Anggun Anggraini. Hidup sebatang kara, hidupnya berubah drastis ketika suami tercintanya meninggal akibat kecelakaan. Belum usai kesedihannya kini Ia harus menelan pil pahit karna Anak yang di kandungnyapun meninggal.
Anggun merasa dunianya berhenti berputar tak ada harapan dia untuk hidup. Dalam ke putus asaannya Ia berfikir untuk meninggalkan Dunia yang Ia rasa tak memberinya ke bahagiaan.
Namun saat Ia akan mengakhiri semuanya tiba-tiba Ia di kagetkan dengan kedatangan orang-orang yang berseragam hitam menagih hutang Almarhum suaminya, dan jumlahnya sangat pantastis.
Anggun tak tau harus berbuat apa, Sedang harta kekayaan suaminya sudah habis yang tinggal hanya sebuah rumah itupun tak mampu menutupi hutang-hutang suaminya.
********
Di sebuah Rumah Sakit orang-orang berlarian membopong tubuh seorang wanita yang berlumuran darah.
"Tolong selamatkan dia Dok!" seru salah serang pria paruh baya kepada Dokter yang sedang akan menanganinya.
"Apakah Anda keluarganya?" tanya sang Dokter sambil menatap intens beberapa warga yang ikut membantu laki-laki paruh baya tersebut.
Laki-laki paruh baya tersebut mengelengkan kepala lalu saling tatap dengan warga yang membantunya, namun semuanya menggelengkan kepala karena merasa tidak mengenal wanita yang mereka tolong itu.
"Tidak Dok, saya tidak mengenalnya, saya hanya__ maksud saya, kami hanya menolongnya dan segera membawanya kemari karena wanita ini sedang hamil" jawab pria paruh baya memberikan keterangan.
"Lalu...siapa keluarganya? kami akan segera melakukan tindakan," orang-orang itu hanya bingung dan saling memandang karena mereka memang tak mengenalnya dan tak tahu menahu tentang keluarganya.
"Maaf...ada apa ini kenapa pasiennya belum kalian tangani?"
"Maaf Dokter Anhony, kami ingin segera melakukan tindakan tapi bapak-bapak ini tidak mengenal keluarganya."
Dokter Anthony pun segera mendekati bangkar itu karena tiba-tiba saja ia di buat penasaran.
"Anggun? maaf Dokter saya mengenalnya, dia adalah teman saya, memang benar dia tak punya saudara dia hanya punya suami tapi suaminya itu_." Dokter Anthony pun menjeda kalimatnya karena merasa ini adalah privasi dari pasien itu sendiri.
"Dokter Anthony, jadi Anda mengenalnya?"
"Iya Dok...! biarkan saya juga ikut untuk menanganinya"
"Baiklah, ayo kita tak punya waktu kita harus segera menyelamatkannya." Ujar sang Dokter dan mendorong tubuh lemah Anggun yang berada di atas bankar menuju sebuah ruangan khusus untuk segera mendapat pertolongan.
"Bagaimana dengan bayinya Dok?" Sepertinya kita juga harus menyelamatkan bayinya dan satu-satunya jalan kita harus mengoperasinya" Jawab Dokter lainnya.
"Kalian usahakan aliran darahnya lancar dan detak jantungnya normal!" Seru Dokter Anthony memberikan instruksi kepada timnya.
"Semuanya sudah kembali normal Dok!"
"Bagus sekarang kita bisa memulainya, siap dan fokuslah, jangan ada yang terlewatkan aku tidak ingin pasien ini sampai mengalami komplikasi apa kalian mengerti!"
"Siap, kami mengerti!" jawab mereka kompak.
"Baiklah, mari kita mulai biar aku yang memimpin."
"Dokter... bayinya bernafas tapi detak jantung nya kurang!" cicit salah satu tim nya
"Segera keluarkan bayinya cepat kita tidak punya waktu lagi dan cepat tutup lukanya!"
"Baik Dokter..."
"Lihatlah bayinya lucu dan tampan apa Dokter tak ingin melihatnya!" seru salah seorang rekannya lagi.
