Gelapnya malam tanpa cahaya rembulan yang menyinari sebuah jalan gang buntu yang tak pernah dilewati siapapun lagi. Dua orang pria tersudut dikepung oleh sekelompok preman.
Pria berbadan tinggi 185 cm dengan berat 150 kg tengah kelelahan, ia bertupang dengan lututnya, bibirnya tampak pucat kebiruan karena kelelahan berlari sejak tadi. Ia bernama Qiram Candra.
Pria disebelahnya bernama Lil O Napitupulu, memiliki kulit sawo matang, tinggi 170 cm dengan berat badan 60 kg.
Lil O melilitkan jacket, membungkus tangannya membentuk tinju. “Cepat berlari ke sana! Aku akan menghalangi mereka!” Ia mendorong Qiram ke samping, ke lubang pembuangan air selokan, satu-satunya jalan yang mungkin bisa menyelamatkan mereka berdua.
Lil O melempar apapun yang bisa menghalangi langkah preman yang mengepungnya, kemudian juga ikut melompat ke dalam lubang pembuangan air selokan, menyusul Qiram.
“Cepat!” Lil O menarik Qiram.
Tak lama akhirnya mereka sampai, mereka keluar dari lubang itu, tepat di trotoar.
“Heh, akhirnya tikus keluar juga dari sarangnya!” ucap seseorang mengejek. Mereka tengah berdiri di atas, menatap Lil O dan Qiram yang hendak naik dari lubang selokan.
Tubuh Qiram dan Lil O langsung ditarik paksa oleh mereka. Lil O melawan! Sehingga bisa membuat Qiram terlepas.
“Lari Qiram! Aku akan menghajar mereka!” teriak Lil O. Ia memukul semua orang membabi buta, tanpa arah!
Qiram sigembrot pengecut itu berlari, berlari sekuat tenaga yang ia mampu, namun ia kelelahan dan terjatuh, sedangkan ia tetap saja tertangkap karena tak sanggup lagi berlari. Matanya terbelalak saat melihat Lil O berlumuran darah, ia di pukul dan ditusuk dengan senjata tajam.
Pemuda yang bernama Lil O itu, masih saja melawan dan berteriak di ujung pernafasannya.
“Se-la-mat-kan di-ri-mu Qi-ram ....” ucapnya lemah, lalu terjatuh tergeletak bersimbah darah.
“Lil O!!!” teriak Qiram terhenyak.
“Ahahaha! Bagaimana? Ini akibat membangkang padaku!” Ketua kelompok itu tertawa, ia berjalan mendekat ke arah Qiram.
Ia mengangkat pisau yang berlumuran darah itu mengarah pada Qiram, “Rasakanlah kematianmu, agar kau lekas bersua dengan dia, di alam baka!”
Lalu menusuk perut Qiram dengan kejam!
“Beginikah rasanya kematian...”
Qiram perlahan merasakan pandangannya perlahan-lahan menjadi gelap, begitu banyak penyesalan dalam hidupnya, tak bisa lagi untuk diperbaiki karena hanya percuma!
“Semua sudah terlambat, kecuali diriku memiliki kemampuan dan bisa memutar waktu ... pikiran bodoh apalagi yang kupunya sekarang?” rutuknya.
Qiram merasa dalam kegelapan, seluruh tubuhnya terasa amatlah sakit, pedih menyayat-nyayat. Namun, perlahan-lahan rasa sakit itu mulai menghilang, mungkin menandakan sebentar lagi nyawanya akan dicabut Sang Pencipta.
“Ibu, Ayah, Lil O, maaf ... aku datang menyusul kalian juga, aku tak bisa menyelamatkan diriku sendiri...”
Qiram sudah pasrah dan rela, apa lagi yang harus ia pertahankan di dunia yang kejam ini. Tetapi sebuah cahaya kuning keemasan muncul dihadapannya.
“Oh, apakah ini yang disebut pintu kematian? Tempat dimana roh pergi?”
Cahaya kuning keemasan itu semakin membesar mendatanginya, Qiram mengamati cahaya itu lebih jauh, cahaya itu semakin dekat, dan mengenai dirinya, saat cahaya itu mengenainya, cahaya itu seolah masuk ke dalam tubuhnya.
