...Disarankan membaca novel Sahabatku Menghancurkan Hidupku Dalam 1 malam....
...Agar kalian tau Ceritanya karena ini lanjutan terima kasih.......
...Selamat membaca........!!!!!!...
New York Amerika serikat
Terlihat seorang wanita cantik yang berkulit eksotis dengan rambut pirangnya. Memapah tubuh kekar seorang pria. Siapa lagi kalau bukan Raihan yang sudah mabuk berat.
Carey yang sudah menjadi sahabat dekatnya. Harus menjadi korban dari kelakuan Raihan yang tidak pernah berhenti. Dia akan mendapat panggilan telepon dari pria yang selalu menyusahkannya itu.
Tinggal di gedung Apertemen yang sama. Membuatnya harus menahan sabar jika menghadapi Raihan yang sudah mabuk berat Sebenarnya dia ingin melempar Raihan keluar dari mobil. Atau langsung menjatuhkannya dari lantai atas biar tidak pernah menyusahkannya.
Selalu menjadi korban dalam setiap apapun. Entah apa lagi yang di pikirkan temannya sampai mabuk.
Biasanya kalau mabuk, pasti steres masalah pekerjaan, atau masalah wanita yang berselingkuh atau yang lainnya. Ini pekerjaan dari mana.
Sahabatnya itu justru tidak pernah bekerja dan jika berbicara masalah wanita. Yang ada wanita yang stres berurusan dengannya. Raihan dan Carey memang tinggal di New York sudah lama.
Jika Carey semenjak dari dalam kandungan sudah berada di sana berbeda dengan Raihan yang masih 7 tahun tinggal di luar Negri.
Carey terus memapah Raihan sampai masuk kedalam Apertemen dan langsung menuju kamar.
" Brengsek," desis Carey langsung menghempaskan tubuh Raihan di atas kasur.
" Ihhh, sialan, dasar bikin susah," Umpatnya dengan kesal menatap pria yang berbaring itu sekarang malah meracau tidak menentu.
Tetttttttttt. Tettttt
Tiba-tiba Ponsel Raihan yang ada di saku celananya berdering.
" Hhhhhh," ujar Carey mengacak rambutnya frustasi.
Mendengar ponsel itu terpaksa Carey menaiki ranjang dan merogoh saku celana sahabatnya itu mencari di mana keberadaan ponsel yang sedari tadi berdering.
" Dasar bikin susah, kerjanya mabuk terus," umpat Carey semakin kesal dan akhirnya menemukan ponsel Raihan.
Carey melihat panggilan masuk yang bertuliskan. Momy Zira love.
" Mampus," ujar Carey kaget membelalakkan matanya.
Carey melihat Raihan masih sibuk dengan segala racauannya yang setengah sadar.
" Raihan bangun, Tante Zira menelpon!"
Carey terus memukul keras pipi Raihan agar bangun. Karena panggilan sang mama tidak boleh ditolak.
" Raihan, bangun!" teriaknya dengan keras di telinga Raihan.
" Bilang saja aku masih bersenang-senang," sahut Raihan setengah sadar mengigau.
" Dasar gila, ya yang ada aku kenak imbasnya, buruan bangun!" ujar Carey lagi terus membangunkan.
Carey semakin panik, telpon dari mamanya bahkan tidak berhenti sama sekali, Carey bangkit dari ranjang berdiri di hadapan Raihan.
Dia menggigit satu jarinya bingung harus melakukan apa kepada temannya ini agar bangun.
Dia sungguh panik, bisa-bisa dia jadi sasaran kalau sampai mama dari temannya itu marah. Pasti Raihan akan mengomelinya.
Sepertinya Carey sudah mendapatkan ide. Dengan cepat Carey berlari keluar. Carey menuju dapur dan melihat ke belakang. Dia melihat air pel yang ada di ember dengan cepat dan sekuat tenaga Carey mengangkat ember tersebut menuju kamar Raihan.
Sesampai di kamar Raihan. Raihan masih sibuk dengan mengigaunya. Dan ponsel itu masih saja berdering.
Byurrrrrrrr
Ya akhirnya air bekas pel itu habis membasahi wajah Raihan dan pastinya tempat tidur mahal itu.
" Carey!" teriak Raihan langsung duduk.
Seperti ingin menyelamatkan diri dari sunami. Sunami kan airnya keruh sama seperti air pel itu. Jadi Raihan pasti merasa di terpa ombak.
" Syukurin," ujar Carey berkacak pinggang di depan Raihan yang sedang mengusap wajahnya yang basah.
