NovelToon NovelToon

Rahasia Cinta

Air mata

Revan berjalan menghampiri Alikha yang sedang duduk dibangku taman.

"Ada apa? kenapa, pagi pagi mencari ku?" Revan lalu duduk disebelah Alikha.

"Ada sesuatu yang mau aku katakan." Alikha menunduk, ia kelihatan sedih.

"katakan." Revan mengangkat dagu Alikha agar Alikha menatapnya dan berhenti menundukan wajahnya.

"Aku hamil." Bagai mendengar suara petir jawaban Alikha membuat Revan terkejut. "Revan, aku mohon nikahi aku." Alikha memegang kedua tangan Revan.

"Maaf Alikha, aku tidak bisa." Revan memenjamkan kedua matanya.

Alikha melepaskan tangan Revan lalu Alikha berdiri dan ingin beranjak pergi, tanpa ia sadari air mata mengalir dikedua belah pipinya.

"Tunggu!" Revan berdiri mengikuti Alikha. "

"Ini untukmu." Revan memberikan sebuah kartu atm yang baru saja ia ambil dari dompetnya.

"Kodenya tanggal ulang tahunku, ambilah uangnya.kalau habis aku akan mentranfernya lagi, pergilah yang jauh dari kota ini.Aku tidak ingin ada orang yang tahu kalau kau hamil anakku."

Hati Alikha sangat sakit mendengar kata kata Revan, Alikha meraih tangan Revan dan mengembalikan kembali kartu atm milik Revan.

"Aku tidak butuh uangmu." Alikha menatap Revan dengan tatapan sendu dan kemudian ia pergi meninggalkan Revan begitu saja.

Malam harinya,

Disebuah pantai Alikha berdiri mematung, tiba tiba ia teringat Zeedan kakaknya. Zeedan adalah satu satunya keluarga Alikha.

Setelah ayah dan ibunya meninggal hanya Zeedanlah yang menyayangi Alikha.

Sejak Alikha berumur 10 tahun Zeedan sudah bekerja keras untuk membiayai hidup dan sekolah Alikha.

"Alikha sayang, meskipun ayah dan ibu tidak ada tapi kau masih punya kakak, kau harus hidup bahagia. Alikha, jadilah orang sukes agar kakakmu ini bangga."

perkataan Zeedan sering terngiang ngiang ditelinga Alikha.

"Maafkan aku kak Zeedan, aku sudah mengecewakanmu."

Pikiran Alikha kacau, ia tidak bisa membayangkan jika Zeedan tahu ia hamil sedangkan kuliahnya belum selesai.

Zeedan pasti akan hancur Sehancur hancurnya apalagi Revan tidak ingin bertanggung jawab, itu akan membuat Zeedan malu.

Alikha menarik nafas dalam dalam dan kemudian.

Byur..

Alikha sengaja menjatuhkan dirinya kedalam air.Ombak yang deras membawa tubuh Alikha semakin ketengah pantai dan kemudian tubuhnya menghilang bersama derasnya arus air dipantai.

"Alikhaaa"

Zedan terbangun dari tidurnya sambil menyebut nama Alikha.Zeedan mengambil foto Alikha yang berada diatas meja disamping tempat tidurnya.

"Alikhaaa kenapa kau Pergi? apa benar yang dikatakan orang, kalau kau sudah mati tenggelam dipantai." Zeedan menangis memeluk foto Alikha.

Sudah satu minggu Alikha menghilang dan Zeedanpun semakin yakin bahwa Alikha sudah meninggal.

Zeedan membuka pintu kamar Alikha,ia mencoba mencoba mencari tahu tentang adiknya, Zeedan merasa ada sesuatu yang disembunyikan Alikha.

Mata Zeedan tertuju pada sebuah buku harian yang berada diatas meja belajar Alikha.Zeedan tergerak untuk mengambil buku itu.

"Cihh, dizaman sekarang, masih adakah yang menulis buku harian." Zeedan penasaran dan membaca isi buku Alikha.

