Di sebuah ruangan gelap dengan cahaya minim, terdapat seorang wanita duduk lesehan di lantai dengan kedua tangan terikat.
Wanita itu sangat cantik. Namun, kondisinya sangat menyedihkan. Rambut berantakan, kedua pipinya memar, sudut bibir berdarah, mata sayu, sekujur tubuhnya terluka. Tidak hanya kedua tangan, Kedua kakinya di rantai sehingga pergelangan kakinya lecet dan memerah. Bibirnya kering pecah-pecah serta pucat, nafasnya tidak teratur. Di keheningan, suara nafasnya terdengar terengah-engah karena rasa sakit.
Tidak lama kemudian, ada dua orang berbeda jenis kelamin masuk ke dalam ruangan itu.
Ruangan yang awalnya redup, menjadi terang karena cahaya dari luar pintu yang terbuka. Penampilan wanita yang menyedihkan itu semakin jelas.
Di sisi lain, wanita dengan pakaian glamor dan seksi, make up tebal, memasuki ruangan. Jika make up nya terhapus, maka wajahnya akan terlihat mirip dengan wanita yang berpenampilan terbalik di lantai.
Sedangkan, pria di samping wanita itu terlihat berpenampilan rapi, cool dan dewasa. Kemeja hitam putih tidak di kancingkan dengan kaus hitam polos di dalamnya serta celana panjang hitam, wajah tampan di atas rata-rata, rambut tersisir rapi di satu sisi. Tinggi pria itu sekitar 185 cm.
Kedua orang itu melirik sinis wanita menyedihkan yang tengah mencoba membuka matanya.
Saat matanya terbuka, ia mencoba menyesuaikan cahaya. Setelah penglihatannya menjadi jelas, sorot kebencian tertuju pada kedua orang di depannya.
"Hmm? Bagaimana? Kamu tidak kapok? Sudah aku bilang! Cepat kasih tanda tanganmu agar kita bisa segera menikmati kekayaanmu! Ha ha ha.." Wanita glamor itu tertawa gila.
"Aku tidak akan pernah mau menandatanganinya! Aku lebih baik mati daripada harta warisan yang seharusnya milikku harus berada di tangan kalian!" tukasnya dingin.
Pria yang sempat tersenyum sinis itu langsung menggertakkan gigi setelah mendengar ucapannya.
Pria itu menghampiri wanita yang masih berstatus istrinya. Ia memegang kasar kedua pipinya. Mata serakahnya berhadapan dengan sorot penuh kebencian wanita itu. "Apa kamu bilang? Kamu ingin mati? Tidak akan aku biarkan! Kamu akan ku siksa tanpa harus membiarkanmu mati!" imbuhnya dengan tawa membahana.
Wanita berusia 27 tahun bernama Vernatha itu, menahan sakit di pipinya. Air matanya sudah terkuras. Dia bertekad untuk tidak akan pernah menangis lagi di depan kedua orang biadab di hadapannya.
Natha dengan berani meludah ke wajah Galen--suaminya.
Tawa Galen berhenti. Wajahnya yang terkena air liur memerah menahan amarah yang meledak. Urat-urat biru terlihat bermunculan di pelipis dan lehernya. Lalu dia mengelap air liur Natha dengan jijik.
Plak
Plak
Plak
Tamparan beruntun Galen membuat darah yang sudah kering mengalir kembali di kedua sudut bibir Natha.
Namun, Natha sudah mati rasa. Seluruh tubuhnya sudah lemas. Ia hanya menerima siksaan mereka tanpa bisa perlawanan.
Wanita glamor yang bernama Anhita yang tengah menyaksikan, sama-sama marah melihat Natha meludah ke wajah kekasihnya--Galen.
Setelah Natha di tampar, Nhita menjambak rambut Natha dengan kasar. Dengan murka, Nhita meraung geram, "Berani-beraninya kamu meludahi wajah Galen!! aku akan membuat hidupmu menderita, Natha!"
