Rutinitas baru seorang Naila Nazhara adalah mengunjungi kelas kekasihnya dipagi hari, yang perlu ia lakukan adalah menyapa dan memberikan bekal berupa roti selai coklat yang telah ia buat. Hal ini sudah berlangsung dua bulan lamanya setelah ia resmi berpacaran dengan Ezra. Ini bukan sebuah beban baginya, ia benar-benar senang melakukannya.
Gadis yang kerap dipanggil Nanaz ini tersenyum malu. Jika mengingat tingkah laku Ezra saat berusaha mendekatinya benar-benar membuatnya tertawa. Cowok tampan itu hampir tiap hari menempel padanya dan terus mengajaknya berbicara, awalnya mungkin ia merasa sangat terganggu. Tapi semakin lama ia terbiasa, bahkan merasa ada yang berbeda bila Ezra tak ada disampingnya.
Dan bukannya ia tak tahu sifat pacarnya itu, Nanaz tau kalau Ezra hanya bersifat manis di depannya dan akan membuat onar jika tak ada dirinya. Tak hanya sekali atau dua kali Nanaz menemukan Ezra bergelut ditengah lapangan atau di kantin sekolah, tentu saja bertengkar. Dan Nanaz lah yang selalu menjadi penengahnya. Kalau mereka bilang Nanaz itu pawangnya Ezra, sebut aja nama Naila Nazhara biar Ezra jadi jinak lagi.
"Nanaazzz lo lama banget! Cepetan masuk."
"Ada apa Raf?
"Itu si Ezra ngulah lagi."
Niatnya Rafa baru aja mau cari Nanaz dikelasnya, tapi ternyata Nanaz udah berdiri disamping kelas. Hampir aja Rafa kelepasan mau pegang tangan Nanas, untung otaknya keinget sama tatapan membunuh Ezra, bisa gawat kalau Ezra beneran liat.
"Tuh liat kan?"
"Astagaa Ezraaa.." Teriak gadis itu panik liat Ezra lagi pegang sapu yang ditodongin ke lawannya.
"Loh, Nanaz udah datang?"
Seketika Ezra ngelempar sapunya dan kena lawannya beneran.
"Doni lo gapapa?!"
"Astaga sampe biru gini kepalanya."
"Gue gapapa Naz, urus aja tuh cowok lo!" Ketus Doni.
Nanaz masang wajah panik waktu liat kening Doni biru lebam. Kasian banget, pasti sakit.
"Don bawa ke UKS yuk, nanti kenapa-napa gimana."
"Ck! Nanaz ga liat Ezra juga disini?" Ucap Ezra mulai kesal.
"Liat kok aku kan punya mata."
"Terus kenapa nyamperin Doni, pacar kamu kan aku."
Ezra lagi pasang wajah sedihnya plus muka imut buat Nanaz dan cewek-cewek mencair kayak mentega meleleh. Lain lagi sama Rafa dan Doni yang nyaris mau muntah darah liatnya.
"Kan kamu yang salah, liat deh kening Doni sampai lebam."
"Aku juga luka kok."
"Eh mana??"
"Ini.." Ucapnya sambil nunjuk tangannya yang merah, yah hanya merah sedikit. Mungkin bekas garukan digigit nyamuk.
"Ck! Ezra jangan main-main deh! Buruan kamu temenin Doni ke UKS sana sebelum bel masuk."
Cowok berparas rupawan itu memasang wajah cemberutnya,
"Nanaz gitu ya... udah ga perduli lagi sama Ezra."
Tolong siapapun, Rafa sama Aldo beneran bakalan muntah liat kealayan ini. Walaupun udah sering liat tapi entah kenapa belum kebiasa juga. Mereka berdua bahkan gak tau kenapa cewek-cewek dibelakang sana malah teriak baper.
"Bukan gitu... tunggu dulu, kenapa kamu mau mukul Doni pake sapu?"
"Kenapa ya?"
Ezra mikir sebentar
"Mukanya ngeselin, kayak kecoak terbang. Jadi pingin mukul deh." Jelasnya sambil cengengesan.
Doni udah masang muka gerem pingin nampol, tapi sayangnya gak berani, takut ganggu proses penjinakan ini dan malah buat dirinya malah kena serang balik.
