Seorang gadis cantik muda berusia delapan belas tahun dengan rambut panjangnya yang tergerai indah, tampak memasuki sebuah mansion dengan langkah yang terburu-buru. Gadis itu sudah tidak sabar untuk bertemu dengan sepupunya yang merupakan pujaan hatinya. Tapi tunggu dulu, bagaimana bisa sepupunya adalah pujaan hatinya? Mungkin itu yang kalian pikir saat ini. Tapi itulah kenyataannya, gadis itu mencintai pria yang merupakan kakak sepupunya sendiri.
"A kau dimana?" Baby menatap seluruh ruangan namun tidak menemukan orang yang dicarinya. "Dia pasti ada di dalam kamar," dengan cepat Baby menaiki anak tangga lalu mendorong pintu kamar dengan kasar.
Ah.
Baby berteriak saat melihat Agam tengah memakai pakaian dalamnya, dan secara tidak langsung ia bisa melihat keadaan pria itu yang tengah telanjang tak mengenakan sehelai benangpun.
"Baby..." Agam segera menarik handuk yang tergeletak di atas lantai. "Tutup matamu!" bentak Agam saat melihat mata Baby yang tidak berkedip sedikitpun.
"Sayang sekali pemandangan hot seperti itu dilewatkan." Sahut Baby tanpa rasa malu sedikitpun, tapi tetap saja ia menutup kedua matanya walaupun tidak sepenuhnya rapat, hingga ia bisa melihat tubuh kekar sepupunya itu.
Agam yang sudah mengenakan pakaian dalam dan handuknya segera menghampiri Baby.
"Eh, kau mau apa?" Baby menjadi takut sendiri saat melihat wajah Agam yang terlihat sangat marah, dengan reflek ia pun memundurkan langkahnya kebelakang.
"Lain kali jika ingin masuk ketuk pintu dulu!" Ucap Agam dengan sangat tegas, lalu detik berikutnya terdengar suara dentuman pintu yang sangat keras ditelinga Baby.
"Astaga.." Baby mengusap dadanya karena terkejut saat Agam menutup pintu kamar tepat di depan wajahnya. "A sekali lagi kau tutup pintu di depan wajahku, aku akan melaporkanmu pada pihak yang berwajib karena sudah membuat jantungku hampir copot." Teriak Baby dengan sangat kesal.
"Pergilah! Hari ini aku ada meeting penting, jadi jangan membuat mood ku rusak." Teriak Agam dari dalam kamar tanpa mempedulikan perkataan Baby.
"Ya ampun Agam Mateo, mana mungkin wanita cantik sepertiku membuat mood mu rusak?" Sahut Baby yang juga berteriak. "Lagi pula aku datang kemari karena ingin mengajakmu untuk datang bersama ke acara keluarga kita nanti malam."
Ceklek.
Pintu kamar terbuka menampakkan seorang pria tampan yang terlihat gagah dengan pakaian kerja berwarna hitam.
"Acara itu berlangsung nanti malam, kenapa pagi-pagi sekali kau datang kemari?" tanya Agam tanpa menatap kearah Baby, karena matanya sedang fokus menatap ponsel ditangannya.
"A tatap aku jika sedang berbicara!" Baby ingin merebut ponsel milik Agam, tapi tangannya kalah cepat dari pria itu yang sudah lebih dulu menyembunyikan ponselnya.
"Jangan pernah menyentuh ponselku." Agam berkata dengan dingin dan raut wajah yang datar, ia segera berjalan melewati sepupunya begitu saja.
"A..." Baby berjalan mengikuti Agam dari belakang. "Aku ikut ke kantormu, boleh?"
"Tidak boleh." Agam terus berjalan tanpa menengok kebelakang.
"A bukankah kita akan berangkat bersama ke acara kak Tita, jadi aku harus ikut denganmu." Langkah baby terhenti saat menabrak punggung Agam, karena tiba-tiba saja pria itu menghentikan langkahnya.
"Baby bukankah acara itu diadakan di mansion utama?" Agam menatap gadis itu dengan kesal.
"Memang di mansion utama, siapa juga yang bilang acara itu diadakan di hotel." Seloroh Baby sembari tertawa.
"Baby apa kau lupa mansion utama itu tempat tinggal mu? Jadi untuk apa kau datang bersamaku sedangkan kau tinggal disana?" Agam menggelengkan kepalanya, lalu membuka pintu mobilnya saat Baby terdiam.
"Iya juga? Acara itu diadakan di Mansion Arbeto, jadi untuk apa aku menjemput A?" gumam Baby dalam hati, lalu tersadar dari lamunannya saat mendengar suara mesin mobil yang menyala. "A tunggu!" teriak Baby saat melihat mobil Agam yang sudah keluar dari gerbang mansion.