Tubuh Qiram bergetar hebat, seperti ayam yang baru saja dipotong lehernya. Cahaya itu hanya dilihat oleh dirinya sendiri, sehingga sekelompok preman itu pergi meninggalkan jasad Lil O yang sejak tadi telah tak bernyawa dan Qiram yang sedang kejang-kejang, darahnya menyembur-nyembur.
Seluruh tubuh Qiram merasakan kesakitan penuh, hingga terdengar sebuah suara.
“Ini adalah hadiah paling terakhir untukmu, Nak. Tolong jaga baik-baik kali ini, jangan kau sia-siakan lagi. Ini adalah kesempatan terakhirmu.” Cahaya kuning keemasan itu mulai menunjukkan dirinya.
“Guci emas pemberian ibu...”
Tak lama, cahaya itu mulai menghilang kembali, rasa sakitpun mulai mereda. Perlahan, Qiram merasakan tetesan air membasahi tubuhnya, suara petir menggelegar.
“Qiram! Qiram!” Terdengar suara memanggilnya.
Ya, di sinilah Qiram sekarang. Di pinggiran kota Diamond, ia terbaring di ranjangnya yang telah usang. Perlahan bola matanya bergerak, melihat sekitar, kemudian tersadar.
‘Ini ... aku hidup kembali?’ gumamnya.
Qiram melihat sekeliling dengan tatapan terkejut. Di saat bersamaan Lil O sedang mengompres kepalanya dengan handuk basah. Lalu, ada seorang wanita menatapnya juga.
“Kau sudah bangun, Qiram? Apa kepalamu masih pusing?” tanya Lil O.
“Tidak terlalu!” Qiram mencoba bangun dari tidurnya, perlahan duduk di atas ranjangnya.
“Qiram, aku sangat mengkhawatirkanmu.” Suara wanita di samping Lil O manja menyapa Qiram.
“Woy, Lil O, Qiram! Keluar, woy!” terdengar teriakan seseorang dengan menggedor-gendor pintu.
“Heh! Kalian siape?! Ngapaen lu pade ngegedorin rumah gue kuat-kuat?! Lu pada ada duit, ganti ni pintu?! Hah?!” Seru seorang perempuan berdaster yang masih menggunakan rolling pink dirambutnya.
“Eh, Mpok Linda. Anu Mpok, ane mau ngomong same Lil O same Qiram.” jawab salah satu kelompok preman yang menggedor pintu kontrakan Qiram.
“Kalo lu pada mo ngomong same Qiram dan Lil O, ngomong baik-baik aje, kagak usah gedor-gedor pintu gue kuat-kuat. Ntu dua anak belum bayar sewa kosannye ama gue dah dua bulan, jangan bikin gue tekor lagi!”
“I-iye, Mpok!”
Terdengar suara gaduh di luar pintu, sepertinya seseorang yang memanggil Qiram dan Lil O tadi ditegur pemilik kosan ini.
“Ternyata ... hari ini!”
Qiram teringat, tepat hari ini, hari sialnya terjadi, sejak ia bangun tadi, semuanya sama, pertanyaan, perlakuan Lil O dan wanita di hadapannya ini.
Ia mengedarkan pandangannya. Ia melihat kotak yang diberikan ibunya masih utuh, belum ia buka. ‘Hari ini adalah penentuan keberuntungan hidupku! Aku tak akan menyia-nyiakannya!’
Qiram masih ingat dengan sangat jelas, wanita yang berada dihadapannya ini bekerja sama dengan pria yang menggedor-gedor pintu kosannya itu. Wanita ini berpura-pura simpati dan jatuh hati padanya, hingga membuat ia melayang tinggi.
Memanjakan wanita ini, membelikan ini dan itu hingga terlilit utang yang sangat besar pada rentenir. Ia juga menjebak Lil O, seolah pria itu juga menginginkannya, membuat hubungan Qiram dan Lil O renggang.
Wanita itu masih tak puas, ia membuat persahabatan Qiram dan Lil O hancur, sehingga Lil O pergi meninggalkan Qiram yang sedang mabuk cinta berat pada wanita itu. Setelahnya, wanita itu memutuskan Qiram secara sepihak dengan tumpukan hutang yang sangat banyak.
Qiram tak terima, ia terus mengemis cinta, hingga ia menyaksikan sendiri bagaimana wanita itu dengan kejam mengakui sendiri perbuatannya, ia hanya memanfaatkan Qiram, semuanya sudah direncanakan sebelumnya, lalu ia bercinta di hadapan Qiram dengan sengaja bersama pria itu.
