Tok... Tok Tok...
Di dalam persidangan nampak sekali keheningan, hakim pun sudah membacakan keputusan.
Palu hakim pun sudah di ketuk selama tiga kali, bertanda putusan sidang perceraian antara Rehan Adi dan Fitri menemukan babak akhir perjalanan cinta mereka.
Tidak pernah terbayang pernikahan yang seumur jagung harus berakhir di meja hijau.
Di kursi kesakitan ini, Fitri menyembunyikan tangisnya. Menampilkan wajah sumringah nya, wajah bahagianya karena sudah terlepas dengan pria berwajah Monster.
Senyum lega terpatri di wajahnya Rehan ada kelegaan karena sidang sudah berakhir, dirinya tidak perlu lagi repot-repot datang ke pengadilan.
Mereka sama-sama sepakat untuk berpisah, daripada di pertahankan ujung-ujungnya ada yang tersakiti.
Mungkin ini sudah JalanNya, sudah takdirNya. Mereka menyembunyikan tangisnya dengan menampilkan wajah sumringah.
Tetapi perasaan tak bisa di pungkiri, ada raut kesedihan di wajahnya ternyata Dia bukan tulang rusuk ku yang hilang.
Kini Dia menghilang dengan cintanya, Aku pun sama siap menatap masa depan yang jauh lebih baik lagi untuk hari-hari berikutnya.
Beda halnya dengan perempuan yang sudah di sebelahnya sedang menangis tergugu, ada raut penyesalan di wajah cantiknya.
Tetapi Dia tidak bisa apa? Semuanya adalah kesalahannya yang terlalu egois mementingkan egonya, tidak pernah bisa menjadi perempuan baik-baik untuk suaminya.
"Aku mengakui aku salah! maafkan aku Mas." Ucap nya hanya mampu di pendam dihatinya, tanpa mau membuka bibirnya untuk mengucapkan kata itu.
"Maafkan aku Mas, aku tak pernah berselingkuh! kamu hanya salah paham yang mendengar dari satu sisi saja!"
Perempuan itu terus saja memandangi wajah tampan mantan suaminya, seseorang yang pernah mengisi hari-hari nya. Kini hanya tinggal kenangan, tidak akan terulang kembali meskipun aku sudah beribu kali mengucapkan kata maaf.
Dulu Rehan dan Fitri saling mencintai, mereka bak perangko yang terus saja lengket. Ada Rehan pasti ada Fitri, dua sejoli yang banyak di idam-idamkan oleh pasangan lainnya, terutama pasangan muda yang sangat mengidolakan mereka berdua.
Cinta yang dulunya sangat indah harus berakhir dengan perceraian, Fitri mencoba untuk bisa menerima kenyataan bahwa dirinya bukan lagi istrinya Rehan.
Satu bulan pasca perceraian Fitri di nyatakan hamil, kesedihan Fitri semakin bertambah dengan kehadiran sang calon jabang bayi tak berdosa. Hadir di saat dirinya di cerai suaminya, miris nasibnya Fitri.
Hari-hari berikutnya Fitri lalui dengan bahagia, tidak ada lagi penyesalan yang ada kebahagiaan karena dirinya di percaya untuk memiliki titipan yang harus dia jaga. Awal kehamilan Fitri merasakan berat, tetapi semakin kesini Fitri menemukan kebahagiaan.
Waktu terus saja berjalan, bulan berganti bulan berikutnya. Tak terasa kehamilan nya sudah makin membesar, membuat gerak langkah nya terbatas.
Fitri menikmati kehamilan dengan rasa yang membuncah bahagia, tiap kali merasakan tendangan kecil di perutnya semakin membuat nya mengucapkan beribu-ribu rasa syukur.
Perpisahan itu membuatnya terpuruk, tetapi tidak untuk sekarang. Senyumnya terus saja menghiasi wajah cantiknya, wajah kemerahan karena kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih.
