NovelToon NovelToon

Asyiknya Selingkuh ( Hanya Di Awal )

1 . Perkenalan

TOKOH & KARAKTER

* Meta : Seorang istri dari pengusaha ku

liner bernama Erik. Dia mempunyai fisik tinggi, cantik, putih, tipe wanita ideal banyak lelaki. Karakternya : istri yang manja, sedikit kasar haus pujian dan perhatian , hobinya shoping dan kesalon.

* Erik : Seorang pengusaha kuliner yang mulai mengembangkan usahanya di kota lain. Dia bertubuh tinggi, kulit kecoklatan dan sedikit gemuk. Karakternya keras kepala, pekerja keras, tegas dan sangat menyayangi istrinya.

* Tomo : Teman kecil Meta, seorang karyawan di bank, cinta yang tak pernah tersampaikan dengan Meta di waktu kecil, membuatnya tak bisa menolak ketika Meta menawarkan setitik cinta. Dia laki laki berkulit gelap, tinggi dan bertubuh kekar memiliki wajah yang manis. Karakternya plin - plan, tidak enak hati dan pengertian.

*Anisa : pacar Tomo seorang selebgram cantik, yang cinta mati dengan Tomo, Dia memiliki tubuh yang sangat indah, kulit kuning khas, tinggi. Karakternya manja, keras kepala dan egois.

* Sarah : Sahabat Meta yang diam - diam iri dengan kehidupan Meta. Karakternya sok dewasa, sok pengertian dan bermuka dua.

***

Sudah 3 hari Mas Erik di luar kota, sejak dia membuka bisnis kuliner baru di luar kota dia semakin sering pulang pergi keluar kota dan jarang di rumah.

Hari ini hari sabtu , pagi - pagi aku menerima video call dari Tomo .

"Pagi sayang," kataku setelah melihat wajahnya di layar handphoneku.

"Pagi juga," jawabnya dengn suara parau karena baru bangun tidur.

"Bangun, dah siang!" perintahku.

"Nanti sore ketemu yuk, kangen nih," pintanya dengan suara manja.

"Okok," jawabku

"Sampai ketemu nanti sore sayang, mmmuuuaaacchhh" Tomo melempar ciuman padaku.

"Mmmmuuacch juga,"kataku sebelum mengakhiri video callnya.

Aku dan Tomo tidak sengaja bertemu di pusat perbelanjaan satu tahun yang lalu. Kami bertukar nomor whatsapp dan membuat kita sering berkomunikasi lewat chat.

Awalnya kita hanya berkirim kata mesra lewat pesan dan ngobrol lewat video call, namun setelah Mas Erik sering keluar kota sejak tiga bulan yang lalu, aku dan Tomo jadi lebih berani sering berjumpa bahkan sudah tiga kali kami memesan hotel.

Aku bangun dari tidurku dan meminta pembantu di rumah untuk membelikan ayam panggang dekat rumah.

Sudah lima tahun aku menikah dengan Mas Erik namun kami belum di beri momongan. Mas Erik selalu sibuk bekerja dan aku hanya menunggu nya pulang kerja dirumah, shoping kesalon. Namun berapapun uang yang aku minta Mas Erik tidak pernah protes ataupun meras keberatan.

Aku menikah dengan Mas Erik karena dijodohkan orang tuaku. Salah seorang saudaraku mengetahui kalau Mas Erik sedang mencari istri dan dia mengenalkanku dengan Mas Erik.

Orang tuaku yang mengetahui kalau Mas Erik laki - laki yang sudah mapan dan tampan, langsung menyetujui Mas Erik menjadi suamiku.

Awalnya aku tidak mencintainya namun cinta itu tumbuh begitu saja.

Mas Erik laki - laki yang mandiri dan pekerja keras dia membangun bisnis kulinernya dari nol, bisa membeli rumah mewah yang kami tempati ini. Jadi sejak menikah aku langsung di bawanya untuk menempati rumah ini.

Orang tua Mas Erik tinggal di kota lain bersama anaknya yang satunya lagi, adeknya Mas Erik.

***

Jam tiga sore aku melajukan mobilku dan menuju kafe tempat aku dan tomo janjian. disana kulihat Tomo sudah duduk menungguku.

Di sebuah kafe dengan dinding kaca transparan dan meja kursi berwarna putih. Dekorasi ruang dengan beberapa lukisan pada dinding bagian dalam memberi kesan klasik nan elegan.

