NovelToon NovelToon

LOVE And LIFE

PENGANTAR

Perkenalan Tokoh.

...🍂Narendra Putra Aryan🍂...

...Arend...

CEO muda yang tampan, pemilik sekaligus pendiri perusahaan Smart Phone N~A Cell. Di kenal sebagai pria dingin tak terjamah.

...----------------...

...🍂Syeira Malik🍂...

...Syeira...

Gadis cantik yang periang dan pemberani, berprofesi sebagai seorang wartawan pemburu berita media onlin.

...----------------...

...🍂Zico El Aryan🍂...

...Zico...

Pria berambut pirang yang tampan. Penakluk wanita sebagai partner ranjang.

...----------------...

...🍂Cellin Nabila🍂...

...Cellin...

Gadis berkerudung yang penyayang dan ramah.

...****************...

...🍂Uncle Rain Cosa🍂...

...Bos Mafia Klan Cosa...

...----------------...

...🍂Mikaila Bapa Aaron🍂...

...Mikaila...

Putri Aaron. Biasa di panggil Aila, tapi Arend lebih suka memanggilnya Kei.

Chapter 1

Di sebuah Gedung perusahaan *Smart Phone N~A Group* tengah ramai para Pengusaha, CEO. Dan orang-orang ternama dari dunia bisnis, baik dalam maupun luar negri.

Begitu pula para wartawan pria dan wanita yang meliput dari berbagai sumber Chanel berita dan majalah sosial media (onlin). Acara Launching produk terbaru *Smart Phone N~A Group* tengah berlangsung.

Narendra Putra Aryan adalah CEO muda pemilik serta pendiri perusahaan ini. Sebentar lagi acara akan dimulai, namun kedatangan satu orang yang belum juga menampakkan batang hidungnya menjadi alasan mungkin saja akan sedikit di tundanya acara mengundur waktu untuk beberapa menit.

Narendra tengah duduk di sebuah sofa panjang, menyenderkan tubuhnya yang menawan. Ia selalu terlihat tampan berlebihan. Wajah yang rupawan berjambang. Mata yang cantik dengan sorot nya yang tajam. Kharismatik, menarik. Dan, hanya saja dia dingin, bahkan di dunia bisnis yang namanya baru melejit ia sudah di kenal kejam.

Terlihat Papah nya Aryan dan Mamahnya Ayla tengah berdebat kecil sambil sibuk menghubungi seseorang lewat ponsel. Siapa lagi yang mereka tunggu jika bukan Sang Cassanova Zico yang kini tengah melangsungkan Hot Game yang menjadi candu untuk nya.

Aryan dan Ayla mendekat ke arah Narendra.

"Kita mulai saja, Arend. Tinggalkan anak Br3n9 sek itu. Tidak perlu menunggunya lagi."

Aryan membuka suara, terdengar jelas jika ia tengah kesal. Zico putranya belum juga bisa bertanggung jawab di usianya yang sudah dewasa. Selalu saja ada hal yang membuat Aryan marah kepadanya.

"Maaas.!"

Ayla tidak terima Aryan yang mengumpat kesal pada putra nya.

Arend berdiri. Ia merapikan Jas nya. Lalu mengambil ponsel di sakunya.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

Seorang wartawan cantik berlari memasuki lobi perusahaan N~A Grup, Dia lah Syeira, gadis panti asuhan yang bekerja sebagai wartawan pemburu berita.

Scurity yang melihatnya berlari membiarkannya tanpa menghalangi karna sudah terlihat dari pakaian yang dikenakannya jika dia adalah salah satu orang yang pasti berkepentingan meliput berita di perusahaan saat ini. Syeira pun sempat menunjukkan ID nya saat berlari melewatinya tadi.

Lagi, Syeira terlambat, memang sudah menjadi kebiasaan buruknya.

"Tunggu,,,!"

Syeira berteriak pada orang-orang yang berada di dalam lift, ia ingin masuk dan ikut naik ke lantai atas, namun sudah terlambat, pintu lift sudah tertutup dan tanda angka sudah berjalan.

"Aaaahh, Si\_- al."

Syeira memutar arah menuju tangga, gila saja jika dia melakukannya, acara launching itu di gelar di lantai 12. Dan ya, bukan Syeira namanya jika tidak gila dan nekat.

Syeira terus menaiki anak tangga sambil berlari. Satu lantai terlewati, dua, tiga, dan seterusnya. Tenaganya terkuras hampir habis dan menyerah.