"Agam Mateo kau itu menyebalkan!" Teriak Baby. "Untung saja aku mencintaimu, kalau tidak sudah aku kutuk kau menjadi pria bujangan seumur hidup." Umpat Baby dengan wajah yang kesal. "Eh mana mungkin juga A bujangan seumur hidupnya, dia itu kan sangat tampan dan pastinya banyak wanita yang jatuh cinta kepadanya." Baby membayangkan wajah tampan Agam, dan air liurnya tanpa sadar menetes dari bibirnya saat teringat tubuh kekar sepupunya yang sempat ia lihat.
"Stop Baby!" ia mengusap air liurnya. "Pikiran mesumnya disimpan untuk nanti malam saja, sekarang yang harus kau lakukan adalah pergi ke kantor A!" Baby segera berjalan masuk ke dalam mobilnya.
Itulah seorang Baby Arbeto gadis cantik dan ceria yang tidak pernah pantang menyerah untuk mengejar cintanya, yang selalu bermimpi dan menghayal bisa hidup bersama pria yang ia cintai sejak kecil, pria yang sudah Baby anggap sebagai pahlawan dan cinta pertamanya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Agam Mateo.
Perusahaan Dimitri. Corp.
"Bagaimana persiapan meeting hari ini?" Agam bertanya pada asisten pribadinya yang bernama Jonathan.
"Semua sudah siap Tuan, mereka sudah menunggu kita." Jawab Jonathan.
"Bagus kita pergi sekarang!" Agam berdiri dari tempat duduknya, merapihkan dan mengancingkan jas nya lalu berjalan keluar dari ruang kerjanya menuju lift.
Hari ini Agam akan pergi ke salah satu hotel bintang lima yang ada di Jakarta untuk meeting bersama calon kliennya, dan di saat pintu lift terbuka Agam begitu terkejut saat melihat sosok yang sangat ingin ia hindari justru berada di dalam sana.
"Hai A..." Baby menarik tangan Agam untuk masuk ke dalam lift. "Sekarang kita akan pergi kemana?" tanpa malu Baby merangkul lengan sepupunya.
Ehem.
Agam berdeham sembari melepaskan rangkulan tangan Baby, ia menghela napasnya dengan kasar karena lagi-lagi Baby datang ke perusahaannya tanpa permisi. Entah mengapa setiap gadis itu ada di Jakarta pasti setiap hari datang ke kantornya dengan beribu alasan, entah itu karena sedang patah hati, entah itu karena kekasihnya meninggal dunia dan banyak alasan lainnya yang tidak masuk di akal.
Dulu Agam tidak pernah mempermasalahkan semua itu, tapi sekarang sudah berbeda karena gadis itu sudah beranjak dewasa dan ia sangat risih di saat Baby bergelayut pada tangannya atau memeluknya dari belakang dengan tiba-tiba.
"Kenapa kau ada di sini?" tanya Agam dengan raut wajah yang datar sembari memijat pangkal hidungnya.
"Tentu saja ingin bertemu denganmu, masa bertemu dengan Jo?" Seloroh Baby sembari menatap asisten pribadi sepupunya.
"Jo...!" Agam menatap tajam pada asistennya yang sedang tersenyum.
"Maaf Tuan." Jo menundukkan kepalanya sembari menahan rasa ingin tertawanya, karena baru kali ini ia melihat tuan Agam dibuat tidak berkutik oleh seorang wanita. Dan wanita itu adalah sepupunya sendiri.
"Baby bukankah sudah aku katakan jangan menggangguku, karena hari ini ada meeting penting yang harus aku datangi." Agam berkata dengan penuh penekanan.
"Aku tidak ingin mengganggumu, aku hanya ingin ikut bersamamu." Baby tersenyum dengan lebar hingga memperlihatkan lesung di kedua pipinya.
Agam menatap Baby dengan tajam lalu mengambil ponselnya setelah mereka keluar dari lift, ia menekan nomer ponsel Boy untuk meminta sepupunya itu menjemput Baby.
"B di mana kau?" tanya Agam setelah sambungan teleponnya terhubung.
"Tentu saja di mansion, memangnya kenapa?"
"Tolong kau suruh orang mu untuk menjemput Baby? Dia ada di sini dan sangat menggangguku." Agam menghentikan langkahnya lalu menatap Baby yang berdiri di sampingnya. Gadis itu bukannya ketakutan karena dirinya menghubungi Boy Arbeto, dia justru tersenyum dengan wajah polos tanpa dosa.
"Aku sibuk dan semua orang ku sibuk." Boy memutuskan sambungan teleponnya.
"B halo?" Agam menatap layar ponselnya yang telah mati. "Sial! Kakak adik semuanya sama saja, sama-sama menyusahkan." Umpat Agam dalam hati, matanya menatap tajam pada kedua mata Baby.
"Sekarang kita jadi berangkat atau tidak?" tanya Baby setelah melihat Agam menaruh ponselnya.
"Dengar Baby! Kau boleh ikut tapi tutup mulutmu dan jangan pernah berbicara sebelum aku menyuruhnya!" perintah Agam, karena ia tidak mau diganggu dengan suara berisik Baby.
"Oke aku akan tutup mulutku ini." Tangan Baby bergerak seolah mengunci bibirnya.
