NovelToon NovelToon

A SECRET AFFAIR

Episode 1

Ben Antonio Haghwer sedang sibuk memeriksa dokumen-dokumen yang harus ia tanda tangani, namun tiba tiba pintu di buka dengan kasar.

BRAAKK!!!

Pintu terpental hingga menimbulkan suara keras.

"Ben, kau harus pecat Traver...!! Dia menghalangiku untuk menemuimu, aku sudah katakan bahwa ada hal penting yang ingin ku sampaikan langsung padamu..."

Suara wanita itu mulai melemah, pelan namun pasti langkahnya mendekati Ben, kemudian tangannya merangkul pundak Ben yang masih duduk di kursi kebesarannya yang terbuat dari kulit.

Wanita itu berdiri tepat di depan Ben, jemari lentik itu mengelus dada pria di depannya dengan sikap manja.

Jemari itu kemudian turun dan terus turun hingga menggesek gesekkan telapak tangannya di bagian bawah, wanita itu hendak ingin membuka ikat pinggang milik Ben.

"Maaf Tuan, saya sudah berusaha." Kata Traver menundukkan kepalanya.

Ben yang paham menyuruhnya pergi dengan isyarat tangannya. Kemudian Traver keluar dengan menutup pintu.

"Aku sedang sibuk bisakah kau berdiri dengan benar di tempatmu Mikaila?"

Ben menatap Mikaila dengan tatapan tidak senang.

Mikaila adalah wanita malam yang pernah menemani Ben di club malam, saat itu mereka bertemu dan mengobrol hingga berlanjut pada adegan panas.

"Sayang... Bisakah kau memelukku sebentar saja, aku sudah lelah bermain kucing dan tikus denganmu apa kau benar-benar tidak menyukaiku?"

"Apa ini yang kau bilang penting tadi?" Ben masih mengontrol kesabarannya.

"Sayang aku mencintaimu, jangan katakan kau masih memikirkan cinta pertamamu yang konyol itu, bahkan itu sudah belasan tahun yang lalu, siapa tahu gadis itu sudah menikah dan hidup bahagia dengan anak serta suaminya."

Mikaila kemudian berdiri dan memutar tubuhnya.

"Aku cantik, aku seksi, aku bergairah dan bisa memuaskanmu, apa lagi yang kau cari." Kata Mikaila.

"Aku salah saat itu menceritakan masa lalu ku padamu, ternyata kau tak lebih dari wanita yang tidak bisa menjaga mulut."

"Yah, aku memang tidak bisa menjaga mulutku, dan kau tahu itu Ben, mulutku lah yang selalu memuaskanmu."

"Lalu lakukanlah." Kata Ben menyeringai.

Mikaila kemudian membelai dada Ben lagi, turun perlahan dan berjongkok di depan Ben yang masih duduk di kursinya.

Mikaila kemudian membuka ikat pinggang dan membuka risleting celana Ben Antonio Haghwer, Mikaila mengarahkan mulutnya pada sesuatu yang besar di depan matanya.

Ben mencengkram kepala Mikaila, dan mencengkram rambut panjang Mikaila.

Hingga beberapa menit berlalu, dan Mikaila masih memberikan kepuasan pada Ben, tubuh Ben mulai panas, Ben mulai menutup mata dan otot-ototnya menegang, otot tubuh Ben mulai terlihat menguat, tubuh kekar itu mulai bergerak seksi, kepalanya menengadah dan terlihat garis rahang kuat Ben.

Ben menikmatinya, dia pria normal yang juga memiliki gairah, namun Ben tidak pernah mengotori mulut dan bibirnya untuk mencium wanita, apalagi melakukan hubungan badan.

Bagi Ben lebih baik menikmati sesuatu kepuasan dengan wanita jalangg dan menenmpatkan wanita jalangg itu pada tempat semestinya.

Ben memang tampan, tubuhnya kuat dan berotot bahkan tinggi tubuh Ben hampir mencapai 2 meter. Pria tampan itu sungguh terlihat mempesona di lihat dari sisi manapun.

Akhirnya Ben menggigit bibir bawahnya dan melenguh, ia menggeram, dan nafasnya sudah mulai cepat, dada kekarnya naik dan turun.

Ben hampir mencapai kenikmatannya, ia sudah ingin meledakkan sesuatu, kemudian Ben menggeram dan akhirnya ia mencapai pelepasannya.

Sedangkan Mikaila menelan apa yang sudah Ben berikan padanya di dalam mulutnya.

