...Selamat membaca✨....
Princessa Alatta Hailey, gadis kaya raya yang dicintai semua pria. Dia baik, ramah, kaya, pintar, good attitude, good looking. Semua ada padanya.
Dia tak mudah menyukai seseorang, banyak faktor dan alasan baginya untuk dapat menyukai seseorang. Salah satunya adalah karena para Saudaranya yang protective terhadapnya.
Dia juga anak perempuan terakhir dan satu-satunya dalam keluarganya.
"Latta, nongki kuy hari ini." Alatta sendiri masih sibuk dengan ponsel nata 5 nya, dia tak menggubris ajakan teman nya tadi. Saat ini dia sedang duduk di kantin dan menyantap makan siangnya.
Kelasnya sudah selesai dan sebentar lagi suruhan Daddynya pasti akan menjemputnya. "Latta, gimana? Lo mau nongki gak?" ajak Sinta. Alatta hanya melengos jelas.
"Gue gamau, pergi aja sama yang lain. Soalnya gue terlalu sibuk untuk nongki gajelas kayak lo semua. Waktu gue terlalu berharga." ketus Alatta.
Oh ralat, dia memang ramah, namun jika ada orang yang mulai menunjukan pergerakan untuk memanfaatkan atau memperalat Alatta, baik dalam segi uang, segi otak maupun segi waktu.
Alatta akan berubah menjadi gadis ketus, sinis dan bermulut tajam. Dia berjalan menjauh dari meja yang dia tempati tadi. Tak memperdulika tatapan muak dari beberapa temannya.
"Sombong banget, mentang-mentang uangnya banyak." sinis Jessi tak suka, dia hanya iri. Catat! Dia iri pada Alatta, karena Alatta memiliki segalanya.
Kasih sayang, cinta, uang, kepopuleran, kecerdasan, kepedulian, kecantikan. Semua Alatta milikki.
Namun hanya 1 yang tak pernah bisa Alatta dapatkan. Yaitu Kebebasan.
Dia tak akan pernah bisa bebas dari pantauan keluarganya dalam bersosialisasi. Ingin mencari kekasih saja Alatta masih mikir 1000 kali, dia tak mau kekasihnya terluka akibat tindakan nekat keluarganya.
"Hahh, aku pusing. Mending duduk ditaman." gumam Alatta lesu. Dia hanya pusing kenapa hidupnya seribet ini. Padahal jika dia hidup dalam keluarga sederhana, dia tak akan seribet ini.
Mata-mata disegala sisi, jangan kira Alatta tak tau. Keluarganya terlalu protective. Sudah biasa namun tetap saja Alatta tak suka, dia serasa menjadi tahanan saja.
Alatta duduk dikursi besi yang ada ditaman belakang kampus, menarik napas panjang dan menikmati udara segar dari banyaknya pepohonan disekitarnya.
Disekeliling Alatta banyak pohon beringin dan pohon Apel. Sangat amat sejuk dan merasa damai, Alatta amat suka dialam terbuka seperti ini ketimbang di Mall atau sebagainya.
Srek srek.
Alatta menegakan tubuhnya, dia menebarkan pandangannya kepenjuru taman, tapi tak ada siapapun selain dirinya disini.
"Apa ada setan siang begini?" gumamnya heran. Alatta berdiri, dia berjalan dan mencari sumber suara.
"Mpuss..sini mpus. Nanti kamu jatuh, sini mpus."
Oke ini suara manusia, tepatnya ini suara halus milik seorang pria atau mungkin remaja. Pasalnya suaranya tak berat dan serak, melainkan halus dan lembut. Idaman sekali sih.
Alatta berjalan mendekati sebuah pohon apel yang dahannya terus bergerak. Saat sudah dekat dia mendongak perlahan, matanya membulat seketika.
"Mpus ayo turun, sini sama Aykal. Nanti mpus jatuh."
"Omo, suaranya halus sekali." gumam Alatta terpesona, dia lebih suka suara pria seperti ini, lembut dan halus. Tidak berat ataupun serak.
Ternyata seorang pria berusia sekitaran 19 atau 20 tahun, memakai sweater coklat muda yang kusam, kacamata bulatnya yang melorot, celana hitam kendornya yang terkihat kotor.
