NovelToon NovelToon

ANTARA KAU DAN DIA

Part 01

TOKOH

SYIFA AZZAHRA

Gadis sederhana yang bekerja keras untuk menyambung hidup dan meraih cita - citanya setelah kedua orangtuanya meninggal bersamaan dalam sebuah kecelakaan. Dia memiliki dua sahabat dekat sejak sekolah SMA yang diam - diam menyukainya.

REYHAN ADITAMA

Pria tampan, dingin dan tegas. Dia adalah seorang konglomerat yang hartanya takkan habis tujuh turunan. Walaupun terlihat cuek terhadap wanita, namun Reyhan sangat perhatian pada Syifa dengan caranya tersendiri.

ARDAN SYAHREZA

Pria yang satu ini secara blak - blakan mengungkapkan rasa sukanya terhadap Syifa walaupun terkenal playboy sejak masih duduk di bangku SMP.

SONY HIDAYAT

Pria kalem, lemah lembut namun tegas saat dalam situasi serius. Sony adalah orang yang selalu ada di sisi Syifa disaat gadis itu sedang ada masalah. Sony sudah menganggap Syifa sebagai adiknya sendiri.

# # #

" Syifa...!" teriak Ardan.

Syifa yang mendengar namanya di panggil langsung menoleh ke arah belakang. Ternyata disana sudah ada Reyhan, Ardan dan Sony yang sedari tadi mencarinya.

Hari ini adalah hari terakhir mereka ujian kelulusan sekolah. Syifa yang hendak pulang langsung ditahan oleh Ardan di depan gerbang sekolah.

" Ardan, jangan berteriak! Aku masih denger suaramu itu," omel Syifa.

" Apa kau juga bisa mendengar suara hatiku?" goda Ardan.

" Huft... jangan ngelantur, aku bukan paranormal." ketus Syifa.

" Jalan yuk? Kita refreshing sebentar setelah ujian selesai." rengek Ardan.

" Jangan dipaksa! Kau bisa pergi dengan para wanitamu itu," sahut Reyhan.

" Dari semua gadis yang jalan denganku, hanya Syifa yang bisa membuatku merasa nyaman." ucap Ardan.

Sony yang sedari tadi diam, langsung menarik lengan Syifa menuju parkiran meninggalkan Reyhan dan Ardan yang masih berdebat.

" Sony! Kita mau kemana?" bisik Syifa.

" Ikut saja, bukankah kau harus berangkat bekerja?" sahut Sony.

" Benar juga, tapi mereka?" Syifa menunjuk ke arah Reyhan dan Ardan.

" Biarkan saja, nanti juga mereka pulang," jawab Sony.

Dari ketiga sahabatnya, hanya Sony yang tahu jika Syifa bekerja paruh waktu di sebuah cafe yang tidak jauh dari rumahnya. Syifa dapat sekolah di sekolahan elit karena lewat jalur beasiswa. Reyhan, Ardan dan Sony adalah anak pengusaha kaya raya di kota tempat tinggal Syifa.

Syifa naik keatas motor milik Sony dan segera pergi meninggalkan area sekolah. Pria itu tidak langsung mengantar Syifa ke tempat kerja melainkan membawanya ke sebuah taman.

" Son, kenapa kita ke taman?" tanya Syifa setelah Sony menepikan motor sportnya di parkiran taman.

" Jam kerja kamu masih lama, kita cari angin sebentar disini." jawab Sony seraya berjalan menuju seorang pedagang makanan keliling.

Sony memesan dua mangkok bakso lalu mengajak Syifa duduk di bangku panjang di sudut taman. Gadis itu hanya bisa menuruti kemauan Sony yang sedikit memaksanya tadi.

" Son, kenapa tadi tidak mengajak Rey dan Ardan kesini? Pasti mereka marah kita tinggalkan?"

" Fa, apa kamu tidak tahu seperti apa perasaan mereka kepadamu?"