Syeira berhenti di tangga menuju lantai terakhir. Ia menarik nafas dalam, Ter engah-engah dan kembali melanjutkan langkahnya berlari. Usaha tak mengkhianati hasil. Syeira sampai di lantai pertemuan.

Ada dua penjaga bertubuh besar di depan pintu, Syeira menunjukkan ID nya. Dan mereka membukakan pintu mempersilahkan Syeira masuk. Syeira celingukan mencari temannya yang berprofesi sebagai Cameraman.

"Syeira..! Sebelah sini."

Seorang pria berkacamata yang sudah standby dengan Kameranya memanggil Syeira. Dia adalah Bim, teman kerja Syeira.

Kacau, satu kata untuk menggambarkan penampilan Syeira saat ini. Ia terlihat Kumal dengan wajahnya yang penuh keringat. Bajunya yang tak lagi rapi, bahkan rambut nya yang di kuncir kuda pun acak-acakan dan lepek.

"Kamu dari mana aja, sih? Untung acaranya masih di tunda. Dan belum di mulai."

Syeira berhenti di sampingnya sambil membungkuk, tangannya berpegangan pada bahu Bim, Ia ngos-ngosan.

"Baguslah. hah, hah, hah\_"

Syeira mendongakkan kepala. Ia mulai melihat sekeliling. Ramai penuh.

"Kenapa kamu ambil tempatnya di belakang? Nanti gimana kalau kita mau bertanya, Bim? Aduh...\_"

"Siapa yang kamu salahkan, Syeira? Aku sudah nungguin kamu hampir 2 jam. Sampai semua orang masuk."

Keributan mereka terhenti tiba-tiba. Kedatangan Narendra sang CEO perusahaan ke atas podium di iringi beberapa orang di sampingnya menarik perhatian. Semua orang diam tenang dan terfokuskan ke arah mereka. Begitupun Syeira dan Bim.

"Ah, S1\_-4al,,,\_ Posisi ini menyulitkan ku untuk bisa ber interaksi dengannya."

Syeira masih ngedumel karna tempat mereka yang di pilih Bim temannya tidak sesuai harapan.

Hampir saja Zico terlelap dan memejamkan mata. Namun dering Ponselnya membuat ia kembali melebarkan mata dan tersadar. Zico melepas tangan partner ranjangnya yang bahkan kini ia lupa siapa namanya.

Ya, Zico baru saja selesai dengan game panasnya, di sebuah kamar hotel VVIP.

Wanita itu ia temui sore ini di lobi hotel secara tidak sengaja. Perkenalan singkat di dalam lift membawa mereka asyik berolahraga di siang yang panas.

Kembali lagi dengan ponsel Zico yang berdering. 1 panggilan masuk.

Tuan CEO

Calling,,,

Semenjak Arend memutuskan untuk membangun sendiri usahanya tanpa embel-embel Aryan, Zico selalu memanggil Arend dengan sebutan Tuan CEO. Bahkan Arend sampai merasa kesal karna nya.

"Come? Or No?" Suara bariton Arend yang berat, dingin dan tegas terdengar begitu seksi di telinga setiap kaum hawa yang mendengarnya.

"Oouuwh, Shh11t, Sorry, sorry, gua lupa. Gua on the way sekarang juga."

Zico kelabakan, ia melupakan satu hal penting yang akan menjadi sejarah lagi di hidup Arend sang saudara, Arend kembali mengeluarkan tipe terbaru dari produk nya.

Zico dengan cepat membersihkan tubuh di kamar mandi, keluar lagi lalu mengenakan lembaran-lembaran pakaiannya satu persatu.

"Babe? Kau akan meninggalkan ku? Tanpa mengajak ku makan malam?"

Wanita cantik berwajah Asia partner ranjang sekali main itu duduk menutupi tubuh pol_-0S nya dengan selimut tebal. Zico mengenakan sepatunya buru-buru duduk di tepian ranjang.

Ia lalu bangkit berdiri dengan gagah, sungguh sang pria Cassanova yang mempesona. Zico mengeluarkan puluhan lembar Dolar Amerika dari dompetnya. Ia menaruh kertas-kertas itu di atas ranjang.

"Sorry, Mina, I have to go Now. It's a gift from me to you."

"My name is Naina, Babe."

"Yeah, I Mean. Naina... Okay, I love you, Babe. Good Bye."

Zico mengecup lembut bibir wanita cantik bernama Naina itu.

"Fu_-*c *k You." Naina mengumpat kesal. Zico tak mempedulikannya.