Rambutnya hitam lebat, dan wajahnya biasa saja. Tak terlalu tampan, wajahnya juga terlihat kusam dan berminyak, ada jerawat yang lumayan banyak didahinya.
Alatta terkekeh kecil, pria itu nampak kesulitan dalam menurunkan kucing oren diatas sana.
"Mpus-"
"RARRWGG!!"
"AW!!"
Kucing oren itu mencakar punggung tangan pria tadi dan melompat begitu saja dari dahan pohon. Melenggak liuk tanpa merasa bersalah meninggalkan pria itu diatas sendirian.
"Mpuss..kamu ngehianatin aku.." lirihnya sedih sembari menatap punggung tangannya yang terluka akibat cakaran kucing.
Dia menghela napas lesu kemudian mencoba untuk turun. Dan bertetapan dengan tatapannya tertuju pada Alatta yang sudah memotonya dari bawah.
"EH!?" dia kaget, sekaligus malu. Dengan segera pria itu menutup wajah kusamnya sampai membuat tubuhnya tak seimbang.
"Eh?..."
"BODOH! KAU BISA JATUH!" teriak Alatta panik saat melihat tubuh pria itu limbung dan terjun kebawah. Dengan cepat Alatta berlari.
Hap!
Alatta berhasil menangkap tubuh pria tadi yang ternyata sangat ringan. "Hey, lain kali hati-hati." perlahan Alatta menurunkan pria tadi dan mendirikannya didepan Alatta.
Pria tadi masih termangu, wajahnya pucat. Tanpa basa-basi atau terima kasih pria tadi langsung pergi meninggalkan Alatta yang terbodoh.
"Dia..mengabaikanku?"
"Tak berterima kasih?"
"Wah..."
"Daebak..."
Baru kali ini ada yang mengabaikan primadona cantik seperti Alatta. Dan Alatta juga yakin, dia akan mencari tau perihal pria tadi dan dipastikan pria itu akan menjadi miliknya.
"Tunggu saja." gumam Alatta serius. Dia tak pernah sekepo ini pada seseorang, bahkan pada most wanted kampus ini saja dia bodo amat. Tapi pria biasa tadi?
Alatta merasa ingin tau tentang pria tadi, dan ingin menjadikannya sebagai milik Alatta.
Apapun yang menjadi miliknya, selamanya akan begitu.
Bersambung.
Alatta sudah mencari tau seluruh data tentang pria yang dia tolong semalam, ternyata nama pria itu adalah Aykal Zaviko, usianya 20 tahun.
"Ouh, lebih tua daripada aku."
Dan juga dia seorang Yatim Piatu yang tinggal di kontrakan kecil berukuran 5x5, Aykal juga bekerja Part time di cafe milik Alatta. Kebetulan darimana semua ini berhubungan dengan Alatta.
Jodoh emang gabakal kemana euy.
Tinggi Aykal 170 cm, berat badan 55 kg, warna kulit putih kusam, wajah biasa saja namun lesung pipinya menambah nilai manis diwajahnya.
Pakaian yang selalu dia kenakan adalah sweater besar sampai menutupi punggung tangannya, celana hitam kusam yang nampaknya itu saja yang dia pakai.
Kaca-mata ber min yang terlihat sudah tak layak pakai, banyak bekas lem disekitar gagang kacamatanya. Tas slempang kumuh, laptop Asus yang terlihat mulai rusak.
Aykal berada di Jurusan Psikologi, wow tak disangka.
Dan Alatta memutuskan untuk melancarkan aksi pdktnya pada Aykal, Aykal sering terlihat disudut kantin, di taman belakang kampus, dan juga perustakaan kampus.
Kali ini Alatta akan mencari di Taman belakang. "Latta? Mau kemana?" ah Alatta lupa dia tak sendirian di kantin. Ada Zunnifer yang tak lain adalah teman dekatnya.
Alatta harus mencari alasan yang tepat dan agar tidak dicurigai "Gue mau ketemu calon pacar. Bay." alasan bagus, Zunnifer tak akan percaya akan alasan itu. Karena tingkat ketertarikan Alatta pada pria hanyalah 0,01 persen.