Raihan menyempatkan diri mencium bau air tersebut yang mengenai bajunya. Sehingga exsperesinya seperti mencium bau menyengat.
" Kau gila. Sembarangan," sahut Raihan yang sudah mulai sadar kesal dengan kelakuan Carey yang selalu suka-sukanya.
" Tuh, Tante Zira nelpon," ujar Carey kesal menunjuk kearah ponsel yang masih terus berbunyi.
" Biasa aja, nggak usah nyolot," sahut Raihan tambah kesal, langsung bergeser meraih ponselnya dan mengangkat panggilan mamanya.
" Iya ma," ujar Raihan nada sedikit kesal.
" Apa kamu bilang, iya ma, kamu pikir mama ini teman kamu, hah!, Sembarangan kamu sama orang tua. Sedang apa kamu, lama sekali mengangkat telpon mama, apa pekerjaan kamu jauh lebih penting dari mama iya, kamu lagi mabuk ya," tebak Zira yang selalu benar.
Raihan menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya. Kupingnya sakit mendengar ocehan mamanya. Ya salah bicara sedikit saja Raihan akan mendapat ocehan satu lembar dari Zira.
" Raihan, kamu dengar mama apa tidak!" Teriak Zira jauh di sana yang mungkin sekarang sedang naik darah.
Raihan merapatkan giginya. Mendesis kesal kembali mendekatkan ponselnya ke telinganya. Sementara Carey yang masih tetap berdiri di depannya terkekeh kecil melihat sahabatnya yang dimarahi sang mama.
" Iya momy ku sayang, ada apa momy menelpon bukannya baru semalam kita telponan," ujar Raihan berbicara manis agar mamanya tenang.
Sangat terhitung dia berbicara lembut, bahkan dengan Carey saja Raihan jarang berbicara lembut, kecuali ada maunya saja.
" Oh jadi menurut kamu, kalau sudah di telpon sekali tidak boleh di telpon lagi. Kamu bosan punya orang tua, kenapa tidak kirim santet saja dari sana untuk mama agar mama mati," teriak Zira dengan keras.
Salah lagi, Raihan serba salah, di jawab salah tidak di jawab salah, memang sebaiknya jika mamanya menelpon dia harus bilang iya saja.
Supaya tidak mendapat Omelan dari mamanya. Raihan menarik napasnya menggaruk kepalanya dengan jarinya.
" Bukan begitu mama kusayang, ya sudah mama menelpon Raihan untuk apa?" Tanya Raihan lembut.
" Pulang!" Satu kata yang paling dibenci Raihan.
" Tidak, ma, itu mustahil, Raihan sudah nyaman tinggal di sini," protes Raihan jelas itu hal sulit di kabulkan.
" Mama bilang pulang, kamu harus urus Perusahaan, jangan hanya bermain terus yang kamu pikirkan. Ingat usia kamu sudah tua. Seharusnya kamu bekerja keras terus mencari istri bukan seperti ini yang kamu lakukan," oceh Zira tiada henti.
Kalimat itu juga sudah sangat di hapal Raihan. Mamanya tidak punya kalimat lain. Selain itu. Hanya itu terus yang di ucapkannya.
" Ma, Raihan tidak bisa pulang segampang itu, Raihan tidak mau," tolaknya tanpa basa basi.
" Raihan, mama tidak mau tau, kamu harus pulang, jika kamu tidak pulang dan lebih memilih tinggal di New York. Mama akan kirim kepala mama kesana," ancam Zira dengan tegas mematikan ponselnya.
Tutttttt
" Ma, mama," panggil Raihan.
Tetapi sayang sang mama sudah mematikan telponya. Raihan kesal dan menghempas ponselnya di atas tempat tidur.
Raihan menghapus wajahnya kasar dengan ke-2 tangannya, Sementara Carey masih tertawa kecil di depannya.
" Kau, menertawakanku," ujar Raihan
Carey hanya menaikkan ke-2 bahunya dengan wajah mengejek.
" Ok, aku mau tidur dulu," ujarnya pamit, baru ingin berbalik badan.
Raihan mengehentikan tangannya membuat Carey menoleh kebawah.
" Bersihkan," sahut Raihan mengarahkan matanya pada tempat tidurnya yang basah kuyup akibat ulah Carey.
" Enak aja, ya kau lah yang bersihkan," protes Carey, jelas itu bukan urusannya.
" Cepat," ujar Raihan menekan suaranya dengan melototkan matanya.