"Nanti saja karena aku akan menyelesaikan tugasku." Sahut Dokter Anthony
"Dokter Metha cepat pindahkan bayinya!" seru Dokter Anthony memberikan instruksi kepada rekan sejawatnya itu.
"Baik Dokter!"
*
Pagi yang dingin. Di sebuah Ruangan yang bernuansa putih, bau obat yang menyeruak begitu menyengat penciuman orang yang berada di sekitarnya. Tubuh mungil berbalut pakaian khas pasien Rumah sakit masih setia memejamkan matanya, tak ada pergerakan dari semalam setelah Operasi yang di lakukan tim Dokter. Anggun masih setia dalam tidur panjangnya.
Ceklek.
Suara pintu Ruangan terbuka Seseorang berpakaian putih melangkah mendekati Bangkar tempat di mana Anggun masih terbaring dengan selang infus dan Beberapa alat yang masih menempel di Tubuhnya.
"Anggun...maafkan aku."
Gumamnya kecil sambil menggenggam lembut tangan Anggun yang masih lemah. Di pandanginya wajah pucat yang menghiasi kecantikan wanita yang ada di depannya itu. Wanita yang sampai sekarang masih bertahta di hatinya hingga saat ini.
"Dokter Antony, maaf... saya akan mengecek Keadaan Pasien dulu...!" Ucap seorang Perawat mengejutkan Dokter Anthony yang sedang mengelus pucuk kepala Anggun dengan penuh kelembutan itu.
"Silakan Sus, jangan lupa bersihkan badannya, nanti aku kembali lagi ke sini!." Perintahnya kemudian beranjak meninggalkan Anggun dari Ruangan tersebut.
Perawat itupun segera melakukan tugasnya memeriksa apa saja yang akan dibutuhkan oleh pasiennya tersebut. Tak lama terdengar lenguhan dari Anggun yang berusaha mengerjab untuk membuka matanya yang masih terasa berat dan kaku itu.
"Mmng...aku ada di mana...?"
"Nyonya...Anggun, Anda sudah sadar, tunggu sebentar saya akan panggilkan Dokter!" Seru sang Perawat lalu melangkah pergi dan memencet tombol merah yang ada di ruangan tersebut. Dan tak berselang lama Dokterpun masuk untuk memeriksa ke adaan Anggun.
"Syukurlah keadaan Anda sudah membaik, Anda hanya akan membutuhkan beberapa hari istirahat untuk benar-benar kembali seperti sedia kala." Ucap Dokter menjelaskan pada Anggun yang masih dalam ke adaan bingung kenapa ia sampai berada di tempat yang Ia tau sepertinya Rumah sakit.
"Maaf Dokter...!" tiba-tiba Dokter Antony datang dengan tergopoh-gopoh mendekati bangkar Anggun.
"Apa Anggun sudah_ '' Anthony menggantungkan kalimatnya ketika matanya tertuju menatap Anggun yang berbaring dan sedang menatapnya dengan tatapan bingung.
Tap...tap...tap...!
"Anggun...!"
"Bagai mana keadaannya Dok?" ucap Dokter Antony sambil Terus melangkah mendekati Bangkar di mana Anggun masih terbaring lemah.
"Baik Dokter, semuanya normal tekanan darah dan detak jantungnya juga normal."
Jawab Dokter yang sedang menangani Anggun.
"Baiklah, terima kasih Dokter" ucap Dokter Antony dengan senyum menawannya,
"Kalau begitu saya permisi" lanjut Dokter tadi undur diri yang dibalas anggukan oleh Dokter Anthony.
Hening___
"Hm...Mas...mmmaaf...Ddokter." ucap Anggun terbata karna merasa kikuk." Kenapa Anda di sini dan saya?" Pertanyaan Anggun terhenti saat ia meraba perutnya karna tiba-tiba merasakan perih di bawah perutnya. Sontak Ia pun berteriak histeris.
"Anakku...! Anakku di mana... ayo katakan anakku dimana?' hiiks hiiks" tangisnya meraung raung melempar bantal ke sembarang arah.
