"Awasss......"
Tin...tin...
Teriakan orang orang bersamaan dengan suara klakson saling bersahutan menambah ramainya lalu lintas jalan raya di ibukota.Tampak beberapa mobil menghindari seorang balita yang entah bagaimana bisa berdiri di tengah tengah jalan raya sendirian. Dimanakah orang tuanya? Tidak ada yang tahu saat ini.
Mendengar teriakan beberapa orang, membuat seorang wanita yang melintas menatap ke pusat perhatian orang orang tersebut. Tanpa sengaja pandangan Nesha bertemu dengan mata imut milik baby tampan yang saat ini sedang menatapnya Hatinya tergerak untuk segera menolongnya.
" Ya Tuhan bagaimana bisa ada anak kecil di sana. " Tanpa pikir panjang Nesha segera berlari mendekati balita tersebut sambil menoleh ke kanan dan ke kiri serta menghindari kendaraan lain terlebih dulu. Sampai di depan balita tersebut, dengan sigap Nesha mendekap balita itu ke dalam pelukannya lalu mulai menepi. Tanpa Nesha sadari sebuah mobil melaju kencang ke arahnya, ia berusaha untuk menghindarinya namun karna kurang keseimbangan menyebabkan ia jatuh terguling ke trotoar.
Dugh...
" Awh." Rintih Nesha.
Orang orang yang melihatnya pun mulai mengerumuninya.
" Mbak.. Mbak baik baik saja?" Tanya salah satu ibu ibu yang mengerumuni Nesha.
" Kami baik baik saja bu." Sahut Nesha dengan nafas tersengal.
Nesha duduk menyandarkan tubuhnya pada tiang di belakangnya, dengan baby tampan yang masih dalam dekapannya.
" Syukurlah kalau kalian baik baik saja." Ujar ibu ibu disana.
" Terima kasih bu." Sahut Nesha.
" Ya Tuhan Nathan." Seorang wanita paruh baya tergopoh gopoh menghampiri mereka.
" Nathan.. Kamu baik baik saja nak?" Tanyanya sambil menatap cucu kesayangannya. Babby tampan nampak tidak bergeming, ia merasa nyaman dalam pelukan Nesha.
" Tenanglah bu! Dia baik baik saja." Ucap Nesha mencoba menenangkan wanita itu.
" Terimakasih nak kamu telah menyelamatkan cucu saya, saya berhutang budi padamu kalau tidak ada kamu entah bagaimana nasib cucu saya." Ucapnya.
" Sama sama Bu, sudah menjadi kewajibanku menolong sesama." Sahut Nesha. Setelah itu mereka saling berkenalan yang ternyata wanita tersebut adalah neneknya babby tampan yang bernama Nathan.
" Mami... Mami.. huaaa." Tiba tiba tangis Nathan pecah begitu saja, ia menatap Nesha dengan tatapan penuh kerinduan.
Nesha mengernyitkan dahinya karena bingung anak ini memanggil siapa. Ia mengedarkan pandangan ke sekitarnya mencoba mencari tahu siapa yang di panggil oleh Babby tampan dalam dekapannya ini.
" Mami... Mami... Janan tindalin Athan agi haa.." Isak Nathan mengeratkan pelukannya.
" Ibu dia..."
" Dia memanggil kamu Nesha, mungkin dia mengira kalau kamu adalah maminya. Selama ini Nathan tidak pernah mengenal sosok ibunya." Jelas Omanya Nathan.
" Oh maaf saya tidak tahu." Ucap Nesha. Ia begitu prihatin, bagaimana anak sekecil ini tidak mengenal ibunya. Apakah ibunya telah meninggalkannya? Atau mungkin ibunya telah meninggal dunia? Ah sudahlah itu bukan urusannya.
" Sayang tenang ya, mam...." Nesha menjeda ucapannya. Ia ragu untuk menyebut dirinya dengan sebutan mami.
" Tapi ya sudahlah, ini hanya anak kecil. Saat ini dian hanya butuh ketenangan." Pikir Nesha.
" Sayang tenang ya, ada disini bersamamu." Ucap Nesha sambil menepuk nepuk pantat Nathan. Tangis Nathan berangsur berhenti. Ia semakin memeluk erat tubuh Nesha.
" Ma bagaimana keadaan Nathan? Dimana dia sekarang?" Tiba tiba terdengar seseorang bertanya. Mereka melihat ke arah pria tersebut. Pria tampan dengan nafas tersengal sengal, mungkin ia baru saja lari.
