" Ini dia kita sambut kehadiran ibu Almira Sharman, kepada yang terhormat, dipersilakan naik ke atas podium untuk sambutannya."
Riuh tepuk yang ia dapatkan, bisik bisik sesama pengusaha yang memuji kehadirannya di atas podium.
Langkah kaki dengan high heels setinggi lima belas centi beriringan dengan deru langkah seorang Almira Sharman.
Senyum terbaik yang ia tunjukan apalagi sorot kamera dan pujian ia dapatkan tidak henti hentinya berdatangan.
Diatas podium, gemerlap seorang Almira sangat memukau, usai menyampaikan pidato singkat ya, ia kembali menerima sebuah penghargaan, dari seorang ketua Ciputri group.
Jika sudah ada penyerahan penghargaan, sudah dipastikan akan ada yang berbeda dari seorang Almira, menjadi seorang yang penting sekelas Ciputri group milik sang kakek.
Ketika selesai, semua para kolega dan pemegang saham berhamburan mengucapkan salam kepada sang bintang malam ini.
Sesosok pria yang ia tunggu sedari tadi dengan mengeraskan rahang wajahnya namun disambut dengan tatapan senyum elegant sang bintang
" Terimakasih atas kebersediaannya untuk datang, senang bertemu denganmu Elang Daniswara."
Merasakan dalam keadaan yang menahan amarah akibat banyaknya tamu kehormatan maupun kolega bisnis penting melihat wanita yang dahulu telah menghancurkan masa depannya.
apa yang akan terjadi pada kehidupan kedua yang pernah menjalin suatu hubungan tsb?
karya terbaru aku judulnya belenggu sang mantan menceritakan kehidupan pasca bercerai.
namun, apakah keduanya akan bersatu kembali? ataukah menemukan kebahagiaan yang lain?
silakan mampir ke Ig author : @yunirahma101 mengenai beberapa novel author yang ada disana.
happy reading saranghae 💜💜💜💜
garis miring merupakan percakapan berbahasa Inggris, bijak dalam berkomentar happy reading semua 💜💜
Kekecewaan terkadang datang dari orang sekitar, mereka tidak peduli seberapa kecewa kita kepadanya.
**********
Apa yang bisa kamu lakukan saat kalian tengah kecewa? Menangis? Merutuki kebodohan sendiri? Atau merasa paling tersakiti? Terutama ketika yang melakukan adalah orang terkasih keluarga sendiri, sanak keluarga yang sudah belasan bahkan puluhan tahun hidup bersama kita?
Semua dimulai ketika usia pernikahan menginjak angka hari kedua, empat puluh delapan jam.
Rasa manis yang ia terima sejak awal mengucap ijab qabul dimulai hingga usia pernikahan memasuki tahun kedua.
Tidak adanya perubahan antara keduanya masih mementingkan egois dimana tidak ada yang mengalah.
Sejak saat itu, wanita yang sudah mempertahankan mahram nya selama satu tahun, merasakan kesakitan lantaran pola pikir sang suami, yang hanya sendiri memperjuangkan ikatan suci didepan tuhan, harus rela separuh jiwanya.
Laki laki adalah pria brengsek yang hanya mampu berpikir mesum maupun **** tanpa memikirkan seorang wanita yang berjuang mempertahankan.
Ya hanya kesenangan dan nafsu.
Lihatlah.
Apa yang diri ini lihat ketika melepas semua kekecewaan dan pertahanan yang runtuh? Melihat kelabunya kehidupan yang membuat hati kesakitan.
Meskipun raga tidak berubah, tapi hati terluka karena sisi kelam itu mendominasi pikiran sang wanita dan menguliti setiap hidupnya yang ia jalani.
Cukup delapan tahun lalu.
Sembilan tahun sudah ia menyembuhkan luka yang menganga.
Merasa dihina dan tidak diinginkan
Cukup sudah.
Melalui sinar senja yang bersarang di kota Washington DC, ia menikmati dengan elegan segelas cocktail.