Aku memakan bluebery cake dan kopi espresso yang sudah dipesan Tomo untukku. Aku berpindah tempat duduk ke sebelahnya. Bau parfumnya menggelitik hidungku. Saat ketemu kita memang lebih sering diam, dengan saling menatap seolah mata kami yang bicara melepas kerinduan .

"Hotel yuk," ajak Tomo.

"Okok," aku mengiyakan ajakannya.

Kami melajukan mobil kami masing-masing, aku mengikutinya dari belakang, setelah sampai di hotel dia turun dan chek-in terlebih dahulu, kemudian aku menyusulnya setelah dia sampai di kamar hotel.

Sebuah ruangan dengan luas 4x6, dengan satu tempat tidur, dua lemari kecil yang berada di kedua sisi tempat tidur yang dilengakapi lampu tidur diatasnya, dan satu meja yang dengan cermin rias yang berada di dekat pintu masuk.

Awalnya aku ragu untuk melakukan hubungan terlarang ini namun aku menantikan saat-saat berdua denganya diatas ranjang, bercumbu dengannya mampu menghilangkan gelisah di hatiku.

Tanpa sadar aku selalu meridukan pelukan hangat dan hasratnya saat kami bersama melepas rasa rindu.

Aku tak bisa berlama-lama, menemaninya melakukan kesenangan di atas ranjang, aku harus pulang. Setelah selesai mandi besar aku pamit pulang dan membiarkan Tomo yang masih terlelap tidur.

Aku mengemudikan mobil menuju rumah, betapa kagetnya aku saat sampai dirumah aku melihat mobil Mas Erik sudah terpakir di tempatnya.

Mas Erik tidak bilang kalau hari ini akan pulang. Biasanya dia selalu memberi pesan kalau dia akan pulang.

Sebelum aku masuk rumah kurapikan rambut yang masih basah, kubenahi bajuku yang sedikit berantakan. Aku takut sekali Mas Erik marah, yang dia tahu aku jarang keluar rumah apalagi pulang malam, aku yakin dia akan marah besar, semoga saja tidak.

Aku masuk kedalam rumah, Bi Iyem pembantuku dia yang membuka pintu untukku. Lampu ruangan yang sudah di matikan menambah rasa takut harus menerima kemarahan dari Mas Erik.

"Mas Erik dimana Bi," tanyaku dengan suara pelan.

"Bapak sudah tidur Bu," jawabnya.

"Jam berapa bapak pulang?" tanyaku lagi.

"Jam enam Bu, tadi Pak Erik nanya Bu Meta kemana gitu?" jelas Bi Iyem.

Aku menaiki tangga satu persatu kulepas alas kakiku dan melangkah perlahan dengan kaki ku jinjitkan agar Mas Erik tidak mendengar suara langkahku.

Aku berhenti di depan pintu kamar, bersandar di dinding dan mengatur nafasku, detak jantungku mulai tak beraturan aku benar-benar takut jika Mas Erik belum tidur apa yang akan kulakukan?

Setelah berfikir beberapa saat kuberanikan diri untuk masuk kamar, dengan pelan kubuka pintu kamar, ternyata lampu kamar sudah di matikan, kemudian aku berjalan maju menuju skaklar lampu yang berada di belakang pintu.

Betapa kagetnya aku kamar yang awalnya gelap kemudian menyala, dan Mas Erik sudah berdiri didepanku, aku hanya diam mematung menatap Mas Erik, dengan kedua tangan di pinggang dan wajahnya yang terlihat seram aku benar - benar merasa ketakutan.

Darimana saja kamu jam segini baru pulang!" bentak Mas Erik dengan suara keras dengan ekspresi marah di wajahnya.

Tubuhku lemas, kedua kakiku seolah tak sanggup menopang berat badanku, lidahku kelu, harus aku jawab apa?

Bersambung.

***

Terima kasih sudah mampir dan membaca tulisanku.

Jangan lupa Like dan komen.

Jangan lupa kritik dan saranya.

😁😁😁

2 . Pudar

Aku kaget mendengar Mas Erik membentakku.

"Aku tadi ke salon terus ngegym soalnya akhir - akhir ini aku susah tidur mas," kataku memberi alasan pada Mas Erik.

Sebelum Mas Erik berkata lagi aku langsung mencium bibirnya dan memeluknya dengan erat. Dan Mas Erik hanya diam menerima ciumanku yang sangat bernafsu.