Natha hanya merasa seakan-akan semua rambutnya tercabut dari kepalanya. Rasa sakitnya membuatnya ingin mati. Kepalanya berdenyut perih. Dengan putus asa, Natha berteriak. "BUNUH AKU ANHITA!! BUNUH!!"
"AKU TIDAK AKAN PERNAH MENANDATANGANI WARISAN ITU SAMPAI KAPANPUN!! AKU LEBIH BAIK MATI!! AKU TIDAK AKAN MEMBIARIN KALIAN BAHAGIA!! HA HA HA HA.." lanjut Natha dengan suara keras seraya tertawa tidak kalah gila.
Ucapan dan tawa mengejek Natha membuat amarah sepasang kekasih itu semakin memuncak.
Galen mengambil kunci rantai dan membukanya. Ia menyeret Natha yang masih duduk di lantai untuk keluar dari ruangan itu.
Sesampai di luar tempat kumuh itu, terpampanglah hutan lebat dengan pepohonan hijau berukuran sangat tinggi.
Natha yang di seret, tidak melawan. Dia hanya pasrah. Namun, Natha merasa agak nyaman karena bisa menghirup udara segar setelah sekian lama. Tidak peduli dengan kedua kakinya tergores beberapa batu kecil karena seretan Galen.
Nhita mengikuti mereka dengan tergesa. Walaupun terlihat kesusahan karena sepatu hak tingginya, namun ekspresinya terlihat seperti iblis.
Setelah beberapa menit, mereka sampai di tepi jurang curam. Di bawah jurang itu banyak bebatuan runcing dengan kedalaman sekitar 40 meter.
"Lihat ke sana, Natha!! Bagaimana jika kamu jatuh ke dalam sana? Kamu akan langsung mati!" ujar Galen dengan kejam.
Ekspresinya yang menyeramkan sangat tidak sesuai dengan wajahnya yang tampan.
Nhita berjongkok. Lalu ia menjambak bagian atas kepala Natha ke belakang, sehingga Natha mendongak melihat matanya yang berkilat jijik. "Kamu harus tandatangani surat itu sebelum aku menjatuhinmu ke dalam jurang sana!" ancam Nhita dengan nada penuh penekanan.
"Cih." Natha meludah ke wajah Nhita yang di penuhi dengan make up tebal. Ia tersenyum sinis. "Aku tidak akan pernah sudi! Mati saja kau, jal*ng!"
Nhita langsung melepas jambakannya. Wajahnya di penuhi rasa jijik. Nhita menendang keras tubuh Natha, sehingga tubuh Natha yang begitu lemah langsung terguling ke jurang itu. Namun, tali di tangannya membuat Natha tersangkut dengan badan menggantung.
"Kamu kenapa menendang dia, Nitha?! Apakah kamu ingin usaha kita selama ini sia-sia?!" bentak Galen dengan marah.
Wajah Nhita yang terdapat sisa air liur Natha terlihat menyedihkan mendapat bentakan dari Galen. Ia mengeluh dengan nada merengek. "Dia meludah ke wajahku, Galen."
Galen mendengus kesal.
"Aku tidak akan pernah memaafkan kalian! Jika saja ada kehidupan kedua.."
Suara penuh kebencian itu mengalihkan perhatian keduanya kepada wanita yang tergantung di tepi tebing. Tidak ada ekspresi ketakutan layaknya orang yang akan jatuh kapan saja.
Natha tersenyum dingin seraya melanjutkan. "Aku akan membalas apa yang kalian lakukan kepadaku di kehidupan ini!"
Atensi Natha beralih pada Galen. Ia menatap pria itu tanpa ekspresi. "Galen, perlu kamu tahu, hal yang paling aku sesali dalam hidup ini adalah memilihmu untuk menikahiku! Jika saja aku benar-benar mengetahui niatmu menikahi denganku dari awal, aku lebih memilih pria cacat itu!"