Menatap kota dari ketinggian dan merasakan keheningan sesaat sebelum akhirnya ia menyibukkan diri di negeri sendiri.
Kembali dalam dudukan dan melihat perkembangan bursa efek Jakarta atas saham perusahaan miliknya.
Miliknya yang ia bangun susah payah tentu dengan derai air mata meski itu awalnya pemberian dari sang kakek yang sudah sepuh dan akhirnya meninggal.
Sang kakek yang berjuang mempertahankan dirinya untuk diasuh dengan penuh kasih sayang
Namun sang kakek jugalah yang memberinya rasa sakit tak terbendung yang membekas seumur hidup yang memberinya pelajaran hidup berarti.
Bisakah aku membencimu kakek?
Tidak,, tidak akan mungkin ia membenci mendiang kakeknya yang setahun lalu berpulang karna mendengar kabar tidak sedap atas prahara rumah tangganya dengan sang mantan suami.
Apakah ia menjadi pembunuh kakeknya sendiri dan tidak menyadari? Tentu bukan ini bukan kehendaknya maupun keinginannya.
Cita cita yang selama ini ingin ia gapai dengan membangun rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah hilang begitu saja.
Tapi ia kini bangkit, sudahi air mata yang sedari dulu ia keluarkan sia sia.
Kini mulai dengan aksi membalaskan semuanya.
Menerawang kisah kelam masa lalu sebelum kembali rasanya …
"hei.. apa yang kau lakukan?" tanya Margareth pada Almira, Margareth adalah sahabat Almira yang membantunya disaat Almira terpuruk delapan tahun lalu, sehingga orang yang sangat berjasa dalam hidup seorang Almira Sharman.
Almira Sharman, wanita yang dikisahkan memiliki masa lalu kelam akibat penolakan sang mantan suami, wanita berumur tiga puluh lima tahun yang memiliki misi kembali ke negaranya memperlihatkan kekuasaan dan main power yang dimiliki.
"menikmati detik detik terakhir aku berada di kota ini, apa lagi?" Almira menyesap cocktail yang masih setengah gelas itu. menikmati padat kota tsb ditengah senja dari gedung pencakar langit yang menjulang tinggi.
kau yakin akan kembali ke negaramu? bukankah negara itu yang membuatmu penuh luka hingga saat ini kau masih saja memikirkannya?" pertanyaan Margareth membuat Almira tersenyum dengan elegan dan bangkit dari kursi yang ia duduki sambil memandang kota Washington DC, tekadnya terlalu kuat untuk kembali
" hei,, kau tahu aku tidak sekotor dan sependek itu pemikirannya mungkin aku memang akan kembali dan sudah mantap agar kembali kesana hanya untuk memperkenalkan seorang Almira Sharman yang dulu dengan yang sekarang jauh berbeda, aku yakin pria itu akan bertanya tanya siapa dia mengingat wajahnya sangat dominan. jika aku jahat dengannya, sudah aku pastikan ia tidak akan mengenali pria arogan itu tapi aku tahu bahwa didikanku selalu tepat."
" apakah kau akan mempertemukan pria mengesalkan itu padanya?"
" biar bagaimanapun ia berhak tahu siapa yang menciptakan dia kan?"
" lalu barang barangmu?" Almira hanya mendengus mendengar perkataan Margareth
"aku kembali ke Indonesia bukan berarti aku tidak akan kesini lagi bukan? lagipula nikmati saja apa yang ada apa kau akan mencari tempat baru setelah aku tidak disini? ckk jangan lakukan itu dengarkan aku hanya kau yang aku punya, jika kau mau tinggalkan Washington, ikut aku ke Indonesia," Almira menggenggam tangan Margareth meyakinkan agar ia mau meninggalkan pekerjaannya sebagai analis hanya saja ia sudah nyaman dengan pekerjaannya dan enggan untuk pergi padahal, tanpa bekerja ia masih bisa hidup enak dan layak hanya saja Margareth bukan tipe orang yang bisa berdiam diri dan menikmati, kerja keras sedari muda sudah membentuk karakternya.