Pria itu bernama Soleman. Ketua preman di kawasan mereka tinggal. Kekasih sebenarnya wanita itu.
Setelah itu, dengan sekejap mata, Qiram menjadi sangat terpuruk, kehidupannya begitu tragis, ia dikejar-kejar rentenir, kemudian dijadikan objek bullyan. Untungnya sahabat sejatinya kembali, Lil O memaafkannya dan membawanya pergi dari tempat ini.
Tetapi sialnya, seolah Soleman ada dendam yang belum tuntas, ia selalu mengganggu dan meminta orang-orang untuk menjahati mereka berdua, para rentenir yang tak segan-segan menghajarnya, kemanapun mereka pergi, bahkan hingga dua tahun berlalu, mereka masih dapat menemukan persembunyian Lil O dan Qiram, hingga mereka berdua dibunuh hari itu, saat melarikan diri.
...*************...
‘Ibu ... aku pasti akan menjaga hadiah pemberian Ibu kali ini. Lil O ... aku berjanji, kau adalah sahabat sejatiku, sedih, senang, aku akan selalu bersamamu!’ Mengingat ini, Qiram sangat sedih.
Hadiah Ibunya terpaksa ia jual demi wanita dihadapannya ini, Gucci emas yang harganya cukup mahal. Uang dari penjualan Gucci itu semuanya untuk wanita itu berbelanja sepuasnya.
“Qiram, kenapa kamu melamun? Apa kamu mau makan? Aku ambilkan, ya?” tawar wanita itu.
“Tidak! Lil O minta tolong ya, ambilkan aku air hangat.” pinta Qiram menatap sahabatnya.
“Ah, biar aku saja.” Tangan wanita itu mengelus bahu Qiram lembut.
Expresi Qiram langsung berubah, jijik, ingin muntah, ia bahkan menghapus jejak tangan wanita itu dibahunya. Saat wanita itu beranjak pergi, Qiram terus mengingat, semua adegan sama persis. Ia bukanlah bermimpi, tetapi hidup kembali, ia diberi kesempatan untuk memperbaiki kehidupan kelam sebelumnya.
Wanita ini dipanggil dengan nama Lenggo, pinggulnya yang penuh berisi seperti gitar Spanyol, bergoyang ke kiri dan ke kanan, berlenggak-lenggok. Nama asli wanita ini sebenarnya adalah Jingga Mutiara.
“Lenggo, percayalah, aku akan membuat perhitungan denganmu! Aku akan mencari bukti hubungan kalian secepatnya!” Pada saat ini, Qiram menoleh ke arah pintu penuh dendam, dimana punggung Lenggo tadi bejalan melenggak-lenggok ke dapur untuk mengambilkan ia air hangat.
Tak lama, Lenggo masuk dengan membawa segelas air putih hangat. Sikapnya yang ramah dan lembut, benar-benar akan membuat pria manapun tertipu, apalagi Qiram dikehidupan masa lalu, pria berbadan bongsor yang tak laku itu. Pria yang tak pernah berkencan dan merasakan ciuman pertama, tetapi melihat wanita yang sangat ia cintai bercinta didepan matanya!
“Ini air hangatnya Qiram, minumlah dulu.” Ia menyodorkan minuman itu dan hendak membantu Qiram.
“Aku bisa sendiri.” Qiram bersusah payah bersandar dan minum.
“Qiram, kenapa kamu bisa terjatuh? Keningmu masih terlihat memar.”
“Tidak kenapa-kenapa, badanku besar sehingga tak bisa menopangnya saat tegelincir.” sahut Qiram.
“Oh. Kalau begitu, saat kamu kemana-mana hubungi aku saja ya, biar aku temani kamu.” Lenggo langsung meraih buku kecil di dalam tasnya, membuat nomor hpnya, lalu menyodorkan kertas itu pada Qiram.
“Ini nomor hpku, hubungi aku ya! Aku menunggunya.”
Qiram mendengus dalam hati, kejadian ini sama persis! Bahkan ia bisa mengingat setelah ini, ia akan pura-pura tersandung dan terjatuh ke tubuhnya, dengan sengaja menggesekkan dadanya yang montok ke tubuh bongsor Qiram. Membuat ia menjadi terpesona dan ingin mendekatinya.
