NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikahi Tuan Muda Rasyad

Visual tokoh utama

Reiner Rasyad. Tuan muda satu-satunya keluarga Rasyad. (Aku pinjam dia yang entah siapa namanya. Anggap saja dia sebagai tuan muda Rasyad yang akan menjadi pemeran utama dalam novel yang aku buat kali ini).

Kiara Larasati. Gadis cantik yang terpaksa menikahi tuan muda Rasyad karena beberapa alasan. (Aku juga pinjam dia yang aku tidak tahu siapa namanya. Anggap saja dia sebagai tokoh utama perempuan yang ada dalam novel kita kali ini).

Dito. Kekasih yang Kiara cintai. Dua tahun pacaran dengan Dito, namun ia tinggalkan karena harus menikah dengan Reiner Rasyad. (Anggap saja dia sama seperti tokoh yang ada dalam novel kita ini. Aku juga pinjam dia sebagai Dito, namun aku tidak tahu siapa namanya).

Zaskia. (Aku juga pinjam dia sebagai Zaskia. Sama, namanya aslinya juga tidak tahu entah siapa. Anggap saja dia sebagai Zaskia nantinya).

Catatan: Semoga visual di atas sama dengan apa yang kalian harapkan. Semoga cocok dengan karakter tokok yang aku buat dalam novel kita kali ini. Selamat membaca. Semoga betah dan terus mengikuti karya ini sampai taman yah.

Episode*1

"Jika ingin papamu terbebas dari jeratan hukum. Maka, kamu harus bersedia menikah dengan aku."

"Baiklah. Jika itu yang kamu inginkan, aku akan menikah dengan kamu. Tapi .... "

"Tapi apa? Katakan terus terang! Jangan buat aku berubah pikiran."

"Selain membebaskan papaku dari jeratan hukum, aku juga ingin kamu menjadi investor terbesar buat perusahaan papaku."

"Baiklah. Itu permintaan yang mudah. Aku akan jadi investor terbesar di perusahaan papamu. Aku juga akan membangun perusahaan papamu agar menjadi perusahaan terbesar di kota ini."

Kiara Larasati tidak menjawab lagi. Ia hanya diam dalam pikirannya sendiri. Berharap, apa yang ia pilih ini adalah pilihan terbaik untuk kehidupan keluarganya. Terutama, papa dan mamanya yang sudah membesarkan dirinya dengan penuh kasih sayang.

Meskipun pilihan ini adalah pilihan terburuk untuk hati Kiara. Namun, Kia tetap mengambil pilihan ini. Memilih menikah dengan Reiner, demi melunasi hutang papanya, juga menyelamatkan perusahaan sang papa dari kebangkrutan. Dan, karena ancaman dari Reiner yang akan membawa papanya ke jalur hukum. Kiara terpaksa menyetujui pernikahan ini walau tanpa cinta.

Reiner bukan pria tua, ia juga tidak jelek. Jarak antara umur Reiner dan Kiara hanya terpaut tiga tahun. Saat ini, Kiara baru menginjak usia dua puluh tiga tahun, sedangkan Reiner, sekarang berusia dua puluh enam tahun.

Reiner terlahir dari keluarga kaya raya. Yang punya perusahaan di mana-mana. Di usianya yang tergolong sangat muda, Reiner sudah bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Ia tidak lagi bergantung dengan papanya. Reiner punya perusahaan sendiri yang ia bangun dengan titik keringatnya sendiri.

Reiner juga anak satu-satunya dalam keluarga Rasyad. Tapi, mamanya sudah meninggal saat melahirkan dia. Namun, ia punya mama tiri yang tak lain adalah, tantenya sendiri. Yaitu, adik dari mamanya. Tapi, mama tirinya tidak bisa melahirkan anak. Itu sebab, Reiner jadi anak tunggal keluarga Rasyad.

Tidak ada yang kurang dari Reiner. Selain terlahir dari keluarga kaya raya, ia juga punya postur tubuh yang bagus. Rambut pirang kekuning-kuningan, hidung mancung, dan kulit putih bersih. Reiner tampan. Bahkan sangat tampan menurut para gadis. Tapi, semua itu tidak berlaku untuk Kiara.

Itulah yang di namakan, cinta tidak bisa melihat dengan mata. Jika orang lain mendambakan menikah dengan Reiner, Kiara malah sebaliknya. Ia sangat membenci Reiner.

Sebenarnya, Reiner pernah datang ke rumah Kiara untuk melamar Kia. Hanya saja, Kia menolak lamaran itu mentah-mentah. Kiara mengatakan pada Reiner, kalau dirinya tidak siap menikah karena umurnya masih sangat muda.

