NovelToon NovelToon

DIA JUGA SUAMIKU

Part 1 PERNIKAHAN SUAMIKU

Laras berdiri memaku tubuhnya, menatap sepasang pengantin yang saat itu sedang melakukan proses ijab kabul. Dadanya terasa sesak, ribuan jarum terasa menusuk-nusuk hatinya hingga membuat Laras kesulitan bernapas.

Mati-matian perempuan itu menahan air matanya agar tidak jatuh membasahi pipinya. Kedua tangannya mengepal, meredam emosi yang bergejolak di dadanya.

Seluruh keluarga bersuka-cita, begitu pun para tamu undangan yang hadir. Mereka mengucap syukur setelah kedua mempelai akhirnya sah menjadi sepasang suami istri.

Laras menatap satu persatu keluarga dari mempelai pria. Laras jelas tidak asing dengan wajah mereka. Mereka adalah orang-orang yang selama ini selalu mengatakan padanya kalau mereka tidak pernah mengetahui tentang keberadaan suaminya. Suami yang sudah lima tahun meninggalkan Laras tanpa kabar berita.

Namun, kini mereka ada di sana. Tertawa bahagia tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Begitu pun dengan dia, pria yang baru beberapa detik yang lalu selesai mengucapkan ijab kabul di depan semua orang.

Dia, pria itu ... adalah pria yang sama yang pernah mengucapkan ijab kabul di depannya lima tahun yang lalu.

Galang Pratama, sang suami yang menghilang tanpa kabar, kini berada di sana, duduk di pelaminan bersama mempelai pengantin perempuan yang kini telah resmi menjadi istrinya.

Dunia Laras seolah berhenti, hatinya hancur seketika. Dia tidak pernah menyangka kalau pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu hari ini menikah dengan orang lain.

Setelah kepergiannya saat itu, Galang tidak pernah sekalipun mengabarinya. Namun, sebagai istri, Laras tetap menunggu dan selalu setia padanya. Laras berkali-kali datang ke rumah saudara-saudara Galang yang masih tinggal satu kampung dengannya, tetapi mereka selalu mengatakan kalau mereka tidak pernah mengetahui keberadaan Galang. Namun, hari ini Laras melihat mereka semua berkumpul di sana. Menyaksikan Galang menikah dengan perempuan itu, perempuan yang yang saat ini berstatus sebagai Nona Mudanya. Anak dari majikan tempatnya bekerja saat ini.

Laras terus menatap ke arah mereka di sana. Seandainya saja bisa, dia ingin sekali berlari ke sana dan berteriak pada semua orang kalau pria itu adalah suaminya. Namun, semua itu jelas tidak mungkin. Apalagi, pertemuannya dengan sang suami untuk pertama kalinya setelah lima tahun tidak bertemu justru berakhir dengan pertengkaran.

Pandangan mata Laras tak sengaja bertemu dengan tatapan Galang. Di sana, suaminya terlihat tampan dan gagah, bersanding dengan sang putri majikan yang terlihat bak ratu kecantikan. Sementara dirinya, berdiri di sini melayani tamu dengan baju seragam pelayan. Sungguh berbanding terbalik dengan mereka berdua. Laras memutuskan pandangannya, perempuan itu bergegas keluar dari kerumunan para tamu undangan. Sekuat apa pun dia mencoba, tetap saja dia tidak sanggup berdiri lebih lama di sana. Menyaksikan pria yang bertahun-tahun dia cintai bersanding di pelaminan dengan perempuan lain.

******

Dua hari sebelum pernikahan

Laras hampir saja menjatuhkan nampan berisi minuman di tangannya saat melihat siapa tamu yang datang ke rumah majikannya. Kedua tangannya yang memegang nampan tampak bergetar. Netranya menatap satu persatu orang-orang yang duduk di ruang tamu. Mereka semua pun terlihat terkejut saat melihat dirinya.

"Laras, ayo cepet suguhkan minumannya." Suara lembut sang majikan menyadarkan Laras.

"Ba-baik, Nyonya." Laras mendekat, meletakkan satu persatu minuman yang ia bawa di depan para tamu. Pandangan matanya menatap penuh kerinduan pada sosok tampan yang duduk tak jauh dari tempatnya saat ini. Laras hampir saja menyebut nama pria itu, tetapi suara majikannya membuatnya seketika membeku.