" Perasaan apa?"

" Huft... kau ini terlalu naif jadi orang. Sudah jelas mereka berdua itu suka sama kamu."

" Bisa berteman dengan kalian saja aku sudah bahagia, tidak perlu sampai sejauh itu. Perbedaan kita sangatlah jauh, biarlah kita seperti ini saja."

" Fa, kau itu sudah aku anggap sebagai adikku sendiri. Aku akan selalu menjagamu sampai kapanpun."

" Terimakasih. Apa mulai sekarang aku boleh memanggilmu kakak?"

" Tentu saja, aku akan merasa sangat senang."

Syifa dan Sony terlihat sangat bahagia. Senyum terkembang dari bibir keduanya. Seraya menghabiskan makanannya, mereka terus berbincang dan bergurau.

" Fa, apa kamu tidak menyukai salah satu dari mereka?"

" Syifa tidak berani melakukan itu,kak. Untuk berteman saja sebenarnya aku merasa rendah diri. Apalagi dengan Reyhan, karena dia terlalu dekat denganku semua gadis di sekolah memusuhiku."

" Aku tidak bisa memaksamu untuk memilih diantara mereka berdua." ujar Sony.

Saat mereka sedang berbincang, Reyhan dan Ardan datang dengan tatapan yang sulit diartikan. Syifa merasa sangat takut dengan tatapan dingin Reyhan.

" Kenapa pergi tidak bilang?" omel Reyhan datar seraya menatap Syifa.

" Apa sih Rey? Aku yang ngajak Syifa kesini," sahut Sony.

" Fa, tadi aku duluan yang ngajak kamu kenapa malah pergi sama Sony?" sungut Ardan.

" Aku mau pulang." ucap Syifa.

" Aku yang antar!" sahut Reyhan.

" Tidak usah, aku sama Sony aja pulangnya." tolak Syifa.

Reyhan sangat kesal dengan penolakan Syifa sehingga dengan cepat ia meraih tangan Syifa dan menariknya menuju ke mobilnya.

" Rey...!" pekik Syifa.

" Rey...! Jangan paksa Syifa!" teriak Sony.

" Diam! Bukan urusanmu...!" ketus Reyhan.

" Rey, kau tidak bisa memaksa Syifa seperti itu!" hardik Ardan.

" Sudah! Apa kalian akan terus berantem karena aku?!" pekik Syifa.

Syifa melepas dengan kasar genggaman tangan Reyhan lalu berlari ke jalan raya dan menaiki ojek yang kebetulan melintas di depannya.

" Maafkan aku, dulu kita bersahabat baik. Tetapi sekarang aku tidak tahu harus bersikap seperti apa. Aku tidak ingin persahabatan kita hancur hanya karena perasaan dalam diri kita." batin Syifa.

Syifa berhenti di sebuah danau yang sepi karena di siang hari cuacanya sangat panas. Tak banyak pengunjung yang datang pada saat seperti ini. Syifa duduk di bawah pohon dengan menatap air danau yang tertiup angin.

" Kenapa kau berubah seperti ini? Apa aku berbuat salah padamu?" Reyhan yang entah sejak kapan berada disana langsung duduk di samping Syifa.

" Rey? Sejak kapan kau disini?" tanya Syifa terkejut.

" Maaf soal yang tadi, aku hanya ingin bicara berdua denganmu sebentar,"

" Bicara soal apa? Aku tidak punya banyak waktu."

" Kenapa kau menghindariku?"

" Akhir - akhir ini aku merasa hubungan kita berempat semakin renggang terutama kau dan Ardan. Aku tidak mau persahabatan kita hancur seperti ini. Kau pasti tahu maksudku, Rey."

" Fa, memangnya ada yang salah dengan apa yang aku lakukan ini. Aku sangat mencintaimu dan tak ingin kau jauh dariku."