"Astaga Ezra gak boleh gitu! Kalau aku sebel sama kamu emang kamu mau aku pukul?"
Ezra nggeleng, "Gak mau..."
"Makanya ga boleh gitu, kan emang Ezra yang salah, minta maaf ya sama Doni?"
Ezra mandang Nanaz dengan tatapan sedih yang dibuat buat kemudian beralih natap Doni dengan tatapan membunuhnya, Doni sampai nelen ludahnya susah payah. Memang perubahan ekspresi yang sangat cepat.
"Maaf!"
Bahkan sehabis mengatakan maaf cowok itu mengubah raut wajahnya kembali menjadi sosok yang menggemaskan.
"Pinter... jangan di ulangi yang zra.."
Ezra ngangguk bawa tangan Nanaz ke kepalanya, kode minta dipuk-puk. Nanaz yang sadar langsung ngelus rambut Ezra sayang, imut banget kayak kucing yang kesenengan dielus sama tuannya.
...➳༻❀☕❀༺➳...
"Nanaaazz, paham ga yang dibilang Bu Jeje?"
"Paham kok."
"Guee enggaa, pokoknya nanti gue kerumah lo ya! Ajarin."
"Iya datang aja, tapi sebelum itu chat gue dulu yah."
"Okay!" Yuna ngacungin jempolnya.
Pelajaran pertama oleh Bu Jeje guru Fisika mereka telah seselai, sekarang pergantian jam pelajaran Bahasa Indonesia selama satu jam, kemudian barulah Bel istirahat pertama akan dibunyikan. Nanaz lagi masukin buku Fisikanya dan mengganti dengan buku pelajaran selanjutnya sambil nunggu guru berikutnya datang.
"Eh Naz... tau gak? Anak baru dikelas sebelah?" Ucap Yuna memulai topik pergibahan.
"Oh iya, Jinan ya namanya?"
"Iyup, Jinan. Lo tau? Katanya nih ya, dia udah buat onar. Padahal baru juga 2 minggu disini, heran deh. Katanya juga dia pindah karena dikeluarin."
Nanaz hanya memasang ekspresi bingungnya, tak terlalu tertarik dengan yang mereka bahas.
"Oh ya?"
Yuna ngangguk, "Tau Kak Zain?"
"Kelas 12 IPA 1 itu bukan?"
"Nah, Kak Zain digodain sama tuh anak. Padahal Kak Zain udah punya pacar, emang ya tau aja mana yang cogan."
"Terus, Miko anak 11 IPS 3, dia juga caper sama Mikoo. Astaga, padahal gue lagi berusaha gebet dia! Emang dasar Play Girl tuh anak."
Yuna berujar menggebu-gebu merasa kesal.
"Bencana banget deh dia pindah kesini, semua stok cogan disekolah kita digodain."
"Lo suka Miko Yun? Kok gue baru tau?"
"Hehe... ya gitu deh, dia nolongin gue pas lagi nyebrang. Lo tau kan gue gak bisa nyebrang? Dia tiba tiba datang dong sambil gandeng tangan gue."
Raut kesal gadis itu telah sirna berganti dengan wajahnya yang berbinar membayangkan kejadian lalu.
"Ohiya Naz!"
"Apaa?"
"Tadi maksud gue tuh hati hati sama Jinan, Kali aja dia deketin Ezra."
Nanaz mengangguk paham, sambil ngingat-ngingat wajah Jinan. Cantik sih, Jinan itu cantik banget malah, Nanaz sering ngeliat Jinan karena kelas mereka emang sebelahan tapi mereka sama sekali belum pernah bicara. Terbesit juga rasa waspada dalam hatinya.
"Pokoknya hati-hati yah, dia juga gabung sama geng Barbie girls."
Gadis itu sedikit terkejut, Barbie girls adalah geng yang diketuai oleh Queen kakak kelasnya di 12 IPA 5. Geng itu isinya hanyalah cewek-cewek cantik yang selalu membuat onar. Dulu ia ditawari langsung oleh Queen untuk bergabung, tapi tentu saja ia menolak. Pasti Tante nya akan marah kalau ia ikut geng tak berfaedah itu, akibatnya Queen menjadi sarkas saat melihatnya.