Dan saat ini 0.1 persennya sudah diambil Aykal. Xixixi.
"Alasan lo gak meyakinkan." celetuk Zunnifer, Alatta tak mendengarkannya dan memilih untuk terus berjalan meninggalkan kantin. Dia harus mencari Aykal di Taman belakang.
...❤❤❤❤...
Aykal tengah mengerjakan tugas dari AsDos dikelasnya tadi, memang sih tugasnya tak susah tapi tetap saja Aykal pusing memikirkannya.
Dia harus punya object tertentu untuk mempelajari emosi manusia, au ah membingungkan.
"Kenapa bukan kucing saja sih." gumamnya lesu. Dia tak punya teman untuk dijadikan object, yang dia punya hanyalah teman kucing orennya.
Itu pun dia sudah dikhianatin, semalam.
Aykal menghela napas panjang, dia mengambil botol minum dari dalam tas slempangnya. Lalu meminumnya dengan sekali teguk. "Ahh.." suara halusnya lolos begitu saja ketelinga Alatta.
Alatta memegang dadanya pelan, mendengar suara laknat itu membuat Alatta dag dig dug ser. Dia menghela napas panjang kemudian mulai berjalan mendekati Aykal.
"Halo~" sapanya mengejutkan Aykal, lucu banget wajahnya pas kaget. Dia segera memalingkan wajahnya dari hadapan Alatta. Dengan terburu Aykal berdiri.
Tapi Alatta menahan tangannya. "Eh tunggu, lo mau kemana?."
Aykal gelisah melihat tangan kurusnya digenggam tangan halus milik Alatta. "M-maaf, l-lepasin tangan aku.." cicitnya gemetar.
Dia tau siapa Alatta, siapapun yang terlihat dekat dengan Alatta, maka para fansnya akan mulai membully siapapun itu orangnya. Terlebih lagi jika itu laki-laki.
Alatta tersenyum tak berdosa, dan malah mengeratkan pegangannya "Halo, kenalin nama gue Alatta." ujar Alatta ramah dan lembut, tapi itu malah membuat Aykal semakin gelisah.
Dengan terpaksa dia menarik tangannya kuat, lalu berlari meninggalkan Alatta ditaman. "Loh? Gue ditinggal lagi?" gumam Alatta heran.
Dia menggeleng pelan, matanya tak sengaja melihat tas dan laptop milik Aykal. Senyum licik terbentuk diwajahnya.
"Hehehe, kena lo."
Aykal, kamu ceroboh sekali naq.
..........
Kedua tangan Aykal gemetar, dia baru sadar jika tas dan laptopnya tak ada padanya saat dia sudah sampai di rumah kontrakannya. Wajahnya langsung pucat seketika.
"D-dimana aku tinggalin mereka.." gumamnya panik. Dia bergerak dengan gelisah, laptop itu adalah satu-satunya benda bergarganya selain handphone jadul merek Mokia nya.
Jam sudah menunjukan pukul 2 siang yang berarti 1 jam lagi Aykal harus pergi bekerja. Dia menggigit kuku ibu jarinya dengan gugup. Keringat dingin turun dari pelipisnya perlahan.
"Aku harus segera berangkat, tidak bisa libur nanti gajinya dipotong" benar, Aykal harus bekerja dulu. Urusan laptop nanti saja dia pikirin saat pulang kerja nanti. Semoga saja tukang bersih-bersih taman nyimpan laptopnya.
Aykal segera bersiap, dia tak mau terlambat atau gajinya bisa dipotong sampai setengahnya.
...❤❤❤❤...
Alatta duduk dengan santai diruangan miliknya, sudah lama dia tak datang langsung mengawasi Cafenya. Biasanya dia akan meminta laporan bulanan pada sang Manajer.
"Nona, tumbenan anda datang." ujar Valeri, Manajer kepercayaan Alatta, gadis itu memandangnya lucu kemudian tertawa.
"Apa pegawai dengan nama Aykal Zaviko sudah datang?" tanya Alatta lembut. Valeri mengangguk tanpa butuh waktu 1 menit "Dia sudah datang Nona." jawabnya sopan.