" Itu." Mama menunjuk kearah Nathan dan Nesha. Pria tersebut menatap ke arah sang putra yang terlihat sedang dalam pelukan seorang wanita.
" Maafin mama yang ceroboh Han. Mama tidak bisa menjaga Nathan. Tadi mama ketoilet sebentar, tidak tahu kalau Nathan keluar rumah. Saat mama keluar tiba tiba mama melihat Nathan sudah berada di tengah jalan raya. Mama sangat panik takut terjadi apa apa sama Nathan" Ucapnya sambil tergugu. Ia tidak bisa membayangkan jika sampai hal buruk terjadi pada cucunya
"Untung ada Nesha yang menyelamatkan Nathan. Kalau tidak... Mama tidak tahu apa yang akan terjadi padanya." Terangnya yang ternyata bernama Rena sambil menangis.
" Sudah lah ma jangan menangis! Yang penting sekarang Nathan baik baik saja. Sekarang Mama pulanglah! Bar Nathan pulang sama aku." Ujar pria bernama Farhan yang tak lain ayah Nathan.
"Baiklah." Nyonya Rena segera pulang setelah mengucapkan terima kasih kepada Nesha terlebih dahulu. Nesha mengelus punggung Nathan berharap Nathan lebih tenang tanpa peduli dengan kehadiran sosok pria tampan di depannya. Ia merasa Nathan masih merasa ketakutan.
" Nathan... ayo kita pulang." Ucap Farhan membuat Nesha mendongak menatap kearah suara.
" Pak Farhan." pekik Nesha setelah sadar siapa sosok yang kini berdiri di hadapannya.
" Hm." Gumam Farhan.
" Ih sombong amat." gerutu Nesha dalam hati.
" Nathan.. ayo kita pulang." Ajak Farhan lagi sambil menarik tubuh Nathan dari pangkuan Nesha.
" Ndak mau, Athan mau cama mami. Athan tatut Mami pegi agi." Sahut Nathan.
Nesha dan Farhan melongo mendengar kata yang di ucapkan Nathan. Mami? Nathan memanggil wanita asing dengan sebutan Mami? Pikir Farhan.
" Ayo Nathan kita pulang sayang, dia bukan mami kamu." Bujuk Farhan.
" Ndak mau, mau cama mami aja." Nathan mengeratkan pelukannya ke tubuh Nesha. Entah mengapa ia merasakan hangatnya dekapan seorang ibu dari Nesha. Wanita muda yang baru ia temui.
" Astaga Nesha lututmu berdarah begitu." Pekik Sifa, sahabat dari Nesha yang baru datang membawa minuman di tangannya.
" Nih minum dulu pasti kamu jantungan." Agung Sifa menyodorkan minuman ke bibir Nesha. Nesha segera menyedot minumannya karena memang dia benar benar membutuhkannya.
" Lo sih sok sokan jadi pahlawan kesorean pake nolongin anak orang segala. Jadi bungsut gini kan lo. Harusnya diemin aja tuh anak orang. Lagian tuh bonyok bocah kemana sih, gak mikir apa ngebiarin bocil keluyuran sendiri di jalan raya lagi. Kalau gue jadi lo gue liatin aja biar tahu rasa tuh bonyoknya liat anaknya klepek klepek ketabrak mobil di tengah jalan." Cerocos Sifa tanpa menyadari kehadiran Farhan yang berdiri di sana. Sifa benar benar syok setelah mendapat telepon dari Nesha jika ia kecelakaan.
" Sifa... jangan keterlaluan deh! Nggak baik tahu nggak ngomong kaya' gitu. Gini gini nih bocil malaikat kecil tau gak lo, kualat loe nanti sama nih bocil gak bisa punya anak baru tahu rasa loe." Ucap Nesha kesal. Ia merasa sahabatnya tidak berperikemanusiaan.
" Eh.. ogeb ngapain lo mikirin tuh bocil? Bonyoknya aja santai, pasti nih bocil di tinggal cari uang terus dia di asuh sama pembantunya, bonyok zaman sekarang itu lebih mikirin uang ketimbang mikirin anaknya." Sifa masih nyerocos sampai tidak sadar ada seseorang yang sedari tadi mendengar cerocosannya sambil mengepalkan tangannya.