Carey merapatkan giginya dan menghentakkan kakinya kelantai. Mau tidak mau harus menuruti Raihan si Pria Arogant itu.
" Minggir," usir Carey menggeser kasar tubuh Raihan yang masih duduk di ranjang.
" Biasa aja," sahut Raihan dan langsung berdiri.
Carey menarik kasar seprai dengan tidak iklhas dia harus membersihkan kamar sahabatnya yang selalu menyusahkannya.
...Bersambung........
Raihan Arzatty Admaja Wijaya. Pria yang berusia 28 tahun. Jangan tanya wajahnya seperti apa. Mungkin jika ada kata yang lebih dari sempurna, itu lah kata yang cocok untuknya pria tampan itu.
Ya namanya juga hasil dari Zira Aqella dan Addrian Admaja Wijaya. Siapa yang tidak mengenal Addrian Admaja Wijaya.
Jika mendengar nama itu orang-orang langsung akan berfikir pada Adverb E-Group. Perusahan yang sudah mendunia.
Keluarga Admaja Wijaya dari dulu memang tidak pernah tidak terdengar ditelinga orang-orang. Nama mereka selalu menjadi sorotan sampai sekarang.
Perusaan itu malah terus semakin berkembang. Di tangan pimpinan sang papa perusahan itu sudah di kenal di Asia dan sekarang sudah mendunia.
Raihan Arzatty Admaja Wijaya pria 28 tahun itu. Memiliki wajah tampan, berkulit putih, tinggi ideal dan tubuh yang kekar petak- petak.
Meski sudah memiliki kesempurnaan fisik sejak lahir. Raihan menjaga stamina dari makanan serta rajin berolahraga dan membuat para wanita bertekuk lutut di hadapannya.
Memiliki mama dan papa yang sempurna bak dewa dan Dewi jadi wajar saja seorang Raihan tercipta melebih dari kesempurnaan fisik itu.
Yang pastinya menjadi andalannya untuk membuat para wanita berjejer di belakangnya yang ingin di sentuh Raihan Arzatty Admaja Wijaya.
Sudah 7 tahun Raihan tinggal di Luar Negri, New York Adalah kota ke-2nya. Dia hidup tanpa beban dan pastinya hanya berfoya-foya. dengan uang orang tuanya yang tidak akan pernah habis.
Ternyata sifat kerja keras papa dan mamanya tidak menular kepada Raihan. Berbeda dengan orang tuanya yang sudah berkepala- 4 yang masih harus turun tangan sendiri ke Perusahaan yang besar itu.
Sementara Raihan tidak ingin sama sekali mengurus Perusahaan. Hanya sibuk dengan dunianya di Luar Negri, menghabiskan uang orang tuanya tanpa mau berpikir dari mana uang itu di cari.
***********
Setelah mematikan telpon dari sang putra Zira langsung terduduk di sofa. Yang ternyata suaminya dan anak perempuannya juga mendengar sang nyonya rumah yang terus mengomel.
" Lihat anak itu, selalu seperti ini, di suruh pulang banyak alasan, apa dia tidak memikirkanku, sebagai ibu," oceh Zira.
Raina dan Addrian saling melihat. Jika sang nyonya mengamuk Raina dan Addrian memang tidak bisa melakukan apapun.
Karena sehabis menelpon putranya. Raina dan Addrian akan menjadi sasaran omelan sang mama.
" Ini semua gara-gara papanya," ujar Zira langsung melempar pada Addrian.
Raina yang di sampingnya langsung tersenyum saat mamanya menyalahkan papanya. Dan bukan dirinya.
" Kok jadi aku," sahut Addrian tidak terima.
" Kalau kamu, tidak membiarkan anak itu Kuliah di Luar Negri, dia tidak akan seperti ini.
Sekarang lihat hidupnya penuh kebarat-baratan, tidak bekerja, hanya berfoya-foya, bermain wanita, hanya bisa menghambur- hamburkan uang mau jadi apa dia. Sampai kapan Raihan akan seperti itu," oceh Zira tiada henti.
" Sayang, sudahlah namanya juga anak muda," sahut Addrian mencoba menenagkan istrinya.
" Anak muda apanya, dia bukan anak muda lagi. Seharusnya dia fokus bekerja, bukan seperti ini terus," sahut Zira kesal.
" Ma, tenanglah Raina yakin setelah ini, kak Raihan akan pulang. Dia akan menangani Perusahaan. Lagi pula dia memiliki kemampuan yang banyak hanya saja dia tidak mau menunjukkan," ujar Raina saudara kembar Raihan.