"stop it, jangan membuatku gundah tentu jawabannya akan sama no, so kapan keberangkatan mu dengan dengan gadismu itu?" tanya lagi Margareth
" esok sore, kau jika tidak bisa tidak perlu mengantarku karna aku tahu seberapa sibuknya kamu belakangan ini,"
" hei.. apakah kau menggodaku? tidak akan aku lakukan pastinya mereka yang membutuhkan aku berani bertindak dan protes? sudah ku pastikan mereka akan kehilanganku," Margareth dengan percaya diri berkata demikian karena memang sebelumnya pernah ingin mengundurkan diri namun tidak diperbolehkan lantaran kinerjanya sudah sangat mumpuni bahkan sangking tidak ingin ditinggalkan perusahaan membayar gajinya dua kali lipat agar tidak jadi resign.
" nikmati hidup jika seperti itu," Almira memeluk erat sang sahabat yang telah berjasa untuk hidupnya beruntung memiliki teman seperti Margareth, sifat keras kepalanya membuat Almira belajar pendewasaan.
**********
Dengan diantar sang sahabat karib, keduanya melepas pelukan hangat tanda perpisahan
"Jaga dirimu baik baik ingatlah kembali jika kau membutuhkan sesuatu," Margareth memang seperti itu seperti itu, selalu mementingkan keinginan Almira maupun anak gadisnya.
Anggukan dan pelukan kembali ia berikan, menatap sang gadis kecil yang terlihat diam dan elegan, Margareth mensejajarkan tingginya "keponakan aunty jangan lupa sama aunty cantikmu ya," gadis kecil itu menganggukan kepala tanda mengerti atas apa yang dibicarakannya sahabat sang mama yang sudah dianggap kakaknya sendiri.
Perpisahan terjadi, keduanya melambaikan tangan dan masuk ke ruang keberangkatan.
Almira dengan seorang gadis kecil berusia delapan tahun lebih berjalan menuju bandara dengan koper besar masing masing.
"mam,, apakah kita tidak akan kembali ke Washington?" tanya gadis kecil tsb pada Almira
" hanya liburan sesekali tapi tidak untuk menetap."
" apa aku akan bertemu pria arrogant tsb?" yang dimaksud gadis kecil adalah pria yang diketahui sebagai ayah biologisnya
" jika kau ingin menemuinya, maka mama akan mempertemukan mu dengannya,"
" tidak, aku tidak butuh pria arogan yang memilih wanita kelas menengah bawah dibanding mama, kadang aku tidak mengerti apa kelebihan wanita itu," membuat Almira hanya menggelengkan kepala sekaligus tersenyum karakter dirinya sangat ditiru sang putri.
Gauri Sharman, putri tunggal Almira Sharman dengan sang mantan suami yang bernama Elang Daniswara, pria yang sepuluh tahun lalu dijodohkan oleh tetua lebih tepatnya kedua kakek mereka dengan alasan balas budi yang entah balas budi macam apa sehingga kedua insan yang tak saling memiliki perasaan harus terpaksa menikah.
Satu tahun mengarungi rumah tangga tidak ada ya perkembangan membuat keduanya memutuskan berpisah karna memang Almira selalu mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari sang mantan suami.
tbc
Beristirahat dua puluh empat jam setelah dua puluh satu jam mengudara dirasa cukup memulihkan tenaga.
Kini ia akan menghadiri sebuah acara yang mencetak sejarah untuk dirinya sendiri
" Ini dia kita sambut kehadiran ibu Almira Sharman, kepada yang terhormat, dipersilakan naik ke atas podium untuk sambutannya."
Riuh tepuk yang ia dapatkan, bisik bisik sesama pengusaha yang memuji kehadirannya di atas podium.
Langkah kaki dengan high heels setinggi lima belas centi beriringan dengan deru langkah seorang Almira Sharman.