Dengan gemetar, Laras beranjak dari tempat itu. Kata-kata majikannya yang menyebut tentang pernikahan putri semata wayangnya dengan pria itu menghancurkan hatinya berkeping-keping.

Perempuan itu segera berlari ke belakang rumah besar sang majikan. Di sana, Laras menumpahkan air mata yang sedari tadi dia tahan. Laras menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Berharap, semoga saja apa yang di dengarnya itu tidak lah benar.

Pria itu, adalah pria yang selama lima tahun ini dia tunggu kabarnya. Pria yang setiap malam menghiasi mimpinya. Pria yang sangat dirindukan oleh sang putri semata wayangnya untuk dipanggil ayah.

Namun, kata-kata sang majikan yang menyebut tentang pernikahan pria itu dengan putrinya membuat hati Laras hancur seketika.

Laras terlonjak kaget, saat tiba-tiba sebuah tangan besar membekap mulutnya. Perempuan itu meronta, mencoba melepaskan diri, tetapi tenaganya kalah kuat.

"Diam!"

Laras membelalakkan mata saat melihat siapa orang yang telah membekapnya.

"Aku akan melepaskanmu, tapi kau harus diam!" Pria itu menatap Laras dengan penuh amarah.

Laras menganggukkan kepalanya, menatap tak percaya pada sosok pria di depannya.

"Mas Ga-la-ng …." Napas Laras terengah-engah.

"Kenapa kau ada di sini?!" Galang menatap penuh kemarahan.

"Mas Galang." Laras bermaksud memeluk pria itu, tetapi dengan kasar pria itu justru mendorong tubuh Laras hingga perempuan itu terjatuh.

"Mas, kamu …."

Laras menatap Galang dengan kedua mata berkaca-kaca. Tidak menyangka kalau pria itu dengan kasar mendorongnya.

Galang kembali mendekati Laras, menarik tangan perempuan itu hingga kembali berdiri, setelah itu, dengan tanpa belas kasihan tangan besarnya mencengkeram leher Laras.

"Dengar Laras! Jika sampai kau membocorkan rahasia tentang kita pada keluarga ini, aku pastikan, kau akan menderita seumur hidup!"

Laras menggelengkan kepalanya, sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan Galang yang mencekik lehernya.

"Aku akan membawa Ruby pergi jika sampai kau membocorkan tentang pernikahan kita pada mereka!"

Laras masih menggelengkan kepalanya, napasnya terasa sesak karena cengkraman tangan Galang semakin mengencang.

"Kamu dengar, bukan, apa yang aku katakan?" Kedua mata Galang menatap tajam penuh amarah.

Tubuh Laras semakin melemah karena hampir kehabisan napas, perempuan itu akhirnya menganggukkan kepalanya. Galang melepas cengkeraman tangannya kemudian menghempaskan tubuh perempuan itu hingga kembali terjatuh.

Laras terbatuk, perempuan itu menghirup oksigen dengan rakus, setelah beberapa detik yang lalu hampir separuh napasnya terhenti. Tangannya memegangi leher bekas cengkraman sang suami. Suami tercinta yang baru pertama kali ditemuinya setelah lima tahun berpisah.

Belum sempat Laras menetralkan napasnya, pria itu kembali mendekati Laras, kemudian menarik rambut perempuan itu. Laras meringis kesakitan. Wajahnya mendongak tepat di hadapan pria itu.

"Sekali lagi aku ingatkan padamu, jika sampai kau berani membongkar rahasia pernikahan kita, aku pastikan kau tidak akan pernah melihat Ruby lagi seumur hidupmu!"

"Tidak, Mas, jangan bawa Ruby pergi dariku, aku mohon …."

"Kalau begitu, tutup mulutmu serapat mungkin. Apa kau mengerti?!" Galang dengan tanpa belas kasihan kembali menarik rambut Laras, perempuan itu menangis merasakan sakit di kepalanya. Kedua matanya yang penuh air mata menatap tak percaya pada Galang.