Revan aku sangat mencintaimu, tapi mengapa kau tidak mau menikahiku.Lebih baik aku mati bersama anak kita.

Bagai tertusuk pisau hati Zeedan terasa sakit membaca tulisan Alikha.

"Aaa..."Zeedan berteriak lalu melembar buku harian Alikha kedinding.

Buku itupun terjatuh dan bersamaan dengan jatuhnya buku itu ada selembar foto yang ikut terjatuh dari dalam buku.

Zeedan mengambil foto itu.Disana terlihat wajah seorang pria tampan dan dibagian bawah foto itu tertulis nama Revan Aditya.

Mata zedaan memerah, tatapannya menujukan amarah serta kebencian. Zeedan mengepalkan tangannya hingga foto Revanpun teremas.Dengan hati yang penuh dendam Zeedan melempar foto Revan ketempat sampah.

pertemuan

beberapa bulan kemudian

Revan sedang makan siang bersama Tasya pacar barunya, Revan terlihat menikmati makanannya sedangkan Tasya hanya terdiam dan sesekali meneguk minumanya.

Melihat ikan besar besar dihadapannya Tasya merasa sedikit kesal.Tasya memang tidak suka makan ikan, mencium bau amis ikan saja terkadang membuat Tasya mual.

"Aku ketoilet dulu." Revan hanya mengangguk ia sibuk menyantap makanan yang ada dihadapannya.

Brug..tanpa sengaja tasya menabrak seorang pria saat berjalan menuju toilet. Pria itu membawa segelas kopi, karena tasya menabraknya sebagian kopi pria itu tumpah kebaju yang ia pakai.

"Maaf" Tasya bermaksud membesihkan baju pria itu, tapi pria itu mencegahnya

"Tidak perlu." pria itu memegang tangan Tasya yang hampir menyentuh bajunya. pandangan mata merekapun bertemu.

"Jantungku, kenapa berdebar debar " dipandang seperti itu, dan disentuh tangannya seperti itu, membuat jantung Tasya berdetak lebih cepat.

"Tasya." terdengar suara Revan memanggil Tasya." Pria itu melepaskan pegangan tangannya. Tasya yang tadinya melamun menoleh kearah Revan " Udah selesai belum?" Revan terlihat marah

"Aku belum ketoilet" Tasya menjawab dengan malas

"Dari tadi belum? yaudah aku tunggu 5 menit kalau belum selesai juga aku tinggal." Revan lalu meninggalkan Tasya tanpa memperdulikan kehadiran pria itu.

"siapa dia?" pertanyaan pria itu membuat Tasya kembali menatapnya.

"Calon suamiku."

" Oh aku pikir bapakmu." Tasya tertawa saat pria itu mengira Revan adalah ayahnya.

"Apa Revan terlihat tua?"Tanya Tasya.

" Wajahnya terlihat masih muda,tapi jiwanya seperti orang tua. lihat saja bagaimana caranya memarahimu seperti kakek kakek saja."

Tasya kembali tertawa mendengar ocehan pria itu, melihat Tasya tertawa pria itupun ikut tertawa.

"Saat bersama Revan aku tidak pernah tertawa selepas ini. tapi didepan pria ini, kenapa aku bisa tertawa selepas ini.

"Rasanya sudah lama, aku tidak sebahagia ini,sejak Alikha meninggal aku seperti kehilangan semangat hidup,tapi didekat wanita ini kenapa aku bisa melupakan kesedihanku."

Suara hati mereka berbicara. Pria itu dan Tasya kembali saling menatap. sebelum akhirnya Tasya pergi meninggalkannya.

pria itu kemudian duduk tepat didekat jendela restaurant, dari dalam ia bisa melihat pemandangan diluar.

Pria itu melihat Tasya berjalan dibelakang Revan, Revan berjalan dengan cepat sehingga membuat Tasya setengah berlari mengikutinya.