Alatta mengangguk "Panggil kan dia kemari. Katakan padanya jika bos ingin berbicara serius dengannya." titah Alatta.
Valeri mengangguk patuh kemudian berjalan keluar dari ruangan Alatta. Alatta tertawa geli, dia tak sabar menanti reaksi gugup Aykal saat tau dipanggil atasannya.
Sementara itu.
Aykal tengah melayani pesanan dikasir, dia memakai masker dengan poni yang menutupi dahinya, sekilas dia terlihat tampan jika seperti ini. "Terima kasih, silahkan menunggu dimeja nomor 15." ujarnya lembut.
2 gadis remaja itu tersenyum malu kemudian mengangguk. "Dia ganteng ya." bisik-bisik itu terdengar ke telinga Aykal, dia tersenyum miris dari balik maskernya.
"Ganteng apanya, burik gini.." lirihnya lesu. Dia jelek, ganteng kalau diliat dari lubang sedotan.
Lama melamun, Aykal kaget saat Valeri datang dan memanggilnya "Aykal, kamu dipanggil bos ke ruangannya. Kebetulan hari ini dia datang dan mau ngevaluasi para pegawai" ujar Valeri santai.
Aykal pucat "S-saya mbak? Saya ada salah mbak sampai dipanggil atasan?" tanya Aykal panik, keringat dingin mulai menetes dari dahinya.
Valeri mengangguk "Kayaknya kamu ada salah, kemarin kan uang kasir hilang 2 juta gara-gara kamu teledor." ketus Valeri.
Oh iya benar, Aykal menghilangkan uang 2 juta karena keteledorannya meninggalkan kasir tanpa ada penjagaan. Aykal menunduk, dia meremat ujung seragamnya kuat.
Kemudian berjalan cepat menuju ruang atasannya. Aykal menyeka air mata yang hendak jatuh dari matanya, dia pasti tak akan dipecat.
...*****...
Alatta duduk membelakangi pintu masuk, dia menanti kedatangan Aykal yang ternyata lumaya lama ya.
Tok tok.
Alatta menegakan duduknya, dia merapikan kemeja dan rok spannya.
"Masuk." ujarnya dingin, pura-pura dingin sebenarnya.
Cklek.
"Permisi..." suara halus itu lagi, membuat jantung Alatta berdegup cepat. Dia menetralisir detak jantungnya perlahan.
Alatta tersenyum miring, Aykal berhasil masuk ke perangkapnya. Dia bisa memanfaatkan ketakutan Aykal pada uang 2 juta yang dihilangkannya.
"Kamu tau kesalahan kamu apa?"
"T-tau.."
"Lalu, bagaimana cara kamu untuk menebus uang yang hilang itu?"
Aykal menunduk dalam, dia tak tau caranya bagaimana, gajinya selama sebulan saja tidak cukup "Maaf, saya akan berkerja lembur tanpa digaji.." ujar Aykal penuh melas.
"Kamu mau melakukan 1 hal agar hutang kamu dianggap lunas?"
"Memang..ada?"
"Tentu saja."
"Apa itu?"
Alatta tersenyum miring, tepat sekali, inilah yang Alatta tunggu.
Tbc.
Aykal menghela napas panjang, perkataan bosnya semalam masih tergiang dikepalanya. Masa iya sih dia harus menemui Putri dari pemilik Cafe itu.
"Kamu tau Princessa Alatta Hailey?"
Aykal mengangguk, tentu saja dia tau. Gadis cantik yang digandrungi banyak pria itu. "Tau.."
"Nah, sebagai balasannya. Kamu harus membantunya di Kampus. Dia sulit mengerjakan projek terbarunya tentang Anatomi Manusia. Dia masuk ke Jurusan Farmasi (bohong) dan kamu harus mau menjadi objectnya."
Aykal meneguk ludahnya kasar, dia tidak mau berurusan dengan Alatta, tapi kenapa bosnya malah menyuruhnya hal serumit ini sih.
"Tapi-"
"Kamu mau ganti uang yang hilang?"
Aykal menggeleng ribut, bagaimana caranya dia mengganti uang yang hilang "T-tidak, saya akan menuruti apa yang Anda katakan." ujarnya pelan.