*
Di kamarnya Fitri tengah berbaring sesekali mengusap perutnya, perutnya tiba-tiba kontraksi. Kontraksi yang membuat otot di perutnya tegang, karena kontraksi di perutnya terus menerus.
"Kamu kenapa Nak?" tanyanya Fitri membelai lembut perutnya, sembari berbicara kepada sang buah hatinya.
"Hmm udah kangen ketemu Bunda ya."
Di usia kehamilan 8bulan, bobot tubuhnya semakin bertambah. Fitri masih melalui hari-hari nya dengan bekerja seperti biasanya.
"Kenapa perutku, mulas seperti mau BAB?
Kontraksi yang di alami Fitri semakin bertambah, dengan langkah kaki tertatih Fitri mencoba untuk meraih ponselnya untuk menghubungi sahabatnya Bima.
"Halow Bim, hiksss.. tolong ke kontrakan ku kayaknya aku mau melahirkan."
"Oke Fit, aku meluncur ke kontrakan mu!"
Sampai di rumah sakit Fitri langsung di tangani di ruang persalinan karena pembukaan nya sudah lengkap. Dengan perjuangan panjangnya akhirnya Fitri melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki..
Berulang-ulang kali Fitri menciumi putranya, tidak ada sejengkal pun yang luput dari ciuman. Tidak berselang lama Fitri tidak sadarkan diri, segala upaya sudah di lakukan perdarahan yang hebat dan penyakit penyerta Fitri tidak bisa di selamatkan.
Bima yang mendengar sahabatnya meninggal diam tergugu dengan matanya yang berkaca-kaca, rasanya tak percaya baby mungil yang beberapa jam di lahirkan tak memiliki ibu.
Setelah di makamkan, Bima membawa putranya Fitri untuk pulang ke kediamannya. Awalnya Papi dan Mami nya histeris putra tunggal nya membawa seorang bayi yang masih merah, selesai mendengar penjelasan Bima baru mereka tahu bahwa ini putra sahabatnya yang meninggal karena melahirkan.
*******
Bimantara Cakra laki-laki perawakan tinggi, gagah, rambutnya yang gondrong dengan di tumbuhi jambang-jambang halus di sekitar wajahnya. Tara sendiri merupakan Ceo Cakra Corp. Merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri, tuan Rudi Cakra dan Nyonya Sasi Cakra.
Memiliki seorang anak laki-laki yang kini berusia 3bulan, Bima mengadopsi anak tersebut karena wasiat sang sahabat yang meninggal akibat melahirkan.
Putra tampannya Bima beri nama, Biantara Cakra. Bayik gembul yang membuat Bima sendiri bertambah bahagia, Baby Bian adalah pelipur lara nya. Semenjak di khianati mantan kekasih, Bima lebih banyak menutup diri, waktunya habis untuk pekerjaan dan Baby Bian.
Bimantara Cakra belum pernah menikah, tetapi sayang nasib percintaannya tak semulus perjalanan kariernya. Tidak ada niatan untuk mempertahankan cintanya, perselingkuhan itu tak bisa Tara maafkan. Bukan saja hatinya yang Sakit, jiwanya juga terguncang dan ini semua menyangkut nama baik kedua belah keluarga.
Wajahnya yang rupawan adalah daya pikat tersendiri, siapa yang tidak kenal dengan pemilik perusahaan Cakra Corp. Pewaris tahta kerajaan bisnis milik tuan Rudi Cakra, yang kini di wariskan ke putra semata wayangnya seorang.
Ketampanannya duplikat Papi Rudy, sedang warna kulitnya menurun dari sang Mami yang mempunyai warna kulit putih. Beda jauh dengan Papi nya yang dominan ke warna kulit sawo matang.
Anggi Safitri merupakan sahabatnya Bima di bangku sekolah menengah atas, Bima sendiri pemilik tunggal Cakra Corp. Tidak di sangka pertemuan nya kembali membawa kabar yang kurang sedap, mendengar sang sahabat di ceraikan karena kesalahan pahaman membuatnya murka. Ingin sekali menuntut balik, lagi-lagi Fitri mencegahnya akhirnya Bima tidak bisa berbuat apa-apa?