Mas Erik mencoba melepas ciumanku, seolah tidak puas dengan jawaban yang kuberikan. Namun saat mas Erik ingin berbicara lagi, aku kembali menciumnya dan ku katakan aku sangat merindukannya.

"Ayo tidur Mas,badan Meta capek abis ngegym," bisikku di telinga Mas Erik sambil menuntunya ke tempat tidur.

Dalam hati aku sangat bersyukur Mas Erik percaya dengan alasanku.

"Aku mencintaimu Mas," bisikku lagi kemudian aku tertidur didalam pelukannya.

Keesokan paginya aku bangun dan mendapati Mas Erik tak ada disampingku, ternyata dia sedang olahraga pagi .

Aku mencuci muka dan membantu Bi Iyem memasak di dapur, aku menyuruh Bi Iyem memasak cumi asam manis kesukaan Mas Erik.

"Mas Erik makan dulu," panggilku pada Mas Erik yang masih berada diluar rumah.

"Iya sayang," jawabnya sambil berjalan ke arahku.

"Mau mandi dulu apa langsung makan?" tanyaku.

"Aku mandi dulu, nanti baru makan," jawabnya.

Sembari aku menunggu Mas Erik mandi aku mengirim pesan ke Tomo .

📩Semalam Mas Erik pulang jangan ketemu dulu ya , aku mecintaimu.

Pesan itu ku kirim ke Tomo dan langsung ku hapus.

Selesai mandi Mas Erik sarapan pagi bersamaku aku menyuapinya agar dia tidak curiga. Aku menatapnya dengan mesra berharap dia lupa dengan kejadian semalam.

"Sayang nanti temenin Mas ke toko ya, mau ketemu sama selebgram yang mau promoin kue kering kita," kata Mas Erik sambil menghabiskan kopi nya.

"Baik Mas," jawab ku sambil tersenyum padanya.

Selesai mandi aku merias wajahku dengan bedak tipis, blush on warna pink dan lipstik berwarna nude, kulihat wajahku di cermin dannku kenakan baju yang dibelikan Mas Erik minggu lalu.

"Mas Erik aku sudah siap," kataku.

"Ok," jawab Mas Erik singkat.

Aku berjalan mengikuti Mas Erik menuju garasi mobil. Kemudian Mas Erik mengemudikan mobilnya menuju toko kuenya.

Sesampainya di toko dia berbincang dengan karyawanya sedangkan aku menunggunya sambil meminum dalgona kopi yang sekarang lagi hits itu. Aku jarang sekali ke toko kalau Mas Erik tidak mengajak, aku lebih suka di rumah atau kesalon dan Mas Erik tidk pernah mempermasalahkan itu.

Jam menunjukan hampir pukul 11.00 saat mas Erik berjalan menghampiri mejaku dan mengatakan kalau sebentar lagi selebgram itu akan sampai.

Benar saja tak berapa lama aku melihat seorang gadis cantik bermake-up tebal, rambutnya berwarna coklat muda dan sepatu hight heelsnya yang lumayan tinggi berjalan ke arah kami di belakangnya aku melihat seoarang laki - laki dia adalah Tomo. Awalnya aku kaget namun akhirnya aku ingat mungkin itu Anissa pacar Tomo.

Gadis itu menghampiri Erik dan memperkenalkan dirinya.

"Pak Erik ya," tanya gadis itu.

"Iya, saya Erik," jawab Mas Erik.

"Perkenalkan pak saya Anissa dan ini pacar saya Tomo," katanya sambil menunjuk Tomo yang ada disampingnya.

"Aku Erik dan ini istriku Meta," kata mas Erik sambil menjabat tangannya.

Aku dan Tomo pura - pura tidak saling mengenal, dan akupun menjabat tangannya.

Mas Erik dan fotografer yang dipilih nya sedang melakukan pemotretan dengan Anisa. Sedangkan Aku dan Tomo dusuk si kursi tamu menunggu mereka .

"Kita jangan ketemu dulu ya," kataku.

"Iya aku ngerti kok," jawab Tomo.

"Jangan telpon ya," kataku melarangnya.

"Iya, sayang," jawab Tomo sambil menggenggam tanganku yang ada di bawah meja.

Aku dan Tomo masih berpura - pura tidak mengenal saat Mas Erik dan Anisa menghampiri kami.

