampun Zai kelamaan keburu laper banget”, kata Diandra
Kita berdebat dengan ego masing-masing, dan akhirnya Diandra menyetujuiku.
“Iya deh iya terserah kamu”, kata Diandra dengan muka sedikit kesal
Aku tahu Diandra, dia bukan orang yang ketika kesal berlarut lama. Akhirnya kita menuju kosku, tawaran menyuruh Diandra mandi di tolaknya. Ia tetap tidak mau mandi dan masih tetap percaya pada apa yang ia yakini. Tak apalah yang penting aku sudah mandi dan merasa nyaman ketika harus bertemu orang lagi nantinya.
Kita menuju alun-alun, memarkir motor di parkiran alun-alun dan kemudian berjalan ke warung bakso yang kata Diandra enak itu.
Kita memesan dua mangkok bakso dan dua gelas es jeruk, ku liat Diandra berkali-kali tersenyum dengan ponselnya.
“Kamu nggak papa kan Di?”, tanyaku
“Ih apaan sih kamu, liat nih aku udah nemu instagramnya cowok yang tadi”, kata Diandra sambil menunjukkan ponselnya kepadaku
“Buset dah gercep banget kamu”, kataku
“Diandra Maulina anaknya Papa Bandi gitu lho hahaha”, kata Diandra dengan khas ketika ia berhasil melakukan sesuatu
“Oh dia anak fakultas teknik Zai, senior kita setahun”, kata Diandra
“Dia anak UKM basket dan pernah menang lomba juga”
“Dia hobi melukis kayaknya”
“Haassssh dia udah punya pacar”
Seketika aku langsung tersedak bakso yang aku makan karena ingin tertawa.
“Kamu gapapa Zai?”, tanya Diandra
“Hahaha sialan aku mau ngetawain kamu malah tersedak”, kataku
“Patah hati aku Zai”, kata Diandra dengan melengkungkan garis bibirnya ke bawah
“Udah ah makan dulu, aku udah mau habis punyamu masih utuh”, kataku
“Sedih aku Zai”, kata Diandra sambil mengaduk-aduk baksonya
“Ih apaan sih kamu, gitu doang. Ini kita jadi ke agenda selanjutnya nggak?”, tanyaku
“Iya iya jadi, bentar aku habisin dulu”, kata Diandra dan kemudian kita melanjutkan agenda selanjutnya yaitu nongkrong di alun-alun.
Semakin hari kita semakin disibukkan dengan tugas kuliah, dan akupun merasakan kebosanan jika seperti ini secara terus menerus. Aku berencana masuk UKM tari dan berharap bisa membantuku menghilangkan kejenuhan rutinitas sebagai mahasiswa.
"Di, semester dua aku mau ikut UKM", kataku kepada Diandra
Diandra rupanya tidak menghiraukan perkataanku karena lebih sibuk tersenyum melihat sosial media miliknya. Entah mengapa semakin hari Diandra semakin membuatku kesal. Dia lebih sering asik dengan ponselnya dibandingkan mengobrol denganku. Akupun menjadi semakin yakin untuk ikut UKM dan bertemu dengan orang-orang baru yang mungkin bakalan bisa asik aku ajak ngobrol nantinya.
Dosenkupun kembali ke kelas, sedangkan Diandra masih asik dengan ponselnya.
"Tolong hargai jam saya untuk tidak bermain ponsel di dalam kelas", sindir Pak Bambang
Pak Bambang adalah dosen killer di kelas kami, bahkan beliau tidak segan-segan menyuruh mahasiswanya keluar kelas apabila beliau tidak nyaman dengan mahasiswanya. Diandra masih belum menyadarinya, bahkan dia semakin asik dengan ponselnya.
"Di. .", kataku dengan lirih sambil menyenggolnya
Diandra tetap tidak menghiraukannya.
"Diandra!!, keluar kamu!", seru Pak Bambang
Kuliat wajahnya yang terlihat begitu marah, sedangkan Diandra dengan wajah bingungnya berusaha mengodeku untuk menanyakan apa yang membuatnya disuruh keluar kelas.