Raina selalu berpikir positif kepada sang kakak yang hanya berbeda 2 menit darinya.
" Kemampuan tetapi tidak di gunakan sama saja itu namanya pemalas. Kalian selalu seperti ini. Selalu membela dia. Pantas saja dia tidak pernah mendengarkanku," sahut Zira kesal dan langsung pergi meninggalkan Addrian dan Raina.
Addrian dan Rania saling melihat. Nyonya mereka akan ngambek kalau mereka sudah membela Raihan.
Padahal Addrian tidak membela hanya tidak ingin jika Zira terlalu memikirkan Raihan yang nantinya Zira akan pusing sendiri lalu sakit.
" Hhhhhh.... Gini nih kalau kita salah ngomong," ujar Addrian dengan nafas lemas.
" Ya namanya juga mama, pa, pasti akan selalu kepikiran sama Kak Raihan." sahut Raina.
" Ya sudah Raina, papa nyusul mama dulu,' ujar Addrian berdiri dengan tidak semangat.
" Oke, semangat pa," ujar Raina memberi 2 jempol kepada sang papa.
********
Raihan dan Raina adalah sepasang anak kembar dari pasangan Zira dan Addrian. Raihan dan Raina anak kembar yang sangat berbeda.
Selain jenis kelamin yang berbeda. Sifat dan kelakuan sepasang anak kembar itu sangat bertolak belakang.
Raina yang sejak kecil sangat terampil, teliti dan cermat, wanita yang sangat frefeksionis, disiplin dalam setiap hal dan pekerja keras. Segala sesuatu haru di susun rapi dan selalu berpikir panjang.
Raina Arzetty Admaja Wijaya juga sudah menikah, tetapi dia harus menelan nasib kepahitan hidup di tinggal suaminya 4 tahun lalu karena insiden kecelakaan.
Mau tidak mau dia menjadi singel parents untuk Putri semata wayangnya Amira yang sekarang berusia 7 tahun.
Ya di usianya yang 20 tahun dia sudah memutuskan menikah dengan kekasih hatinya yang di pacarinya sejak SMA.
Tetapi ternyata mereka di pisahkan oleh maut. Sampai sekarang Raina tidak memiliki pikiran untuk berumah tangga kembali. Raina hanya fokus pada anaknya dan Perusahaan papanya.
Ya mau tidak mau dia harus turun tangan. Padahal Raina sebenarnya ingin fokus menulis. Selain mengurus Perusahaan Raina seorang penulis terkenal.
Kemarin dia baru louncing novel yang ke 27 nya. Yang menceritakan kisah ke-2 orangtuanya. Dari kehidupan, persahabatan, percintaan sampai rumah tangga.
Novel yang berjudul life itu, disambut baik para penikmat Novel. Bahakan baru louncing 1 hari novel itu sudah habis entah berapa ribu terjual.
Sementara sang kakak. Raihan Arzatty Admaja Wijaya. Yang sangat berbeda dari Raina. Raina yang sibuk dengan karir. Sementara Raihan sibuk dengan dunianya sendiri.
Di mana Raihan hidup penuh dengan kesantaiannya. Memiliki sifat yang sangat Arogant kalau sifat tidak jauh beda dengan Addrian. Tetapi masalah pekerjaan jauh berbeda dari Addrian.
7 tahun lalu Raihan memutuskan pindah ke Luar Negri. Untuk melanjutkan kuliahnya. Padahal pindah kuliah hanya sebagai alasan saja.
Dia keluar Negri. Karena sakit hati dengan wanita yang katanya cinta pertamanya yang selingkuh darinya, lebih tepatnya sang wanita yang di cintainya itu mempermainkannya.
Saat usia 21 tahun Raihan berpacaran dengan gadis remaja yang belum genap berusia 15 tahun. Ya gadis remaja itu masih menduduki bangku SMP kelas 3.
Sang kekasih memutuskannya dengan alasan yang tidak jelas. Lagi pula Raihan ada-ada aja masih bocah sudah di pacari. Ya Raihan memang mengikut papanya, bucin alay.
Gara-gara bocah yang mungkin tidak tau apa itu arti cinta. Membuatnya sakit hati dan pegajulan sampai sekarang.
Tetapi walaupun bocah. Ya bocah tersebut berhasil membuat Raihan ambaradul. Hidupnya tidak pernah memiliki tujuan.
Sakit hatinya pada gadis kecil itu. Membuatnya tidak percaya dengan komitmen suatu hubungan dan juga cinta. Karena cinta membuatnya menjadi hancur.