"Good," Agam kembali berjalan menuju mobilnya.
"Tapi A..."
"Aku sudah bilang tutup mulutmu!' Agam membalik tubuhnya dengan wajah yang kesal karena gadis itu melanggar kesepakatan mereka.
"Tapi aku hanya ingin bilang mobilmu ada di sebelah sana." Baby menunjuk mobil milik sepupunya.
Agam menoleh kearah yang ditunjuk oleh Baby dimana mobilnya terparkir, sedangkan dirinya justru berjalan berlawanan arah dari mobil tersebut.
"****!" umpat Agam dalam hati lalu berjalan ke tempat dimana mobilnya berada.
Sementara itu Baby dan Jo saling menatap dengan wajah yang bingung, saat melihat pria perfeksionis seperti Agam Mateo bisa melupakan keberadaan mobilnya sendiri.
"Jo Tuan mu itu ternyata sudah pikun." Bisik Baby.
"Tuan tidak pikun, dia hanya lupa dimana mobilnya berada."
"Oh my God itu sama saja Jonathan." Ucap Baby dengan kesal.
"Jo..!" Teriak Agam saat melihat Baby dan asisten pribadinya justru asik berbincang.
"Iya Tuan." Jo segera berjalan menghampiri tuannya.
Baby pun tidak tinggal diam, ia berjalan dengan cepat dan langsung masuk ke dalam mobil tanpa menyadari sepatu yang dikenakannya menginjak sepatu Agam.
"Baby...!" geram Agam dalam hati sembari menarik napas dan mengeluarkannya secara perlahan, ia menatap sepatunya yang kini terdapat bekas pijakan sepatu Baby. "Sabar A dia adik sepupumu." Agam membersihkan sepatunya.
"A cepat! Kau itu sedang apa sih?" Baby menatap sepupunya yang tengah berjongkok. "Kau sakit perut ya? Atau —"
"Tutup mulutmu!" Agam menatap Baby dengan tatapan yang mematikan.
Membuat Baby menelan salivanya dengan susah, dan memilih kembali masuk ke dalam mobil tanpa banyak berkata.
"Oh ya ampun kalau dia marah sangat menakutkan." Baby bergidik ngeri sendiri. "Eh kenapa juga aku harus takut? Aku itu kan pawangnya," Gumam Baby dalam hati sembari tertawa.
"Gadis aneh!" umpat Agam saat masuk ke dalam mobil dan melihat Baby yang tertawa sendirian tidak jelas.
*
*
Setalah sampai di tempat yang dituju, Agam, Baby, dan Jo berjalan masuk ke dalam hotel. Mereka bertiga menuju ruangan khusus yang sudah dipesan oleh perusahaan milik keluarga Mateo.
"Kau tunggu di luar! Nanti setelah meeting selesai aku akan menghubungimu." Ucap Agam saat ia ingin masuk ke dalam ruangan.
Baby menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
"Kenapa kau diam saja?" tanya Agam saat melihat Baby hanya menganggukkan kepalanya.
"Tuan bukankah Anda yang menyuruh Nona Baby untuk diam." Jonathan yang menjawab pertanyaan tuan Agam.
Agam menghela napasnya saat teringat sesuatu. "Bicaralah!"
"Ah.. akhirnya aku boleh bicara juga, kau tahu dari tadi mulutku ini rasanya gatal sekali ingin berbicara, tapi —"
"Pergilah!" Agam memotong perkataan Baby sembari mengusir gadis itu dengan tangannya.
"Ya ampun A aku ini baru saja ingin bicara denganmu, tapi kau justru—" perkataan Baby terhenti saat melihat sosok tampan pujaan hatinya itu masuk ke dalam ruangan bersama dengan Jonathan. "Baby bagaimana bisa kau mencintai pria seperti itu ?" ia pun memilih pergi dari tempat tersebut dengan sejuta rasa kesal dihatinya, ingin sekali Baby mengumpat Agam dengan kasar namun tidak bisa dilakukannya karena terlalu besar rasa cinta dihatinya.
Bruk.
"Maaf..." Baby mengambil tas wanita yang tidak sengaja ia tabrak saat mereka bersamaan masuk ke dalam pintu lift.
"Tidak apa-apa." Wanita itu mengambil tasnya dengan senyum dibibirnya.
Mereka berdua pun masuk ke dalam pintu lift lalu menekan nomer lantai yang sama pula.
"Wah tujuan kita sama." Baby memulai pembicaraan.
"Ya." Wanita itu tersenyum sembari sibuk mengambil ponselnya yang ada di dalam tas, setelah mendapatkannya ia pun mengirimkan pesan singkat pada seseorang, lalu kembali menatap pada gadis yang ada di sampingnya. "Kau menginap di sini?" tanya nya.
"Tidak! Aku hanya menemani kekasihku yang sedang meeting." Jawab Baby dengan tersenyum geli saat mengatakan kata kekasih pada sosok Agam. "Oh ya siapa namamu?" tanya Baby.
"Kenalkan namaku..."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!