Ya, semua itu terjadi! Namun kali ini, Qiram tak lagi terpesona, ia malah jijik. Sebegitunya wanita itu ingin menjebaknya!
Wanita itu bersikap malu-malu, “Maaf, maaf, ya, Qiram, kakiku terpeleset.” ucapnya berdiri.
Di kehidupannya yang lalu, Qiram dengan gugup akan mengatakan maaf juga, lalu berteriak histeris setelah kepergiannya.
“Kalau begitu, aku pulang dulu, ya. Permisi!”
Di kehidupan kali ini, Qiram tak melihat sedikit pun, mengabaikan kepergian Lenggo.
“Iya, makasih Lenggo sudah menjenguk Qiram, sepertinya kepalanya masih sakit.”
“Iya, kapan-kapan aku datang lagi.” ucapnya tersenyum ramah, kemudian berlalu pergi.
“Heh! Kau kenapa Qiram? Kenapa kau mengabaikan gadis pujaanmu itu? Bukankah kau sangat menyukainya?” tanya Lil O menatap Qiram.
“Keberuntungan sepertinya berpihak padamu hari ini, gadis pujaanmu datang menjengukmu, mengambilkan air minum untukmu dan memberikan nomor hpnya.” lanjut Lil O lagi.
“Aku tidak peduli dengannya, aku hanya peduli denganmu dan perubahan hidup kita.” jawab Qiram.
“Kau kenapa? Tidak bertambah parah 'kan?” Lil O merasai kening Qiram. “Keningmu tak panas, hanya sedikit memar, apa saraf otakmu rusak?”
“Aku tidak tertarik dengan pria, aku masih normal!” lanjut Lil O lagi.
Qiram tergelak.
“Ayo, kita harus segera pergi dari sini!” Qiram berusaha bangkit. Ia memaksa tubuhnya bangun.
“Pergi kemana?” tanya Lil O bingung.
“Ayo kemasi barang-barang kita!” Qiram mengambil tas sandang belakangnya, mengisi dengan beberapa pakaian penting, lalu ia masukkan bingkisan kado dari ibunya yang belum dibuka, namun ia tahu isinya adalah guci emas.
“Cepatlah Lil O, jangan berdiam diri menatapku saja!”
“Qiram, kamu tidak apa-apa 'kan? Mau kemana kita? Kita tidak memiliki uang,” kata Lil O menatap Qiram khawatir sekaligus cemas.
“Kita harus segera pergi sebelum Bang Soleman datang dan menghajar kita!” tegas Qiram pada Lil O.
Ia tatap sahabatnya itu serius. “Kali ini, percaya padaku, ayo, kita harus kabur dari sini, hari ini juga!” pinta Qiram meyakinkan.
Dikehidupan yang lalu, Soleman sengaja datang ke kosant, menagih hutang yang tak pernah dipinjam Qiram, ia membawa semua yang dimilki Qiram dan Lil O untuk dijual, bahkan pakaian pun masih ia jual untuk pakaian seken di pasar pada penadah seken.
Bahkan ia mengambil paksa semua celengan ayam milik Lil O juga. Soleman tak segan-segan memukul Lil O dan Qiram, hingga membuat tangan Qiram patah.
Saat itu, Lenggo berpura-pura simpati, ia menghibur Qiram, sampai menghasut Qiram untuk menjual peninggalan Ibunya setelah melihat Qiram membuka bingkisan itu. Dengan keadaan Qiram yang sudah cacat, ia berpikir Lenggo benar-benar tulus padanya, wanita lembut yang sangat baik, ia pun menjual guci itu pada pembeli yang mengoleksi guci-guci.
Guci itu dibeli dengan harga yang cukup mahal, hiasannya emas dan model lama, ‘Bahannya juga berkualitas,’ begitulah kata pembeli memuji guci miliknya. Semua uang itu diambil Lenggo, ia berbelanja sepuasnya tanpa menyisakan untuk Qiram.
‘Dikehidupan sekarang, aku tak akan mengulang kesalahan yang sama! Jika bisa menjauh dan menghindari, itu lebih baik!’
Lil O dan Qiram pergi kabur dengan cara mengendap-endap sampai di jalan raya.
“Woy, Qiram! Lil O! Gangs, itu Qiram dan Lil O, mereka bawa tas!” teriak seseorang pada kelompoknya dikejauhan.
‘Tuhan, selamatkan aku dikehidupan kali ini...’