Reiner tidak menyerah karena penolakan itu. Ia malahan mencari cara agar ia bisa menikah dengan Kiara. Karena cinta tidak mengenal kata putus asa, sebelum berhasil mendapatkan apa yang hati inginkan.

Akhirnya, Reiner menemukan titik kelemahan Kiara. Ia memanfaatkan titik kelemahan itu untuk mendapatkan orang yang ia cintai. Reiner berhasil. Kia menyetujui apa yang Reiner tawarkan untuk melunasi semua hutang yang papanya punya.

"Baiklah kalo gitu, kita akan menikah minggu depan," kata Reiner saat tidak mendapat jawaban apapun dari kata-kata yang sebelumnya ia ucapkan.

"Apa! Kamu gila ya?" Kia terlihat begitu kaget dengan kata-kata yang Reiner ucapkan barusan.

"Mungkin iya aku sudah gila. Tapi, itu semua tidak akan merubah cintaku padamu, walaupun aku sudah gila. Karena aku gila karena aku cinta padamu. Gila karena ingin memiliki kamu secepatnya."

"Cukup! Jangan banyak omong lagi. Asal kamu tahu, aku mungkin akan setuju menikah dengan kamu. Tapi kamu harus ingat satu hal, aku menikah bukan karena aku suka kamu, Reiner Rasyid. Tapi, karena papa dan mamaku. Kamu bisa miliki ragaku, tapi tidak akan pernah bisa miliki hatiku," kata Kiara dengan penuh penekanan dan tatapan tajam.

Setelah bicara seperti itu, Kiara beranjak dari tempatnya. Ia ingin meninggalkan Reiner tanpa menunggu jawaban dari Reiner lagi. Tapi, Rainer dengan cepat mencegah kepergian Kiara dengan menahan tangan Kirana.

"Lepaskan!" Kiara membentak Reiner dengan keras.

"Aku tidak akan melepaskan kamu, Kiara." Reiner menatap mata Kiara dengan tatapan tajam.

"Dengar baik-baik Kiara Larasati. Bagaimanapun caranya, aku janji, aku akan dapatkan hati kamu setelah aku dapatkan raga kamu. Kamu ingat itu," kata Reiner sambil terus menatap bola mata Kiara.

"Mimpi kamu," ucap Kiara sambil menarik tangannya sekuat yang ia bisa.

Kiara bergegas meninggalkan Reiner secepat mungkin. Hatinya tiba-tiba merasa kesal sekaligus marah dengan kata-kata yang Reiner ucapkan.

'Kamu tidak akan bisa mendapatkan hatiku, Reiner Rasyad. Tidak akan,' kata Kiara dalam hatinya sambil terus berjalan dengan langkah besar.

Sementara itu, Reiner masih tetap bertahan di tempat ia berdiri sebelumnya. Ia terus melihat punggung Kiara yang berjalan menjauh meninggalkannya. Berbaur dalam keramaian taman kota yang semakin sore, semakin ramai pengunjung yang berdatangan.

"Aku janji, aku akan menangkan hatimu, Kiara. Bagaimanapun caranya. Yang pasti, aku akan berusaha mendapatkan cintamu, walau aku akan kehilangan harga diri yang aku miliki karena memperjuangkan cintaku padamu," kata Reiner bicara sendiri tanpa memperdulikan pikiran orang terhadapnya.

______

"Apa! Putus? Kamu yang benar aja, Kiara. Masa iya kamu ingin putus dari aku. Bukannya kamu sendiri yang bilang, kita akan jalani hubungan ini sampai kejenjang pernikahan. Kamu lupa sama apa yang kamu ucapkan padaku setahun yang lalu? Apa perlu aku ingatkan kembali agar kamu tidak mengambil keputusan ini secara sepihak?" tanya Dito pada Kiara.

Dito adalah pacar Kiara. Mereka sudah berpacaran selama dua tahun. Kiara sangat mencintai Dito sebenarnya, begitu juga Dito. Mereka saling mencintai satu sama lain, dan berjanji akan membawa cinta mereka sampai ketitik akhirnya. Yaitu, jenjang pernikahan.

Tapi mau bagaimana lagi, Kiara tidak bisa menepati janjinya karena keselamatan sang papa jauh lebih penting dari pada cintanya pada sang pacar. Ia lebih memilih menyelamatkan sang papa dari jeratan hutang yang bisa mengantarkan sang papa ke jeruji besi jika tidak ia tolong.

"Maafkan aku, Dit. Aku tidak bisa menepati janji yang aku buat. Aku sangat-sangat minta maaf," kata Kiara dengan penuh penyesalan.