Galen sangat marah karena di bandingkan dengan pria cacat yang di maksud Natha. Harga dirinya terinjak.
Dia sendiri membuat semua usahanya sia-sia, Karena Galen melepaskan sangkutan talinya sehingga Natha terjatuh ke dalam jurang mengerikan itu.
"AKU MEMBENCI KALIAN!!"
Raungan Natha saat tubuhnya masih di udara, bergema di seluruh hutan. Suara jeritannya di penuhi kesedihan, kebencian, kekecewaan, penyesalan dan keputusasaan.
"Tuhan.. beri aku kesempatan kedua.."
Kata-kata terakhir itulah yang Natha ucapkan sebelum kematiannya.
Seorang Vernatha Aira Lexandra, meninggal dengan tubuh hancur di dasar jurang.
Tidak ada yang tahu, bagaimana hasil dari do'a yang ia panjatkan di detik terakhir kematiannya. Namun, Tuhan selalu memberikan yang terbaik. Dengan semua penderitaan dan cobaan yang ia alami di luar batas kemampuannya, Tuhan akan memberikan akhir kebahagiaan serta keadilan untuknya.
Di mana kebahagiaan dan keadilan untuk Natha?
Di kehidupan baru yang tidak pernah Natha bayangkan.
Di sebuah ruangan *VVIP* rumah sakit, terdapat gadis remaja yang tengah mengalami koma. Dahinya di lilit perban. Wajahnya sangat pucat. Tapi, sama sekali tidak mengurangi kecantikannya.
Sinar matahari sore menembus ke arah jendela di ruangan itu. Sehingga menyinari setengah badan gadis itu.
Beberapa menit kemudian, jari-jari yang diam kaku gadis itu tergerak. Bulu mata lentik hitam dan panjangnya bergetar. Kelopak matanya mulai terbuka.
Tangannya yang masih kaku terangkat untuk menutupi matanya yang silau karena sinar matahari.
Gadis di bangsal mencoba bangun untuk duduk. Setelah mengerjap beberapa kali, matanya terbuka sepenuhnya. Netra hitam dingin itu menatap sekeliling dengan pandangan bingung.
Aku belum mati? Kenapa aku ada di rumah sakit?
Natha melihat sekeliling ruangan rumah sakit itu. Lalu, Natha melihat tangannya yang terlihat lebih kecil. Tidak ada luka apapun. Badannya terasa beda dan aneh. Natha merasa, badannya tidak sekecil ini.
Meskipun merasa lemas, Natha tidak memiliki rasa sakit yang menyiksa, seperti saat berada di ruangan sempit yang beberapa tahun ia tempati.
"Kenapa ini?" gumamnya pelan dengan suara yang masih serak.
Natha menyentuh wajahnya sendiri. Sangat halus dan lembut. Tidak ada rasa sakit, tidak merasa ada bekas luka apapun.
Natha yakin, ia seharusnya sudah mati. Meskipun di selamatkan, Natha tidak akan pernah di layani semewah ini. Mereka akan menempatkannya di tempat mengerikan.
Natha melihat sebuah kalender mini di atas nakas. Ada yang aneh?
Natha segera mengambilnya. Melihatnya lebih jelas. Lalu, mata Natha membola tidak percaya.
Ada apa dengan tahun di kalender ini?! Tidak mungkin salah, kan? Seharusnya sekarang tahun 202*!
Natha terdiam. Mencoba mencerna sesuatu.
Tiba-tiba matanya berbinar.
"Apakah aku kembali ke 10 tahun yang lalu?" Natha bergumam bingung, namun juga senang.
Selain kalender, perubahan seluruh badannya menjadi bukti yang jelas. Sekarang, badan itu masih remaja dan lebih mungil. Keyakinan Natha mungkin sekitar 70%.
Oh Tuhan?! Apakah aku kembali ke masa lalu? Apakah do'aku terkabulkan? Natha hampir menjerit kesenangan. Namun, ia tahan untuk memastikan 30% nya.