Mikaila mengelap bibirnya dengan jari lentik yang kuku-kukunya sudah di poles dengan nail berwarna merah menyala.

"Apa kau tidak bisa memberiku sedikit kenikmatan juga Ben, menciumku atau setidaknya memberiku sesuatu kepuasan?" Harap Mikaila.

"Kau tahu permainannya Mikaila. Aku tidak pernah mencium wanita, apalagi berhubungan badan dengan wanita." Kata Ben membenahi celananya.

"Tapi Ben, aku selalu memberikan kepuasan kepadamu." Rintih Mikaila.

Kemudian Mikaila mendekat pada Ben dan hendak memaksa untuk mencium Ben.

"APA KAU MENGUJI KESABARANKU MIKAILA !!!!"

Bentak Ben suaranya yang keras menggelegar.

Mikaila bergidik ngeri dan menelan ludahnya, namun kepalanya sudah di penuhi dengan gairah ingin mendapatkan kepuasan dari Ben yang begitu tampan dan menggoda.

Kepalanya sudah tidak waras dan hampir gila karena menginginkan Ben.

"Aku gila karena mu Ben, aku bahkan selalu membayangkan mu menyentuhku Ben, hingga akhirnya aku mencapai kenikmatan hanya dengan menyentuh diriku sendiri dengan membayangkanmu Ben. Aku mohon Ben berikan aku sedikit saja." Pinta Mikaila memelas.

"Pergilah." Kata Ben.

Kemudian Mikaila kesal dan marah, ia frustasi ingin memiliki dan ingin di sentuh oleh Ben. Pria itu seolah sudah menyihirnya hingga membuatnya tidak waras, setiap detik yang ada dalam benak dan pikirannya hanyalah tersiksa ingin merasakan bagaimana sentuhan seorang Ben Antonio.

Mikaila kemudian maju dan mencengkram wajah Ben, ia tetap memaksa hendak menciumnya.

"MIKAILA!!!"

Sekali lagi teriakan Ben menggelegar di dalam ruangan luas tersebut, Ben kemudian berdiri dan mencengkram tangan serta rahang Mikaila sebelum wanita itu berhasil menciumnya.

"Kau melakukan kesalahan besar Mikaila." Kata Ben menatap nanar penuh kebengisan pada Mikaila.

"Aku tergila-gila padamu Ben, aku tidak waras, aku menyentuh diriku sendiri dan selalu membayangkanmu, bahkan saat aku berhubungan dengan pria lain aku hanya selalu membayangkan wajah dan tubuhmu Ben."

Ben tidak mentolerir dan tidak terpengaruh dengan mulut Mikaila, ia menyeret Mikaila dengan satu tangannya dan melemparkan Mikaila hingga wanita itu terjerembab di depan ruangan Ben.

"AAHKK... !!!" Mikaila berteriak.

"JANGAN MEMBUATKU MARAH!!!"

Suara Ben mengagetkan dan membuat para karyawan penasaran apa yang sedang terjadi, siapakah yang seberani itu membuat seorang Ben yang dingin begitu marah.

"Traver antarkan wanita ini keluar." Ben membalikkan tubuhnya, berjalan kembali menuju ruangannya.

"Baik tuan."

Dengan cepat Traver segera mengusir Mikaila dari kantor. Mikaila terlihat pucat, dan pergi sambil menutup mulutnya menyesali perkataannya.

Para karyawan berbondong-bondong ingin melihat apa yang terjadi.

Sedangkan di kantor semua bergosip berbisik bisik.

"Bukankah itu Mikaila, dia adalah putri walikota, habis lah."

"Jika aku jadi dia, lebih baik aku mengurung diriku sendiri dikamar selamanya."

"Bahkan putri walikota tidak bisa meluluhkan hati presdir, Ya Tuhan..."

Seperti itulah mereka bergosip, kemudian para atasan mereka datang dan menatap para karyawan, sontak para karyawan hilang kendali tidak berani untuk bergosip dan kembali ke dalam ruangan hingga saling gaduh dan panik beberapa saling bertubrukan kemudian mereka kembali duduk menatap layar laptop mereka masing-masing.

Ben duduk di kursi kebesarannya yang terbuat dari kulit. Cukup lama Ben menenangkan diri dan cukup lama pula Ben hanya duduk dan menutup mata.