Kiara tidak mengatakan alasannya mengapa ia harus memutuskan hubungan mereka dan melupakan janji yang ia buat. Karena bagi Kiara, alasan itu tidak penting. Karena Dito tidak akan menerima alasan itu, walau Kiara menjelaskannya.

Dua tahun hubungan mereka sudah sangat cukup bagi Kiara untuk memahami sifat asli Dito. Dito adalah laki-laki yang keras kepala juga punya ego yang tinggi. Walaupun begitu, cinta mengalahkan semuanya. Kiara tidak memikirkan semua itu, ia tetap bertahan dengan sifat asli Dito yang sebagian orang mengira kalau Dito itu tidak pantas dicintai karena sifatnya ini.

Episode*2

Itulah yang namanya, cinta. Wajah, sifat, harta kekayaan, dan juga kedudukan, tidak akan dilihat jika cinta sudah menyapa. Jelek yang orang bilang, tidak yang cinta katakan. Buruk yang orang lain lihat, bagus yang cinta rasakan.

Begitulah cinta. Jika ia sudah menyapa, tidak akan ada yang bisa mengubahnya. Ia akan bertindak atas keinginannya sendiri. Musuh saja bisa ia jadikan kekasih, begitulah hebatnya cinta.

Dito menatap Kiara dengan tatapan tajam. Ia merasa sangat kesal juga sakit hati dengan apa yang Kiara ucapkan. Namun, ia tidak bisa melakukan apapun untuk melampiaskan kekesalannya itu. Yang bisa ia lakukan hanyalah menahan rasa agar tidak ia luapkan dengan kekerasan.

"Apa alasan kamu ingin putus dari aku? Bukankah aku tidak punya salah padamu?" Dito bicara dengan nada kesal yang tertahan.

"Kamu memang tidak ada salah padaku, Dit. Hanya saja .... "

"Lalu kenapa kamu ingin putus, hah!" Dito membentak Kiara.

Bentakan itu membuat Kiara kaget. Bukan hanya Kiara, seluruh penghuni cafe juga ikut merasakan apa yang Kiara rasakan. Mereka kaget dengan bentakan yang disertai geprakan keras di meja tempat Kiara dan Dito duduk.

"Hei mas, bisa gak sih? Bicara sama cewe itu jangan pakai nada tinggi, apalagi kekerasan," ucap salah satu pengunjung laki-laki yang duduk di meja samping mereka.

"Iya, pantas saja ceweknya ngajak putus. Pasti karena gak sabar dengan sikap kasar dari masnya," kata pengunjung perempuan yang ada di belakang mereka.

"Kalo aku juga pasti mau putus jika punya pacar kasar seperti ini. Mana tahan aku," kata teman pengunjung cafe yang duduk di belakang meja mereka.

"Diam kalian semua! Kalian tahu apa tentang hubungan kami, hah! Kalian tidak tahu apa-apa, jadi jangan ikut campur," kata Dito dengan amarah yang sedang memuncak. Rasanya, semua orang yang melihatnya ingin Dito terkam, lalu ia telan bulat-bulan.

"Dito cukup. Kamu apa-apaan," kata Kiara ikut berdiri menyeimbangi Dito yang sedang berdiri sambil menatap semua yang melihatnya dengan tatapan tajam.

"Puas kamu sekarang! Kamu udah bikin aku malu di sini, Kiara. Ini semua karena kamu. Ini yang kamu inginkan," kata Dito malah menyalahkan Kiara atas apa yang telah ia lakukan.

"Kenapa kamu menyalahkan aku, Dito? Ini semua .... "

"Cukup! Aku muak mendengar suara kamu. Jika kamu ingin mengakhiri hubungan ini, maka aku terima keputusan kamu. Dengan ini aku nyatakan, kita tidak ada hubungan apa-apa lagi."

Setelah berucap seperti itu, Dito langsung mengambil jaket yang ia letakkan di kursi tersebut, lalu beranjak meninggalkan Kiara tanpa memperdulikan tatapan para pengunjung cafe yang sedang memperhatikan dirinya.

Kiara tidak bisa berkata-kata, hanya air mata yang mewakili perasaannya.

Untuk sesaat, ia diam tertegun sambil menundukkan keplanya. Ia berusaha menenangkan hati juga rasa malu yang Dito timpakan ke wajahnya.

Setelah hatinya terasa tenang. Kiara mengusap air mata yang jatuh ke pipinya. Ia mengedarkan pandangan ke semua orang yang ada di cafe tersebut. Ada sebagian yang masih melihat ke arahnya. Ada juga sebagian yang pura-pura tidak melihat Kiara dan semua yang telah terjadi.