"kau sudah membuat adikku mati. sepertinya kau tidak merasa bersalah, bahkan dengan mudahnya kau akan menikahi wanita lain."

pria itu mengepalkan kedua tangannya, raut wajahnya memperlihatkan amarah dan dendam. Pria itu ternyata adalah Zeedan.

"Kita lihat saja Revan, selama ada aku.Aku pastikan kau tidak akan pernah menikah dengan Tasya." Zeedan tersenyum dingin.

Jarum jam didinding kamar Tasya menujukan pukul tujuh malam, Tasya baru ingin tidur ketika Revan menelphonenya.

" Tasya aku ada diluar, cepat keluar! " Nada suara Revan terdengar seperti sebuah perintah

Tasya buru buru keluar dari kamarnya meskipun ia masih memakai baju tidur

Saat Tasya masuk kedalam mobil Revan langsung melajukan mobilnya.

"Tunggu! kita mau pergi kemana?"

"Makan." Jawab Revan santai.

"Tapi baju ku."

"Tidak apa apa, sebelum makan kita beli baju untukmu"

"sungguh berlebihan hanya untuk makan aku harus memakai baju baru." Tasya menggerutu dalam hati.

Mobil Revan berhenti disebuah butik mewah

"Ayo kita turun." Revan membuka pintu mobilnya.

Tasya dibuat kagum saat ia sudah masuk kedalam butik.

Bukan hanya bangunannya yang luas dan indah, baju baju dibutik itu juga membuat mata Tasya terpesona.

" Revan kita beli ditempat lain saja, baju disini pasti mahal." bisik Tasya

"kalau mahal memangnya kenapa? Kamu pikir aku tidak mampu membayar." Revan emosi mendengar ucapan Tasya.

"Bukan begitu akuu..." Tasya tidak melanjutkan kalimatnya ketika beberapa orang pelayan butik menghampirinya.

Keluarga Revan

Sesuai permintaan Revan pegawai butik memberikan Tasya baju yang indah.

Setelah itu mereka membawa Tasya kelantai dua, ternyata lantai dua adalah salon kecantikan.

Revan menunggu Tasya sambil memainkan ponselnya.

"Tasya" Revan terpana saat melihat Tasya turun dari lantai dua.

"Revan sebenarnya kita mau kemana? kenapa aku harus berdandan?"

"Nanti kamu juga tau." Revan tersenyum.

Revan meraih tangan Tasya, lalu ia berjalan mengandeng tangan tasya sampai didepan mobilnya.

"Silahkan masuk tuan putriku." Revan membukakan pintu mobil.

Tasya tersipu malu menerima perlakuan manis Revan.Tasya lupa kalau tadi ia marah dan menggerutu dalam hati.

Ditempat lain,

Dirumah keluarga Revan, semua anggota keluarga telah berkumpul.

Sarah putri pertama keluarga Aditya

Ia adalah kakak perempuan Revan. kemudian,

Celina dan David mereka adalah Anak dan suami Sarah. lalu,

Kiara adik perempuan Revan. Yang terakhir,

Pak Aditya dan Ibu Arumi orang tua Revan.

Mereka semua menunggu kedatangan Revan.

"Revan yang meminta kita berkumpul disini! tapi kenapa dia belum datang?" Sarah kesal.

"Kalau kakak tidak mau menunggu, pulang saja." Kiara mengejek.

"kamu" Sarah ingin membalas ucapan Kiara tapi ibu Arumi mendahuluinya.

"Sudah sudah! kalian ini, kalau bertemu selalu bertengkar." Ibu Arumi mengelengkan kepalanya.

"Selamat malam semua." Revan akhirnya datang.

"Kamu sudah datang." Ibu Arumi tersenyum bahagia.

"Karena Revan sudah datang kita langsung saja makan malam." Ucap pak Aditya.

"Sebentar pa, Sebelum makan aku ingin memperkenalkan seseorang. Tasya kemarilah."

Mendengar Revan memanggilnya, Tasya yang berdiri didepan pintupun masuk.

Apa apaan ini, kenapa Revan tidak memberi tahuku? kalau dia mau memperkenalkanku dengan keluarganya.