Ruangan kantor Ben besar dan mewah. Perusahaan Ben memiliki gedung yang tinggi, paling tinggi di antara gedung-gedung lain, kemudian ia memencet tombol panggilan cepat.

"Traver kita akan ke kota S memantau proyek yang di kerjakan JIMI GROUP, siapkan semua keperluan kita selama beberapa hari disana."

"Baik tuan Ben, saya akan persiapkan semuanya."

Bersambung

Episode 2

Ben Antonio Haghwer, 28 tahun. Pria berketurunan Inggris-Jerman yang di jual melalui perdagangan anak secara ilegal oleh kedua orang tuanya sendiri, ia melalui masa-masa yang sangat sulit. Ben dijadikan budak dan pengemis oleh para preman yang usianya jauh lebih tua darinya, bahkan mereka bisa di katakan lebih cocok berperan sebagai ayahnya.

Perlakuan mereka pada Ben dan anak-anak lainnya sungguh kejam dan tidak manusiawi, para anak-anak di jadikan pekerja untuk mengemis, setelah itu uang yang mereka dapat akan di ambil dengan paksa dan tanpa memberi kan sepeser pun untuk para anak-anak itu, belum lagi perlakuan para preman yang tak segan memberikan pukulan dan tendangan untuk mereka.

Para preman juga dengan tidak memiliki perasaan memberikan makanan untuk para anak-anak yang bahkan itu lebih cocok untuk para anjing.

Suatu hari, akhirnya dengan perjuangan yang sangat keras tanpa tidur dengan nyenyak dan tanpa makan Ben dapat terlepas dari jeratan para preman, namun masalah tidak serta merta berhenti di situ. Ben kehilangan arah dan tujuan, kemanakah sekarang ia harus pergi. Kini jalanan adalah rumahnya, angin adalah temannya, dan anjing liar serta preman-preman jalanan yang baru adalah musuhnya.

Siang itu di bawah pancaran sinar matahari yang sangat terik, Ben kelaparan dan kehausan, tubuhnya mulai melemah dan ketika melihat tumpukan sampah di depan restoran anak itu berlari dengan penuh harapan akan menemukan sepotong roti. Namun lagi-lagi ia pun harus berebut dengan para anjing liar yang juga sedang kelaparan.

Ben akhirnya memakan roti sisa yang hampir basi dengan lahap, wajahnya sangat kotor bahkan tubuhnya lebih bau dari setumpuk sampah yang ada di sampingnya. Dalam hati anak itu benar-benar tidak perduli ketika banyak mata yang lalu lalang di trotoar memandangnya dengan kejijikan yang luar biasa.

Sejak di lahirkan Ben bahkan sudah merasakan bahwa kelahirannya adalah sebuah kesalahan yang besar, hidup di tengah lingkungan yang kotor dan memiliki orang tua yang bahkan tidak mengakuinya sebagai anak mereka.

Bagaimana tidak? Hidupnya teramat sempurna ketika ia memiliki seorang Ayah yang pemabuk berat sedangkan Ibunya seorang wanita penghibur dan pecandu narkoba hingga sering kali dirinya harus menyaksikan adegan yang tidak sepatutnya ia lihat.

Masa-masa kelam dan dunia bawah yang mengerikan telah menjadi makanannya setiap hari, bahkan ia di besarkan oleh para wanita penghibur ketika ibunya sendiri tidak mau merawatnya.

18 Tahun kemudian, pukul 10 AM di Mansion Kingstone...

Ddrtt... Ddrrttt... Drrtt...

Ponsel Ben bergetar berkali kali, dan pria itu masih tidur di ranjang mewahnya. Meski hanya memakai celana boxer, dan tidur dengan posisi tengkurap, ketampanannya justru semakin terlihat seksi dan mengagumkan.

Perlahan ia mulai sadar dan mengusap wajahnya dengan selimut yang ia jadikan bantal untuk kepalanya. Tangan kanannya meraih ponsel diatas meja yang tak terlalu jauh darinya. Kepalanya sedikit pusing dan berat karena pengaruh alkohol yang ia minum semalam.

“Hmm?” Jawab Ben dengan masih menutup matanya.

“Tuan hari ini anda harus terbang ke Kota S untuk meninjau ulang proyek yang akan di garap oleh JIMI GROUP.” Dengan tenang assisten kepercayaan sekaligus kaki tangan Ben itu mengingatkan.

“Masuk dan bantu aku bersiap Traver." Jawab Ben lagi sembari menutup ponselnya.