Bima menyeka air matanya yang mengalir, mengingat sahabatnya membuat lagi-lagi tak tega. Tetapi ada sosok mungil yang harus ia jaga, sesuai amanat sang sahabat yang di tulis di secarik kertas. Kini Bima simpan rapi sebagai bukti bila ayah kandungnya ingin mengambil hak asuhnya.. Dengan kekuatan penuh Bima akan memperjuangkan amanah sang sahabat.
Tiga bulan sudah kepergian sang sahabat Angie Safitri, lebih akrab di panggil nama Fitri. Sama halnya Tiga bulan sudah usia Baby Bian. Terkadang seakan tak percaya bahwa dirinya sudah mempunyai seorang anak, Baby Bian panggilan keluarga untuk putranya, kesibukannya di kantor tak melupakan keberadaan Baby Bian, putranya yang di amankah kepada dirinya.
Papi Rudi dan Mami Sasi sangat menyayangi Baby Bian, Meski awal-awalnya sangat menolak putra semata wayangnya mengadopsi Baby Bian. Tetapi keinginan putranya yang gigih membuatnya hanya bisa menyetujui. Berjalannya sang waktu keduanya bisa menerima, membantu mengurus Baby Bian di kala Bimantara Cakra tidak ada di rumah.
Seperti sekarang ini Mami nya pagi-pagi sekali sudah berjemur memangku Baby Bian, ada senyum tipis di sudut bibirnya Baby Bian tiap kali Oma nya menggelitik perutnya.
"Cucunya Oma udah pintar banyak senyum, tahu ya ada Oma memangku Baby Bi." Ucap Mami Bima kala pagi itu di taman belakang untuk mencari matahari pagi di belakang rumahnya.
Saking gemasnya Oma Sasi menghadiahi kecupan manis bertubi-tubi di pipi montok cucunya. Baby Bi yang tahu keusilan Oma Sasi tertawa-tawa, menampilkan deretan yang belum tumbuh Gigi.
Tak Tak...., langkah kaki Bima memasuki halaman belakang, lengkap dengan setelan jas kantornya. Sebelum berangkat ke kantor Bima menyempatkan untuk menghampiri dua orang yang sangat berarti untuk Bima, mereka adalah hartanya, berliannya.
"Pagi Mi, pagi Baby Bi.." sapa Bima menyapa malaikat yang berarti untuk hidupnya, dan memberikan kecupan pagi untuk dua orang yang yang ia sayangi.
"Pagi sayang, masih pagi kok sudah rapi. Di lihat dulu jam berapa? takutnya jam mu bermasalah, nanti kamu di kira OB yang mau bersih-bersih." Tutur Mami Sasi yang merasa keheranan dengan putranya, karena tak biasanya dia rapi sekali pagi ini. Biasanya dia akan memanfaatkan waktu luang nya untuk bermain Baby Bi, tetapi tidak untuk pagi ini yang sudah siap memulai aktivitas nya.
"Bener Mi, sengaja berangkat pagi karena ada meeting dadakan nich! gimana penampilan putra mu ini, keren kan, ganteng kan." sahut Bima memuji penampilan nya. Siapa lagi yang memuji dirinya kalau tidak dirinya sendiri yang memujinya.
"Aku berangkat dulu Mi, titip Baby Bi." Ujar Bima berpamitan dengan Mami nya, dan tidak lupa juga berpamitan dengan putranya Baby Bi. Bima mengecup pipi Mami Sasi dan juga pipi montok Baby Bi. Mendapatkan kecupan dari daddy nya, baby Bi tertawa-tawa merasa senang.
"Iya sayang.."