"Lama sekali mas, aku sampai bingung mau makan apalagi,"kata ku pada Mas Erik.

"Maaf sayang kita kan harus mengambil foto yang bagus," jawab Mas Erik sambil melingkarkan tangannya di bahuku.

Kulihat Anisa sudah tidak sabar ingin segera pergi dari tempat ini dan benar saja dia langsung pamit.

"Mas Erik dan Mbak Meta, terima kasih ya, kita pamit dulu," kata Anissa kepada kami.

"Iya Nis, makasih banget ya buat hari ini," kata Mas Erik dan tersenyum ke arah Anisa.

"Iya Mas Erik sama-sama," kata Anisa kemudian dia dan Tomo pergi meninggalkan kami.

Sekarang tinggal aku dan Mas Erik yang berada disini, aku melihat sekeliling ada beberapa tamu yang sedang menikmati hidangannya.

"Sayank kamu kangen ibu ga?" tanya mas Erik padaku.

"Ga terlalu mas, kenapa emangnya?" tanyaku heran sama Mas Erik yang tiba -tiba ingat dan menanyakan ibu ku.

"Bagaimna kalau besok kita kerumah ibu?" tanya Mas Erik pada ku.

"Ga usah Mas lain waktu saja," aku menolak ajakan Mas Erik.

"Oh ya sayang , mas baru ingat maaf ya semalam mas udah bentak kamu, " kata Mas Erik .

Aku baru tau mengapa Mas Erik tiba - tiba mengajakku kerumah ibu, mungkin itu permintaan maaf mas Erik karena telah membentakku semalam.

"Baiklah mas besok kita kerumah ibu, "membari tersenyum padanya.

Kemudian Mas Erik mengajakku pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah aku mandi dan bersiap untuk tidur jam sudah menunjukkan pukul 8.15 . Mas Erik menyusul tidur disampingku tak lupa dia mendekapku dalam pelukannya.

"Aku mencintai mu sayang," bisik Mas Erik di telingaku. Aku pura pura tertidur, aku merasa cintaku sama Mas Erik semakin memudar.

***

Ibu senang sekali saat melihat ku dan Mas Erik tiba disana. Dia memeluk dan menciumku. Mas Erik ngobrol dengan ayah di luar sedangkan aku ke dapur bersama ibu.

Rumahku ada di desa dulu terbuat dari kayu dan anyaman bambu, namun ketika aku menikah dengan Mas Erik sebagian uang yang diberikan Mas Erik padaku, kuberikan kepada Ibu dan Ayahku.

Sekarang rumahku sudah di bangun kembali tentunya dengan bantuan dari Mas Erik selain itu Mas Erik juga memberi uang kepada ibu sebagai modal untuk membuka toko sembako dirumah.

Sebenarnya Mas Erik orang yang baik dan tulus mencintaiku. Aku saja yang mulai merasa cintaku semakin berkurang.

Ibu menyiapkan makan siang untuk kami, dan kami berempat makan siang bersama.

"Nak Erik terima kasih ya kamu sudah menjaga Meta, " kata ibu sambil menatap Erik.

"Iya Bu, aku kan suaminya," jawab Mas Erik sambil mengambil lauk yang ada didepannya.

Masakan ibu memang yang terbaik aku selalu menyukainya. Ibu tadi sempat bertanya aku sudah hamil apa belum, tentu saja aku belum hamil, sewaktu awal pernikahan aku sudah memeriksa kedokter dan dokter bilang tidak ada masalah denganku semua normal.

Malampun tiba aku bersiap untuk tidur, sekilas aku melihat album kenangan saat SMA, buku dengan sampul warna abu - abu dan banyak foto kenangan semasa SMA didalamnya. Ku buka album kenangan itu, dan mas Erik pun ikut melihatnya, ku buka halaman perhalaman dan Mas Erik masih ikut menyimak foto di album itu, hingga di satu foto dimana aku dan Tomo foto berdampingan.

Mata Mas Erik tertuju pada foto itu, dia melihat foto itu dengan fokus.

"Sepertinya aku pernah melihat pemuda ini, Oh iya bukankah ini, laki laki kemaren yang datang dengan Anissa?" tanya Mas Erik padaku.

Lidahku kelu, aku bingung mau menjawab apa.

Bersambung.

***

Terima kasih sudah membaca tulisanku.

Jangan lupa!

🌺 Like

🌺 Vote

🌺 Komen

Dan tingalkan.