Jam perkuliahan Pak Bambang telah usai, teman-temanku sibuk merencanakan liburan di akhir semester untuk satu kelas.
Aku whatsapp Diandra.
Di dimana?
(tidak ada balasan)
Di masuk kelas dong, temen-temen lagi diskusi rencana liburan akhir semester nih
(tidak ada balasan)
Akupun segera menelpon dia, karena aku mengira dia sedang asik membuka instagram sehingga tidak menghiraukan chat masuk dariku.
Diandra tidak menjawab panggilanku, kemanakah dia? apakah dia sudah pulang?
Setelah diskusi selesai, aku segera menyusul Diandra ke kosnya. Sudah hampir malam memang, tapi tidak apa-apalah sekalian aku ingin bercengkrama dengan dia di kosnya.
Sampai di kos Diandra, aku di sambut Diandra di depan kosnya. Mungkin dia sudah membaca chatku untuk akan datang ke kosnya, yang aku kirimkan sebelum berangkat tadi.
"Sorry ya Zai tadi aku pulang hehehe", kata Diandra yang berdiam diri di depan pintu
"Habisnya aku bingung mau ngapain juga", tambahannya
"Liburan akhir semester kita ke pantai", kataku sambil melepas sepatuku
"Yuk masuk. Wah asik dong akhirnya liburan pertama sebagai mahasiswa hahaha", kata Diandra
"Ya semoga anak-anak ikut semua, soalnya tadi kayak ada yang kurang setuju kalau ke pantai", kataku
"Couplean yuk Zai", kata Diandra
"Haa??", tanyaku sedikit bingung
"Kita ke pantai pakai ootd yang sama, miriplah gitu pokoknya biar serasi hehehe", kata Diandra
"Boleh tuh, kita pake apa?", tanyaku
Kita sibuk mendiskusikan ootd yang akan kita pakai untuk liburan akhir semester yang kurang dua hari lagi.
Keasikan mengobrol dengan Diandra aku sampai lupa waktu. Tetapi Diandra menyuruhku untuk menginap di kosnya karena besok kita libur dan dia berencana akan main ke kosku.
Kita rebahan berdua di kasur Diandra setelah kita kenyang makan.
"Zai, main pilow talk yuk", kata Diandra
"Gimana itu", kataku
"Ya tanya jawab aja gitu, tapi harus jujur", kata Diandra
"Hmm okelah", kataku
"Pakai selimutnya dong Zai", kata Diandra sambil menyelimutiku
"Siapa yang mulai?", tanyaku
"Aku deh, eh kita selfie dulu buat story instagram hehehe"
"Hmmm"
"Kamu pernah suka dengan seseorang?", tanya Diandra yang sedikit mengejutkanku
"Pernah", jawabku dengan berharap Diandra tidak menanyakan siapa
"Dia tau?"
"Tau"
"Kamu bilang kalau kamu suka?"
"Iya"
"Dia jawab apa?"
"Dia bilang nggak suka hahaha"
"Kamu kecewa?"
"Waktu itu sih mungkin"
"Sampai sekarang?"
"Enggak hehehe"
"Kenapa?"
"Kita udah nggak pernah ketemu lagi semenjak itu, dia teman kecilku. Kita tetanggaan dan setelah papaku pindah tugas, kita pisah"
"Cinta pertamamu ya?"
"Mungkin hehehe"
"Kamu masih ingat dia?"
"Sedikit sih, nggak banyak yang aku ingat untuk seumuran bocil tujuh tahun"
"Kamu nggak coba stalking dia gitu?"
"Hmmm enggak"
"Kenapa?"
"Namanya aja aku lupa siapa hahaha"
Tingtung, bunyi ponsel Diandra.
"Eh bentar Zai", kata Diandra sambil tersenyum, sepertinya ia dapat hadiah kupon undian
"Zai, kamu dapat salam dari Endrew", kata Diandra yang sedikit murung wajahnya
"Siapa?", tanyaku yang memang tidak mengenalnya
"Cowok yang kemarin aku ceritain ke kamu itu", kata Diandra
Aku baru tahu siapa dia, dia adalah laki-laki yang Diandra sukai. Yang juga membuat Diandra tadi lupa diri sampai di suruh keluar kelas oleh Pak Bambang. Aku tidak mau mengecewakan Diandra, bahkan aku juga tidak mengenal siapa Endrew itu.