Ia bergegas melangkah cepat keluar dari hotel, setengah berlari menuju mobil di area parkir. Ia harus cepat sampai di tempat acara Launching produk terbaru Smart Phone Arend yang akan segera dimulai dalam waktu beberapa menit lagi.

"Ouuh Shi,,_- ***" Zico merasa kesal melihat jam di pergelangan tangannya.

"Dam_-* n it. Papah dan Mamah akan memarahi ku lagi kali ini."

Lampu merah menyala tepat di depan jalan penyebrangan. Ia semakin mengumpat kesal. Zico berkali-kali membunyikan klakson yang menarik perhatian orang-orang hingga pengemudi lain menegurnya, kebetulan kaca mobil Zico dan pria itu sama-sama terbuka.

"Hei, Bung. Apa kau tidak tahu peraturan? Apa kau tidak bisa bersabar? Rambu nya masih merah, bisakah kau berhenti membunyikannya? Kau seperti tinggal di India saja."

Teriak pria itu yang hanya dibalas Decak kesal oleh Zico. Ia memukul setir kemudinya.

Tinggal beberapa detik lagi rambu akan berwarna hijau, Zico sudah siap dengan gas di kakinya. Namun tiba-tiba seorang wanita muda yang cantik berpakaian sederhana, Kasual style, sepatu kets, rok canda sepanjang mata kaki, kaos putih lengan panjang. Dan kepalanya yang tertutup kerudung bermotif bunga, mengenakan tas selempang, dan beberapa buku serta map di tangannya yang di sandarkan di dada. Berlari menghadang jalan para pengendara.

Tangannya melambai lembut, dengan bibirnya yang mengatakan sesuatu namun tak terdengar oleh telinga. Hanya saja gerakan bibir itu seakan mengatakan "Stop... stop.!"

Setelah itu wanita muda yang cantik itu melambaikan tangannya seperti tukang parkir yang menyuruh maju kendaraan yang di komandonya.

Terlihat begitu banyak anak-anak disabilitas yang menyeberangi jalan dengan para guru yang mendampingi. Anak-anak berbaju sekolah dasar yang kesemuanya menggunakan tongkat penyangga yang di apit di ketiaknya, ada juga yang menggunakan kaki palsu. Mereka menyeberangi jalan secara pelan-pelan karna kemampuannya yang terbatas.

Mereka berjalan menuju Museum Nasional di seberang sana.

Zico terpanah melihat sosok wanita itu. Ia sampai hanyut dalam lamunannya sendiri.

"Beautiful Girl." Gumam Zico dalam hati.

Wanita itu menyatukan kedua tangannya, menganggukkan kepala. Bibirnya bergerak mengucapkan terimakasih pada para pengendara yang sudah kehilangan waktunya karna rambu sudah berubah hijau sejak tadi.

Beberapa Mobil dan motor sudah melaju setelah rombongan anak-anak difabel itu menyebrang, Sedangkan Zico masih terpaku melihat kearah menghilangnya wanita tadi.

Pria yang meneriaki Zico tadi membunyikan klaksonnya secara keras dan lama hingga Zico mendengar bunyi memekakkan telinga itu dan kembali tersadar.

"Wooeeyy, Bung. Tadi kau tidak sabar dan buru-buru, sekarang kau diam saja. Apa kau mau menginap disini?"

Zico menoleh ke arahnya dan mendengar setiap kalimat ejekannya. Lalu Pria tadi menancap gas meninggalkan Zico yang masih terbengong.

Beberapa mobil yang terhalang jalannya Karna Zico yang belum kunjung bergerak lantas melaju dari arah samping yang sudah lengang.

Zico kembali melihat ke arah tempat wanita muda itu tadi menghilang dengan anak-anak difabel yang hendak menyebrang dan di bantunya.

Zico melihat Jam di pergelangan tangannya. Ia baru teringat kembali. Zico menancap gas dengan kecepatan tinggi. Ia harus tepat waktu, atau minimal sampai disana sebagai wujud support dirinya untuk usaha Arend sang saudara.

Mobil sport mewah yang di kendarai Zico terus melaju cepat membelah jalanan kota yang ramai lancar. Hingga ia berhenti di sebuah gedung tinggi yang menjulang. Perusahaan Smart Phone 5 terbaik di dunia. Hasil kerja keras Arend yang di rintis dari 0 sejak masa Sekolah SMA.

****************

Chapter 2

"Terimakasih Kakak,,, sudah membantu kami."

Seru anak-anak difabel itu pada si gadis cantik.