Hati Farhan mencelos mendengar hujatan Sifa. Memang benar Ia lebih mementingkan uang, tapi demi siapa? Demi anaknya juga kan?
" Shit... " Nesha memberi kode pada Sifa melalui matanya. Namun yang di beri kode tidak peka.
" Ehm.. ehmm." Dehem Farhan.
Mendengar seseorang berdehem membuat Sifa menoleh kebelakang dan..
" Eh pak Farhan, sore pak." Sapa Sifa sambil cengar cengir. Sifa menatap Nesha sambil menaik turunkan alisnya seolah meminta penjelasan kepada Nesha.
" Pak Farhan ayah dari anak ini." Ucap Nesha.
" What!!!!!" Pekik Sifa. Ia memejamkan matanya sambil bergumam.
" Mampus gue, bisa bisa di pecat nih gue ketahuan ngejelek jelekin Pak Farhan."
" Kenapa lo nggak bilang dari tadi kalau nih bocil ada bokapnya. Pak Farhan lagi, bos kita. Sengaja banget lo ya." Bisik Sifa ke telingan Nesha.
" Lo nya aja yang nggak mau lihat sekitar, kalau udah nyerocos ngegas mulu." Sahut Nesha enteng.
" Nathan ayo kita pulang, tidak baik kamu dekat dekat sama orang yang suka ngehujat orang lain." Sindir farhan.
" Aku mau cama Mami..." Sahut Nathan.
Farhan segera mengambil paksa Nathan dari dekapan Nesha dengan membuat Nathan meronta.
" Ndak au... Athan mau cama Mami." Teriak Nathan.
Farhan tidak menghiraukan teriakan Nathan. Ia berusaha memisahkan Nathan dari Nesha.
" Pak jangan kasar donk, kasian dianya." Ucap Nesha.
" Dia putraku, aku tahu mana yang baik dan tidak untuknya, jadi kau tidak perlu sok khawatir." Ketus Farhan.
Farhan segera membawa Nathan yang terus menangis dalam gendongannya berjalan meninggalkan Nesha.
" Mami.... Mami... Athan mau cama Mami." Rengek Nathan membuat hati Nesha trenyuh tapi ia tidak bisa berbuat apa apa. Ia tidak punya hak atas anak itu. Nesha menatap kepergian Nathan dengan perasaan sedih.
" Rese' banget tuh bos galak, udah di tolongin bukannya terima kasih malah kaya' gitu, harusnya lo biarin aja tadi." Sungut Sifa.
" Lo keterlaluan sih ngomongnya jadi marah kan dia, kasihan sih Nathan jadi nangis kaya' gitu." Kesal Nesha.
" Udahlah Nes jangan mikirin tuh bocil, pasti dia aman kok sama bapaknya, sekarang kita pulang kita obati luka lo dulu." Ucap Sifa.
Sifa memapah Nesha menuju mobilnya. Ia melajukan mobil menuju rumah Nesha. Sifa tinggal bersama Nesha dan ibunya. Sifa merupakan tetangga di kampung Nesha dulu, Ia merantau dan kebetulan satu kantor sama Nesha, jadi dari pada ngekost mending numpang aja hhhh itung itung menghemat pengeluaran. Mereka berdua bekerja di Bank Swasta di kota ini. Nesha sebagai Teller sedangkan Sifa sebagai Customer Servis. Dan Farhanlah yang jadi Bos mereka.
Visual Nesha dan Farhan
Jangan lupa tekan like dan komentnya ya....
Terima kasih untuk para reader yang sudah mensuport author, semoga sehat selalu....
Miss U All
TBC....
Hari ini Nesha ijin tidak masuk bekerja, Lutut dan sikunya lecet semua sehingga susah untuk di gerakkan.
" Aku berangkat dulu Nes, lo hati hati di rumah, jangan lupa minum obatnya kalau ada apa apa telepon gue ya, satu lagi gue pinjem mobilnya ya." Pamit Sifa.
" Hmm." Gumam Nesha sambil menganggukkan kepalanya saja.
Setelah kepergian Sifa, Nesha hanya tiduran sambil memainkan ponselnya saja. Tiba tiba Ia teringat dengan Nathan si babby tampan yang Ia tolong kemarin.
" Apa kabarnya ya? Apa dia baik baik saja atau mengalami syok ya?" Monolog Nesha.