" Rey, Ardan juga mengatakan hal yang sama seperti dirimu. Aku tidak mau persahabatan kalian berdua hancur karena aku."

" Ini masalah hati, Fa. Kau harus memilih aku atau dia,"

" Maaf, Rey. Tapi aku tidak bisa melakukan itu. Aku tidak mau menyakiti hati siapapun,"

" Apa dengan menolak kau pikir tidak menyakitiku?"

" Rey, tolong beri aku waktu. Aku tidak bisa memutuskannya sekarang."

" Sampai kapan, Fa? Apa aku harus pergi jauh dulu baru kau memikirkan semua ini!"

Syifa memejamkan matanya sejenak untuk mengatur hatinya yang kini sedang gundah. Dia tidak pernah membayangkan sebelumnya jika kedua sahabatnya itu akan mengungkapkan cinta dalam kurun waktu yang bersamaan.

" Rey, kita masih muda. Jalan kita masih panjang, raihlah cita - citamu terlebih dahulu. Aku tahu kau anak seorang konglomerat, tapi aku lebih suka orang yang berusaha berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri pada orang lain. Jadilah pria yang mandiri dan sukses, suatu saat cinta itu pasti akan datang kepadamu entah itu aku atau gadis di luaran sana."

" Tapi, Fa_..."

" Rey, kita tidak bisa memaksakan jodoh. Biarlah semua itu menjadi urusan Sang Pencipta. Sekuat apapun dirimu berusaha, tapi jika tidak berjodoh kita bisa apa,"

" Tunggulah aku, Fa. Aku janji akan kembali untukmu,"

" Rey, aku tidak bisa melakukan itu. Kita tidak tahu takdir apa yang akan kita jalani esok. Pasrahkan semua ini kepada Sang Maha Pencipta, kita hanya bisa ikhtiar dan berdo'a."

Reyhan menatap Syifa dengan sendu. Penolakan Syifa sungguh sangat menyakiti hatinya. Namun Reyhan juga yakin bahwa Syifa juga mencintainya walaupun gadis itu menolak. Syifa hanya merasa tidak enak hati pada Ardan yang juga menyukainya.

" Baiklah, mungkin sekarang kau belum mau membuka hatimu untukku. Tapi aku akan membuktikan padamu jika hatiku selamanya tidak akan berpaling darimu."

" Rey_..."

.

.

TBC

.

.

Part 02

" Rey, kenapa bicara seperti itu?" ucap Syifa.

Reyhan kembali menatap wajah sayu gadis di hadapannya. Rasanya tidak rela jika harus meninggalkan Syifa di saat seperti ini. Reyhan takut jika nanti Syifa jatuh ke tangan playboy seperti Ardan. Semua orang tahu jika Ardan sangat pandai dalam mengambil hati para wanita incarannya.

" Fa, aku mohon padamu... tunggulah aku. Untuk beberapa tahun ini aku akan melanjutkan pendidikan di luar negeri. Aku mohon, jaga hatimu untukku."

Syifa masih ragu dengan hatinya sendiri. Dia belum yakin jika hatinya akan dia berikan kepada Reyhan. Ketiga sahabatnya itu, Syifa merasa aman dan nyaman berada di dekat mereka. Sony yang sudah menganggapnya seperti saudara, Ardan yang selalu membuatnya tersenyum dengan tingkah kocaknya dan Reyhan yang selalu melindunginya saat ada teman - teman di sekolah yang mengganggunya.

" Rey, aku tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kehidupan di masa depan nanti. Janganlah semua ini menjadi beban dihatimu, jika suatu saat nanti kita berjodoh, kita pasti bisa bersama."

" Aku sangat berharap kita bisa berjodoh, Fa. Hanya kamu yang bisa mengerti diriku," Reyhan menggenggam erat tangan Syifa dengan tatapan sendu.

" Sudahlah, Rey. Sebentar lagi kita akan berpisah, jadi kita buat acara perpisahan ini dengan kebahagiaan,"

" Kamu mau bikin acara apa?"