"Anggun tenangkankan dirimu...!" Antony segera meraih tubuh mungil Anggun dan membawanya kedalam pelukannya..."
Anggun masih terus berontak walau Dokter Antony memeluknya dengan kuat,
"Lepaskan-lepaskan aku, aku mau mencari Anakku, aku mau anakku' kembalikan anakku!"
Tangisnya pilu....Dokter Antony yang mendengar tangisan Anggun merasakan sesak yang teramat sangat, karna Ia tak tega melihat orang yang Ia cintai dalam ke adaan terpuruk.
"Maaf, maafkan aku' aku tak bisa menyelamatkan anakmu," ucapnya menahan pilu sambil terus menenangkan Anggun dengan mengelus-ngelus kepalanya, Anggun yang masih meronta tiba-tiba terdiam.
"Apa...?Ja- jangan bilang Anak Ku__" ucapnya terbata menjeda kalimatnya saat memandang wajah Dokter Antony.
"Aa...Anggu...n...dengarkan aku__"
"Tidaaak! pergi-pergi dari sini! tinggalkan Aku!" pintanya menyela perkataan Dokter Antony.
"Tidak Anggun, aku tidak akan meninggalkan mu, maafkan Aku karna tak bisa menyelamatkan Bayi mu, maafkan aku...maaf kan aku Anggun." Lirih Dokter Antony memperdalam pelukannya.
Anggun yang di peluk dokter Antony pun tiba-tiba terkulai lemas dan kembali pingsan karna tak kuat menahan kesedihannya yang datang secara bersamaan bagai mana tidak di waktu yang bersamaan Suami dan Anak yang Ia cintai meninggalkannya....
*
*
"Apa? jadi Istri saya koma Bagaimana dengan Anak saya?"
"Putra Anda baik-baik saja Tuan, hanya untuk sementara Putra Anda harus di rawat di Inkubator,karna Bayi Anda terlahir Prematur." Jawab sang Dokter.
"Aku ingin melihat istri dan Anak Ku," Pinta lelaki bertubuh tegap dan tegas itu.
"Silakan Tuan, Anda boleh melihat Nyonya muda tapi tidak boleh lama-lama karna Nyonya baru saja habis di operasi, dan Bayi anda ada di ruangan Khusus perawatan Bayi Tuan," kata Dokter menjelaskan panjang lebar.
"Baiklah dokter," Ia pun segera berbalik hendak pergi.
"Rafa...tunggu!" seru seseorang Rafa yang sedang melangkah masuk berbalik ketika mendengar ada yang sedang memanggilnya.
"Oma...?Kenapa Oma kesini...?"
"Oma mau melihat Cicit Oma Raf..." Ucap sang Oma
"Tapi Rafa mau melihat Laras dulu Oma"
"Ya sudah biar Oma yang duluan kesana. kamu tengok saja istimu!" sahut Oma.
"Baiklah Oma." lalu Rafa pun melangkah masuk untuk mengecek keadaan Istrinya.
Ceklek.
Langkah kaki Rafa terhenti di tepian bangkar sang Istri. Di tatapnya nanar Wajah pucat sang Istri yang sudah berjuang melahirkan Anaknya antara hidup dan mati itu.
"Trimakasih sayang karena sudah melahirkan buah hati kita." Ucapnya sambil menggenggam lembut tangan sang Istri.
"Bangunlah sayang, kamu harus segera sembuh,karna aku dan Putra kita akan sangat merindukanmu sayaaang...hiks_hiks."
Tangisnya pilu, di belainya wajah sang istri dengan penuh kasih Sayang
"Sayaaang...Aku akan melihat putra kita dulu ya...! nanti Aku kesini lagi Okay," lalu ia pun mengecup kening sang istri.
Tap...tap...tap...!
Ceklek.