Natha mencoba menurunkan kakinya menginjak lantai. Ia mencabut infus di tangannya. Natha mencari kaca untuk melihat wajahnya sendiri. Ia berjalan ke kamar mandi.
Setelah melangkahkan kakinya dengan beberapa langkah yang sulit, Natha mencapai pintunya dan masuk. Di sana terdapat kaca yang lumayan besar. Natha merasa senang. Ia langsung menghampiri kaca itu.
Natha melihat dirinya sendiri terperangah. Dengan wajah tercengang, Natha menyentuh wajahnya sendiri.
Gadis di cermin adalah dirinya saat berumur 17 tahun. Natha yang masih polos.
Wajahnya yang seharusnya lebam dengan begitu banyak bekas luka, menjadi mulus. Rambut hitamnya, kecantikannya yang selalu Natha banggakan, kembali dan terlihat jelas di hadapannya.
Natha benar-benar terlahir kembali.
Natha memperkirakan, dia rumah sakit ini karena tabrakan yang di sebabkan Nhita.
Nhita sendiri yang mengemudi. Namun, Natha yang terluka parah.
Nhita menabrak seorang pria yang sangat Nhita sendiri cintai, sehingga pria itu cacat dan koma.
Dan pria itulah yang sekarang menjadi tujuanku, batin Natha dengan tekad di matanya.
Seharusnya, Natha menikah dengan Galen sekitar satu minggu lagi.
Ya, nikah muda. Karena perjodohan dan kesepakatan oleh kakeknya dan kakek Galen.
Dulu, Natha di beri dua pilihan, yaitu antara memilih lelaki cacat untuk menanggung kesalahan Nhita atau lelaki yang hampir sempurna--yang tentunya cinta pertama Natha.
Tentu saja dulu Natha memilih yang kedua. Namun, berakhir dengan penyesalan.
Lalu saat ini, Natha akan lebih memilih dan merawat pria cacat itu. Aku tidak akan pernah sudi lagi mengulangi kesalahan yang sama.
Mengingat mereka di masa lalu, Natha tersenyum miring. "Lihat saja, aku akan membalaskan semua penderitaanku. Aku tidak akan membiarkan kau mengambil milikku lagi. Dan aku tidak akan membiarkan kalian memiliki takdir yang sama di kehidupan ini." Natha tertawa dingin.
Setelah puas berkaca, Natha kembali ke bangsal. Merebahkan kembali badannya yang belum pulih.
Pikiran Natha menerawang merencanakan berbagai rencana untuk pembalasan dan hidup selanjutnya.
Ceklek
Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan Natha.
Natha menoleh melihat tiga orang keluarganya. Keluarga palsu.
Ayahnya, ibunya dan adik perempuannya yang sangat baik. Mereka tengah memerankan perannya.
Jika di lihat sekilas, wajah khawatir mereka terlihat tulus. Natha selalu mempercayainya di masa lalu. Padahal jika di amati lebih lama, wajah khawatir mereka adalah kepura-puraan.
Natha menutupi wajah dinginnya menjadi polos.
"Ya Tuhan, Nak! Apakah kamu sudah tidak apa-apa? Apakah masih ada yang sakit?" tanya ibu palsunya dengan wajah khawatir dan mata berkaca-kaca.
Aku terharu sekali.
"Kami sangat mengkhawatirkanmu, Nak. Ayah takut kamu tidak akan bangun."
Oh? kau berharap aku mati?
"Tidak apa-apa, Bu, Ayah. Aku sudah merasa baik," jawab Natha lembut.
Setidaknya, aku berperan mengikuti akting mereka.
Ibu palsu Natha berpura-pura melotot dengan mata terlihat sangat khawatir saat melihat infus yang sudah terlepas dari tangan Natha.
Aku merasa merinding saat melihat matanya seakan-akan keluar
"Natha! Kenapa infusnya di lepas?!" pekik wanita itu dengan cemas.