Traver masuk dengan pelayan-pelayan yang lain, membawa segala keperluan Ben.

Tangan kiri Traver membawa setelan jas mahal untuk Ben.

Setelah cukup lama Ben bersiap dan kini tiba saatnya mereka menuju landasan pribadi untuk segera pergi ke tempat proyek yang akan di garap.

Dalam perjalanan menuju bandara pribadi, Ben duduk menyilangkan kaki kanannya dan bertumpu pada kaki kiri, itulah gaya duduknya, sambil memandangi jendela melihat jalan yang sering ia lalui semasa kecil.

Jalanan yang menjadi rumahnya ketika ia tak memiliki tempat bersinggah dan terlantar, beratap langit dan berselimutkan angin.

“Apa kau sudah dapatkan informasi yang ku cari?” Tiba-tiba Ben memecah keheningan di dalam mobil. Matanya tak berpaling dari apa yang sedang ia lihat dari balik jendela mobilnya.

Traver yang sedang menyetir, melihat Ben melalui kaca spion kemudinya.

"Maaf Tuan masih belum, sangat sulit menggali informasi yang sudah 18 tahun lamanya."

"Apa kau ingin di deportasi ke Afghanistan?"

"Maaf Tuan, saya tidak berani, saya akan segera menemukan informasi gadis kecil Tuan."

"Hm." Ben menjawab dengan dingin.

Mobil itu melaju dengan kecepatan normal, membelah padatnya jalanan kota, dan akan menuju ke bandara pribadi milik Ben, dan tak butuh lama akhirnya sampailah mereka di bandara yang mewah, terjajar beberapa pesawat jet serta helikopter di sana.

Ben berusaha keras merintis perusahaan miliknya BENZ GROUP hingga menjadi perusahaan yang paling berpengaruh di dunia, di bawah tangan dingin dan sikap dingin tanpa ampun dia bisa menapaki dunia bahkan sebentar lagi dunia akan berada dalam genggamannya.

Ben Antonio Haghwer kecil diadopsi oleh Robert Haghwer, seorang pengusaha kaya raya yang sangat berpengaruh, bahkan memiliki banyak perusahaan besar di dunia. Ben telah menyelamatkan Robert ketika Robert di culik dan hendak di bunuh di kawasan pemukiman kumuh.

Zavier anak buah kepercayaan Robert melakukan pengkhianatan. Zavier adalah assisten pribadi Robert yang sangat dipercaya namun diam-diam dia melakukan penculikan untuk melenyapkan Robert bersama organisasinya yang ia dirikan sendiri untuk melawan Robert dan ingin merebut segala yang Robert punya.

Saat itu Robert dalam keadaan terdesak di Negara K dan Robert hanya membawa sedikit anak buah yang sudah di lumpuhkan dengan mudah, Robert melarikan diri dengan banyaknya luka dan di temukan oleh Ben dibawalah Robert ke Panti Asuhan yang telah Ben tinggali.

Panti Asuhan itu sangat kumuh dan tidak terurus namun Ben sudah sangat bersyukur memiliki tempat tinggal yang aman baginya di bawah asuhan para biarawati.

Setelah Robert sembuh dia memanggil anak buah dan orang-orang kepercayaannya untuk menjemputnya kembali ke negaranya.

Di sisi lain Robert tidak memiliki anak, maka Ben yang diangkat menjadi anaknya.

Kemudian Ben diberikan pendidikan dan asuhan serta pelatihan keras hingga menjadi orang yang seperti sekarang.

Traver dengan cepat membuka kan pintu mobil untuk Ben, dengan kaki panjang Ben melangkah cepat, di belakangnya Traver mengikuti, dia adalah tangan kanan kepercayaan Ben.

Traver memiliki tinggi tubuh yang sama dengan Ben, ia memiliki sifat dingin, serta memiliki wajah yang tampan. Namun ketampanannya masih belum bisa menyaingi Ben.

Ben sudah duduk di dalam pesawat mewahnya di temani Traver. Tak berapa lama pesawat pun mengudara menuju kota S.

bersambung

Episode 3

Kota S

"Hay gadisku yang cantik, berikan kami minuman dan camilan, sebentar lagi kau pasti akan menjadi istri ke empatku dan kau pasti akan sangat bangga menjadi istri pemimpin daerah kota S."

Seorang pria tua mesum menggoda pelayan bar kecil yang ada di tengah pemukiman kumuh. Pria tua itu adalah ketua preman yang sering meminta dan memalak uang para pedagang.