Senyum terbaik yang ia tunjukan apalagi sorot kamera dan pujian ia dapatkan tidak henti hentinya berdatangan.
Diatas podium, gemerlap seorang Almira sangat memukau, usai menyampaikan pidato singkat ya, ia kembali menerima sebuah penghargaan, dari seorang ketua Ciputri group.
Jika sudah ada penyerahan penghargaan, sudah dipastikan akan ada yang berbeda dari seorang Almira, menjadi seorang yang penting sekelas Ciputri group milik sang kakek.
Ketika selesai, semua para kolega dan pemegang saham berhamburan mengucapkan salam kepada sang bintang malam ini.
Sesosok pria yang ia tunggu sedari tadi dengan mengeraskan rahang wajahnya namun disambut dengan tatapan senyum elegant sang bintang
" Terimakasih atas kebersediaannya untuk datang, senang bertemu denganmu Elang Daniswara."
Merasakan dalam keadaan yang menahan amarah akibat banyaknya tamu kehormatan maupun kolega bisnis penting melihat wanita yang dahulu telah menghancurkan masa depannya.
Persetan dengan wajah licik yang dulu ia kenal sedang menjelma menjadi seorang bidadari baginya tidak ada berubah.
Melihat keduanya bersitegang, semua yang menatap berdesas desus membuat suhu ruang menguap padahal pendingin ruangan begitu kencang.
" Aku harus pergi, selesaikan acara dengan laporan."
Saat melangkah pergi, sang sekretaris Johan memperingatkan " maaf tapi pak dua puluh menit lagi, akan ada makan malam dengan beberapa relasi maupun kolega," Elang tidak bisa berkutik, agenda rutinitas yang entah sudah sejak kapan berdiri yg paling penting jika seorang petinggi maupun tamu kehormatan datang berkunjung.
Lebih tepatnya kepala komisaris yang mengundang wanita itu.
Bukan ia tidak mau tahu, ia mencoba menuliskan ataupun membutakan mengenai perempuan yang sedang menjadi bintang utama tsb.
Ketua komisaris benar benar menyiapkan segala sesuatunya bahkan makan malam bersama kolega dan relasi sudah disiapkan dan yang dipilih adalah restoran dengan main menu masakan Perancis.
Bisa dipastikan, Elang tidak akan berbaur dengan pembicaraan maupun sekedar intermezo yang tercipta sesama relasi karena ia lebih memilih fokus pada makanan yang sedang ia nikmati.
Hanya anggukan dan senyuman tipis lah tanda ia menjawab pertanyaan yang terlontar.
Bukan Almira tidak tahu Elang tidak menyukai kedatangan nya, justru ia sedang menikmati keadaan yang telah tercipta sebuah kecanggungan besar.
" Tuan Elang Daniswara, apa anda membutuhkan sesuatu?" Almira seolah peduli dan semua orang yang sedang berswafoto ria maupun berbicara mengenai apa saja berhenti sesaat ketika melihat interaksi Almira dan Elang tercipta tanpa mau tahu siapa yang menciptakan terlebih dahulu
" Tidak terimakasih."
Dengan senyum tulus yang tercipta, semua memandang Almira dengan sopan dan tentu cara yang cantik, semua memujinya terkecuali Elang.
Mulai detik ini, saat ini kehidupan yang dahulu tenang, kini mulai terusik karena ia telah kembali.
Wanita itu telah kembali.
Masa lalu kelamnya telah kembali.
Entah siapa yang kini meneruskan luka yang sempat tertunda mungkinkah dirinya atau ia sendiri.
Memilih pergi setelah menyelesaikan makan malam penting dan menghindari senyuman indah namun mengerikan dari seseorang.
Dan disudut restoran, sang wanita tersenyum licik atas apa yang dirasakan oleh sang pemilik tubuh.
Jika dahulu, ia yang memberi luka, kini ia yang akan menciptakan luka nerakamu ada padaku.