"Dada...da..da.. daddy, kelja yang lajin ya bial bisa beli cucu dan jajan aku, daddy...." Mami Sasi meniru kan suara anak kecil, seolah-olah itu Baby Bi yang memberikan semangat untuk giat bekerjaa...
Bima menoleh ke belakang untuk melihat keduanya sekali lagi, sembari menyunggingkan senyum tipis untuk mereka yang Bima sayangi.
Sepeninggal Bima berangkat ke kantor, Mami Sasi memandikan Baby Bi, dan mengajaknya jalan-jalan sebentar di taman belakang menggunakan stoler.
"Oekkkkkk... oek..." tangisan Baby Bi melengking sampai wajahnya memerah padam.
"Cup Cup Cup, cucu Oma kenapa? haus ya, mau cucu sayang?" tanya Mami Sasi dengan tingkah lucu cucunya, semakin kesini malah semakin gemas dengan pertumbuhan yang sangat signifikan.
Baby Bi langsung tersenyum mendengar suara Oma nya menawarkan susu, seolah Baby Bi tahu bahwa dirinya sangat kehausan. Oma Sasi tidak kalah bahagianya, melihat sang cucu memberikan isyarat dengan suara tangis melengking.
Setelah menyu su menggunakan dot, Baby lama-kelamaan menutup kelopak matanya karena kekenyangan dan waktunya tidur juga. Oma Sasi pun tersenyum lucu, setiap hari main dengan baby Bi ada aja tingkahnya yang membuat hari-harinya berwarna.
*******
Bima sudah menyelesaikan meeting nya pagi ini, kini sudah berada di ruangannya sedang sibuk berkutat dengan banyaknya berkas yang menumpuk diatas meja kerjanya. Tidak tahu kenapa pagi ini, Bima sangat bahagia dan bersemangat memulai rutinitas nya di kantor, Bima juga banyak tersenyum tak seperti dulu yang irit bicara apalagi untuk secuil senyuman.
Tok Tok..., ketukan pintu dari luar membuat Bima mendongakkan kepalanya untuk melihat kearah pintu. Siapa yang mengutuknya? Sudahlah biarin saja entar kalau penting juga akan ketok-ketok lagi. Tidak berselang lama pintu kembali di ketok-ketok dari luar. Siapa?
"Masuk!" Ucap Bima dari dalam, tetapi Bima sendiri sibuk dengan pekerjaannya, tak menghiraukan tamu yang datang. Menurutnya pekerjaan lebih penting, daripada menerka-nerka siapa seseorang di luar?
Klekkk..., daun pintu di buka pelan. Kepalanya di lolong kan ke depan untuk melihat di dalam. Ada Bima yang masih sibuk dengan berkas-berkas nya, tidak ada siapapun di dalam kecuali pemilik Cakra Corp.
"Hi Bim, apa kabarnya? Sapa Leo Messi sahabatnya Bima waktu sama-sama berkuliah di luar negeri.
"Kamu! Kapan balik ke Indonesia kog tidak caling-caling dulu kalau mau main ke kantor, kan aku bisa menyiapkan semuanya hehe." Ujar Bima yang terkejut kedatangan sahabatnya, beberapa tahun terpisah akhirnya di pertemukan kembali di negara nya.
"Kamu makin tampan, Mess. Membuat ku pangling, tak seperti dulu yang suka urakan. Kata Bima mengingat masa lalu. masa dirinya masih tinggal di luar negeri untuk melanjutkan pendidikan nya.
"Masa lalu adalah pelajaran, kini aku bukan yang dulu lagi! Pahitnya kehidupan mengajarkan ku untuk merubah ke hal yang lebih baik, sampai lah aku seperti ini, Bim." Sahut Messi yang mengingat peristiwa kelamnya, kini dirinya sudah berubah. Sudah memperbaiki dirinya sampai Messi bisa kerja di perusahaan besar.
Bima sudah meninggalkan berkas yang menumpuk, kini keduanya sedang berbincang-bincang membahas masa lalunya. Masa dirinya bak abege muda yang masih mencari diri. Kini semua telah berubah, waktu, pengalaman mengajar kan untuk bersikap dewasa.