...Bersambung........
Raihan memang tidak pernah serius dalam menjalin hubungan dengan wanita.Dia hanya menganggap wanita hanya sebagai teman disaat dia bosan.
Budaya Luar Negri sudah melekat di tubuhnya. Apalagi jika bukan untuk bermain-main dengan banyak wanita tanpa ada hubungan status yang jelas.
Ya lebih tepatnya *** bebas. Makanya Zira sang mama terus mengamuk. Dia sangat takut putra nya itu selalu berbuat ulah dan pada akhirnya nanti akan menyesal.
Perbuatan Raihan di Luar Negri selalu menjadikan Zira sebagai sasaran tingkah anaknya itu.
Gara-gara termakan modus Raihan. Para wanita itu takluk, kepada Raihan dan pada akhirnya Raihan akan membuangnya begitu saja tanpa merasa bersalah.
Setelah itu para wanita itu akan menghubungi Zira meminta pertanggungjawaban dan segala macam dengan penuh drama dan lainnya bagaiman Zira tidak steres dengan kelakuan Raihan yang sesukanya.
Sebelum ke mamanya Raihan. Para wanita yang merasa di PHP kan oleh Raihan akan bertemu dengan Carey dulu
Carey yang tidak ingin menjadi sasaran atas kelakuan Raihan. Karena dirinya juga di teror wanita yang berkaitan dengan Raihan.
Jadi dia lebih memilih langsung saja memberikan media sosial milik Zira. Makanya para wanita itu menghubungi Zira.
Memang pasangan kembar itu berbeda jenis kelamin, Berbeda kelakuan, Berbeda sifat, berbeda nasib dan segala sesuatu berbeda tidak ada yang sama.
Hanya kesamaan yang mereka miliki adalah sama-sama penyayang dan Tidak suka berantakan. Segala sesuatu harus higenis. Dan itu kebanyakan yang di miliki Raihan.
**********
Adverb E-Group.
Mobil Raina berhenti di depan Perusahaan itu. Sang bodyguard langsung membukakan pintu mobil untuk sang Direktur. Raina hari ini harus terburu-buru menghadiri rapat.
Para pemegang saham sudah menunggunya dan juga beberapa karyawan yang penting di perusahan itu.
Sebagai pemimpin rapat. Rania memang sangat disiplin, tegas dan bijaksana. Sifat keseriusan ibu dan ayahnya dalam bekerja mengalir semua dalam dirinya. Raihan tidak kebagian hal baik itu.
Setelah panjang lebar menjelaskan tema rapat hari ini. Para pendengar hanya mengangguk-angguk kan kepalanya. Seakan apapun yang di katakan Raina akan di setujui.
" Terima kasih semuanya," ujar Raina membungkukkan tubuhnya sebagai akhir dari rapatnya.
" Ada yang ingin mengeluarkan pendapatnya?" tanya Raina kembali duduk ke tempat duduknya.
Para penghuni rapat hanya saling melihat. Mereka sepertinya setuju-setuju saja dengan apa yang di katakan Raina.
" Baiklah, jika tidak ada, kita tutup rapat ini," ujar Raina memutuskan.
Rapat pun di akhiri. Penghuni rapat pun akhirnya keluar satu persatu.
" Nayra sebentar," Raina menahan Nayra, saat ingin meninggalkan rapat.
" Iya Bu, ada apa?" Tanya Nayra dengan lembut.
" Kamu tolong wakilkan beberapa meeting saya hari ini. Soalnya saya sedang tidak enak badan!" titah Raina.
" Baik Bu," sahut Nayra tanpa menolak.
Sebagai Seketaris dari Raina. Nayra memang sering mewakilkan Raina dalam urusan pekerjaan. Nayra memang Seketaris yang bisa di andalkan.
" Ada lagi Bu?" tanya Raina.
" Tidak kembali lah bekerja," sahut Raina memijat pelepisnya, dia terlihat sangat lelah.
" Baik Bu, kalau begitu saya permisi dulu," ucap Nayra menunduk.
**********
Nayra Ariani Putri adalah gadis yang berusia 22 tahun. Berkulit putih dan berpenampilan sangat menarik. Gadis cantik itu lahir dari keluarga yang broken home.
Ayahnya di mana dan ibunya di mana. Sama-sama memiliki kehidupan masing-masing. Dia sudah terbiasa hidup sendiri sejak awal kuliah. Karena sudah bisa mencari uang sendiri Nayra memilih tinggal sendiri.