Ugh, telingaku sakit.
Natha menunduk takut, matanya berkaca-kaca. Ia melirih. "Maaf, Bu. Aku tidak tahu bagaimana membawanya saat ke toilet."
Wanita itu menghela nafas. "Baiklah. Tidak apa-apa. Nanti, Ibu panggilkan Suster untuk memasangkannya lagi."
Natha mengangguk pelan.
"Kakak, hiks. Maafkan aku, hiks Seharusnya aku yang yang berada di posisimu. Aku sangat sedih melihatmu terluka," isak gadis yang sedari tadi diam menatap Natha dengan rasa bersalah.
Natha mengalihkan atensinya kepada gadis itu. Natha mencibir melihatnya menangis seakan tersakiti.
Tentu saja boleh. Apalagi jika lukaku lebih parah, dengan senang hati aku bersedia menerimamu di posisiku sekarang.
"Sudah, Nitha. kamu tidak salah." Natha mengusap bahunya dengan lembut, namun ekspresi Natha terlihat menahan rasa jijik.
Dialog yang Natha ucapkan kepada mereka saat ini adalah ucapannya di masa malu yang tidak Natha ubah. Natha hanya akan mengikuti alurnya dulu, melihat mereka dulu, baru Natha hancurkan pada akhirnya.
Nhita mengangkat kepalanya dan mengangguk mendengar ucapan Natha. Matanya memerah, tangisannya menyedihkan. Jika Natha yang dulu, mungkin Natha akan ikut bersedih. menghiburnya, menenangkannya. Tapi saat ini, Natha merasa keinginan muntah dan sangat jijik melihat wajah polosnya.
Natha tidak kalah memasang wajah yang lebih polos. Ia akan menipu mereka. Ia juga akan berpura-pura lemah, penurut. Seperti dulu.
"Kalau begitu, kamu beristirahat kembali. Kami akan menjengukmu kembali nanti malam. Lalu, Ibu akan membawakanmu makanan," tuturnya lembut.
Natha menahan untuk tidak memutar bola matanya. Jadi ia hanya mengangguk.
"Kakak, cepet sembuh, yah..," ucap Nhita lembut.
Tapi, Natha sudah tahu isi hatinya. Nhita mengutuknya untuk lebih menderita.
Natha tersenyum semanis gula. Mungkin jika di pertahankan lebih lama, semut akan berdatangan mengerumuninya.
Kedua orang tua palsu di depan Natha mengusap pelan rambut Natha bergantian dengan penuh kasih sayang.
Lalu, ketiga orang itu pergi keluar. Natha merasa ruangan terasa segar kembali, setelah kepergian mereka.
Seorang pria dan wanita tadi yang Natha panggil ayah dan ibunya adalah paman dan bibinya.
Natha dan Nhita memang mirip seperti saudari kembar. walaupun begitu, wajah Natha lebih cantik dan menarik dari pada wajah Nhita.
Mereka mirip karena paman Natha--Andre dan Ayah Natha--Andra, lalu bibi Natha--Sonia dan Ibu Natha--Sania adalah saudara/i kembar.
Sonia merupakan adik kembar Sania yang dulunya sangat mencintai Andra--Ayah Natha.
Sama halnya dengan Andre. Dia mencintai Sania--Ibu Natha.
Cinta mereka rumit dan sangat terbelit-belit.
Kedua orang tua Nhita tidak bisa menggapai cintanya di masa lalu. Apalagi, mereka putus asa saat ibu dan ayah Natha menikah.
Andre dan Sonia menanamkan kebencian di hati mereka kepada kakak kembar mereka sendiri. Apalagi kekayaan Lexandra terwarisi oleh Andra.
Lalu tidak lama, Andre dan Sonia bersatu dan menikah. Entah kenapa mereka bisa menikah di keadaan patah hati. Yang pasti, mereka mempunyai rencana yang sama untuk menghancurkan keluarga kembarannya--keluarga asli Natha.