*************
Bagi Almira, hidup berdampingan dengan senyum dan dihargai adalah suatu keharusan karena hidup sesama yang saling berdampingan di negeri Pertiwi tercinta adalah hal yang utama.
Tapi itu dulu, sebelum dia menyakiti, sebelum dia memberi luka, sebelum ia menyebutnya *******, perebut maupun hinaan dan pengusiran yang ia terima.
Bukan Almira yang polos, bodoh, tidak tahu apapun tentang rasa sakit.
Kini, Almira yang sekarang adalah Almira yang pernah ditorehkan luka, pernah diberi hinaan, yang takkan pernah bisa sembuh meski dirinya mencoba menutup mata dan telinga yang telah memberi luka tanpa darah yang menyisihkan masa kelam.
Ingatannya tentu akan abadi dan kekal mengingat kenangan yang takkan pernah bisa disalahkan.
Ingatan yang tertuju pada sosok penerus Daniswara grup sang pimpinan yang telah diberi mandat oleh temurun nya Daniswara grup.
" Permisi nyonya, diluar sudah ada pimpinan Daniswara grup dan Toshaba group."
Sang sekretaris bernama Aline memberitahu kedatangan tamu penting dan senyum mulai terbit tatkala mendengar berita membahagiakan itu.
Pintu lift terbuka menampilkan sosok anggun dan memukau, menggunakan dress hitam ditutup dengan blazer serupa, tubuh langsing nan menggoda mata para lelaki dan aura kecantikan yang ia torehkan kepada siapapun.
Langkah awal memulai sebuah genderang hanya menggunakan nama sakti sang kakek ia diberi mandat kuasa hanya untuk Almira Sharman.
Langkah heels yang beradu dengan lantai mengiringi kedatangannya ke ruang meeting private room yang disana sudah ditunggu tamu kehormatannya.
Senyum mengembang terbit saat berpapasan dengan seorang karyawan yang direkrut dan turut andil membesarkan perusahaan dan membantunya menjalankan bisnis selama ini, Sasongko Wijoyo.
Sosok Almira memang baru bagi kehidupan perusahaan sang kakek, wajar saja untuk pertama kalinya ia menginjakkan kaki di gedung kebesaran milik sang kakek yang sudah satu Minggu diberikan setelah pelantikan dan pemberian penghargaan sebagai direktur baru.
Banyak yang memujinya namun tidak sedikit yang mengunjunginya.
Tiba di sebuah ruangan yang tidak terlalu luas seperti ruangan main meeting namun cukup menampung sekitar sepuluh orang, pintu kaca ia buka memperlihatkan sosok seorang pria yang menatap intens dari seorang pemilik Toshaba, tidak adanya tanda kehidupan yang lain dari sosok yang duduk di masing masing sofa single, Almira pergi duduk didekatnya.
Aline meletakkan benda pipih berukuran sepuluh inci yang ia sengaja siapkan milik sang pimpinan dan juga beberapa berkas penting yang ada di meja, setelahnya ijin pamit dengan hormat.
" Cukup cantik dan berwibawa untuk ukuran pemimpin Ciputri group."
Senyum terbit dari bibir sang pelaku pemberi pujian, memang pria manly tersebut sudah dikenal di kalangan pebisnis yang bermain elite dengan wanita kalangan menengah keatas.
" Senang berkenalan dengan anda tuan Adiwilaga."
Balasan yang cantik dan memukau untuk ukuran pria sangar berbentuk manis setidaknya lebih cocok sebutan tersebut selain sebutan pimpinan Toshaba Group.
" Wah… senang bisa dikenal dengan wanita sekelas anda nyonya."
Riuh tawa yang tercipta sangat terkemuka dan tidak dibuat buat artinya semua dalam mode senang.
" Bagaimana dengan tuan Daniswara, tidak mungkinkan anda tidak mengenalnya?"
Tentu mengenalnya bahkan sangat mengenalnya.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!