" Kita kumpul saja dirumahku, soalnya ayah tidak akan mengijinkan aku pergi dengan kalian."

" Ya sudah, nanti setelah perpisahan sekolah kita berkumpul di rumahmu."

" Jangan lupa ajak Ardan dan Sony. Ingat! Tidak boleh ada pertengkaran lagi di antara kalian."

" Iya, sayangkuuu..." goda Reyhan.

" Ish... menyebalkan!" Syifa mengerucutkan bibirnya.

Reyhan tersenyum melihat wajah imut gadis di hadapannya. Gadis cantik sederhana yang mampu meruntuhkan benteng pertahanannya terhadap wanita.

" Ya sudah, ibu tidak perlu masak apapun. Nanti aku bawa makanan buat kita semua." ujar Reyhan.

" Baiklah, terserah kamu aja,"

" Memang harus begitu, nurut dengan ucapan calon suami."

" Reyhaaannn!" teriak Syifa.

" Hahahaa... ayo aku antar pulang," sahut Reyhan.

" Aku pulang sendiri saja."

" Huft... kau tahu kan, aku tidak menerima penolakan!"

Reyhan merangkul bahu Syifa dengan erat lalu membawanya masuk ke dalam mobilnya.

# # #

Beberapa minggu kemudian,

Setelah acara perpisahan sekolah selesai, sesuai kesepakatan yang sudah dibuat oleh mereka berempat, semua langsung pulang ke rumah Syifa. Reyhan membawa banyak makanan dari restoran mewah untuk makan bersama di rumah Syifa.

" Kalian tunggu dulu disini, aku cari ayah dan ibu dulu." ucap Syifa.

" Jangan lama - lama, Fa. Aku bantu buat minuman ya?" sahut Sony.

Sony memang sudah terbiasa berkunjung ke rumah Syifa dan sudah kenal dekat dengan kedua orangtuanya. Sementara Reyhan dan Ardan hanya beberapa kali datang karena memiliki banyak kesibukan diluar.

Syifa masuk ke dalam rumah diikuti Sony yang langsung menuju dapur. Sony sudah terbiasa melakukan hal ini di rumahnya sendiri karena selain bercita - cita menjadi seorang dokter, dia juga hobby dalam hal memasak.

" Fa, ayah dan ibu belum pulang? Bukannya tadi pulang dari sekolah duluan ya?" tanya Sony.

" Iya, kak. Mungkin ada urusan sebentar diluar." jawab Syifa.

Sebenarnya Syifa juga sedikit khawatir karena orangtuanya belum juga pulang padahal mereka pulang lebih awal tadi dari sekolah. Perasaan Syifa jadi tidak tenang saat menatap foto kedua orangtuanya yang terpajang di dinding ruang tamu.

" Kenapa melamun, kamu mikirin apa sih?" tanya Sony.

" Tidak tahu, kak. Perasaanku tidak enak, takut terjadi sesuatu dengan ayah dan ibu."

" Ayah dan ibu pasti baik - baik saja, tidak perlu khawatir. Aku yakin sebentar lagi mereka pulang,"

Reyhan dan Ardan yang sedari tadi menunggu di teras langsung masuk karena Syifa dan Sony di dalam rumah terlalu lama.

" Ada apa? Kenapa kalian lama sekali membuat minuman saja?" tanya Reyhan.

" Tidak apa - apa, ini sudah jadi minumannya," jawab Sony.

" Syifa, kenapa kamu terlihat murung? Apa Sony melakukan sesuatu padamu?" selidik Ardan.

" Tidak, Dan. Aku baik - baik saja, ayo kita ke depan," ucap Syifa.

" Jangan bohong, pasti ada sesuatu yang terjadi denganmu."

Syifa hanya diam dan berjalan menuju teras lalu duduk di bangku panjang. Reyhan yang melihat kesedihan di hati Syifa langsung duduk di sampingnya.