Di cafe cukup ternama ini, keduanya sedang menikmati makan siangnya supaya ngobrol nya semakin asyik. Bima juga sudah mengosongkan jadwal nya, memilih mejamu sang sahabat karena waktu tidak akan datang untuk kedua kalinya.
"Kamu makin tampan, sangat very handsome." puji Messi kepada Bima.
"Kamu juga Mess! sungguh aku sangat pangling lihat berubah penampilan mu, aku suka kamu yang sekarang, Mess." Puji Bima kepada Messi, dan mengacungkan dua jempolnya.
Mereka asyik mengobrol sampai lupa waktu, bahwa waktu semakin sore membuat keduanya berpamitan untuk mengakhiri pertemuannya kali ini. Berharap kelak keduanya akan di pertemukan lagi, entah kapan? setidaknya ada peribahasa Bila ada sumur di ladang, bolehkah kita menumpang mandi. Apabila ada umur panjang, bolehkah kita bertemu kembali. Peribahasa ini cocok untuk keduanya yang baru saja di pertemukan, dan akhirnya di pisahkan lagi karena mempunyai urusan masing-masing.
Bima baru saja berpisah dengan teman nya Messi, mereka mulai berteman semenjak keduanya menempuh pendidikan di negara yang sama. Mereka menghabiskan seperempat waktunya untuk melepas rindu, rindu akan persahabatan nya yang di mulai waktu bangku perkuliahan.
Tidak pernah terpikirkan dirinya akan berjumpa kembali dengan sahabatnya, padahal bertahun-tahun tak bertemu tak membuat keduanya saling lupa, atau tak berkomunikasi. Mereka masih berkomunikasi lancar, walaupun tinggal di kota yang berbeda.
Di dalam perjalanan pulang ke rumahnya ada setitik rindu, rindu akan masa lalunya waktu masih menempuh pendidikan di luar negeri. Banyak suka duka yang Bima alami, hingga bisa berproses menjadi Bima yang lebih baik lagi.
Pak Sapto merupakan sopir pribadinya Bima, mengemudikan mobilnya pelan karena itu permintaan Bima sendiri. Sesekali melihat di belakang kemudi, "tuan Bima merenung dan melamun kan sesuatu, tetapi apa ya?" Batinnya pak Sapto.
Tidak berani menegur majikannya, hanya mampu di batin di dalam hatinya. Pak Sapto kembali fokus pada jalanan, yang sore ini lalulintas nya sangat padat karena bertepatan dengan jam pulang kantor.
Jam pulang yang selalu memenuhi sebagian bahu jalan, jalan yang di penuhi dengan roda empat dan roda dua.
Sangat berjubel di area jalan, jalan pun beberapa kali tersendat karena banyaknya kendaraan yang berlalu lalang di jalanan.
"Sudah sampai Tuan." Ucap pak Sapto menyadarkan Bima yang tengah melalang buana kemana-mana? Tidak sadar bahwa dirinya sudah tiba di rumah dengan selamat.
"Hmm makasih Pak!" balas Bima yang tidak sungkan mengucapkan terima kasih karena sudah diingatkan, bahwa harus bisa menghormati orang yang lebih tua.
Bima langsung membuka pintu mobil lebih dulu, sebelum pak Sapto memutar badannya untuk membukakan pintu untuk majikannya. " Biar saya saja pak, lanjut pekerjaan bapak saja." Tutur Bima mencegah pak Sapto menenteng tas kerja nya, bukan. apa,? hanya Bima ingin membawanya sendiri tingkah beberapa langkah sudah masuk ke dalam.
"Assalamualaikum Mi, Baby Bi. daddy pulang." Sapa nya Bima mengucapkan salam, dan memanggil maminya dan Baby Bi yang habis mandi sore.