Dan pria tua itu pula yang selalu memberikan sejumlah uang sebagai pinjaman dengan bunga yang tinggi.

Lalu selama para pedagang dan masyarakat hidup di wilayah kekuasaannya, semua harus mengikuti aturan yang dia buat.

"Maaf tuan Geraldo, saya harus bekerja, ada banyak cucian piring serta gelas di dalam."

Gadis itu berusaha keras menarik tangannya kembali, dari cengkraman tangan Geraldo kemudian ia berlari dan masuk ke dalam rumah, bersembunyi di dalam kamarnya.

Bar mini itu memang menyatu dengan rumah yang sedikit reyot.

"Hm... Jadi, kau tidak mau menemaniku. Kau berani denganku."

Geraldo kemudian mencium tangannya yang telah ia gunakan mencengkram gadis itu dengan menutup mata.

"Wangi perawan yang cantik." Kata Geraldo.

Pria tua itu kemudian sadar dan memanggil pengawal setianya dengan menjentikkan jarinya.

"Yaron, panggil wanita tua itu kemari." Perintah Geraldo dengan suara yang datar dan santai sembari menyesap cerutunya.

Yaron adalah tangan kanan Geraldo, dia kasar, kejam, dan sangat keji.

Kemudian Yaron menggeledah masuk ke dalam rumah kecil yang sudah reyot tersebut dan tak berapa lama ia keluar dengan menyeret seorang wanita paruh baya.

Yaron mencengkram rambut wanita paruh baya itu dan melemparkan wanita itu hingga duduk di lantai, tubuhnya gemetar di samping kaki Geraldo yang sedang menyesap cerutunya kuat-kuat. Leher pria tua itu yang sudah mulai keriput terlihat naik dan turun.

"Kau mau sembunyi di mana wanita tua..."

Suara Geraldo pelan namun mengerikan, dengan menghisap rokoknya, ia menatap ke atas menikmati setiap hisapannya dari cerutunya.

"Jadi kapan kau akan melunasi hutang-hutangmu yang sudah setinggi gunung itu? Apa kau mulai pikun Samantha?" Kata Geraldo sembari sesekali menyantap makanan yang sudah ada di atas mejanya.

"Ma.. Maafkan saya tuan Geraldo, saya belum bisa membayarnya. Saya masih perlu waktu, tapi sa-saya janji akan melunasi semuanya, Ansell putriku su-sudah mendapatkan pekerjaan, setiap bulan gaji yang dia terima akan saya berikan kepada tuan Geraldo untuk melunasi hutang saya."

Samantha berbicara terbata bata karena ketakutannya sembari duduk tertunduk, tidak berani menatap mata Geraldo.

"Waktu mu satu minggu Samantha, untuk melunasi hutang-hutangmu, jika kau masih tidak dapat melunasinya gadis pelayan itu atau putrimu yang akan menjadi gantinya, kau harus pikirkan baik-baik, dan semua hutangmu akan ku anggap lunas. Minggu depan aku datang, persiapkan mana yang kau pilih."

Seketika Samantha terkejut, ia reflek mengangkat wajahnya menatap Geraldo yang sudah berdiri. Pria tua itu hanya menatap nya dengan angkuh, kemudian pergi meninggalkan bar mini milik Samantha dengan Yaron dan anak buahnya.

"Daisy!!!" Teriak Samantha dengan kekesalan yang memuncak di ubun-ubunnya. Wanita paruh baya itu kemudian berdiri dengan tergopoh.

Namun Daisy tidak kunjung keluar Samantha pun masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar Daisy, ia membuka pintu dengan sangat kasar hingga membuat suara yang cukup keras.

"Enak sekali kau bersembunyi di sini! Kau bahkan tidak bisa menyenangkan Tuan Geraldo, aku sudah berbaik hati memberimu pekerjaan dan tempat tinggal, tapi begini balasanmu padaku!"

Samantha menarik rambut panjang Daisy, mencengkram kuat dan meremasnya hingga terlihat wajah Samantha sangat kesal, geram dan marah hingga menggeram.

"Aaakk... Aaakkk. Sakit tolong lepaskan Nyonya." Kata Daisy memohon.

Bar mini memang menjadi satu dengan rumah yang di tinggali oleh Samantha serta anaknya. Rumah itu hanya berukuran kecil, tiga kamar tidur berukuran sempit serta dapur. Sedangkan ruangan depan dijadikan bar mini untuk mencari penghasilan.