" Kenapa? Jangan menutupi apapun dariku." ujar Reyhan pelan.

Ardan merasa cemburu karena Reyhan sangat dekat dengan Syifa. Dia mengepalkan tangannya menahan amarah. Sebelumnya Ardan tidak pernah merasakan yang namanya cemburu karena kebanyakan para wanitalah yang mengejarnya. Tapi saat ini, justru sahabat dekatnya sendiri yang telah membuat hatinya mampu bergetar hanya dengan memandang wajahnya saja.

" Rey, tiba - tiba aku mencemaskan ibu dan ayah,"

" Tidak apa - apa, sebaiknya kita makan dulu. Jika setelah makan ayah dan ibu belum pulang, kita akan mencarinya bersama - sama."

" Janji?"

" Iya, ayo kita makan dulu,"

Mereka berempat makan dalam diam. Syifa hanya mengaduk makanannya tanpa berniat untuk memakannya. Sony yang memperhatikannya sedari tadi langsung merebut sendok dari tangan Syifa lalu menyuapinya dengan sedikit paksaan.

" Kak, Syifa bisa makan sendiri!" tolak Syifa.

" Dari tadi makanan cuma diaduk - aduk, cepat buka mulutmu!" perintah Sony.

" Fa, kok kamu panggil Sony dengan sebutan kakak?" tanya Reyhan.

" Kak Sony sudah seperti kakakku sendiri, jadi tidak masalah kan aku memanggilnya kakak?" sahut Syifa.

" Sejak kapan?" tanya Ardan.

" Sudah lama, kak Sony adalah orang yang paling baik buatku."

" Udah, lanjutin makannya terus kita cari ayah dan ibu." ucap Sony.

Selesai makan, Reyhan dan Ardan membersihkan tempat makan dan juga merapikan kembali teras tempat mereka makan.

" Fa, kamu ikut mobilku saja. Kita pergi sekarang, mungkin mereka di tempat saudara kamu." ujar Reyhan.

" Baiklah," sahut Syifa pelan.

Syifa masuk ke dalam mobil Reyhan, sementara Ardan dan Sony mengendarai motornya masing - masing.

" Kita telusuri jalan ke sekolah dulu ya, Fa?" usul Reyhan.

" Tapi ini sudah tiga jam berlalu, Rey. Apa mungkin ayah masih di sekitar sekolah?"

" Jangan khawatir, orangtuamu pasti baik - baik saja,"

Reyhan menggenggam erat tangan Syifa dan satu tangan lainnya memegang kemudi.

" Rey, perasaanku kenapa tidak enak begini? Biasanya ibu selalu mengabari jika akan bepergian."

" Apa ayah tidak punya ponsel?"

" Punya, tapi sedang tidak aktif. Dari tadi aku menghubunginya tapi tidak bisa."

" Tenanglah, semua pasti baik - baik saja."

Hingga sampai di depan gerbang sekolah, mereka tidak menemukan keberadaan orangtua Syifa. Gadis itu semakin khawatir dan juga hampir menangis. Reyhan yang menyadari kesedihan Syifa langsung meraih tubuh gadis itu hingga bersandar dalam dekapannya.

" Rey, kenapa ayah dan ibu tidak ada?" Syifa mulai terisak dalam dekapan Reyhan.

" Kita pasti bisa menemukannya, kamu harus tenang," sahut Reyhan.

Ardan mengetuk pintu mobil Reyhan sehingga dia segera melepaskan pelukan Syifa yang masih terisak.

" Rey, kita cari kemana lagi?" tanya Ardan.

" Kita bagi tugas saja, kau ke arah pasar dan Sony ke arah jalan besar. Aku dan Syifa akan coba ke rumah kerabatnya." jawab Reyhan.

" Ya sudah, hubungi jika sudah ada kabar."