Suara pintu terbuka, Rafa keluar dari Ruang perawatan istrinya menuju tempat putranya yang sekarang sedang di rawat secara intensif di ruangan picu, khusus bayi yang baru lahir sebuah ruangan hanya Dokter dan orang tua bayi Yang boleh masuk apa lagi bayinya lahir belum cukup umur jadi sang bayi harus di rawat di Picu dulu, karena melihat riwayat bagaimana sang bayi lahir.
Dokter terpaksa mengeluarkan bayinya karena ibunya mengalami pendarahan hebat karena kecelakaan. Beruntung mereka berdua selamat walau ibu sang bayi di nyatakan koma oleh tim Dokter yang mengurus operasinya.
Ceklek.
"Rafa akhirnya kau datang juga kemarilah sebentar ayo lihatlah anakmu ini dia lucu sekali, dia tampan tapi kenapa dia tidak mirip denganmu ya...?" tutur sang Oma, merasa heran.
"Oma...Oma ini ada-ada saja, diakan masih bayi Oma nanti, kalau sudah besar baru akan jelas wajahnya dia akan mirip dengan siapa, mungkin dia mirip aku Papanya atau bisa jadi dia mirip Mamanya.'' Ucap Rafa membalas ucapan Omanya, yang sedikit membuatnya kesal karena begitu tega mengatakan kalau bayinya tidak mirip dengannya padahal dialah yang paling andil didalam membuatnya buktinya sekali bikin langsung jadi, dan Omanya dengan gampangnya mengatakan kalau anaknya itu tidak mirip dengannya, di tatapnya wajah sang putra yang berada dalam lnkubator.
"Hai...sayang...apa kabar Anak Daddy...? Daddy harap hari ini dan seterusnya kamu baik-baik saja ya sayang. Apa anak Daddy rindu sama Mommy...? hmm,...Daddy juga rindu sama Mommy kamu.'' Celoteh Rafa sambil mengelus jari mungil putranya, ada rasa sesak di dadanya ketika memikirkan ke adaan istri dan anaknya. Yang harus mengalami kecelakaan tragis di saat dia tak bersama istrinya.
Beruntung sang asisten dengan cepat memberikan informasi kepadanya. Dan dia pun bergegas meluncur menuju rumah sakit dan rela meninggalkan pekerjaan pentingnya yaitu menanda tangani kontrak kerjasama dengan pihak asing.
"Kamu jangan ambil hati kata-kata Oma ya! Daddy yakin kalau kamu sudah besar pasti kamu akan seperti Daddy" selorohnya lagi.
Rafa bangkit berdiri masih dalam keadaan memandang wajah putranya, kemudian dia berbalik menatap Omanya.
"Oma, aku akan membawa putraku pulang dari sini, aku akan merawatnya di rumah saja, Aku juga akan membawa Laras pulang Oma, karena aku tidak mau jauh dari istri dan anakku lagi." Ujar Rafa sidikit mengeluh pada Omanya.
"Terserah kamu Fa...sekarang yang terpenting kamu harus memperhatikan bayi kamu dulu, karena dia sangatlah membutuhkan Asi." Ucap sang Oma mengingatkan.
"Apakah harus Asi Oma, kenapa bukan SUSU FORMULA saja. Sedangkan Oma tahu sendirikan kalau Laras sedang koma, jadi tidak mungkin dia bangun untuk memberikan Asinya kepada bayi kami." Protes Rafa yang sebenarnya merasa bingung dengan perkataan Omanya itu.
"Kamu kira Oma ini bodoh apa? yang tidak tahu istrimu itu koma atau tidak." Geram Oma menatap cucunya yang paling menyebalkan itu. Bagaimana tidak menyebalkan Rafa menikah dengan Laras setelah ia meniduri perempuan itu.
Padahal Omanya tidak setuju dengan pilihannya dan anehnya setelah menikah Laras membuat aturan kalau ia tidak boleh tidur sekamar dengan Rafa alasanya itu permintaan dari anak yang ada di dalam kandungannya. Dan Rafa yang bodoh ikut saja dengan apa yang di ingin kan istrinya itu.
"Oma menyuruhmu mencari Asi bukan SUSU FORMULA karena Asi itu jauh lebih baik dari semua susu." Jelas sang Oma lagi dengan nada kesalnya.