Beberapa menit berlalu Samantha masih melampiaskan amarahnya kepada Daisy.

"Aku akan mengurungmu disini! Jangan harap kau bisa makan!!" Samantha pun mengunci kamar Daisy.

"Ampun Nyonya. Maafkan saya. Ampuni saya. Jangan hukum saya." Kata Daisy memohon dan berlutut.

Namun rintihan serta permohonannya sama sekali tidak di hiraukan, Daisy menangis dan memukul-mukul pintu yang sudah dikunci dari luar oleh Samantha, ia memukuli pintu dengan telapak tangannya, dan duduk bersimpuh.

Daisy kini berusia 20 tahun ia adalah gadis yatim piatu, sejak kecil ia hidup di jalanan dan mengemis.

Ketika itu Daisy menawarkan diri di Bar mini milik Samantha, dan akhirnya wanita itu mengijinkan Daisy untuk tinggal menjadi pelayan bar miliknya dengan memberikannya upah tempat tinggal serta makanan.

Sejak kecil Daisy tidak pernah tahu ia berada di mana, ia hanya berjalan dan terus berjalan, tidur di jalanan atau di bangunan terbengkalai.

Hingga saat ini Daisy masih tidak memiliki tujuan selain tempatnya singgah sekarang.

Meski Daisy tidak pernah bersekolah namun setiap kali Samantha pergi ke kota untuk berbelanja keperluan-keperluan rumah atau keperluan bar mini nya, saat itulah waktu yang tepat untuk Daisy secara diam-diam pergi menemui Brian.

Brian adalah pemuda di pemukiman itu sekaligus ia mengajari anak-anak membaca layaknya seorang guru.

Sekolah itu begitu sederhana bukan seperti sekolah-sekolah pada umumnya, hanya sekolah dengan bangunan kecil yang reyot.

Daisy ingin belajar meski hanya sekedar bisa membaca, menulis, dan berhitung, untuk itulah Daisy menemui Brian secara pribadi, ia tidak ingin orang tahu dan melaporkan pada Samantha.

Apalagi, bagi Daisy Brian adalah pemuda yang cukup tampan, dan bagi Daisy pula, Brian adalah pria tertampan di pemukiman itu.

Krieettt Ceklek!

Terdengar suara pintu dibuka.

"Ibu.. Ibu...! Aku sangat lapar siapkan makanan untukku!"

Ansell, baru saja pulang dari bekerja. Wanita muda yang seksi dan berparas cantik, serta wanita yang berani, ia juga sangat liar, bahkan ia memanggil ibunya dengan sangat kasar.

Dan kini ia meringkuk dikamarnya, menutup mata karena merasa lelah.

"Lelah sekali hari ini, pekerjaan itu membuatku bosan, kapan aku bisa kaya jika hanya bekerja sebagai pelayan hotel, sial sekali hidupku !!" Gumamnya lirih.

"Iya.. Iya.. Anakku akan ibu siapkan." Teriak Samantha dari arah dapur.

Sambil tergopoh-gopoh Samantha menyiapkan makanan untuk anak perempuan satu-satunya.

Dan dengan tergesa-gesa pula Samantha membawakan makanan itu ke kamar anaknya, dia takut anak nya akan marah. Selagi anaknya sedang makan, Samantha memberitahukan tentang Geraldo yang menginginkan pertukaran tentang menjadi penebus hutang-hutangnya.

"Ansell, apa kau sudah mendapakatkan gaji untuk bulan ini? Pagi tadi Tuan Gerald datang, katanya kita di berikan waktu satu minggu untuk melunasi hutang-hutang kita, tapi Tuan Geraldo berkata hutang kita akan lunas jika kau atau Daisy menjadi istrinya bagaiman....."

Sebelum Samantha meneruskan kalimatnya, Ansell tersedak makanan dan terbatuk batuk.

"Apa?! Apa kau tidak waras! Kau mau menyerahkan ku pada si tua bangka itu!"

"Tapi setidaknya, dia kaya raya dan pemimpin kota S, kau akan tercukupi."

"Meskipun aku menginginkan pria kaya, tapi aku tidak akan menikahi pria tua bangka mesum itu ibu! Bagaiamana jika kita serahkan Daisy saja, dan kita minta tambah uang?" Kata Ansell menggendikan alisnya.

Samantha kemudian tersenyum pertanda bahwa ia setuju dengan ide anak perempuannya.

bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!