Galang melepaskan tangannya dari rambut Laras, tak cukup sampai di situ, pria itu kembali mendorong tubuh Laras, hingga perempuan itu kembali terjatuh, meringkuk di atas rerumputan yang basah.

"Dasar perempuan brengsek!"

Galang berlalu meninggalkan perempuan itu. Bertemu dengan perempuan itu mengingatkan dia pada luka lamanya.

'Sial! Kenapa aku harus bertemu lagi dengannya?'

By: Nazwatalita

Bab 2 ANDAI WAKTU BISA DIPUTAR

"Aku brengsek?" Perempuan itu menggerakkan bibirnya perlahan. Lidahnya terasa kelu untuk mengumpat akan perlakuan sang suami barusan.

Kalau dia brengsek, buat apa dia mencari keberadaan suaminya selama bertahun-tahun? Buat apa dia jauh-jauh pergi dari desa dan merantau ke kota ini?

Perempuan itu mencubit lengannya berkali-kali. Ya, terasa sakit. Ini bukanlah mimpi, tetapi kenyataan pahit.

Lima tahun dia menunggu, bukan waktu yang sebentar. Dia tetap bersabar sembari menunggu kabar dari suaminya. Betapa pengharapan ini dia pupuk sehingga terus tumbuh dan suatu saat dia bisa berkumpul kembali bersama sang suami dengan kondisi yang lebih baik. Galang lulus kuliah, bekerja dan menjemput mereka, dia dan putrinya untuk tinggal bersama kembali.

Harapan itu yang sekarang terhempas tiba-tiba saat dia mendengar kabar ini langsung dari mulut seorang Galang Pratama!

Perempuan itu masih meringkuk di rerumputan. mengusap kasar wajahnya yang bersimbah air mata. Matanya menatap nanar sang suami yang berlalu dari hadapannya.

"Ya Tuhan, kenapa aku dipertemukan dengannya dengan cara seperti ini?"

Laras bangkit dan dengan langkah tertatih dia kembali ke rumah.

*****

Percakapan disertai gelak tawa yang dia dengar secara tak sengaja di ruang tamu itu, masih terngiang-ngiang telinganya.

Laras berusaha meneguhkan hati meskipun dengan tubuh yang gemetaran. Dia tidak mau orang lain tahu hubungan spesial yang pernah terjadi dan sekarang masih terjalin antara dirinya dengan calon menantu majikannya.

"Astaga, Laras! Kamu kenapa?" Laras segera membekap mulut bi Minah.

"Sstt .... Aku tidak apa-apa, Bi. Hanya kelilipan."

"Tapi rok kamu kotor," bantahnya. Perempuan berumur sekitar lima puluh tahun itu mengamati penampilan Laras.

"Tidak apa-apa, Bi. Hanya terjatuh saat sedang menyapu halaman."

"Laras ijin ke kamar dulu ya, buat ganti pakaian." Perempuan itu berlalu menuju kamarnya. Sudut matanya menangkap bayangan Bi Minah yang terlihat mencurigai gerak geriknya.

Ya, siapa pun pasti akan curiga. Dia baru datang dari luar rumah dengan pakaian yang kotor, ditambah lagi wajahnya yang sembab, habis menangis. Fix, tentunya bukan sekedar jatuh biasa, kan?

Laras memasuki kamar sederhana yang terletak di bagian belakang rumah besar itu. Ruangan itu tidak berapa luas, hanya berukuran 3 x 3 meter. Bahkan isinya cuma kasur dan satu lemari pakaian.

Perempuan itu menanggalkan pakaiannya yang kotor kemudian melangkah menuju cermin. Hanya dengan mengenakan pakaian dalam, dia melihat bayangan tubuhnya sendiri.

Cantik.

Dia mengagumi kemolekan tubuhnya sendiri. Tak ada yang salah dengan fisiknya. siapapun lelaki yang melihatnya, pasti akan tergiur dengan lekuk tubuh bak model itu, walaupun sehari-hari dibalut dengan pakaian yang sederhana ala pembantu rumah tangga.

Laras tak habis pikir kenapa Galang tega meninggalkan dan memutuskan menikah dengan wanita lain?

Kalau soal cantik, dia pun tak kalah cantik, meskipun kecantikan yang dimilikinya hanyalah kecantikan khas pedesaan. Lantas, apakah karena harta?