Tidak ikut mama atau memilih ikut papanya. Dia memilih tinggal sendiri. Dari tinggal di kos-kosan sampai akhirnya tinggal di Apertemen.
Nayra adalah Seketaris Raina yang sudah setahun belakangan ini mendampingi Raina.
Semenjak lulus kuliah Nayra langsung mencari pekerjaan dan tidak di sangka dia diterima di perusahaan Adverb berkata salah satu temannya.
**********
Setelah pulang bekerja. Nayra pulang ke Apertemennya, jarinya sangat malas untuk memencet sandi Apertemen tersebut, saat pintu terbuka Nayra langsung masuk dan menghempaskan tubuhnya di sofa.
" Banyak sekali pekerjaan hari ini," keluhnya sambil memijat- mijat kepalanya yang mungkin tidak kalah lelahnya dengan sang atasan.
Bagaimana tidak. Hari ini di menemui banyak klien yang mewakilkan Raina. Tubuhnya juga sudah lelah.
" Sebaiknya aku mandi dulu baru setelah itu aku makan malam," Nayra langsung berdiri dan menuju kamarnya.
***********
New York.
Raihan yang menggunakan kemeja putih dan celana hitam. Berdiri di pinggir jendela Apertemennya. 1 tangannya di masukkan kedalam saku celananya.
Satunya lagi tangannya menggenggam gelas yang berisi Vodka. Wajahnya begitu berpikir. Entah sudah berapa gelas Vodka yang di habiskan Raihan sambil memikirkan sesuatu yang mengganjal di pikirannya.
Krekkk
Pintu kamar Raihan terbuka. Carey berdiri di depan pintu kamar Raihan. Carey berdiri dengan ke-2 tangan di letakkan di dadanya.
" Kenapa dia?" gumam Carey bingung melihat Raihan yang tampak banyak pikirin.
" Ehmmmm," Carey berdehem, mendengar deheman sang wanita Raihan langsung menoleh ke arah pintu.
" Hmmm sepertinya kau banyak pikiran," tebak Carey mengambil tempat duduk di pinggir ranjang, dan menyilangkan kakinya.
" Ada apa Raihan?" tanya Carey.
" Aku lagi pusing," jawab Raihan meneguk kembali minumannya.
Mendengar kata pusing Carey langsung tertawa mengejek. Raihan yang melihatnya mengkerutkan dahinya.
" Pusing, orang seperti mu bisa pusing. Apa yang kau pusingkan. Masalah pekerjaan, atau masalah wanita. He Raihan yang ada nih ya, semua orang yang pusing lihat kelakuan mu," ucar Carey dengan nada menyindir.
Raihan tidak menggubris omongan Carey dan tetap meneguk minumannya. Bukannya mendukungnya malah menyudutkannya.
Carey melihat sepertinya Raihan memang seperti memikirkan sesuatu. Minuman yang di botol itu bahkan sudah habis separuh.
" Memang ada apa?" tanya Carey mencoba serius.
" Mama, mama nyuruh kembali ke Indonesia dan memimpin Perusahaan," jelas Raihan.
" Oh," sahut Carey santai.
" Cuma oh aja," ucap Raihan yang kesal dengan kelakuan Carey.
" Lalu, apa lagi, bukannya memang Tante Zira sudah sering menyuruh kau pulang. Dan kau, tidak pernah menurutnya dan kenapa harus pusing, lagi pula sejak kapan kau pusing dengan masalah itu," sahut Carey yang sudah terbiasa mendengar hal itu.
" Ini serius," sahut Raihan dengan wajah yang memang serius.
" Jadi selama ini, Tante Zira tidak serius, Tante Zira main-main, atau selama ini apa yang di katakan Tante Zira yang kau anggap main-main dan hari ini baru kepikiran untuk setia," sahut Carey malah mengocehi Raihan.
" He Carey, kali ini beda. Cara bicara mama itu tidak main-main, bahkan dia mengancam akan mengirim paket yang berisi kepalanya ke New York," jelas Raihan yang membuat Raihan seperti panik.
Carey yang mendengar penjelasan itu malah terkekeh. Tidak menyangka Raihan akan panik dengan ancaman dari Zira.
" Siapa yang menyuruhmu ketawa," ucap Raihan kesal.
Carey berdiri dan menghampiri Raihan di pinggir jendela. Carey mengambil gelas yang di pegang Raihan dan langsung meneguk sisa Vodka milik Raihan yang di dalam gelas itu.
...Bersambung.........
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!