Baru saja Qiram berdo'a, bus umum berhenti dan mereka berdua pun naik ke atas bus itu.
“Apa-an lu teriak-teriak, berisik tau!” maki temannya.
“Aku lihat Qiram dan Lil O tadi, mereka naik bus!” jelas pria itu.
“Mana? Aku bahkan tidak melihat bus sama sekali! Awas kau menggangguku lagi! Aku mau tidur!” ancam teman satu gangsnya.
Ia akhirnya memilih diam, mungkin saja ia salah lihat, pikir pria itu.
Qiram melihat ke arah belakang dari kaca mobil. ‘Syukurlah karena tak ada yang mengikuti langkah kami!’ gumam Qiram.
Beberapa jam kemudian, bus berhenti di terminal.
“Kemana lagi kita Qiram?” tanya Lil O bingung.
“Ayo, kita cari kos-kosan murah, ruli juga tak mengapa!”
Mereka berjalan menyusuri jalan, mencari kosan murah, hingga mereka menemukannya dengan sewa paling murah sebulan 200 ribu rupiah, hanya satu buah kamar berukuran 3x3 meter. Sempit!
“Tunggulah di sini, aku akan mencari mie untuk kita makan. Kau terlihat sangat kelelahan.” pinta Lil O.
Qiram mengangguk, ia kemudian mengeluarkan bingkisan dan membuka bingkisan dari ibunya. Isinya benar saja, sebuah guci emas yang cantik.
Qiram memeluk guci emas itu. “Aku akan bekerja dan menghasilkan banyak uang, aku tidak akan hancur seperti kehidupan sebelumnya.”
“Permintaan Anda dikabulkan, Tuan! Selamat, mulai hari ini Anda sudah bisa bekerja!” Terdengar suara aneh, entah dari mana. Qiram tercengang, menengok ke kiri dan ke kanan.
Tring! Terdengar benda jatuh dari guci yang ia peluk jatuh ke lantai.
Qiram melihat sekeping emas yang terjatuh dilantai.
“Emas batang?!” ucapnya, kemudian ia langsung mengambil emas batangan itu.
“Program telah diaktifkan, Anda telah menyetujuinya, Selamat Tuan! Anda berhak memiliki emas ini selamanya, kerjakan tugas Anda, mulai dari sekarang!”
“Anda harus menyelesaikan pekerjaan Anda, berjalan sebanyak 70 ribu langkah selama seminggu. Setiap langkah Anda akan digaji 3000 rupiah. Jika Anda menyelesaikan tugas tepat waktu, akan mendapatkan hadiah, sedangkan jika Anda gagal, Anda akan mendapatkan hukuman. Tugas dimulai dari sekarang berakhir 6 hari mendatang tepat jam 00.00!”
Qiram lama terdiam, mendengarkan suara itu, kemudian menengok ke kiri dan ke kanan.
Ia meletakkan guci emas dengan hati-hati, lalu mengusap kepingan emas yang ia pegang, ia gigit emas itu untuk menguji keasliannya.
“Ini beneran emas?!”
“Emas siapa? Kenapa tiba-tiba ada emas? Ah, sudahlah, tidak perlu punya siapa, karena aku yang mendapatkannya, berarti punyaku!” gumam Qiram.
“Kamu gak apa-apa, Qiram?” Lil O bertanya saat ia baru masuk melihat Qiram tersenyum sendiri.
“Iya, ada emas dihadiah terakhir ibuku.” jawab Qiram sambil menyodorkan kepingan emas pada Lil O.
“Wah, kita bisa menjualnya untuk keperluan kita sampai dapat kerja!” seru Lil O antusias melihat emas itu.
“Iya. Apa kau jadi memesan mie?” tanya Qiram, perutnya sudah mulai keroncongan.
“Iya. Mba warungnya sedang masak, nanti juga diantar kemari!”
~~
Keesokan harinya, Lil O dan Qiram pergi ke pasar dengan berjalan kaki, demi penghematan dan Qiram juga ingin kurus, ia tak ingin lemah, tak bisa lari karena berbadan gembrot seperti kehidupannya yang lalu.
Mereka mencari toko emas dan menjual emas batangan itu.
“Wah, Qiram, kita punya banyak uang! Kita sudah bisa membeli peralatan seperti kompor, penanak nasi dan lainnya, bahkan masih bisa kita tabungkan!” seru Lil O senang.