Ardan dan Sony pergi ke arah yang berbeda untuk mencari keberadaan orangtua Syifa.

" Fa, apa mungkin orangtuamu di rumah salah satu kerabat kalian?"

" Tidak, Rey. Ayah hanya memiliki satu adik tapi hubungan mereka tidak baik. Ibu berasal dari luar kota dan merupakan anak tunggal."

" Ya sudah, sebaiknya kita pulang dulu. Mungkin saja orangtuamu sudah pulang," saran Reyhan.

" Baiklah, semoga ucapanmu itu benar. Aku juga berharap orangtuaku sudah kembali, Rey." sahut Syifa menyetujui usul Reyhan.

Reyhan dan Syifa segera kembali ke rumah untuk memastikan bahwa orangtuanya sudah berada di rumah. Sampai di depan rumah, Syifa nampak terkejut melihat ada beberapa tetangganya berada di teras rumahnya.

" Pak, bu... kenapa semua berkumpul disini?"

.

.

TBC

.

.

Part 03

" Pak, bu... kenapa semua berkumpul disini?" tanya Syifa heran.

" Syifa, akhirnya kau pulang juga. Kami semua sedang menunggumu," jawab pria paruh baya yang ternyata ketua RT.

" Memangnya ada apa, pak?"

" Kamu yang sabar ya? Ada kabar buruk mengenai orangtua kamu."

" Kabar buruk apa, pak? Saya sedari tadi berkeliling mencari ayah dan ibu,"

" Tadi ada petugas kepolisian yang datang kemari dan mengabarkan tentang orangtuamu yang mengalami kecelakaan di dekat pasar."

" Apaa? Tidak mungkin! Ayah dan ibu pasti baik - baik saja, kan?"

Syifa langsung menangis dan hampir jatuh seandainya Reyhan tak menangkapnya. Tubuh Syifa terlihat lemah dan pucat.

" Pak, dimana orangtua Syifa sekarang?" tanya Reyhan.

" Mereka dibawa ke rumah sakit XX dekat pasar, Nak."

" Terimakasih, pak. Bisakah Anda menemani kami untuk kesana? Bagaimanapun juga kami butuh pendampingan orang dewasa."

" Iya, saya akan ikut dengan kalian."

Reyhan memapah tubuh Syifa masuk ke dalam mobil diikuti pak RT yang turut serta untuk mendampingi. Menurut petugas kepolisian, keadaan kedua orangtua Syifa cukup parah karena menabrak pembatas jalan saat menghindari seorang anak kecil yang menyeberang sembarangan.

" Pak, bagaimana keadaan ayah dan ibu saya?" tanya Syifa.

" Bapak juga kurang tahu, Fa. Kamu berdo'a saja semoga orangtuamu baik - baik saja." jawab pak RT dengan wajah sendu.

" Tapi Syifa takut, pak. Syifa tidak punya siapa - siapa lagi,"

" Fa, jangan bicara begitu. Ayah dan ibu pasti selamat," ujar Reyhan.

Reyhan mengirimkan pesan kepada Ardan dan Sony agar menyusul ke rumah sakit. Tak lama, Reyhan memarkirkan mobilnya di tempat parkir rumah sakit XX.

" Ayo, Fa. Tenanglah, semua pasti baik - baik saja."

Reyhan menggenggam tangan Syifa yang tampak gemetar. Gadis itu semakin lemah dan tak kuat lagi untuk menopang tubuhnya sendiri saat sampai di depan ruang IGD. Reyhan dengan sigap merangkul bahu Syifa agar tidak terjatuh ke lantai.

Sementara itu, pak RT menuju ruang informasi untuk mengetahui keadaan orangtua Syifa hingga tak lama kemudian dokter keluar dari ruang IGD.

" Dokter, bagaimana keadaan ayah dan ibu saya?" tanya Syifa cemas.

" Anda keluarga pasien atas nama siapa?" sahut dokter itu.