🌺 Kritik

🌺 Saran

Dikomentar.

Selamat berpuasa bagi yang menjalankan.

🙂🙂🙂

3 . Nasehat

Mas Erik masih menatapku penuh tanya apa lagi setelah melihat tulisan di bawah foto itu foto itu my first love.

Sebelum Mas Erik bertanya lagi aku langsung menutup album itu.

"Meta mau bantu ibu tutup toko dulu Mas, "kataku tak lupa aku membawa album itu dan keluar dari kamar.

Aku mencari ibu yang ada di toko, tokonya berada disamping rumah, kios berukuran 4x8 itu menjadi ladang pekerjaan bagi ayah dan ibuku. Banyak yang ibu jual selain sembako ( sembilan bahan pokok) masih ada sayuran hasil ladang orang desa ini, juga bebagai snack ringan yang dia beli dipasar.

Ada juga makanan hasil home industri dari warga, untuk membantunya ibu memiliki seorang pekerja yang untuk mengurusi toko sembako.

Aku bantu ibu mengemasi barang - barang yang ada diluar, sepeeti beberapa box sayur yang kosong dan beberapa tempat snack aku masukan kedalam toko. Akhirnya selesai juga semuanya , kemudian ibu mengunci pintu toko dan kami masuk kedalam rumah.

Kulihat ayah sudah tidur begitupun Mas Erik. Aku pergi ke dapur dan membuat kan ibu teh hangat, kami duduk berdua dan mengobrol di dapur, jadi ingat dulu waktu masih kecil aku suka sekali melihat ibu memasak di dapur tradisonal dengan kayu bakar sebagai bahan utamanya.

Dulu waktu itu kesulitan dan kemiskinan masih menghimpit keluargaku, sehari kita hanya makan dua kali dengan lauk seadanya, kadang hanya makan ketela atau singkong rebus untuk sekedar mengenyangkan perut.

Ibu duduk disampingku, dan tanganya menggenggam tanganku yang sedang membawa secangkir teh hangat, ku tatap wajahnya ada banyak pertanyaan yang tersirat di raut wajahnya.

"Hubungan kamu dengan Erik baik - baik sajakan?" tanya ibu padaku sambil menatapku dengan tatapan yang dalam.

"Iya Bu, kami baik - baik saja," jawabku membalas tatapanya dengan senyuman.

"Hidup berumah tangga itu kadang ada rasa bosan, tapi yang penting kita jangan sampai berkhianat nak, " kata ibu menasehatiku dia kembali menggenggam tanganku dengan lebih erat.

"Iya Bu," jawabku singkat mengelus tangannya, meredakan rasa khawatir yang terasa lewat genggaman tangannya.

"Kamu tau nak, dulu ibu pernah menghianati ayahmu, itu kesalahan yang ibu sesali dan yang paling membuat ibu meras bersalah pada ayahmu sampai sekarang, mungkin kami sekarang memang baik - baik saja, tapi luka di hati ayah mu tidak bisa sembuh seperti semula," kata ibu, dan aku melihat ada sesal di wajahnya.

Dulu ayah ku bekerja jadi sopir angkutan umum, sedangkan ibu di rumah membuka jasa menjahit pakaian, kadang ada tetangga atau orang luar yang mempercayakan ibu untuk membuatkan baju.

Pekerjaan ayah sebagai sopir membuatnya seharian di luar rumah dan kembali saat matahari sudah terbenam, hari minggu pun dia tetap menarik angkutan agar kebutuhan kiya tercukupi.

Suatu hari saat aku masih SD ketika aku pulang sekolah aku tak mendapati ibu di ruang jahitnya, aku cari di dapur pun tak ada dan saat aku mencari ibu ke kamarnya ternyata kamar terkunci dari dalam.

Aku terus menunggunya di depan pintu kamar, tak berapa lama ibu keluar dari kamar dan ada seorang lelaki bersamanya. Aku belum tau apapun waktu itu, ibu hanya memintaku untuk tidak bilang apapun pada ayah, dan aku hanya bisa menuruti kemauan ibuku karena aku takut ibu memarahi ku.

Namun setelah kejadian itu setiap ayah pulang kerja ibu menyuruhku untuk belajar di kamar dan mereka bertengkar, mereka saling berteriak, aku menangis mendengar pertengkaran mereka.