“Iya, ayo, kita beli barang-barang yang dibutuhkan lainnya!” jawab Qiram bersemangat.
Mereka membeli beberapa peralatan seperti tikar dan bantal, kipas angin, penanak nasi, beras dan kompor. Kamar itu semakin sempit karena telah di isi banyak barang.
Keesokan harinya, Qiram memilih tiduran di kamar kost, Ia hanya berjalan sedikit untuk olahraga ringan, sedangkan Lil O mencari kerja disekitar, mungkin saja ada lowongan kerja sebagai angkat semen juga tak apa, yang penting pekerjaan.
“Pemberitahuan, Anda sudah menghabiskan waktu tiga hari, Anda baru melakukan pekerjaan Anda 500 langkah, belum mencapai target!”
Qiram kembali menengok ke kiri dan ke kanan mencari sumber suara, tetapi tak ada, hanya dirinya seorang yang ada di sini.
“Suara barusan, suara apa, ya? Mirip sekali dengan suara saat aku menemukan emas batangan!”
Selama 5 hari, Qiram memilih tiduran di kosan dan berjalan beberapa langkah untuk olahraga ringan, karena tidak ada pekerjaan yang sanggup ia kerjakan disekitar, sedangkan Lil O menjadi buruh tukang angkat di pasar pagi.
Qiram berjalan mengambil air minum. Ya, ia hanya melakukan pergerakan ringan seperti mengambil minum itupun hanya beberapa langkah.
“Selamat, Anda telah menyelesaikan seribu langkah, Anda akan mendapatkan 3.000.000 rupiah, selamat menikmatinya. Anda harus menyelesaikan 69.000 langkah lagi!” Terdengar kembali suara itu, membuat bulu kuduk Qiram berdiri.
“Jangan-jangan, ada hantu!” gumamnya, ia mengelus tengkuknya, bulu kuduknya berdiri.
Drrt! Drrt! Terdengar suara hp Qiram bergetar.
“Notifikasi!” Ia menatap layar hpnya.
“Selamat, transaksi sukses, Anda mendapatkan transferan uang tiga juta rupiah dari rekening guci emas.’
‘Saldo Anda Rp 6.076.000,00.’
“Hah?! Tunggu?! Maksudnya, suara itu?!” Qiram langsung terlonjak kaget.
Ya, uang ditabungannya hanya tersisa 500.000 rupiah, ditambah dengan sisa menjual emas batangan yang dibelikan untuk peralatan, tersisa 2.400.000 rupiah. Ia ingat, uang ditabungannya hanya 3.076.000 rupiah sebelumnya.
“Apakah jika aku akan berjalan sebanyak seribu langkah akan mendapatkan tiga juta rupiah? Siaal! Aku bahkan menghabiskan hariku sia-sia selama 5 hari!”
Qiram memakai bajunya dengan celana panjang, ia membawa sebotol air minum, kemudian berjalan sebanyak-banyaknya kaki melangkah.
“Selamat Anda menyelesaikan seribu langkah, Anda akan mendapatkan uang tiga juta rupiah, selamat menikmatinya! Anda harus menyelesaikan 68.000 langkah lagi!”
Setelah mendengar suara, Qiram mendapati SMS banking di hp nya, saldo ditabungannya bertambah kembali 3 juta.
“Wah, aku bisa kaya raya, hanya dengan melangkah aku menghasilkan banyak uang, tiga juta ini biasanya upah kami bekerja satu bulan, kini aku bisa mendapatkannya hanya dengan beberapa jam!” Qiram bergumam senang.
Ia terus melangkah kesembarangan arah, ia ingin menyelesaikan tugasnya, melangkah sebanyak-banyaknya!
“Ah, ini olahraga yang bisa membuat badanku kurus, aku memang berniat kurus!” Qiram mengepalkan tangannya membentuk tinju, untuk menyemangati dirinya sendiri. Apalagi setelah tahu jika ia terus melangkah akan mendapatkan uang yang banyak.
“Selamat Anda menyelesaikan seribu langkah, Anda akan mendapatkan uang tiga juta rupiah, selamat menikmatinya! Anda harus menyelesaikan 67.000 langkah lagi!”
Qiram sangat bahagia saat mendapati saldo di rekeningnya bertambah hingga 9 juta.