" Saya keluarga dari bapak Suryana dan ibu Aisyah," jawab Syifa cepat.

" Maaf, Nona. Apa ada keluarga yang mendampingi?"

" Iya, dokter. Ada tetangga saya akan membantu saya disini."

Dokter mengajak Syifa dan yang lainnya untuk masuk ke dalam ruangannya. Setelah semua duduk, dokter mulai membuka percakapannya.

" Begini, sebelumnya saya meminta maaf dan saya berharap kalian tabah menghadapi ini semua."

" Maksud dokter apa?" tanya Syifa.

" Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan ibu Aisyah. Beliau sudah tenang dalam tidurnya."

" Tidak mungkin, dokter! Ibu saya tidak mungkin meninggal." teriak Syifa.

" Syifa, tenanglah. Kuatkan dirimu, jangan seperti ini."

Reyhan memeluk erat gadis yang tampak sangat rapuh itu. Hatinya sangat terluka melihat gadis yang dicintainya menangis pilu.

" Dokter, bagaimana keadaan pak Suryana?" tanya pak RT.

" Maaf, keadaan pak Suryana sekarang juga sangat buruk. Sekarang beliau kritis dan hanya mu'jizat Allah yang bisa menyelamatkannya. Luka di kepalanya sangat parah, kami sebagai dokter terpaksa harus menyerah."

" Dokter tidak boleh menyerah! Selamatkan ayah saya...!" pekik Syifa.

" Syifa, sudah! Kendalikan dirimu, kita lihat keadaan ayah dulu dan mengurus jenazah ibu," ujar Reyhan yang merasakan tubuh Syifa semakin melemah.

Melihat Syifa yang histeris, Reyhan tak mampu lagi untuk menahan airmatanya. Hatinya ikut rapuh dengan kepergian ibu Aisyah. Walaupun tidak sering bertemu, namun orangtua Syifa telah mengajarkan tentang kebahagiaan dengan cara yang sederhana.

Reyhan ingat dengan pesan ibu Aisyah saat bertemu dengannya tadi pagi di sekolah. Reyhan yang merasakan betapa tulusnya kasih sayang orangtua Syifa.

FLASHBACK ON

Reyhan sedang duduk di taman saat semua teman - temannya berkumpul di aula sekolah. Hari ini kedua orangtuanya sedang melakukan perjalanan bisnis keluar negeri. Saat semua teman - temannya di dampingi orangtuanya, Reyhan hanya bisa datang sendiri tidak mungkin ia mengajak tukang kebun di rumahnya.

Saat Reyhan sedang melamun, ibu Aisyah yang habis dari toilet datang menghampirinya dengan senyum di bibirnya yang begitu menentramkan jiwa Reyhan. Dia sempat berkhayal seandainya orangtuanya seperti ibu Aisyah dan pak Suryana, mungkin hidupnya akan terasa sangat sempurna.

" Rey... kenapa kamu ada disini?" tanya bu Aisyah.

" Ibu, mmm... Reyhan tidak suka keramaian. Disini adalah tempat paling nyaman untuk saya." jawab Reyhan seraya tersenyum.

" Orangtuamu tidak datang?"

" Tidak,bu. Mereka sedang pergi keluar negeri, saya juga akan berangkat malam ini ke Amerika untuk melanjutkan pendidikan disana selama beberapa tahun."

" Rey, semoga kamu berhasil meraih cita - citamu. Kau adalah anak yang baik, ibu hanya ingin menitipkan Syifa kepadamu. Tolong jaga dia, ibu bisa tenang jika Syifa bersamamu,"

" Ibu jangan bicara seperti itu, Syifa itu butuh ayah dan ibu. Memangnya ibu dan ayah mau pergi kemana?"

" Ibu dan ayah tidak pergi kemana - mana, Rey. Hanya saja, jika suatu saat nanti kami tiada... ibu mohon jagalah Syifa, dia gadis yang terlihat kuat walaupun sebenarnya sangat rapuh."