" Ah ngapain juga gue mikirin dia, bapaknya aja nggak terima anaknya manggil gue Mami, Mami.... Ha ha ha terlihat lucu, masa' masih muda gini di panggil Mami." Kekeh Nesha.
Waktu terus berjalan hingga sore hari tiba, Sifa membawa teman temannya untuk melihat keadaan Nesha. Mereka berempat langsung menuju kamar Nesha.
Ceklek....
Sifa membuka pintu kamar Nesha.
" Sore Nes." Sapa Sifa.
" Sore." Sahut Nesha.
Sifa beserta teman temannya menghampiri Nesha yang sedang duduk bersandar di atas ranjang. Sari duduk di ranjang dekat Nesha, ada juga yang duduk di kursi yang biasa Nesha pakai untuk menyelesaikan pekerjaannya.
" Gimana keadaannya Nes?" Tanya Romi.
" Alhamdulillah baik cuma lecet lecet aja." Sahut Nesha.
" Gimana ceritanya lo bisa lecet gini?" Tanya Sari.
Nesha menceritakan soal kejadian kemarin sama teman temannya dari awal sampai akhir.
" Pak Farhan bilang terima kasih gak Nes sama lo?" Tanya Resa.
" Boro boro ngucapin makasih, kasih senyum aja nggak, e palah sinis dianya sok nyindir nyindir gue segala lagi." Cerocos Sifa masih merasa kesal dengan sikap Farhan.
" Emang patut di beri gelar Bos galak plus dingin kayak di kutub utara tuh Pak Farhan berrr." Sahut Sari.
" Patung hidup dia mah." Timpal Romi.
" Udah lah nggak usah di bahas kalau cuma bikin sakit hati." Ujar Nesha.
" Oh iya, Tadi si Bos nanyain alasan kenapa lo tidak bekerja hari ini." Ucap Sifa menatap Nesha.
" Gila'.. bukannya dia tahu kalau Nesha bonyok gara gara nolongin anaknya, kok masih nanya, memang gak ada perasaan tuh orang, Dasar duda gak ada akhlak." Sungut Resa.
" Tau gak dia ngomong apa?" Timpal Sifa.
" Enggak." Ucap Resa dan Sari bersamaan.
" Gue belum bilang ogeb..." Sifa menoyor kepala Resa yang kebetulan duduk di sebelahnya.
" Rese' Lo." Umpat Resa.
" Dia bilang gini, ehm ehm, Kalau dalam dua hari dia tidak masuk kerja, maka siap siap mendapat SP pertama, gitu." Ucap Sifa menirukan gaya bicara Farhan.
" Kejem bener jadi bos, pengin aku bejek bejek deh haeusnya kan dia ngasih bonus ke Nesha karna sudah menyelamatkan anaknya, coba kalau nggak ada Nesha pasti sekarang udah berkabung dia." Ujar Sari.
Nesha hanya senyum senyum saja mendengar teman temannya menghujat bos mereka. Ia sudah biasa mendengarnya dari mereka berlima, hanya Nesha yang punya sikap kalem. Mereka ngobrol ngalor ngidul, ngegosip dan ngeghibah dengan fasih. Setelah menjelang petang, mereka baru pamit pulang.
" Cepet sembuh Nes, kantor sepi kalau gak ada lo." Ucap Romi.
" Gombal, Kantor sepi kalau gak ada Nasabah, itu baru bener." Ujar Resa.
" Iya iya gitu aja ngambek." Sahut Romi.
" Makasih ya kalian sudah luangin waktu buat kemari." Ucap Nesha.
" Sans aja kali Nes, kalau boleh aku akan ke sini setiap hari biar dekat sama lo." Ujar Romi.
" Nggak boleh! Entar lo kepincut sama salah satu dari kami kan repot, karna tidak ada satupun di antara kami yang mau nerima lo." Sahut Sifa.
" Tega lo Sif." Cebik Romi.
" Bodo'." Sahut Sifa.
" Kami pulang ya Nes cepet sembuh biar bisa kerja lagi.. Dada...." Ucap Resa.
" Dada.... Hati hati ya..." Ucap Nesha
Mereka semua keluar dari kamar Nesha menuju mobil Romi begitupun dengan Resa dan Sari karna mereka nebeng Romi saja.
Di tempat lain tepatnya di rumah keluarga Ardiansyah, Mama Rena sedang uring uringan menenangkan Nathan yang rewel. Ia terus memanggil manggil nama Nesha tiada henti.