Bima langsung mengulurkan tangannya untuk mencium tangan Mami nya, baru Bima mengecup pipi putranya yang mirip bakpao saking montok nya. Baby Bi tertawa-tawa, tangannya meraih daddy nya untuk minta di gendong, tetapi di cegah Oma Sasi dengan alasan Bima pulang kantor otomatis masih banyak kuman yang menempel.
"Hushhh sana bersih-bersih dulu, kalau mau main atau tium-tium baby Bi." Tutur sang Mami mengusir putranya, seperti mengusir hewan peliharaan.
Baby Bi yang melihat Oma berbicara dengan bahasa asing baginya, malah membuat Baby Bi tertawa kesenangan, tangannya bertepuk tangan..
Seolah-olah Biantara tahu bahwa daddy nya pulang dari kantor, mendapatkan kemarahan Oma nya.
"Iya-iya Mi aku mandi dulu!" pamitnya Bima sebelum kanjeng mami murka, dan memilih meninggalkan dua orang yang menjadi prioritas nya saat ini.
Dari belakang ada Opa Rudi yang baru saja selesai mandi, harum sabun mandi menyeruak di indera penciuman nya.
"Tadi suara siapa Mi? ramai sekali sampai kedengaran dari kamar." Tutur Opa Rudi yang duduk di sebelah istrinya, dan Baby Bi berada di pangkuan Oma Sasi.
"Siapa lagi kalau bukan putra kesayanganmu, Pi." jawab Mami Sasi seperti ogah-ogahan, di karenakan Baby Bi selalu minta turun untuk duduk karpet di bawah.
"Kenapa sayang? mau duduk di sini ya! atau mau bermain dengan Opa!" Ujar Oma Sasi menunjuk ke arah karpet yang di gelar di sebelah ruang tamu, ada telivisi besar apabila kita ingin bersantai di ruang depan..
Si anak yang murah senyum selalu tahu apa yang di ucapkan Oma nya, Baby Bi langsung tersenyum dan tahu akan maunya untuk di letakkan di karpet. Setelah di letakkan Baby Bi banyak tingkah lucunya, mulai belajar tengkurap, miring, mengangkat kepalanya semua usahanya di lakukan dengan tenaga ekstra dengan wajahnya memerah. Lagi-lagi niat yang di susun dari pangkuan Oma nya, gagal sudah, sudah berusaha tetapi tidak ada yang berhasil.
Oekkkkkk... suara tangis Baby Bi memekakkan telinga dua Oma Opa yang sedang asyiknya mengobrol tanpa memperdulikan Baby yang sudah merah hitam di area wajahnya.
"Wkkkkwkkkk dia tahu Pi, bahwa kita menyuekinnya, dia cemburu tidak mendapatkan perhatian khusus dari kita..." Ucap Mami Sasi yang gemas dengan cucunya, yang tiba-tiba menangis karena di merasa di abaikan kedua Opa Oma.
"Dia lucu ya Pi, berasa kita punya bayik kecil nan menggemaskan."
"Hmm, kasih kode ya mau bikin Rudi junior numbeer one ya , Mi." goda nya Opa Rudi yang ingin tahu reaksi istrinya, bila mau Opa Rudi pun siap.
"Ngawur! ingat umur, kita sudah jadi Opa Oma, bukan pengantin baru lagi." cerocos nya Oma Sasi, pandangan nya sesekali melihat kearah sang cucu.
Mereka tertawa kecil mengingat masa lalu, masa Bimantara seusia Biantara. Pria kecil yang menjadi pusat dunianya, warna tersendiri untuk sehari-hari nya.
*
Pagi menjelang Bima sudah bangun lebih pagi, di karenakan pagi ini ingin bermain dulu dengan putranya dulu sebelum Bima berangkat ke kantor.
Di stoler yang khusus di rancang, dan limited edition. Tidak ada di perjual belikan secara bebas, hanya di produksi satu buah khusus pesanan keluarga Cakra, yang memiliki anak cabang dimana-mana? Siapa saja pasti mengenal Rudi Cakra? Selaku pemilik utama, terus di wariskan ke putra tunggalnya Bimantara Cakra.