Ya, mungkin saja. Apalagi mengingat nona mudanya adalah seorang putri pengusaha yang kaya raya, Tuan Naufal Chandra Wibowo, pemilik perusahaan media terkenal di negeri ini, CNI Grup.

*****

Sementara dari luar kamar, kesibukan sangat terasa. Orang-orang yang datang silih berganti. Mereka memiliki tugas masing-masing. Akad nikah Nadine dengan Galang rencananya akan dilaksanakan di rumah besar ini, sedangkan resepsi akan mengambil tempat di sebuah aula di hotel berbintang lima.

Galang sangat beruntung bisa mempersunting seorang gadis secantik dan sekaya Nadine Chandra, meskipun semua itu didapatnya dengan menaburkan garam diatas luka istri pertamanya.

Laras tidak peduli dengan segala hiruk pikuk di luar kamarnya. Dia masih terus menangis meratapi nasibnya yang malang. Andaikan dia tahu bahwa kejadiannya akan seperti ini, tentunya lebih baik tidak usah kemana-mana, lebih baik dia tidak tahu fakta yang sebenarnya dan yang terjadi di dengan suaminya.

Andai waktu bisa diputar, lebih baik dia tidak pernah menikah dan menuruti wasiat yang dianggapnya konyol itu. Untuk apa Galang menikahinya, kalau setelah sebulan dia malah pergi dengan menitipkan benih di rahimnya? Ah, kepala Laras mendadak pening.

"Laras!" teriak bi Minah tertahan saat membuka pintu kamar.

"Kamu kenapa Laras? Kenapa menangis?" Perempuan tua itu mendekat.

"Tidak apa-apa, Bibi, hanya sedikit pusing. Maaf ya, Laras belum bisa membantu pekerjaan Bibi."

"Tidak apa-apa, istirahat saja dulu," sahut Bi Minah. "Nanti setelah orang-orang itu pergi, kamu kembali bekerja dan membersihkan seisi rumah ini."

Ya, tugas Laras di rumah ini adalah membersihkan seisi rumah dan memastikan semua perabot yang menghiasi rumah besar bak istana ini tetap bersih dan teratur.

"Iya, Bi. Laras memang ingin istirahat dulu sebentar." Laras memejamkan mata sejenak.

Tangan tua itu terulur dan menempel di dahi Laras.

"Dahimu hangat, Laras. Baiklah, nanti akan Bibi carikan obat untukmu. Kamu berbaring saja dulu." Kepala tua itu menggeleng prihatin.

Perempuan tua nan baik hati itu segera meninggalkan kamar, setelah menutup pintunya rapat-rapat. Laras menghela napas. Dia berusaha memejamkan mata.

Sementara di luar kamarnya, suara hiruk-pikuk semakin terasa. Orang-orang yang berasal dari wedding organizer tengah sibuk mendekor ruangan tempat acara akad nikah berlangsung. Kesibukan yang tak kalah juga terjadi di dapur. Para pelayan yang sibuk memasak untuk dihidangkan kepada orang-orang itu.

Suara barang-barang yang diletakkan. Gelak tawa dan cerita tentang sang putri raja yang jatuh cinta kepada seorang lelaki dari kalangan biasa, menghias percakapan diantara orang-orang itu. Suaranya semakin sayup terdengar di telinga Laras.

Fisik dan hatinya yang lelah membuat perempuan muda itu begitu mudah tenggelam ke alam mimpi.

*****

Sementara itu, tanpa disadari oleh seorangpun yang berada di rumah besar bak istana ini, sepasang mata memperhatikan gerak-gerik Laras yang melangkah tertatih menuju dapur dan akhirnya masuk ke dalam kamar.

Sepasang mata setajam elang itu tak mau kehilangan menangkap sekecil apapun yang tampak di depan mata. Seorang wanita yang telah dia tinggalkan lima tahun yang lalu dan akhirnya bertemu kembali hari ini.

Lelaki itu berjalan mondar-mandir, sesekali ia berbicara dengan orang-orang yang tengah mempersiapkan keperluan pernikahannya.

Dia terus berjalan menyusuri setiap lorong yang ada di rumah ini dan berhenti di dapur. Lelaki itu menghampiri Bi Minah yang terlihat tengah membuat secangkir teh.