" Mami Echa... Mami Echa... Athan mau cama Mami Echa." Rengek Nathan yang entah tau dari mana nama Nesha.
" Iya sayang, besok ya, sekarang udah malam, Mami Nesha nya udah bobok kan lagi sakit." Bujuk Mama Rena.
" Ndak mau.. Athan mau cama Mami Echa cekalang, culuh Mami puyang Oma.." Nathan terus merengek.
" Han, bawa Nesha kemari kasihan Nathan dia rewel sejak pagi gak mau diem, kalau kaya' gini terus bisa bisa Nathan demam." Ujar Mama Rena menatap Farhan.
" Sudah malam Ma, lagian aku takut kalau Nathan akan bergantung pada Nesha, Kita tidak mengenalnya, apa dia baik atau tidak." Ucap Farhan.
" Mama rasa dia gadis yang baik Han, buktinya dia mau menolong Nathan." Kata Mama yang masih menggendong Nathan.
" Ma, Dia bukan maminya Nathan, aku takut Nathan akan kecewa jika nanti dia meninggalkan Nathan, Nesha punya kehidupan sendiri Ma, kita tidak bisa memaksakan kehendak kepada orang lain hanya karna rengekan Nathan Ma." Ucap Farhan memberi pengertian pada mamanya.
" Ya kamu nikahi saja dia, Biar jadi Maminya Nathan selamanya, gampang kan lagian kamu juga udah lama menduda, apa salahnya jika kamu menikahi Nesha." Saran mama.
" Aku tidak mau berhubungan dengan wanita lagi Ma, semua wanita sama saja." Kekeh Farhan.
" Han tidak semua wanita itu sama, Contohnya Mama, Mama tidak seperti mantan istrimu bukan, Jangan egois hanya memikirkan dirimu sendiri tanpa mau memikirkan perasaan Nathan, sekarang yang lebih penting yaitu perasaan Nathan." Mama juga memberi pengertian pada Farhan agar dia mau mengerti.
" Papi... Athan mau cama Mami culuh puyang Mami Pi, Athan angen, padahal Athan ndak akal napa Mami pegi." Celoteh Nathan sambil merengek
" Sayang dengarkan Papi, yang kamu panggil Mami itu bukan Mami Nathan, Dia cuma orang lain sayang." Ucap Farhan lembut.
" Ndak... Dia Mami Athan... Mami Athan...Mami Athan huaaaaa." Tangis Nathan pecah, Ia meronta ronta ingin turun dari gendongan omanya, membuat mama Rena kewalahan.
" Cup cup cup sayang Iya, dia Mami Nathan, besok kita suruh mami pulang ya tapu sekarang Nathan tidur dulu biar besok bisa bangun pagi terus jemput Mami." Bujuk Mama Rena.
" Benal Oma?" Tanya Nathan.
" Benar sayang Oma janji sama Nathan, sekarang Nathan tidur dulu ya, diem jangan rewel nanti oma gendhong lagi." Ucap Mama Rena.
Nathan mengangguk, Mama Rena membetulkan gendongannya lalu menepuk nepuk pantat Nathan. Nathan sudah tenang sepertinya Ia juga sudah mengantuk karna tak lama setelah itu Nathan memejamkan matanya.
" Lihat Han, Nathan butuh kasih sayang seorang ibu, mama sudah tua gak bisa ngasuh terus, belum lagi kalau papamu keluar Negri, Mama harus nemenin kan, segera carilah pendamping yang bisa menyayangi Nathan, Kalau kamu tidak mau dengan Nesha, Carilah yang lain." Mama segera membawa Nathan ke kamarnya.
" Bagaimana aku mau memulai hubungan jika rasa trauma ini tidak mau hilang dalam pikiranku. Mama benar aku tidak boleh egois memikirkan perasaanku, Aku harus lebih mementingkan Nathan dari pada diriku sendiri. Baiklah akan aku coba." Ujar Farhan dalam hatinya.
TBC......
*Hai readers maaf ya kalau nanti ada yang bilang, masih dua tahun lebih, kok udah pintar bicara, Anak saya umur dua tahun udah bisa bicara dengan jelas, hanya huruf R aja yang belum jelas bener, Jadi saya rasa normal lah ya...
Makasih...
jangan lupa like dan komennya*.....