Nanaz heran kenapa banyak sekali yang berminat untuk bergabung dengan Barbie girls, yang ia tau jika kita bergabung dengan geng itu kita akan diakui sebagai gadis cantik dan tentu saja menjadi populer. Mudah mendapat pacar tentunya, geng ini juga terkenal hingga keluar sekolah.
"Selamat pagi, buka Pr kita minggu lalu. Kita periksa sama-sama ya. Yang gak siap tolong keluar aja."
Suara Bu Kiki yang memasuki kelas membuyarkan lamunan Nanaz. Gadis itu kaget saat melihat Yuna bangkit dari duduknya.
"Loh Yun, lo gak siap??"
Yuna ngangguk sambil nyengir.
"Kok nggak bilang dari tadi si?? Kan bisa liat punya gue."
"Tenang aja beb, gue sengaja kok."
"Hah sengaja??"
"Iyup! Miko jam olahraga hari ini. Gue mau liat wkwkwk."
Nanaz menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar jawaban Yuna, segitu sukanya dia sama Miko?
"Semoga beruntung deh..." batinnya dalam hati sambil melihat Yuna dan beberapa teman lainnya yang keluar kelas.
Tbc,
Haloo selamat datang diceritakuu, tolong luangkan satu detik kalian yang berharga untuk memberi vote di cerita ini ya. Jangan lupa komen nya juga ^^
Biar aku tetap semangat melanjutkan cerita ini.
Ezra sekarang lagi duduk berdua sama Nanaz di kantin. Mereka makan bakso semangkok bagi dua, sengaja Ezra yang minta katanya biar romantis. Karena Nanaz sayang, walau perut laper dan agak malu-maluin akhirnya dia nurutin aja apa maunya si pacar.
"Naz.... mau minumnya dong."
"Nanaz, kuahnya panas. Tolong tiupin dulu."
"Nanaz aku ga suka tahunya, kamu aja yang makan yah."
"Naaz suapin doong."
Ezra masang wajah ngambek, Nanaz dari tadi sibuk sama HP nya. Ga tau apa yang dimainin Nanaz disana, tapi keliatannya seru banget.
"Nanaz... Hape nya lebih menarik ya daripada aku?"
"Eh... bukan gituu."
"Terus kok liat Hape aja. Kan aku juga mau diliatin kamu."
Nanaz ngehela nafas, agak kesel juga sih, Untung sayang. "Yaudah aku simpan Hapenya."
"Buruan makan deh."
"Suapin, tangan aku tiba-tiba ga bisa digerakin."
Nanaz tau itu cuman alasan Ezra aja, tapi dia nurut mulai motong bakso besar pake sendok terus disuapin ke Ezra. Tapi sebelum bakso itu mendarat di mulut Ezra, malangnya bakso yang terlihat mantap dan menggugah selera itu harus jatuh ke meja karena seseorang ya memukul meja mereka.
"Nanaaaz!! Gapapa kan?? Tangan kamu ga panas kan?!" Ucap Ezra panik sambil bolak-balik tangan Nanaz.
"Gapapa kok Zra.."
"Woii! Lo ga bisa santai hah?! Kalau sampai tadi tangan Nanaz merah gimana?! Mau gue koyak kulit lo buat gantiin kulit dia?!?"
Ezra udah teriak-teriak kayak orang kesetanan, sampai semua orang di kantin pada liatin. Dia marah sama cewek yang datang-datang merusak suasana romantisnya.
"E-eh... maaf gue sama sekali ga sengaja. Tali sepatu gue copot jadi kesandung."
Nanaz kaget denger suaranya, itu Jinan. Ezra refleks liat kebawah, emang bener sih tali sepatunya copot. Tapi segala sesuatu yang buat Nanaz dalam bahaya ga bole dibiarin.
"Makanya punya mata buat dipake. Masak gasadar tali sepatu lo lepas hah?!"
"Gue lupa, kalau lo mau pasangin gih. Biar gue ga jatuh lagi."
Nanaz dan seisi kantin kaget dengernya, bisa-bisanya cewek ini nyuruh Ezra buat pasang tali sepatunya yang lepas. Bahkan dia udah majuin kaki kirinya duluan, pede banget mau dipasangin.