Kalau begini, alamat Aykal bakalan jadi bahan bullyan karena keliahatan terus didekat Alatta.
Dan saat ini Aykal sedang menunggu Alatta di taman belakang, karena biasanya Alatta datang ke taman belakang setelah jam 10 pagi. Aykal mengenakan sweater berwarna abu-abu yang oversize.
Sendal swallow kusam dikakinya, celana panjang kendor berwarna hitam, kacamata buluk dan masker tentu saja.
"Kenapa dia lama sekali.." gumam Aykal. Padahal Aykal mau mencari laptop dan tasnya yang ketinggalan, tapi kenapa malah berakhir disini.
Tap tap tap.
"Hai? Lo nungguin gue ya?" Aykal tersentak saat suara yang amat sangat lembut terdengar. Dan suara ini terdengar agak mirip dengan suara bosnya semalam, ah...mungkin saja itu karena mereka adalah keluarga.
Aykal berdiri saat Alatta duduk dikursi besi taman. Matanya tak sengaja melihat tas miliknya yang sudah terlihat bersih dan dijahit dibeberapa bagian.
"Itu...tas aku kan?" cicit Aykal yakin. Alatta menunduk menatap tas dipangkuannya. Kemudian tersenyum manis "Gatau tuh, aku nemu disini semalam." jawab Alatta santai.
Aykal mengerucutkan bibirnya pelan, kemudian memberanikan diri menatap Alatta yang sangat cantik hari ini. Kacamata bulatnya yang indah, dress selutut berwarna abu gelapnya yang elegan.
"Itu tas aku Latta.." lirih Aykal lagi.
Alatta membulatkan bibirnya "Yakin? Ini tas lo?" tanya Alatta jahil.
Aykal mengangguk dua kali "Iya, itu tas aku." ujarnya pelan. Dia menatap Alatta memelas, ingin sekali dia mendapatkan tasnya kembali dan mengerjakan tugas didalamnya.
"Kembaliin..Latta.." cicitnya takut.
Alatta masih tersenyum, Aykal mulai geram melihatnya tapi dia tak bisa berbuat banyak. "Alatta, Aykal mohon kembaliin tas Aykal. Disana tugas Aykal pada num-"
"Udah gue kerjain"
"Eh?"
"Tenang aja, tugas lo udah gue kerjain. Laptop lama lo ada disini tapi gue beliin lo laptop baru. Ada didalam juga. Gausah berterima kasih."
Aykal terpelongo, dia belum sempat ngomong apapun. "Tapi-"
"Udalah, ini tas lo. Gue mau pergi dulu ya, bay Aykal." Alatta berdiri dan berjalan menjauhi tempat Aykal berdiri. Dengan tas Aykal dikursi besi tadi.
Aykal terpaku "Tapi...aku belum lakuin apa yang bos aku suruh.." intrupsi Aykal membuat Alatta berhenti berjalan.
Dia berbalik, senyum geli tercetak diwajahnya membuat Aykal malu dan jantungnya mulai berdegup 2 kali lebih cepat "Itu gue, dan untuk perihal uang yang hilang. Bakalan gue tagih dihari lain." ucapnya tenang kemudian kembali berjalan.
"Lah..masa sih.."
Aykal masih tak percaya. Apa dia sedang dikerjain? Atau ada kamera disekitar sini? Aykal mengedarkan pandangannya kepielenjuru taman.
"Tapi...disini gak ada kamera.." lirihnya bingung.
Aykal bingung, kenapa gadis secantik itu berbuat baik kepadanya.
Tanpa mereka sadari, jika ada sekelompok orang-orang yang memandangi mereka dari sudut taman yang lain.
Mereka merekam dan memotret pertemuan antara Aykal dan Alatta, sebentar lagi berita kedekatan keduanya akan segera menyebar luas dengan cepat.
"Dia si penerima beasiswa kan?"
"Iya, si miskin."
"Bully gak Ki?"
"Bully gak?"
"Bully gak?"
"Bully gak?"
Mereka saling pandang. Sekitar ada 6 orang disana. "BULLY LAH MASA ENGGAK HAHAHAHHA" Aykal, sebentar lagi kamu bakalan kena kejutan dari fans nya Alatta.
Tbc.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!