Miss U All
Hari ini Nesha mulai bekerja, dengan semangat empat lima, Ia mengemudikan mobilnya menuju Bank tempatnya bekerja. Sesampainya di sana, teman temannya menyambut Nesha dengan antusias.
" Selamat bekerja kembali bidadari cantikku." Ucap Romi yang di balas sorakan oleh temen temennya.
" Huuuuu." Sorak teman teman lainnya.
" Makasih Bang." Sahut Nesha.
" Pagi pagi gak usah gombal." cebik Resa.
" Iri... bilang bos." Ketus Romi.
" Udah udah ayo masuk, keburu bos galak datang." Sahut Sifa.
" Ah iya bener, Ayo ayo." Sahut Romi.
Akhirnya mereka masuk menuju kubikel masing masing.Tak berapa lama, Farhan masuk menuju ruangannya. Saat melewati Nesha, Ia melirik kearah Nesha yang sedang melayani nasabahnya. Ia tersenyum smirk melihat keramahan Nesha.
Sampai di ruangannya, Farhan segera duduk di kursi kebesarannya. Ia membuka laporan keuangan bulan ini. Tiba tiba suara dering ponsel membuyarkan konsentrasinya.
Drt drt drt....
Farhan mengambil ponselnya lalu segera mengangkat panggilannya.
" Halo Ma." Ucap Farhan.
" Han... Nathan Han.... Nathan...." Ucap mama Rena di sela isakannya.
" Nathan kenapa Ma?" Farhan refleks berdiri dari kursinya.
" Nathan masuk rumah sakit, Dia kejang kejang Han.." Terang mama Rena.
Deg....
Jantung Farhan terasa berhenti berdetak mendengar ucapan Mama Rena. Nathan masuk rumah sakit? Kejang kejang? Apakah ini akibat rengekannya semalam?
" Han kamu masih di sana?" Tanya Mama Rena menyadarkan lamunan Farhan.
" Ah iya Ma, di rumah sakit mana Ma? Farhan akan segera kesana." Tanya Farhan.
" Di RS Kasih ibu, Ruang VIP nomer satu kalau bisa bawalah Nesha sekalian ya." Jelas Mama.
" Baik Ma, Farhan ke sana sekarang." Sahut Farhan mematikan sambungan teleponnya
Farhan segera berlari keluar, Saat Ia melewati Nesha, Refleks Ia menarik tangan Nesha, membuat sang empu keheranan.
" Pak lepas Pak, Bapak mau bawa saya kemana? Saya lagi kerja pak, lepas ihh gak sopan banget jadi Atasan main tari tarik tangan orang segala." Cerocos Nesha mencoba melepas cekalan tangannya.
" Diamlah nggak usah banyak nanya, sekarang kamu ikut aku, Rohan kamu cari teller yang lain untuk menggantikan Nesha." Titah Farhan kepada Rohan seorang satpam di sana.
" Baik Pak." Sahut Rohan.
Farhan membawa Nesha masuk ke mobilnya. Setelah masuk kedalam mobil, Farhan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata rata, membuat Nesa ketakutan.
" Pak kurangi kecepatannya, Saya gak mau mati konyol, saya belum nikah Pak." Pekik Nesha menutup matanya.
Farhan tidak menghiraukan ucapan Nesha, Ia terus menancap gasnya dengan kecepatan tinggi.
"Pak stop! Aku mau turun saja kalau Bapak tidak mau mengurangi kecepatannya." Ucap Nesha.
" Diam dan jangan banyak bicara." Bentak Farhan membuat Nesha berjingkrak kaget.
" Rese' nih si Bos, Mau bawa kemana sih bikin bad mood aja." Gerutu Nesha dalam hati.
Di dalam perjalanan hanya ada keheningan dan rasa penasaran Nesha. "Sebenarnya mau kemana sih." Gerutu Nesha dalam hati.
Setelah sampai di Rumah Sakit, tanpa sadar Farhan menggandeng tangan Nesha masuk kedalam menuju ruang VIP. Sampai di depan ruangan, Farhan segera membuka pintunya, Nesha mengedarkan pandangannya ke dalam hingga nampaklah seorang balita tampan terbaring di atas brankar dengan jarum infus menancap pada tangannya.
" Nathan." Gumam Nesha. Ia segera masuk ke dalam menghampiri Nathan dan duduk di kursi samping ranjang yang sudah tersedia.