Awalnya semua diem, pasti udah mikir kalau Ezra mau ngeluarin kemarahannya. Berani banget Jinan nyuruh Ezra, tapi tiba-tiba semua nya pada pasang muka syok waktu Ezra bangkit dari bangkunya dan jongkok di depan Jinan.
Nanaz sendiri udah nutup mulutnya ga percaya apa yang dilihat. Sedangkan Jinan? Gadis itu tengah meletakkan tangannya dipinggang dan manaikkan dagunya hingga menampilakn kesan sombongnya.
"Tuh kan.... siapa sih yang bisa nolak pesona gue??"
Tapi yang dilakukan Ezra malah hal tak terduga, mana sudi ia mengikatkan sepatu cewek satu ini. Ezra melepas tali sepatu kanan Jinan dan mengikatkan kedua tali sepatu kanan dan kiri menjadi satu.
Cowok itu bahkan tak segan-segan mendorong Jinan kebelakang hingga membuat gadis itu kehilangan keseimbangan. Untung dibelakang ada Doni sama Rafa yang baru aja datang, kalau engga udah keenakan lantainya kena pantat Jinan.
"Ee busett, gue nangkep bidadari." Ucap Rafa.
Jinan menggeram kesal, "Lo apa-apaan sih?!" Jinan berusaha mengakkan badannya kembali, walaupun terasa sulit karena kedua tali sepatunya masih menyatu.
"Kenapa? Kan udah gue ikatin tuh talinya. Kurang rapi? Sini gue copot, biar gue iket dileher lo aja."
Nanaz dan seisi kantin tertawa mendegar ucapan Ezra. Ya tentu saja, tidak mungkin Ezra mau mengikatkan tali gadis itu. Nanaz menggelengkan kepalanya karena sudah berfikir buruk duluan.
Sekarang Jinan lagi natap sinis Ezra, mereka saling beradu pandang pandangan yang mematikan. Jinan juga sempat natap Nanaz tajam hingga membuat gadis itu sedikit kaget. Karena merasa malu Jinan meninggalkan kantin.
Brakkkk?!
Dan terjatuh kembali karena lupa melepas ikatan sepatunya yang masih saling menyatu. Gadis itu mengumpat kesal saat mendengar suara tawa dari seisi kantin kembali.
"Awas aja kalian!"
...➳༻❀☕❀༺➳...
Bel pulang baru aja bunyi, Ezra yang udah ngebet banget pingin cepet-cepet liat wajah cantik pacarnya langsung lari keluar kelas. Bahkan ketua kelas aja baru mau nyiapin persiapan pulang, dan gurunya masih duduk menyimpan kaca matanya ke dalam tas. Memang tidak punya sopan santun, tapi guru-guru yang mengajar dijam terakhir sudah memaklumi, karena hal ini sudah terbiasa terjadi. Ya palingan bentar lagi juga diseret ke ruang BK.
"Nanaaazz boyfriend tercintamu ini datangg~~"
Dengan riang cowok dengan jaket abu-abu yang tersampir dibahunya sedikit berlari, membuat beberapa orang dari dalam kelas menatap keluar jendela. Para gadis terlihat sedikit memekik saat melihat Ezra mengelap keringatnya.
Ya awalnya Ezra senyum senyum sendiri sambil bayangin pulang bareng Nanaz, boncengan berdua di atas motor dengan tangan Nanaz yang melingkar diperutnya pasti menyenangkan. Ya awalnya gitu, sampai ketika dia liat Nanaz lagi berdiri diluar kelas lagi bicara sama cowok manis atau bahkan terbilang cantik. Siapa dia?
"Woi! Ngapain lo disini hah?"
"Eh Ezra udah datang?"
"Iya Nanaz Boyfriend tercinta mu udah datang."
Sehabis menerima elusan lembut di rambutnya, Ezra kini memandang tajam pada cowok manis yang masih berdiri pada posisinya. Bahkan cowok itu terlihat menahan tawanya saat melihat Ethan, ya siapa sih yang ga ketawa? Awalnya keliatan galak tapi langsung lembek waktu disapa pacarnya.