"Kamu bisa mencari stok Asi ibu-ibu yang memang punya stok Asinya yang banyak. Tapi ingat cari yang benar-benar sehat. Karena Oma tidak mau Cicit, Oma kenapa-kenapa. Kau bisa mencari Yang baru habis melahirkan.
"Baiklah Oma aku akan berusaha untuk mencarinya." Ujar Rafa dibarengi dengan anggukan pelan. Ia pun segera menemui sang Dokter untuk menanyakan apakah putranya bisa di rawat di rumah atau tidak.
*
*
"Ceklek...!
Tap..tap...tap...!
"Anggun kemana? Suster-Suster!!" teriak Dokter Anthony berlari keluar sambil berlari mencari dimana keberadaan Anggun.
"Iya Dokter Antony ada apa?" cicit sang suster tergopoh-gopoh.
"Kemana pasien di sini.?" Tanya Antony dengan wajah yang menegang, karena ia kembali merasakan kehilangan Anggun untuk ke sekian kalinya.
"Kenapa begitu susah sekali aku untuk ingin dekat denganmu lagi Anggun." lrihnya.
"Tadi masih ada kok Dok." Jawab sang Suster membuyarkan lamunannya.
"Tadi setelah Nona Anggun sadar ia sempat memompa Asi nya, setelah itu Nona Anggun minum obat yang saya berikan dan saya meninggalkannya, karena dia sendiri yang meminta untuk ditinggalkan. Dia sempat berkata untuk ingin beristirahat dulu sebentar, sebelum Dokter datang untuk memenemuinya Dok." Jelas sang suster panjang lebar.
"Okey baiklah, terima kasih susuter," dan Dokter Antony pun segera bergegas mencari dimana keberadaan Anggun saat ini.
"Kamu kemanasih Anggun? kenapa kamu pergi dari ku lagi? apa tak ada lagi sara cinta di hatimu untukku.?" Monolog Anthony sambil mengusap kasar wajahnya.
*
*
Sementara di tempat yang berbeda.
"Bagaimana apa kalian sudah mendapatkan Perempuan itu?"
"Belum Tuan, kami sedang mencarinya." Jawab sang anak buah yang sedang di tanya.
"Baiklah, segera cari Wanita itu! dan bawa segera kemari klo dia tidak mau paksa saja..." geramnya dengan rahang yang mengeras.
"Baiklah tuan, kami akan segera mencarinya..." ucap anak buahnya lagi.
"Leo, bagaimana? apa kamu sudah mendapatkan siapa orang yang bersama istriku waktu kecelakaan?" tanyanya menatap sang asisten.
"Sudah Tuan, ini fotonya dan orangnya ternyata sudah meninggal di tempat. Dan sepertinya dia juga punya istri yang juga lagi hamil ini Fotonya Tuan." Ucap Leo, sambil menyerahkan File warna coklat kepada Rafa,
"Namanya Romy bagaskara dan istrinya bernama Anggun Anggraini Putri." Jelas Leo lagi memberikan laporan
Rafa mengambil File yang di berikan Leo padanya, dia membuka dan melihat dengan teliti satu persatu Foto yang ada lalu Ia meremasnya dengan wajah penuh dendam.
"Brengsek!" geramnya sambil menggeratkan giginya.
"Aku kira setelah setelah membuatnya bangkrut dia akan menjadi Jera, tapi ternyata dia ingin mencelakai istri dan Anakku cari istrinya! dia harus bertanggung jawab atas apa yang telah suaminya lakukan pada anak dan istriku! Perintah Rafa dengan mata yang menyorot tajam.
"Baik Tuan," ucap Leo cepat. Lalu ia segera mengambil langkah seribu karna dia takut kalu Tuannya sudah marah itu bertanda Mode bahayanya lagi On.
"Syukurlah aku bisa cepat keluar klo tidak tuan muda pasti akan mencincang ku dan menjadi kan ku perkedel manusia iiih..." gumam Leo bergidik ngeri menelan salivanya, sambil mengelus dada.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!