"Cellin, nama Kakak Cellin."

"Terimakasih, Nak Cellin."

Bu guru pun turut menyampaikan terimakasih. Mereka berpisah disana. Cellin melanjutkan langkahnya berlawanan arah.

...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...

Zico berlari memasuki gedung perusahaan. Scurity membungkukkan badan sebagai penghormatan. Para karyawan mengenalnya, ia adalah saudara satu-satunya sang CEO yang dingin, dan kejam, katanya. (*Padahal Arend hanya lah bersikap perfectionis dalam hal pekerjaan. Salah\=Selesai*.)

Zico memasuki gedung pertemuan. Ia berusaha maju ke depan. Namun penuhnya orang-orang menyulitkan langkahnya.

Syeira pun terlihat bergerak selangkah demi selangkah menuju altar depan. Ia ingin memberikan pertanyaan pada Tuan CEO Narendra, namun posisinya yang berada di belakang tentu tak menguntungkan. Suaranya tak kan di dengar.

Syeira terus berusaha bergerak maju. Hingga tabrakan itu terjadi tak terhindarkan.

"Aaahh"

"*Brugghh*."

Syeira dan Zico sama-sama sempoyongan jatuh kelantai., terjerembab berlawanan arah. Seketika perhatian semua orang mengarah pada mereka.

"Wooeeyy, Br3ng\_- S3k Lo, gak hati-hati."

Teriakan Nara terdengar sangat keras karna orang-orang yang terdiam saat melihat jatuhnya mereka berdua.

"Ouuhh,, Fu\_- ¢k. Lo yang nabrak, Lo yang nyalahin gua?"

Zico tidak terima. Ia langsung berdiri membetulkan jas nya. Syeira masih di lantai. Ia bangun secara perlahan. Mereka saling menatap tajam.

"*Ziccoo*.!" Aryan melihatnya dari arah podium geram.

"I'm Sorry." Suara berat Narendra di mikrofon kembali menjadi pusat perhatian. Tak ada lagi yang mempedulikan Syeira maupun Zico yang sempat bersitegang.

"Dia adik saya, Zico."

Setelah Arend mengatakannya. Semua mata mengarah pada Zico kembali. Flash Flash kamera itu bersekelebat seperti kilat mengarah padanya mengambil gambar sebanyaknya mengganggu penglihatan.

Syeira menatapnya aneh. Ternyata Pria yang baru saja berurusan dengannya adalah adik dari sang Tuan CEO Narendra.

...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...

Acara yang tadi berlangsung telah usai. Syeira dan Bim keluar gedung dengan kesal. Mereka tidak mendapatkan pertanyaan eksklusif. Hasil yang buruk.

"Kau harus merubah tabiat mu, Syeira. Atau aku yang akan ikut hancur bersamamu."

Bim mengeluh, menyalahkan Syeira secara tidak langsung.

"Diam kau, Bim. Atau akan ku lakban mulutmu."

Syeira sendiri sangat kesal. Mereka berjalan menuju mobil, Syeira kembali menoleh ke arah gedung N~A Group. Ia merasa mengganjal tidak puas.

"*Berita tentang CEO muda Narendra itu yang sangat di tunggu-tunggu. Tidak ada kabar tentang wanita sama sekali dalam hidupnya. Apa jangan-jangan? Dia G4y? Oh, My God* .."

Nara sibuk dengan ilusi nya sendiri. Sampai Bim menyeret tangannya tanpa permisi masuk kedalam mobil. Dan mereka pergi.

...----------------...

Arend, Zico, Aryan dan Ayla. Kini tengah berada di ruang Meeting utama. Aryan meluapkan semua emosinya pada Zico. Ayla mencoba mengelus sang suami, namun nihil. Aryan begitu kecewa dengan sikap Zico hari ini.

Zico mengernyitkan dahi merasa jengah selalu dimarahi seperti anak kecil. Ia mulai melirik Ke arah Arend yang duduk tenang tak bergeming. Raut mukanya datar sedatar buku gambar.

"Papah,,, Yang penting aku sudah datang, kan?"

Mendengar ucapan Zico yang begitu mengentengkan Aryan naik pitam. Ia sudah siap dengan kepalan tangannya, bahkan Zico sampai mundur dengan cepat, untungnya Ayla menangkap tangan Aryan dan menggenggamnya Erat.

"Oke, Bro. Gua cabut sekarang. Em? Btw. Selamat. Sukses selalu. Bye."