"Liat apa lo sialan?! Ngajak berantem hah!" Teriak Ezra.
"E-eh, Ezra kok gitu sih?
"Tenang Naz, aku ga bakal macem-macem. Cuman mau colok itu mata aja."
Nanaz natap kesel Ezra, takut kalau pacarnya beneran bakal nyolok mata Lucas.
"Ezra.. kenalin, ini Lucas. Anak kelas X IPA 1" Jelas Nanaz.
"Oh Lucas, Lo Cowok ya? Kirain cewek"
Lucas yang di tanya gitu langsung pasang eskpresi bingung plus kesel.
"Buta ya? Ga bisa bedain mana cewek atau cowok."
"Eh sianjir ga ada sopan ni anak ama kakak kelas."
"Bukannya gak sopan, saya bersikap sesuai bagaimana kakak memperlakukan saya." Jawab Lucas tenang.
Nanaz ngehela nafas, Ezra selalu aja begini, gampang tersulut api.
"Ezra, Lucas tadi nemuin kartu pelajar aku yang hilang."
Ezra berdecih, "Yaudah kan? Kalau udah di balikin cabut sana."
"Yasudah Kak, saya permisi dulu."
Setelah mengucap salam, dan melemparkan senyum tampannya pada Nanaz akhirnya Lucas balik badan dan pergi meninggalkan mereka. Ezra yang sempat melihat senyum Lucas tadi ingin menggapai kerah adik kelasnya itu, tapi untungnya sebelum itu terjadi Nanaz buru-buru memeluk lengan Ezra dan memasang senyum andalannya.
"Ezra! Pulang bareng kan? Tapi aku piket kamu tungguin aku yah?"
"Eh iya, sampai subuh pun bakal aku tunggu kalau itu kamu hehe."
Nanaz tersenyum, melepas pelukannya pada lengan Ezra dan memukul bahunya pelan. Kemudian masuk kembali ke dalam kelas.
Ezra lebih memilih duduk dibangku panjang depan kelas Ezra. Hatinya masih diskoan karena Nanaz meluk lengannya tadi, sekarang bahkan doi lagi senyum senyum sendiri buat orang-orang yang lewat didepannya pada lari, takut kalau Ezra kesurupan.
Tbc,
Hai, ketemu lagi. Gimana menurut kalian cerita ini? Jangan lupa vote dan komennya yaa
"Naz... liat cas HP gue gak?"
"Ha? Ga liat tuh. Emang tante letakin dimana?"
"Heh! Berapa kali gue bilang jangan panggil tante!"
Nanaz hanya memasang cengiranya, ya memang adik kandung ayahnya ini sudah berulang kali memperingatinya untuk tidak memanggil tante. Karina Sayla, usianya 27 tahun, wanita berparas cantik yang masih lajang ini memutuskan untuk menjual rumahnya di London dan mengurus keponakan tersayangnya.
"Iya-iya.... emang kakak letak dimana sebelumnya."
"Lupa gue, kalau tau juga gue gak bakal tanya lo kali."
Nanaz mendengus, "Di laci kamar kakak gak ada?"
"Udah gue cari gak ada." Karina mendudukkan bokongnya di sofa. "Duhh sekaratt Hape guee."
"Di bawah tempat tidur?"
"Ya kali cas gue sampe situ. Emang dia punya kaki."
"Yakan siapa tau."
Nanaz merotasikan bola matanya, sedikit merasa kesal, membawa kedua tungkainya ke kamar Karina, mencoba mencari dibeberapa tempat.
Dan ya, Cas HP nya ketemu bukan di laci atau dibawah tempat tidur, melainkan di atas kasur tertutup selimut. Nanaz menghela nafas, kemudia dengan geram mengambil cas itu dan membawanya keluar.
"Ck! Ini apa?!" Ketus Nanaz menatap Karina yang tengah tiduran diatas sofa.
"Wahh, oh iya! Nemu dimana Naz?"
"Di atas kasur lah! Makanya nyari tuh pake mata kak bukan pake mulut. Ngomel aja."
"Dih yang ngomel kan kamu."
Ucap Karina sambil terkekeh, sebenarnya ia sengaja. Ia juga tau kalau cas nya ada di atas tempat tidur, Karina sendirilah yang meletakkannya disitu selepas baterai HP nya penuh.