"Lagi buat apa, Bi?" tegur Galang tiba-tiba.

Perempuan tua itu terkesiap. Matanya terbelalak saat melihat siapa sosok yang tengah berdiri tepat di belakangnya.

"Den Galang?" Lirih perempuan tua itu.

"Kenapa ke sini?"

By : Jannah Zein

Part 3 PERTEMUAN DENGAN NALENDRA

"Den Galang?" lirih perempuan tua itu.

"Ada apa ke sini?"

"Ehmm, tidak apa-apa, Bi," jawab Galang sembari tersenyum memaksa, pandangannya berkeliling.

"Apa ada yang bisa saya bantu, Den?" Bi Minah menatap pria yang akan menjadi calon majikannya itu.

"Bi Minah, Laras mana?" Salah satu asisten rumah tangga yang lain mendekati Bi Minah. Perempuan muda itu menunduk, merasa canggung saat melihat calon majikannya yang baru ternyata berada di dekat Bi Minah.

"Laras kurang enak badan, lagi istirahat sebentar di kamarnya." Bi Minah menunjuk ke arah kamar yang ditempati Laras.

"Nanti Bibi bangunin kalau orang-orang sudah pulang. Biar dia yang beres-beres," jelas Bi Minah lagi sambil menatap Eneng yang terlihat cemberut.

"Ohh ... ya sudah kalau gitu, cuma nanya, karena dari tadi dia nggak kelihatan, padahal semua orang sedang bekerja." Perempuan itu mengerucutkan bibirnya.

Sementara tanpa sepengetahuan Bi Minah, Galang diam-diam pergi dari sana. Pria itu pergi ke belakang, menuju kamar yang tanpa sengaja di tunjuk Bi Minah saat asisten rumah tangga tadi bertanya tentang Laras.

Galang membuka pintu kamar dengan pelan, mengintip dari pintu, memastikan kalau itu benar kamar yang ditempati oleh Laras. Galang menyelinap masuk, kemudian menutup pintu kamar itu dan menguncinya.

Laras yang baru saja membuka matanya begitu terkejut saat melihat Galang. Perempuan itu segera bangun dari ranjang.

"Ma-Mas Galang ...." Galang segera mendekati Laras, kemudian membekap mulut perempuan itu.

"Diam!" Galang menatap tajam perempuan itu. Laras menganggukkan kepalanya. Galang menatap perempuan itu, perempuan yang pernah singgah di hatinya untuk pertama kali. Perlahan Galang melepaskan tangannya dari mulut Laras.

"Aku hanya ingin mengatakan padamu, setelah pernikahanku dengan Nadine, aku akan mengurus perceraian kita secepatnya. Jika sampai kau membocorkan pernikahan kita pada keluarga ini, maka aku tidak akan segan meleyapkanmu dan juga Ruby!" Galang bicara dengan nada penuh penekanan.

"Mas Galang ...." Laras menatap pria itu dengan kedua mata berkaca-kaca. Merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan pria di depannya ini.

"Kau pikir aku percaya begitu saja bahwa Ruby itu benar-benar anakku, huh? Jangan pikir selama ini aku tidak tahu kelakuan Jal4ngmu itu di kampung! Dasar wanita murahan, sudah punya suami masih tidak bisa menjaga harga diri!" Galang kembali menambahkan.

Semenjak pergi ke Ibukota untuk melanjutkan kuliah, sebenarnya Galang sangat merindukan Laras. Tapi dia terus-terusan dicekoki berita palsu tentang Laras, keluarganya memfitnah Laras sering tidur dengan banyak pria, Laras dituduh tak ubahnya seorang J4lang yang kesepian ditinggal suami. Hal inilah yang membuat Galang mulai menanam kebencian.

Jika Laras bisa mengkhianatinya, maka dia pun bisa, itulah yang ada di pikiran Galang. Sejak saat itu dia tidak ingin lagi menganggap Laras sebagai istri.

Beberapa bulan berlalu Galang pun bertemu Nadine, lantas dia mengaku sebagai bujangan. Hingga mereka saling jatuh cinta, dan kemudian menjalin hubungan asmara.