"Ih apaan sih, lanjut yuk", kataku
"Hmm oke oke", jawab Diandra yang teralihkan fokusnya
Kitapun asik bermain pilow talk sampai mengantuk, dan pada akhirnya memilih untuk tidur.
Tibalah saatnya hari liburan akhir semesterku bersama teman-teman sekelas. Suasana pantai yang indah, anginnya segar, dan desiran ombak yang menenangkan. Siapa yang tidak menyukai pantai, karena setiap orang akan jatuh cinta dengan pantai setelah menikmati liburan di pantai.
"Zai, kayaknya kamu seneng banget", kata Henry
"Hehehe iya", kataku
"Pantainya cantik ya, kayak kamu", kata Henry sambil mendekatkan jaraknya denganku
Akhir-akhir ini si teman sekelasku ini memang tingkahnya sedikit aneh, lebih suka cari perhatian kepadaku. Entah dengan perhatian kecil ataupun gombalan alaynya itu.
Kitapun berlanjut acara bakar ikan yang sudah kita bawa tentunya.
Suasana begitu menyenangkan, ada yang bagian menata tempat kita makan bersama nanti, ada yang masih berenang, ada yang mainan pasir, ada yang bersih-bersih, dan ada aku yang juga ikut bagian bakar ikan hehehe.
Hari hampir sore, kita bergegas untuk pulang. Membereskan semuanya, bersih-bersih diri dan kemudian berdoa bersama untuk perjalanan pulang.
Dalam perjalanan, aku yang berboncengan dengan Haikal berhenti di supermarket untuk membeli keperluanku.
Daripada aku bolak balik keluar kos nantinya jadi sekalian saja ketika melewati supermarket aku akan membeli keperluanku.
Haikal yang tadinya hanya ingin membeli parfum saja ternyata membeli beberapa keperluannya juga, jadinya aku yang sedikit lama menunggu Haikal hehehe.
Setelah selesai berbelanja, Haikal mengajakku mampir sebentar di toko bunga.
Seperti yang ceritakan ketika perjalanan pulang, Haikal saat ini sedang menyukai seseorang katanya.
"Menurutmu bunga yang mana Zai?", tanya Haikal yang kebingungan memilih bunga yang akan ia berikan
"Kayaknya ini deh, mawar merah", kataku
Pengalaman beberapa kali diberi bunga mawar merah oleh laki-laki yang berusaha mendekatiku, sedikit banyak membuatku mengerti bahwa mawar merah adalah yang paling cocok sebagai lambang cinta. Apalagi Haikal berniat untuk menembak perempuan yang ia ceritakan itu.
Setelah selesai membayar, kita keluar dari toko bunga. Haikal menghentikan langkahnya, dia terdiam tatapannya seperti ada sesuatu hal yang terjadi dan matanya berkaca-kaca.
"Kal, ayo", kataku
Haikal tetap diam, dan kemudian menghembuskan nafas cukup kencang.
Haikal menuju motornya tanpa sepatah katapun, akupun mengikutinya. Di perjalanan pulang, Haikal tetap diam. Aku tidak berani menanyakan sesuatu padanya, karena aku tidak ingin ikut campur urusan orang lain.
Sampai di depan kosku, aku menyerahkan bunga yang aku bawa pada saat perjalanan.
"Buat kamu aja Zai", kata Haikal dengan nada sedikit pasrah
"Lho ini kan buat Bintang, ini", kataku sambil menyodorkan bunganya
"Enggak jadi, buat kamu aja. Makasih ya udah nganterin, aku balik", kata Haikal sembari menyalakan motornya kemudian pergi
Aku kebingungan dibuatnya, kenapa malah diberikan kepadaku?
Tiba-tiba aku dikagetkan oleh kedatangan Diandra.
"Door!"