"Eh, si Ezra dah lama gak main?" Tanya nya mengganti topik. Nanaz masih terlihat kesal saat ini.
"Nanti malam dia mau datang kok."
"Yess, sekalian dongg suruh bawain martabak. Lagi pengen gue."
"Dih, kakak beli sendiri dong, enak aja. Kalau Ezra bawa juga gak bakalan aku kasih ke Kakak."
Karina mencebik, "Pelit anjir, udah ah nanti gue chat sendiri si Ezra." Ujarnya dengan jari-jari yang menari diatas HP nya.
Nanaz hanya mengendikkan bahunya, kemudian ikut duduk disamping Karina dan menyalakan Televisi.
"Naz Naz lihat deh,"
Nanaz menoleh, melihat layar handphone yang ditunjukan Karina.
"Ganteng kan?"
"Banget. Siapa itu?"
"Bos gue dongg!"
Nanaz memandang kaget, difoto itu juga ada Karina yang berselfie berdua dengan Pria tampan itu. "Kakak pacaran sama Boss kakak?"
"Enggak dong, gue cuman main-main aja."
"Dih, dasar Playgirl."
"Masa muda tuh harus di nikmati Naz."
Nanaz hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tangannya meraih remot TV di atas meja dan menyalakannya.
"Oiyah, dua hari lagi gua gak bakalan ada dirumah."
"Hah? Kakak mau kemana?"
"Nemenin Bos gue dinas ke Bandung."
"Berapa hari?"
"Belum jelas infonya, biasanya sih seminggu."
Nanaz menghela nafasnya, "Sepi dong."
"Puk-puk sayangnya gue, gak usah sedih. Ajak si Yuna nginep." Saran Karina sambil mengelus rambut Nanaz.
"Bawa Ezra kesini boleh?"
"Heh! Lo mau berduaan sama dia disini?!"
"B-bukan gitu... maksudnya kan ada Yuna juga. Jadinya kan bertiga dia juga tidur di ruang tengah, kamarnya aku kunci."
Karina terlihat diam sebentar, "Hm, gue sih oke aja kalau gitu. Tapi lo kan tau sendiri tetangga mulutnya gimana? Pedasnya mengalahkan sambal buatan nenek."
Terdengar gadis muda itu menghela nafas. "Iya juga sih."
"Gue janji deh, beliin oleh-oleh yang banyak!"
"Oke." Balasnya tersenyum.
...➳༻❀☕❀༺➳...
Pagi ini sangat cerah, kelewat cerah bahkan sampai rasanya udah gerah banget padahal baru jam delapan pagi. Jadi minggu pagi ini, Nanaz Karina dan juga Ezra lagi lari-lari pagi dari rumah sampai ke taman.
Iya, dari habis subuh tadi Ezra udah nongol didepan pintu rumah mereka, bahkan masih pakai sarung. Katanya sih dia habis solat subuh berjamaah dimasjid dekat rumah Nanaz. Kebayang gak sepagi apa dia naik motor kesini.
Sekerang mereka lagi duduk diatas rumput sambil pijet-pijet kaki ringan. Capek coy rasanya.
"Pada mau minum apa nih?" Tawar Ezra.
"Jus jeruk dong!"
"Em, aku susu kotak aja." Ucap Nanaz.
"Oke, ditunggu ya!"
Setelah itu Ezra langsung lari ambil langkah seribu. Dia gak tahan liat Nanaz kehausan gitu, kasian jadi pengen peluk tapi takut digampar Karina :v
Suasana Taman hari ini cukup ramai, banyak yang lari-lari pagi seperti mereka ada pula yang hanya membeli sarapan pagi di penjual makanan pinggir jalan.
"Waw!" Teriak Karina tiba-tiba.
"Disini cogan~ disana cogan~ dimana-mana ku lihat cogan."
"Astaga, ingat yang dikantor kak."
"Yeu, namanya juga cuci mata Naz."
Nanaz hanya menggelengkan kepalanya, kalau Karina sudah pasti matanya hijau kalau melihat manusia berwajah tampan. Memang dasar wanita.