Ia terus berjalan hingga sore menjelang. “Selamat Anda menyelesaikan seribu langkah, Anda akan mendapatkan uang tiga juta rupiah, selamat menikmatinya! Anda harus menyelesaikan 66.000 langkah lagi!”
Qiram mendapatkan kembali tambahan uang 3 juta.
‘Saldo Anda 15.076.000 rupiah.’ Qiram duduk terperangah, lelah dan terlalu bahagia.
“Sial, jika saja aku tahu suara itu memang ditujukan padaku, pasti aku sudah berjalan sejak kemarin-kemarinnya!” gerutu Qiram menyesali.
“Apakah aku bisa menyelesaikan 66.000 langkah lagi? Ini saja aku baru menyelesaikan 3.000 langkah sejak siang.”
Qiram duduk beristirahat, menghabiskan sisa air di dalam botol yang ia bawa. Belum juga lelahnya habis, ia bertemu dengan cecunguk gang Soleman.
“Woy, Qiram! Lu disini!” teriaknya.
“Siaal!” Qiram langsung berdiri, ia berusaha berlari sekuat tenaga.
“Aku tidak boleh tertangkap!” Ia menatap tangan kirinya yang masih utuh, ia terbayang tangan itu dipatahkan Soleman dikehidupan yang lalu.
“Tidak, aku tidak ingin cacat! Aku harus lari, aku tidak boleh tertangkap! Aku akan berusaha menjadi lebih kuat, kaya raya dan pintar, sehingga tidak ditipu lagi!” Qiram terus berlari sekencang yang ia mampu.
Seluruh badan gembrotnya berayun-ayun saat berlari, peluhnya bercucuran, bibirnya sudah memucat karena kelelahan. Ia tak berhenti, tak ingin melihat kebelakang juga, hanya terus berlari.
Ya, Qiram memiliki IQ lemah, ia sedikit bodoh, lambat dalam berpikir, bertubuh besar dan gampang ditipu. Itulah kehidupannya yang dulu.
“Selamat Anda menyelesaikan seribu langkah, Anda akan mendapatkan uang tiga juta rupiah, selamat menikmatinya! Anda harus menyelesaikan 65.000 langkah lagi!”
“Selamat Anda menyelesaikan seribu langkah, Anda akan mendapatkan uang tiga juta rupiah, selamat menikmatinya! Anda harus menyelesaikan 64.000 langkah lagi!”
“Selamat Anda menyelesaikan seribu langkah, Anda akan mendapatkan uang tiga juta rupiah, selamat menikmatinya! Anda harus menyelesaikan 63.000 langkah lagi!”
Beberapa kali suara terdengar memberitahukan tambahan uang yang dimiliki Qiram. Pemuda itu tak peduli, ia hanya berlari menyelamatkan diri, ia tak ingin tertangkap dan cacat lagi.
“Selamat Anda menyelesaikan seribu langkah, Anda akan mendapatkan uang tiga juta rupiah, selamat menikmatinya! Anda harus menyelesaikan 62.000 langkah lagi!”
“Selamat Anda menyelesaikan seribu langkah, Anda akan mendapatkan uang tiga juta rupiah, selamat menikmatinya! Anda harus menyelesaikan 61.000 langkah lagi!”
Ia terus berlari ke sembarangan arah hingga malam datang. Saking takutnya, ia telah berlari jauh dan keluar dari kota tempat ia menyewa bersama Lil O.
Ia berhenti sebentar dengan nafas memburu, barulah ia menoleh kebelakang, tak ada bawahan Soleman yang mengejarnya.
Qiram mulai berjalan pelan, mengatur deru nafasnya, menoleh ke arah sekitar.
“Selamat Anda menyelesaikan seribu langkah, Anda akan mendapatkan uang tiga juta rupiah, selamat menikmatinya! Anda harus menyelesaikan 60.000 langkah lagi!”
‘Saldo Anda Rp. 33.076.000,00.’ Mata Qiram terbelalak melihat jumlah uang direkeningnya.
Tiba-tiba saja, ia mendengar suara pemberitahuan. “Jam 00.00, Anda akan mendapatkan hukuman karena tidak menyelesaikan tugas. Terimalah hukuman Anda, Tuan!”
“Awwch!” Qiram terpekik. Tiba-tiba kakinya masuk ke dalam parit jalan, langsung terkilir.
“Aaah!” Ia mengerang kesakitan, lalu jatuh pingsan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!