Nampak sekali aura kebahagiaan terpancar di Baby Bi, menurutnya ini pagi yang indah bersama sang daddy. Baby Bi pun senyum-senyum, tertawa kala sang daddy sedang menggoda nya.
"Gantengnya daddy." pujian itu Bima berikan untuk putranya.
"Kesayangan Opa Oma.." sama halnya kedua Opa Oma selalu memanjakan memuji cucunya, pria kecilnya.
Mendengar nada bicara daddy nya, Baby Bi semakin melebarkan senyumnya. Kegirangan nampak sekali, di Kala Baby Bi memainkan kaki, tangan dan terkadang lidahnya yang menjulur lucu.
Bima menikmati perannya sebagai orang tua tunggal dari putra semata wayangnya, rutinitas yang padat tak membuat nya melupakan kewajiban nya sebagai ayah dan ibu tunggal.
Ada Mami Sasi yang setia membantu Bima dalam mengurus putranya, ada bibi yang di pekerjakan untuk bersih-bersih rumah, dan ada mbak khusus untuk Baby Bi. Meskipun masih tinggal satu rumah yang sama, soal kebur Baby Bi semua di tanggung oleh Bima selaku ayahnya Baby Bi.
Bila seperti ini rutinitas yang dapat membuatnya lebih tenang meninggalkan baby Bi. Ada Mami, ada mbak juga yang bantu-bantu di rumah menjaga Baby Bi. Setidaknya Mami tidak kecapekan, dan tidak semua di bebani ke Mami. Usia Mami semakin hari akan berkurang, tak selamanya Bima tergantung apa-apa sama mami. Sekarang dan seterusnya Baby Bi merupakan tanggung jawabnya.
Besok Bima akan melakukan perjalanan bisnis untuk meninjau proyek baru di Kota Surabaya. Semua barang bawaannya sudah di packing ke dalam koper, beberapa berkas juga sudah tertata rapi.
Rencananya esok hari Bima akan ke Kota Surabaya seorang diri, walaupun sendirian tak membuat nya gimana? karena ini urusan pekerjaan bukan pribadi, sang sekertaris di suruh di kantor pusat dan menghandle urusan kantor selama dirinya berada di Surabaya..
Bimantara sudah berada di kantor, di ruangannya. Di kursi kebesarannya yang didudukinya Bima sedang berfikir tentang kepergian nya besok, rasanya berat sehari saja tak berjumpa baby Bi. Ketawanya, senyumnya, menjulurkan lidahnya merupakan hobi baru Baby Bi seiring berjalannya waktu.
Klekkk..., daun pintu di buka.
"Hai bro, kenapa melamun gitu? ada yang salah sama pacar kamu yang berada diatas meja?" tanya Willi selaku sekretaris nya Bima. Mereka bersahabat dari bangku sekolah dasar, hingga dirinya menyelesaikan bangku perkuliahan, sampai bekerja di perusahaan yang sama. Kata peribahasa itu yang di namakan jodoh tak lari kemana hihihi...
"Enggak ada!" jawab Bima singkat.
"Terus kenapa melamun? pendiam tak seperti biasanya." curiga Will melihat gelagat atasan nya, tak biasanya Bima akan bersikap melamun begini.
"Enggak pa-pa, sedikit ngantuk! semalam aku bergadang sampai jam 2pagi. tak biasanya Baby Bi rewel, minta di gendong terus sama aku." Bima mencurahkan peristiwa semalam, menurutnya bergadang semalaman. Sebelumnya tak biasa Baby Bi akan manja sampai semalam.
"Mungkin Baby Bi tahu, kalau daddy tampan nya akan pergi kali." Ucap Will berasumsi sesuai apa yang pernah ia baca, tentang kedekatan anak dan ayah.