Hanya saja mereka selalu gagal. Karena cinta antara ayah dan ibu Natha sangat dalam. Apalagi perlindungan mereka sangat kuat.
Itulah kisah cinta mereka. Kenapa Natha tahu? Tentu saja, di kehidupan masa lalu, semuanya terbongkar. Hampir tidak ada yang tidak Natha ketahui tentang masa lalu kedua orang tuanya, paman bibinya dan rencana jahat mereka.
Sebelumnya, Sonia dan Sania hampir bersamaan ketika mengandung. Sania yang mengandung Natha dan Sonia yang mengandung Nhita.
Ibu dan ayah Natha sangat baik kepada adik mereka. Namun, mereka sebaliknya--sangat munafik. Dapat si katakan dalam istilah 'Air susu di balas air tuba'. Andre dan Sania selalu memakai topeng ramah di balik wajah aslinya.
Sehingga, di mana saat Natha dan Nhita sudah lahir, beberapa bulan kemudian, ayah dan ibu Natha kecelakaan mobil. Saat itu Natha masih bayi. Namun, hanya Natha yang selamat. Andra meninggal di tempat. Sedangkan Sania di rawat darurat.
Hanya tentang sebab kematian mereka, Natha belum tahu lebih dalam. Walaupun dengan kedok kecelakaan, semua cerita yang Natha dengar tentang kecelakaan itu, seakan ada sesuatu di baliknya. Sangat janggal.
Sania hanya bertahan beberapa hari. Selama di beri kesempatan sebelum meninggal, Sania menitipkan Natha kepada Sonia dan adik iparnya.
Sania berpesan, agar identitas Natha menjadi kembaran Nhita karena dari bayi wajah kedunya mirip. Selain itu, Sonia dan Sania dengan sengaja menamai 'Natha-Nhita' seakan kembaran.
Setelah mengucapkan pesan terakhirnya, ibu Natha meninggal.
Sonia dan Andre tertawa bahagia di atas kematian kedua orang tua Natha.
Natha sangat mempercayai ketiga keluarganya di masa lalu. Karena saat dulu, Sonia tidak pernah membedakan dia dan Nhita. Mereka sangat baik.
Lalu, Natha menyadari, kebaikan mereka palsu. Mereka hanya ingin warisan dan harta yang ia miliki.
Karena Natha adalah pewaris perusahaan Lexandra yang sebenarnya.
Natha mengetahui semua itu saat Natha mulai di siksa di kehidupan sebelumnya.
Sekarang, Natha tidak bodoh lagi.
Kehidupan keduanya di mulai, untuk memulai cerita dan kehidupan baru.
Lalu, Natha akan membalaskan dendamnya dengan membuat mereka lebih menderita daripada penderitaannya di kehidupan sebelumnya.
***
"Ibu! Ayah!! Aku tidak mau menikahinya! Aku masih Sekolah! Aku tidak akan pernah mau merawatnya!" Jeritan dan tangisan yang bergema di telinga Natha, membuatnya sangat terganggu.
"Mereka pasti akan menyiksaku, Bu! Mereka hanya dendam!! Aku sangat mencintainya! Tapi dia sudah cacat! Aku tidak mau!!"
Natha merasa sangat muak mendengar suara menyedihkan yang tidak jauh dari bangsalnya. Dengan kesal, Natha membuka mata.
Terlihatlah langit-langit ruangan bernuansa putih. Lalu, Natha mengalihkan pandangan kepada tiga orang yang tengah berdrama.
Mungkin, tangisan Nhita benar-benar tidak berpura-pura karena dia memang sangat takut untuk menikahi pria itu.
Tapi Sonia sengaja memperdebatkan tentang pernikahan itu di ruangan itu agar Nhita menangis dan menarik simpatinya. Lalu berakhir Natha yang menikah pria cacat itu menggantikan Nhita.