Gak lama kemudian Ponsel Karina berdering. Karina izin sebentar buat angkat telpon.
"Bentar ya Naz."
"Oke."
Karena merasa udah cukup duduk di rumputnya Nanaz berjalan ke bangku panjang. Masih dekat dengan tempat mereka duduk tadi, agar Ezra dan Karina dapat melihatnya nanti. Udah lebih dari lima menit Nanaz duduk, tapi Ezra belum balik juga.
Nanaz ngeliat kesekitar, tadi Ezra pergi ke arah yang ramai. Jika hanya membeli minuman botol atau instan seharusnya tidak akan lama kan?
Notifikasi HP nya bunyi, ada pesan dari Karina yang berisikan informasi kalau wanita cantik itu harus pulang duluan karena Bos kesayangannya sebentar lagi akan datang menjemputnya.
Gadis dengan celana training bewarna abu-abu ini bangkit dari duduknya, sambil menekan layar ponselnya mencari kontak sang kekasih, Nanaz bangkit mencari keberadaan Ezra.
Panggilan pertama dan keduanya tidak terangkat. Nanaz semakin khawatir takut terjadi sesuatu, taman juga semakin ramai ditambah penjual yang sibuk berteriak menjual dagangannya.
Setelah sibuk jalan kesana kemari, gadis itu menemukan kerumunan manusia yang berkumpul seperti mengelilingi sesuatu. Diantara mereka banyak yang berbisik, Nanaz yang mendengar bahwa seorang lelaki bertengkar dengan pacar awalnya ingin meninggalkan kerumunan tersebut.
Namun diantara celah dari sekitar dua puluhan manusia disana, manik mata sang gadis mendapati kekasih tampannya yang tengah memasang wajah emosi, dengan sepasang mata yang menatap lawannya tajam.
"Balikin woi! Beli di tempat laen sana!"
"Nggak! Apasih susahnya ngalah sama cewek."
"Anjir, uangnya juga pakai uang gue."
"Emang kenapa hah? Seharusnya lo bersyukur karena uang lo bisa berguna beli minuman untuk cewek cantik kayak gue!"
Nanaz menatap kaget, bagaimana bisa gadis itu ada disini? Semakin mereka beradu argumen semakin bising pula orang-orang yang berbisik disekitar.
Dengan terburu-buru, sebelum keadaan semakin runyam, Nanaz mengambil langkah maju kedepan. Mengesampingkan rasa malu yang mungkin akan didapatnya saat mata orang-orang juga tertuju padanya.
"Ezra! Ada apa? Kenapa masih disini?"
Begitu matanya mendapati Nanaz berdiri diantara dirinya dan lawan, Ezra langsung menarik gadisnya ke arahnya. Merasa waspada jika singa betina dihadapannya ini akan mengganggu sang pacar.
"Sabar Naz, aku belum dapat susu kotak yang kamu mau."
"Mau sampai kapan pun gak akan gue kasih ke lo tau gak!"
"Anjir, gue botakin juga rambut lo lama-lama!"
Ezra mulai kesal, apalagi saat melihat Jinan sibuk memainkan rambut yang digerainya itu. Jika saja susu itu tidak tinggal satu mungkin masalah akan beres dari tadi.
"Ezra udah, aku minum jus jeruknya Kak Karina aja. Dia tadi izin pulang kok." Ucap Nanaz menenangkan cowok disampingnya.
Lagi pula Nanaz sadar, Jinan pasti hanya ingin mengganggu Ezra saja. Jika ia sudah mendapatkan susu yang dia inginkan seharusnya ia segera pergi meninggalkan mereka, bukannya tetap berdiri disini dengan tampang menyebalkannya itu. Nanaz tidak suka pacarnya diganggu.
Ezra terlihat menghela nafas, namun mata tajamnya masih menatap Jinan yang tersenyum angkuh padanya. Nanaz yang menyadari itu menggenggam tangan Ezra, ia tak suka Ezra melihat gadis lain lama-lama walau matanya memancarkan kebencian. Ia tetap cemburu rasanya.
"Kita pergi." Ucap Nanaz entah kepada siapa. Gadis itu juga sempat mengucapkan maaf pada orang-orang yang merasa terganggu dengan keributan yang mereka buat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!