Galang mengulurkan tangannya mencengkeram rahang Laras dengan kasar.

"Katakan dengan siapa saja kau pernah tidur selama aku pergi! Katakan siapa sebenarnya ayah Ruby!" seru Galang dengan mata berkilatan, dia ingin meluapkan semua dendamnya pada Laras.

"Aku tidak melakukan semua tuduhanmu, Mas. Ruby itu anakmu, darah dagingmu, hiks ...." Laras menangis sesunggukan, mendengar tuduhan keji dari mulut Galang.

Wanita malang itu juga meringis sakit, karena tangan Galang yang mencengkeram rahangnya, ini membuat Laras kesulitan untuk bicara.

"Bohong! Mana mungkin Ruby itu anakku, sedangkan kita baru bersama satu bulan saja?!" Galang mendorong Laras, hingga wanita malang itu terjatuh di tepi tempat tidur.

"Jangan pernah mengaku-aku bahwa Ruby adalah anakku! Jika itu sampai terjadi, maka aku tak segan untuk melenyapkan kalian berdua, berikut ibumu di kampung yang penyakitan itu!" Galang kembali menegaskan ancamannya. Pria itu beranjak dari hadapan Laras. Namun, sebelum dia membuka pintu, pria itu kembali menatap Laras.

"Ingat semua kata-kataku, Laras, karena aku tidak pernah main-main dengan ucapanku!"

Laras menangis sambil memegangi sikunya yang terasa sakit, karena membentur sisi ranjang, tetapi rasa sakit itu rasanya tidak berarti apa-apa, dibanding sakit yang menyayat hati akibat tuduhan Galang.

Itu adalah interaksi terakhir Laras dengan Galang, sejak hari itu mereka tidak pernah bicara lagi sampai hari ini.

"Laras, mengapa kau melamun?" Suara nyonya Chandra menyadarkan Laras, membawanya kembali ke masa sekarang.

Di mana hari ini suaminya itu telah menikah lagi, menikah dengan wanita yang kaya raya, dan sudah pasti lebih segalanya dibanding Laras, wanita yang juga berstatus sebagai Nona Muda di tempat ia bekerja sebagai pembantu.

"Eh, a-anu, tidak ada apa-apa kok Nyonya. Maaf, saya menjadi kurang fokus, akhir-akhir ini saya agak kelelahan karena pekerjaan menjadi begitu banyak," jawab Laras membuat alasan.

Nyonya Aline Chandra tersenyum maklum. "Ya, itu karena resepsi pernikahan Nadine yang diadakan secara besar-besaran. Tapi kamu tenang saja, saya sudah menyiapkan bonus untuk semua pelayan setelah resepsi ini selesai."

"Terima kasih, Nyonya."

Nyonya Aline kembali tersenyum, meskipun menyandang status sebagai Nyonya besar di sini, tetapi dia selalu memperlakukan semua asisten rumah tangganya dengan sangat baik.

"Laras, saya mau minta tolong carikan mawar di supermarket, ya. Ini sebenarnya kesalahan dari WO, seharusnya mereka sudah menyiapkannya untuk ditabur di kamar pengantin, entah mengapa mereka bisa lalai seperti ini," keluh Nyonya Aline sambil mendecakkan bibir.

Lantas wanita paruh baya itu mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet, untuk diberikan kepada Laras.

"Kamu cari di supermarket terdekat, ya," perintah Nyonya Aline.

Laras menganggukkan kepala, lalu menerima uang yang diberikan nyonya Aline. Dia melangkah lunglai, meninggalkan rumah megah yang menjadi tempat resepsi pernikahan suaminya itu dengan perasaan hancur.

Bagaimana tidak hancur, sebagai seorang wanita yang memiliki perasaan, hatinya saat ini terasa diiris-iris. Pergi membelikan mawar yang akan dijadikan pengharum kamar, dan nantinya kamar itu akan menjadi tempat bagi suaminya sendiri melewati indahnya malam pengantin dengan wanita lain.

Miris, bukan?

Ya, Tuhan ... wanita mana yang tidak akan merasa hancur, jika berada di posisi Laras?

Sementara itu Nyonya Aline kembali menemui suaminya yang sedang menyambut tamu-tamu kehormatan.