Di masa lalu, Natha memang tidak menerimanya membuat wajah mereka asli mereka hampir terekspos. Namun saat itu, Natha masih polos dan berfikir bahwa mereka sedang dalam mood buruk, jadi Natha hanya diam sampai mereka memasang wajah 'kedua' nya kembali.
"Itu salahmu karena menabraknya! Kalau kamu tidak mengikutinya, kejadian ini tidak akan pernah terjadi, Nhita!!"
Teriakan marah Sonia seakan merusak gendang telinga Natha. Ia mencoba menutupnya dengan bantal.
Saat Nhita menabrak pria itu, memang tidak sengaja. Nhita sangat mencintainya. Bisa di katakan obsesi, sampai-sampai membuntutinya kemanapun. Dan pada hari itu, Nhita mengajak Natha.
sebelum tabrakan terjadi, saat itu Nhita membuntuti pria itu dan kehilangan jejak. Nhita membawa mobil dengan kecepatan tinggi. Dan saat target yang dia ikuti terlihat lagi, Nhita tidak bisa mengendalikan rem mobilnya. Kebetulan pria itu keluar dari mobilnya. Sebelum pria itu bereaksi, mobil yang Nhita dan Natha tumpangi langsung menabraknya.
Natha langsung terbentur keras.
Natha sendiri juga tidak bisa membayangkan bagaimana parahnya orang yang di tabrak. Setelah itu, Natha langsung pingsan dan tidak tahu apa-apa lagi.
Yang Natha tahu adalah keluarga Grissham hampir memenjarakan Nhita, karena kecelakaan itu membuat orang yang paling mereka banggakan--pemimpin keluarga mereka--mengalami cacat.
Yang paling membuat Natha kesal karena Nhita tidak mengalami luka parah. Dia hanya tergores di beberapa bagian tubuhnya.
Andre dan Sonia tidak terima keluarga Grissham memenjarakan putri mereka. Mereka akan menerima kompensasi apapun selain itu.
Keluarga Grissham sama sekali tidak butuh uang, karena mereka merupakan keluarga tersukses dan terkaya di kota A. Dengan itu, keluarga Grissham berkompromi dengan kompensasi Nhita harus merawat lelaki itu seumur hidupnya, yaitu dengan pernikahan. Tentu saja membuat Sonia dan Andre shock.
Lelaki itu mengalami cacat pada kedua kakinya. Dia juga di nyatakan mengalami 'PVS'.
PVS atau 'Persistent Vegetative State' adalah kelainan kesadaran di mana pasien dengan kerusakan otak serius berada dalam kondisi sadar persial. Namun, tidak menunjukan presepsi dan reaksi kognitif terhadap rangsangan yang ada di sekitarnya.
Natha mengingatnya di masa lalu, pria itu tidak pernah bangun dari tidur panjangnya. Tapi, Natha lebih baik memilih menikahi dengannya. Walaupun menanggung kebencian keluarga Grissham, mereka tidak akan menyiksanya. Pria itu juga tidak akan menyakitinya. Dia tidak bangun, bagaimana bisa ia menyakiti Natha?
Saat itu, Nhita tidak jadi menikahinya. Entah bagaimana caranya Sonia dan Andre bisa lolos. Namun, Keluarga Grissham menjadi sangat membenci keluarga mereka.
Marga Natha yang asli dengan marga paman dan bibinya berbeda.
Kenapa berbeda? Tentu saja ada alasan tertentu.
Semuanya terjadi saat pernikahan orang tuanya. Andre dan Sonia di liputi kebencian dan dendam. Mereka pergi dari keluarga mereka dan bersatu untuk membalas dendam mereka. Mereka memusuhi kakaknya sendiri. termasuk Andre yang menghapus marga Lexandra dari namanya.
Saat Andre dan Sonia sudah menikah, mereka membuat marga untuk keluarga mereka sendiri yang baru di bangun. Yaitu Lumian.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!