"Semuanya, maafkan aku atas kekacauan yang telah terjadi barusan. Aku sangat menyesal atas semua kekacauan ini," ucap Kiara dengan nada sangat bersalah.

Setelah berucap kata-kata itu, Kiara bergegas meninggalkan cafe tersebut. Rasanya, ia ingin segera lenyap dari pandangan semua orang yang berada di cafe itu.

Perasaan malu akan apa yang baru saja terjadi, masih sangat melekat di hati Kiara. Jika saja ia punya ajian menghilangkan diri, maka sudah ia gunakan ajian tersebut agar bisa segera lenyap dari pandangan semua orang.

Kiara melangkahkan kakinya dengan malas. Ia menyusuri jalan raya yang ramai, membawa rasa sakit dan kecewa, juga benci dan marah. Semuanya bercampur jadi satu, mengaduk-aduk hati Kiara yang terluka.

Hujan tiba-tiba turun perlahan. Dari gerimis, berubah menjadi hujan sedang, lalu lebat. Kia membiarkan hujan itu terus membasahi tubuhnya. Di sini, di tengah derasnya hujan yang turun. Kiara ingin meluapkan semua rasa sedih yang ada dalam hatinya.

Ia menangis sambil terus melangkah dengan lemah. Lalu, Kiara tertawa terbahak-bahak. Menertawakan nasibnya yang terbilang sangat malang. Ia harus ditinggalkan oleh orang yang ia sayang, sekaligus dipermalukan oleh orang yang ia sayang itu dengan sangat tidak punya perasaan.

Usai menertawakan dirinya sendiri, Kiara kembali menangis. Lalu, ia terduduk lemah di antara bahu jalan dengan hujan deras yang terus mengguyur tubuhnya.

Tiba-tiba, sebuah mobil menepi di sisi jalan, kemudian berhenti. Seorang sopir keluar bersama sekaki payung hitam. Lalu, sopir itu membukakan pintu mobil untuk majikannya.

Seorang tuan muda keluar dari mobil itu. Sopir tersebut menyerahkan payung itu pada majikannya, lalu, ia kembali ke dalam mobil.

Sayangnya, semua itu tidak mengalihkan perhatian Kiara dari ratapannya. Ia terus saja terduduk sambil menangis tanpa menghiraukan siapapun.

Tuan muda yang tak lain adalah Reiner itupun berjalan menghampiri Kiara. Membagikan payungnya dengan Kiara yang sedikitpun tidak menyadari kalau Reiner sedang memperhatikannya sejak tadi.

Merasa dirinya tidak diguyur hujan lagi, padahal sekelilingnya masih turun hujan, Kia segera melihat ke atas. Dengan jelas ia melihat payung hitam juga pemilik dari payung tersebut.

Orang yang paling ia benci berada di belakangnya sekarang. Berbagi payung dengan dirinya, padahal ia sangat tidak membutuhkan payung itu.

"Kia .... "

"Pergi! Aku tidak butuh kamu payungi," ucap Kia kesal.

"Kiara, kenapa kamu menghujani tubuhmu di sini? Kamu bisa sakit," kata Reiner tidak memperdulikan apa yang Kia katakan.

"Itu lebih baik dari pada harus merasakan sakit hati," kata Kiara sambil terus menatap air hujan yang turun semakin terasa deras saja.

"Ayo Kia! Aku antar kamu pulang." Reiner berusaha membantu Kia bangun dengan satu tangan, sedangkan tangan satunya lagi tetap memegang payung.

"Jangan sentuh aku! Apa kamu tidak dengar apa yang aku katakan! Pergi dari sini! Jangan ganggu aku lagi!" Kiara bicara dengan nada tinggi sambil mendorong Reiner hingga Reiner terjatuh.

Reiner jatuh terduduk. Payung yang ia pegang, juga ikut terjatuh dari tangannya. Kini, tubuhnya juga terkena hujan deras karena payung yang ia pegang, tidak bisa lagi melindungi tubuhnya.

Melihat majikannya terjatuh dan terkena hujan. Sang sopir yang berada di dalam mobil, segera menghampiri tuan mudanya. Dengan cepat, ia mengambil payung untuk memayungi Tuan mudanya kembali.

"Tuan muda gak papa? Ayo saya bantu berdiri," kata sopir itu sambil membantu Reiner bangun.

"Aku gak papa, pak Adi."

"Tapi tuan muda, sekarang tuan muda basah terkena hujan," ucap sopir itu dengan nada cemas.

"Pak Adi, aku gak papa. Aku akan baik-baik saja. Pak Adi jangan cemas," kata Reiner bicara dengan tatapan meminta pengertian dari sopirnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!