" Rey janji akan menjaga Syifa, bu. Setelah Rey pulang dari luar negeri, Rey akan datang menjemput Syifa. Jujur, Rey sangat mencintai Syifa. Rey ingin sekali menjaga dan melindungi Syifa seumur hidup Reyhan."

" Terimakasih, Nak. Ibu senang jika Syifa bisa bersamamu."

Ibu Aisyah menggenggam erat tangan Reyhan seperti mengharapkan sesuatu yang besar pada putranya sendiri.

FLASHBACK OFF

Reyhan memapah Syifa ke ruang IGD untuk melihat ayahnya. Saat memasuki ruangan itu, Syifa menangis melihat keadaan ayahnya yang sangat memprihatinkan. Kepalanya penuh dengan luka dan tubuhnya terpasang beberapa alat medis.

" Ayah... kenapa jadi seperti ini," lirih Syifa.

Syifa meraih tangan ayahnya yang sudah lemah tak bertenaga. Dia hanya bisa menangis dengan terus menciumi tangan sang ayah.

" Syifa, kamu harus tegar. Aku tahu kamu gadis yang kuat." ucap Reyhan.

Reyhan membawa Syifa ke dalam dekapannya. Saat ini hanya hal kecil inilah yang bisa Reyhan lakukan untuk menenangkan Syifa yang sedang bersedih.

" Kenapa semua ini harus terjadi padaku, Rey. Ibu sudah pergi, keadaan ayah juga seperti ini. Aku tidak akan sanggup hidup seperti ini," tangis pilu Syifa seakan menghujam hati Reyhan.

" Kau harus kuat, aku akan selalu bersamamu." lirih Reyhan.

Tak lama, ayah Syifa membuka matanya dan menatap lekat anak gadisnya. Dengan perlahan ayah mengulurkan tangannya kepada Syifa yang langsung disambut dengan tangisan yang semakin kencang.

" Syifa, dimana ibumu?"

" Ayah... ibu baik - baik saja. Ayah harus segera sembuh,"

" Maafkan ayah, Nak. Sepertinya cukup sampai disini ayah bisa mendampingimu. Jadilah gadis yang kuat dan mandiri, jangan bergantung pada orang lain."

" Ayah jangan bicara seperti itu, Syifa masih membutuhkan ayah..."

" Ayah sudah tidak kuat lagi, Nak. Tadi ibumu datang dan mengajak ayah pergi,"

" Ayah... Syifa tidak mau sendirian. Syifa mohon jangan meninggalkan Syifa, yah."

Detak jantung pak Suryana semakin melemah dan genggaman tangannya hampir terlepas. Pria paruh baya itu menatap Reyhan memberi kode agar mendekat ke arahnya.

" Ayah, bertahanlah. Bukan hanya Syifa, Rey juga butuh ayah. Ayah harus berjuang untuk sembuh." ucap Reyhan sendu.

" Tidak, Rey. Sudah waktunya ayah pergi, ayah sudah tidak bisa menahan rasa sakit ini. Ayah punya satu permintaan padamu, tolong kabulkan permintaan ayah,"

" Apapun yang ayah minta, pasti Reyhan kabulkan. Ayah harus sembuh."

" Terimakasih, Nak. Ayah hanya minta kepadamu untuk menjaga Syifa setelah ayah pergi. Buatlah Syifa bahagia, jangan biarkan dia menangis. Berjanjilah untuk membuat Syifa selalu tersenyum."

" Reyhan janji akan menjaga Syifa, yah. Reyhan akan membuat Syifa bahagia bersama Reyhan."

" Terimakasih, Rey. Ayah titip Syifa kepadamu."

Uhuukkk! Uhuukkk! Uhuukkk!!!

Pak Suryana batuk sembari mengeluarkan darah dari mulut dan hidungnya.

" Ayaahhh...!"

.

.

TBC

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!