"Hayo lho kemana aja kamu sama Haikal", kata Diandra
"Tadi mampir supermarket bentar", kataku
"Ciye ciyee dikasih bunga", kata Diandra menggodaku
"Apaan sih, yuk masuk dulu", kataku
Setelah kita masuk ke kosku, aku meletakkan bunga Haikal di meja karena ku kira Haikal akan mengambilnya besok.
"Eh Di, tau nggak?", tanyaku
"Apa?, kamu di tembak Haikal? Hahaha udah ku tebak", kata Diandra
"Ih apaan sih, malah aku lagi bingung nih. Tau nggak, diperjalanan pulang dia itu habis cerita kalau dia suka sama seseorang, dan berniat ingin menembaknya malam ini. Mangkanya dia beli bunga, tapi kenapa malah di kasih ke aku", kataku yang masih kebingungan
"Berarti kamu orangnya hahaha", goda Diandra
"Bukan, namanya Bintang. Aneh banget tau Di, tapi sempet kek Haikal tiba-tiba diem gitu di depan toko bunga", kataku
"Kenapa emang?", tanya Diandra
"Lha itu aku nggak tau, dari yang awalnya dia ceriwis eh pas pulang cuma diem. Aku nggak berani dong nanya-nanya", kataku
"Jangan-jangan dia habis lihat hantu hahaha", kata Diandra
Aku hanya diam dan memikirkan ada apa dengan Haikal. Setelah bergelut dengan pikiranku sendiri, akhirnya aku whatsapp Haikal.
Kal, bunganya kamu ambil kapan?
Itu buat kamu Zai (jawaban dia yang membuatku kaget)
Aku nggak mau Kal, kalau kek gini
Hahaha iya Zai tau kalau kamu pasti ngira yang aneh-aneh. Daripada aku buang kan mubazir, tapi buat kamu aja Zai (ini anak masih aja bisa ketawa padahal pikiranku kemana-mana)
Aku serius Kal, aku gamau
Aku juga serius Zai (apa-apaan ini Haikal)
Bintang gimana? trus nembaknya nggak pake bunga kayak kata kamu?
(Haikal typing cukup lama)
Enggak Zai, aku kecewa. Selama ini aku mengira Bintang baik denganku karena dia juga suka denganku, tapi ternyata tidak. Kamu lihat kemarin di cafe depan toko bunga? Bintang ada di disana dengan Endrew.
Aku yang waktu itu tidak melihat apa yang Haikal lihat, karena akupun tidak pernah bertemu dengan Bintang dan Endrew. Aku kebingungan membalas pesan Haikal.
"Di, baca deh", kataku kepada Diandra yang sedang asik ngemil
"Apa apa?", kata Diandra sambil mendekat
Diandra begitu serius membacanya, dan kemudian dia tertawa.
"Hahaha, kenapa sih kita harus kek anak kecil gini", kata Diandra
"Maksudnya?", tanyaku yang kebingungan
"Ya kayak aku Zai, aku cuma ngefans sama Endrew. Sama kayak Haikal ngefans sama Bintang. Semisal kita pengen banget tuh bisa deket sama yang kita fans misalnya, tapi kan apa yang kita pengen nggak semua bisa terjadi. Biasa ini mah, dia lagi galau dengen ekspetasinya aja. Sama kayak aku kemarin Hahaha", kata Diandra kemudian
"Trus aku balas apa?", tanyaku yang masih bingung
"Gausah dibalas, yuk sekarang kita makan. Laper banget aku, dari tadi kamu cuekin hahaha", kata Diandra
Aku merasa tidak enak dengan Diandra, karena memang sedari tadi pulang dari pantai aku merasa lapar dan mungkin Diandrapun merasakan hal yang sama.
Kita pergi ke rumah makan deket kosku, karena Diandra sangat menyukai masakan di sana daripada di tempat lain. Selesai makan, kitapun berpisah di depan gang kosku. Karena besok libur Diandra berencana untuk pulang ke rumahnya, sedangkan aku memilih untuk tidak pulang karena akan mengikuti pendaftaran UKM tari.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!