Di antara mereka yang datang adalah orang penting di Ibukota, termasuk juga para kolega bisnis dari keluarga Chandra.

"Bagaimana? Apa sudah ada kabar dari anak nakalmu itu?" Tuan Naufal Chandra berbisik di telinga istrinya.

"Belum, bahkan ponselnya saja tidak aktif," sahut Nyonya Aline dengan wajah kesal.

Tuan Naufal berdecak kesal, dia jengkel karena putranya itu tidak buru-buru pulang, dan masih saja sibuk dengan urusan perusahaan, padahal dia seharusnya turut berbahagia di sini, merayakan pernikahan saudari kembarnya.

***

Nalendra Chandra, pria yang tak lain adalah saudara kembar Nadine Chandra sudah tiba di Jakarta. Dia buru-buru terbang dari New York setelah menyelesaikan kesepakatan bisnisnya, semua ini dia lakukan demi kebahagian saudarinya tercinta.

Akan tetapi, karena terlalu buru-buru dan memang waktunya mepet, Nalendra lupa membelikan kado pernikahan untuk saudari kembarnya. Oleh karena itu, dia tidak langsung pulang ke rumah, melainkan singgah sebentar di supermarket untuk membelikan kado.

Dengan akalnya yang jahil, Nalendra memasuki outlet pakaian wanita, dia berniat menghadiahkan sebuah lingerie untuk saudari kembarnya itu.

"Aku mau yang itu!" tunjuk Nalendra pada sebuah lingerie bewarna merah di dalam rak kaca.

Nalendra terlihat santai saja, malah penjaga toko itu yag menjadi sedikit gugup.

Penjaga toko itu terlihat kagum pada Nalendra, pria ini berperawakan tinggi besar, memiliki wajah tampan dengan garis rahang tegas, tatapannya tajam, ditambah aroma maskulinnya yang memabukkan indra penciuman wanita.

Sudah seperfect itu, Nalendra tidak malu untuk membelikan pakaian wanitanya. Sungguh pria romantis dan penyayang, begitulah pikir wanita penjaga toko tersebut.

Gadis penjaga toko itu mengambil lingerie dengan model super seksi, yang diinginkan Nalendra dengan tangan gemetar, sementara matanya masih mengagumi ketampanan Nalendra.

"Mengapa kau menatapku seperti itu? Apa ada yang salah?" tanya Nalendra dingin sambil menaikkan sebelah alis matanya.

"Tidak ada, Tuan," jawab pegawai itu gugup, dia bergegas membungkus pesanan pelanggan tampannya itu.

Setelah mendapatkan satu hadiah pernikahan untuk kembarannya, Nalendra ingin pergi ke toko bunga, untuk membelikan bunga anggrek putih kesukaan mommynya.

Braakk!

Baru saja Nalendra melangkahkan kaki untuk memasuki toko bunga tersebut, seorang wanita yang berjalan menunduk tiba-tiba menabraknya.

Meski wanita itu terjatuh, tetapi Nalendra sama sekali tidak berniat untuk membantunya. Dia membuka kaca mata hitam yang dikenakannya, lalu menghunuskan tatapan kesal.

"Makanya, kalau jalan itu lihat ke depan, jangan ke bawah!" seru Nalendra dingin.

Laras berdiri dengan susah payah, pikirannya yang kacau membuatnya benar-benar tidak fokus.

"Sudah tahu ada wanita yang jatuh, bukannya ditolong malah diomelin!" geram Laras kesal, dia menghentakkan kaki lalu beranjak dari tempat tersebut dengan bibir menggerutu.

"Hey, masalah kita belum selesai!" teriak Nalendra.

Laras tidak mau menyahut, dia meneruskan langkah untuk kembali ke rumah majikannya.

Sementara itu, Nalendra memandangi Laras dari pintu toko bunga sambil mengumpat kesal.

"Dasar wanita gila! Jelas-jelas dia yang salah, dia sendiri yang menabrakku. Awas saja kalau bertemu lagi!" rutuknya jengkel.

By: Poel Story27

Bersambung ....

Jangan lupa berikan dukungan untuk novel ini, ya.

Jangan pelit untuk memberikan like, komen, dan hadiah, oke😊

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!