Zico kabur berlari dengan kecepatan seribu langkah. Aryan menarik nafas dalam. Sedangkan Arend hanya terdiam. Ia mengingat wajah wartawan wanita yang bertabrakan dengan Zico tadi. Seperti tidak asing baginya. Seperti ia pernah melihatnya. Tapi entah dimana.

"*But Who is She*?."

...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...

Syeira telah sampai di panti asuhan. Inilah tempat tinggalnya. Dari penghasilannya bekerja, ia juga sedikit membantu untuk pengeluaran Panti, Menjaga adik-adik nya. Dan menemani mereka belajar.

Seluruh problematika hidupnya diluar sana ia tinggal ketika melangkah memasuki bangunan luas nan sederhana ini.

Kedatangan Syeira di sambut oleh adik-adik nya. Ada yang menanyakan oleh-oleh. Kali ini Syeira membawa permen untuk mereka.

"Kamu sudah pulang, Mei?"

Seorang ibu paruh baya pengurus panti menyapanya.

"Ibu,,, berapa kali Syeira, bilang. Syeira. Syeira. Jangan panggil aku dengan nama lama itu lagi."

Syeira ngedumel setiap ibu panti yang mengurusnya sejak kecil masih memanggilnya dengan namanya saat pertama kali masuk ke panti ini. Syeira tidak menyukainya.

Ibu panti pun hanya bisa membuang nafas kasar sambil mengelus rambut Syeira yang menyalim tangannya.

Syeira masuk ke kamar, meletakkan tas nya di atas nakas. Ia lalu menuju jendela kayu, berdiri mematung disana. Melihat ke arah pohon mangga.

Dulu saat pertama kali ia datang ke tempat ini merasa sangat tidak betah dan tidak suka. Hingga ada seorang anak laki-laki tampan yang memberikan sapu tangan padanya. Dan sebuah cincin yang pas di jari manisnya saat kecil. Sebagai tanda pertemanan.

Syeira mengeluarkan kalung yang ada di balik bajunya. Kalung itu berbandulkan cincin pemberian temannya dimasa dulu.

Syeira memegang dan mengelus cincin itu sambil terus menatap ke arah pohon mangga. Tatapannya sangat sulit di artikan. Tapi keduanya mulai berkaca-kaca.

...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...

Cellin telah sampai di kampus. Jadwal sore yang mendadak di kabarkan di berita grup. Dosen akan bepergian esok hari dan materi di ajarkan saat ini.

Cellin masuk kedalam ruang kelasnya. Teman baiknya Mikaila sudah ada di sana, duduk di bangku sebelahnya.

"Hei, sudah lama?"

Sapa Cellin ramah.

"Aku juga baru sampai. Tadi sempat menemani Papah ke acara teman bisnisnya."

Ya, di acara Launching produk *Smart Phone* terbaru Arend tadi juga ada Aaron yang menghadiri sebagai tamu undangan. Takdir mempertemukan mereka kembali setelah beberapa bulan kematian Aunty Ineke.

Arend, Zico dan Mikaila berteman baik sejak saat itu. Lalu perusahaan Aryan dan Aaron bekerja sama. Semakin mempererat hubungan baik mereka.

Awalnya Zico menyimpan rasa pada Mikaila, namun setelah ia menyadari jika Mikaila lebih tertarik pada Arend saudaranya. Ia memilih mundur dan akhirnya biasa saja.

Sedangkan Arend hanya menganggap Mikaila teman biasa. Tidak lebih, dan tak ada rasa. Bahkan sikapnya pun sama padanya seperti pada gadis lainnya. Dingin.

Arend lebih suka memanggil Mikaila dengan sapaan Kei, ia merasa tidak nyaman jika harus memanggilnya dengan nama yang sama dengan mamahnya. *Aila*.

Mikaila melihat layar ponselnya. Terlihat satu foto Arend yang baru di ambilnya tadi secara sembunyi. Dalam foto itu Arend terlihat sangat tampan. Dan menawan. Mikaila sampai tersenyum sendiri melihatnya.

"Siapa? Pacar?"

Tanya Cellin menggoda.

Mikaila hanya tersenyum. Lalu menjawab.

"Aku berharap, dia akan lebih dari seorang pacar. Aku ingin bisa menikah dengannya."

...----------------...

*Begitulah hati dan cinta, Keduanya datang dan pergi tanpa terkendali, ada yang dengan tulus mencintai namun hati memilih yang menyakiti, ada yang setia terus menunggu, namun hati tetap setia pada yang membelenggu*.

...\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!