"Kalau begini, aku berat untuk meninjau ke Surabaya meninggalkan Baby Bi selama seminggu. Seandainya bisa di wakilkan aku memilih absen, dan kamu yang berangkat Will." Ujar Bima menerawang jauh ke depan, dan berandai-andai jika bisa di wakilkan Bima memilih tetap tinggal di rumah menemani Baby Bi.
"Makanya menikah Bim, biar Baby Bi ada yang jagain, kamu juga bisa fokus dalam bekerja."
"Menikah tak semudah membalikkan telapak tangan Will, aku kini berstatus duda anak satu. Kebanyakan yang mengejar-ngejar aku rata-rata karena statusnya seorang pengusaha, tidak ada yang murni tulus mencintai ku dan anakku, Will."
"Sabar sob, kamu orang baik pasti akan di pertemukan di waktu yang tepat, orang yang tepat menerima kamu dan Baby Bi, percayalah Tuhan maha adil."
Keduanya mengakhiri perbincangannya, mereka kembali ke mejanya masing-masing. Ada benarnya juga apa yang di ucapkan sang sahabat, aku semakin optimis memberikan ibu sambung untuk putra ku Baby Bi.
******
Di Kota Yogyakarta, Arunika sedang bekerja membantu sang ibu berjualan kecil-kecilan di sekolah. Sudah berulang-ulang Arunika memasukkan lamaran pekerjaan, tetapi sampai sekarang belum ada panggilan. Terpaksa Arunika membantu sang ibu yang berjualan di sekolah, yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.
"Alhamdulillah buk, penghasilan kita hari ini, semoga besok masih ada rezeki untuk kita makan, buk." Ucap Nika sapaan akrabnya di rumah. Nika mulai menghitung jumlah pendapatan hari ini, semakin banyak yang di jajakan semakin banyak pula pendapatnya.
"Iya Nika, semoga saja besok lebih baik lagi ya pendapatan kita, Aamiin." sahut Ibu Suryo selaku ibu kandung Arunika.
Berbicara tentang bapaknya Nika, beliau bekerja secara serabutan yang tidak jauh dari rumahnya. Sementara ibu dan Nika berjualan di sekolah, lumayan pendapatnya bisa untuk kebutuhan sehari-hari mereka...
Derrrtttttt...., Handphone Nika berdering di saku celana jeans-nya. Tertera nama budhe Siti, buru-buru Nika mengangkat panggilan dari budhe nya.
"Assalamualaikum budhe." sapa Nika.
"Waalaikumsalam, kamu di mana, Nik?"
"Dirumah budhe habis bantu ibu berjualan di sekolah, kenapa Budhe?"
"Gini Nik di tempat budhe kerja ada lowongan pekerjaan, karena mbak yang mengurus Baby Bi pulang kampung dan tidak kembali lagi. Apakah kamu mau Nik bekerja bersama Budhe." tawar Budhe Siti. Budhe Siti sudah menganggap Nika seperti putrinya sendiri.
"Mau Budhe!" jawab Nika penuh antusias. Walaupun bekerja tak sesuai ijazahnya tak apa-apa, yang penting dirinya punya gaji sendiri, setidaknya untuk keperluannya Nika tanpa merepotkan orang tuanya.
******
Bima sudah sampai Surabaya dengan penerbangan malam, sampainya di hotel Dee. Bima langsung membersihkan tubuhnya, dan merebahkan badannya untuk menghilangkan rasa lelahnyaa mengudara selama kurang lebih 2jam.
Setelah memejamkan kelopak matanya, Bima sudah memasuki ke alam mimpinya. Mimpi yang membuatnya semakin nyaman dalam tidurnya, tidak memperdulikan bahwa ponselnya berdering.
Yang Bima butuhkan sekarang adalah istirahat sebentar untuk menghilangkan rasa lelah. Untuk bisa kembali fit badannya sebelum esok hari, memulai pekerjaan untuk meninjau proyeknya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!