" Farhan kamu sudah datang." Ucap Mama yang baru keluar dari kamar mandi.
" Iya Ma, gimana keadaan Nathan Ma?" Tanya Farhan.
" Karna saking panasnya, Ia kejang kejang dan tak sadarkan diri, Dokter bilang kalau sampai sore nanti dia tidak sadar bisa bisa dia mengalami koma, Mama takut Han." Ucap Mama lirih. Hatinya sakit melihat cucu tersayangnya terbaring tak berdaya.
" Tenanglah Tante, Semua akan baik baik saja, anak tampan ini pasti akan segera sadar karna dia anak yang kuat." Sahut Nesha menenangkan Mama Rena.
" Makasih Nak, bantu saya untuk menyadarkan Nathan ya." Ujar Mama di sertai senyumnya.
" Insyaallah Tante." Sahut Nesha.
Nesha menggenggam tangan mungil Nathan. Sesekali Ia ciumi tangan itu. Ia pandangi wajah mungil di depannya, Hatinya merasa iba, anak sekecil ini harus merasakan sakitnya jarum suntik.
" Sayang... bangunlah, Mami ada disini lhoh, katanya kemarin mau ketemu Mami, sekarang Mami ada di sini kamunya malah tidur, bangun donk." Ucap Nesha refleks.
Nesha tidak peduli jika Farhan keberatan dengan kata Mami yang dia ucapkan, yang penting baginya saat ini Ia ingin menyadarkan Nathan, karna dia menyayangi Nathan.
" Mami janji akan selalu menemani Nathan, kalau Nathan mau bangun." Nesha mengusap air matanya.
" Apa Nathan tidak kangen sama Mami? Tidak kepengin main sama Mami? Jarang jarang lho Mami ada waktu seperti sekarang ini, karna Papimu pasti akan membuat Mami sibuk dengan pekerjaan di kantor." Sambung Nesha sambil melirik Farhan, tatapan mereka bertemu, sejenak mereka beradu pandang, Nesha segera memutus pandangannya.
" Nathan Sayang ayo donk bangun, Jangan buat Mami sama Papi sedih, Maaf deh kemarin Mami gak jenguk Nathan, karna Mami lagi sakit, Mami janji kalau Nathan mau bangun, Mami sama Papi bakal ajak Nathan jalan jalan, Nathan mau jalan kemana, Mall, pantai atau area bermain." Nesha terus berceloteh berharap Nathan segera sadar. Melihat Nathan masih tak bergeming, Nesha menghela nafasnya.
Semua itu tidak luput dari pandangan kedua orang yang sedang duduk di sofa. Farhan merasa hatinya menghangat saat Nesha menyebut dirinya dengan sebutan Mami. Tanpa Ia sadari senyum tipis terpatri di bibirnya. Mama Rena menyadari semua itu tapi Ia pura pura tidak tahu.
" Sayang... Mami sedih nih, Mami pengin lihat senyum Nathan, Pengin main robot robotan, terus pengin main kejar kejaran di taman, Mami ingin menebus waktu yang sudah kita lewatkan, ayo donk sayang bangun berjuanglah demi Mami dan Papimu, Mami menyayangimu Nak." Nesha mencium pipi gembul Nathan dengan penuh kasih sayang. Ia begitu menyayangi Nathan seperti anaknya sendiri, padahal mereka baru bertemu. Entah mengapa Nesha langsung merasakan dekat dengan Nathan. Ia seperti menjadi seorang ibu padahal usianya sendiri baru dua puluh tahun.
Nesha menatap Nathan dengan nanar. Ia merasa iba dengan babby tampan di depannya ini. Ada rasa untuk menyayangi dan melindungi dari dalam hatinya. Entah ikatan apa yang Nesha rasakan saat ini.
" Baiklah, kalau Nathan gak mau bangun juga, Mami pulang aja, Mami marah lhoh, Mami gak mau lagi ketemu sama Nathan, Mami pulang ya, dan jangan cari cari Mami lagi.." Ancam Nesha. Ini usaha terakhirnya untuk membuat Nathan sadar.
" Baiklah kalau Nathan belum mau bangun Mami pergi dulu, besok Mami akan ke sini lagi, cepat sembuh sayang." Ucap Nesha mencium kening Nathan.
Saat Nesha beranjak tiba tiba....
TBC......
Tekan like, koment, Vote dan hadiahnya ya...
Miss U All...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!