Aku sempat dibawa ibu kerumah nenek ku, setelah satu minggu kami tinggal dirumah nenek ayah menjemput kami, kemudian ayah dan ibu sudah baikan lagi seperti semula sampai sekarang aku jarang melihat mereka bertengkat besar, paling cuma debat sedikit dan sebentar lagi mereka baikan.

Aku memperhatikan ibuku, wajahnya yang lelah namun tak menampakkan kantuk sedikitpun.

"Tidurlah nak, sudah malam kamu besok akan pulang ke rumah Erik kan?" tanya Ibu.

"Baik bu, Meta tidur ya, ibu juga hrus tidur,"jawabku dan terus tersenyum pada ibu berharap bisa mengurangi kekhawatirannya padaku.

Aku begegas berjalan menuju kamar,kubuka pintu dan ku rebahkan tubuhku di samping mas Erik. Aku mencoba memeluknya mencari kehangatan dengan mendekapnya dengan erat.

***

Aku bangun pagi sebelum mas Erik, biasanya kalau die rumah dia yang bangun terlebih dahulu, ku buat kopi untuk menghangatkan tubuh ku ternyata ayah sudah bangun, kuliht dia kwluat kamar dn mengahampirikubyang sedang membuat kopi.

"Pagi sekali ayah bangun," kataku sambil menatap ayah.

"Ayah sudah biasa bangun jam segini, sejak buka toko ayah bangun pagi buat buka toko dan ibu yang nutup toko" jelas ayah pada ku.

"Kamu baik - baik sajakan sama suami mu? " tanya ayah.

"Iya yah," jawabku dan tersenyum ke arahnya.

Seperti dapat membaca pikiranku ayah dan ibu menanyakan hal yang sama. Mereka berdua memang paling mengerti aku dengn melihat wajahku mereka seolah tau isi hati dan jalan pikiranku.

Kadang aku merasa bersalah membuat mereka berdua khawatir, karena akulah satu satunya anak mereka, satu - satunya sumbwr kebahagiaan dan kesedihan mereka.

"Nak, Erik sangat baik dengan mu, dengan orang tuamu, balas lah kebaikan Erik dengan cintamu, dengan pengertian mu dan juga kamu harus setia padanya , dia sudah merubah banyak hal dalam hidup kita," kata ayah menasehati ku dengan wajah yang serius.

"Iya Yah, Meta akan selalu setia sama Mas Erik," jawab ku . Yang benar saja tak mungkin aku memberitahu ayah kalau aku sudah menghianati Mas Erik.

"Ibumu dulu pernah berbuat salah, ibu mengkhianti ayah, tapi ayah sangat mencintaimu dan ibumu , ayah juga tidak punya siapapun selain kalian berdua, maka daei itu ayah memberikan kesempatan lagi pada ibumu dan kita bisa - baik saja sampai," kata ayah sambil menikmati kopinya.

"Iya Ayah" jawabku. Kuhabiskan kopiku, dan ingin segera membangunkan Mas Erik.

Aku berjalan menuju kamarku, kudapati Mas Erik masih tertidur pulas, dan tidak menyadari kedatangnku.

"Bangun Mas, dah siang loh," kataku sambil menggerakkan tangannya.

"Iya sayang sebentar lagi , disini dingin banget enak buat tidur,'' kata Mas Erik sambil menarikku tidur disampingnya.

Mas Erik mendekapku dengan Erat, dan kembali mendaratkan beberapa ciuman kepadaku. Aku membalas ciumannya dengan lebih bernafsu.

Setelah mendengar nasehat dari ayah dan ibu. Aku berfikir untuk segera memutuskan hubungan dengan Tomo.

Meta menatap wajah suaminya, benar sekali apa yang dikatakan ayah dan ibunya. Banyak sekali kebaikan yang di lakukan Erik untukku dan untuk keluargaku.

Ada sesal di hati Meta karena selama ini mengijinkan orang lain masuk kedalam hidupnya, mewarnai hari - harinya hingga membuat dia lupa begitu besar jasa Erik dalam memperbaiki ekonomi dan menabur kebahagiaan dengan kebaikan dan hati tulusnya.

Bersambung.

***

Terima kasih sudah membaca tulisanku.

Jangan lupa!

🌺 Like

🌺 Vote

🌺 Komen

Dan tingalkan.

🌺 Kritik

🌺 Saran

Dikomentar.

Selamat berpuasa bagi yang menjalankan.

🙂🙂🙂

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!