Perasaan Tasya tidak enak.

Meskipun gugup Tasya memberanikan diri untuk masuk.

Semua mata tertuju pada Tasya, suasana tiba tiba menjadi hening.

"Semuanya perkenalkan ini Tasya, Calon istriku"

Keluarga Revan terkejut, Revan yang selama ini dikenal suka mempermainkan perempuan tiba tiba datang membawa calon istri.

Ini pertama kalinya Revan membawa perempuan kerumah. Suasanapun kembali menjadi hening

"Mami aku lapar." Suara Celina memecahkan kesunyian.

"Baiklah karena celina sudah lapar, ayo semua kita makan. Kalian juga pasti lapar." Ibu Arumi mencoba mencairkan suasana.

Dimeja makan suasana masih terlihat kaku.

"Tasya, berapa umurmu?" Sarah memulai pembicaraan.

"23"

"Kamu masih kuliah atau kerja?" Sarah kembali bertanya.

"Kerja"

"Dimana?"

"Saya kerja diperusaahan Revan."

"Apa jabatanmu?"

"Saya hanya karyawan biasa."

Pertanyaan pertanyaan sarah

membuat Tasya merasa tidak nyaman.

"Kamu lihat ini." Sarah memperlihatkan foto dari hanphonenya pada Tasya, Kebetulan Tasya

duduk disebelahnya.

"Ini foto mantan Revan. Namanya Jenifer, dia dulunya model, sekarang dia ada diperancis untuk melanjutkan kuliah S2."

Sarah kemudian menggeser layar handphonenya.

"Yang ini Kely. Dia seorang dokter kandungan. mengangumkan sekali, diusianya yang masih muda dia sudah menolong banyak perempuan untuk melahirkan." Sarah menunjuk satu foto lagi.

"Dan yang ini "

"Cukup ka! " Revan berdiri ia sangat marah.

Tasya ikut berdiri.

"Maaf, saya harus pulang permisi." Merasa tidak enak hati, Tasya pergi meninggalkan ruang makan.

Revan kemudian pergi menyusul Tasya.

Sementara itu diruang makan,

"Apa kakak puas" ucap kiara

"Apa maksudmu?"

"Karena kau, calon istri ka Revan pergi."

"Aku tidak menyuruhnya pergi." Sarah tidak merasa bersalah.

"Pantas saja ka David sibuk kerja dan jarang pulang. Mungkin ka David tidak betah dirumah, karena sikap kakak." Ucapan Kiara membuat Sarah tersinggung.

"Maaf, sepertinya Celina mengantuk, saya pulang dulu."

David berpamitan lalu ia segera mengajak Celina keluar, Ia tidak ingin Celina melihat ibunya bertengkar.

Sarah marah ia ingin menampar Kiara tapi

Pak Aditya mencegahnya.

"Sarah! apa kau senang mencari keributan"

Pak Aditya setengah berteriak.

Ibu Arumi juga melihat sarah dengan tatapan sinis.

Merasa tidak ada yang membelanya Sarah akhirnya pergi dengan marah.

Sarah menghampiri David yang sudah menunggunya dimobil.

"Kau ini! membuat aku malu saja, lain kali jangan bertengkar lagi dengan adik adikmu." David menasehati Sarah.

"Aku ini istrimu seharusnya kau membelaku."

"Sarah, kau itu jauh lebih tua dari Kiara, apa kau tidak malu bertengkar dengannya? dan mengenai Revan, sebaiknya kau tidak mencampuri urusannya, siapapun perempuan yang dia pilih itu adalah haknya."

"Berhenti!" Sarah mulai marah.

David menghentikan mobilnya ia tidak ingin celina terbangun karena mendengar suara keras Sarah.

Gadis kecil berusia lima tahun itu tertidur pulas sehingga ia tidak mendengar pertengkaran kedua orang tuanya.

Sarah keluar dari mobil, awalnya David ingin mengejarnya tapi karena lampu merah David mengurungkan niatnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!