NovelToon NovelToon

King Mafia Vs Bad Girl

Prolog!

Max Agha Mexmar

Seorang mafia kejam, berdarah dingin, dan sangat sulit ditebak. Yang tumbuh dewasa dengan tidak sewajarnya seperti anak pada umumnya karena sedari kecil sudah dilatih untuk menjadi pemimpin dengan sangat keras max menjalankan misi dengan senang hati karena dendam tersebut telah ditanamkan pada dirinya dan terus menerus mengalir di dalam darahnya. Max Agha Mexmar dikenal di dunia gelap sebagai King Mafia Mata Merah Sehingga itu membuatnya sangat kejam tanpa mengampuni siapapun lawan nya dan max sangat menyukai pertempuran, menjalankan misi berbahaya, dan sangat anti cinta. Kehidupannya saat ini hanya berputar di dalam dunia gelap tanpa mengetahui gimana dunia indah diluar sana.

Aneska Zoya Zetana

Hidup dengan sebatang kara tanpa kedua orangtuanya, saat usia 14 tahun Zoya dan kedua orang tuanya mengalami kecelakaan beruntun yang menewaskan kedua orang tuanya, sehingga keadaan membuatnya menjadi wanita yang kuat dan mandiri, zoya ingin melindungi dirinya sendiri dari kejam nya dunia dengan belajar ilmu bela diri dari seorang guru sehingga menjadikan dirinya sangat menguasai jurus bela diri. Dengan penampilan dirinya yang berbeda pada wanita umumnya dan sering keluar malam dan suka berkelana membuatnya dicap sebagai Badgirl. Zoya sangat menyukai julukan dari para manusia tersebut untuk dirinya, Zoya tidak pernah melakukan hal apapun yang mereka semua pikirkan, kehidupan Zoya memang tidak mudah tetapi dia tidak akan sebodoh itu untuk melukai harga dirinya. Zoya tidak lemah dan dia sangat benci kata lemah, tetapi Zoya sangat memiliki etika dalam kehidupannya.

...-----~°~-----...

Di sebuah negara x pedalaman, Volker beserta rombongan nya sedang menyusun rencana untuk menyusupkan sebuah barang untuk dikeluarkan dari negara X tersebut dengan teliti tetapi Volker yang tentu nya hanya dapat mengandalkan tenaga nya tidak dapat menyusun rencana dengan strategis, Max sudah buntu dengan strategi apa lagi yang akan mereka gunakan untuk dapat keluar dari negara x ini dengan aman beserta barang penyeludupan mereka, tidak kehabisan akal dan segera menelephon paman Omar anggota nomor satu kepercayaan dia dan ayah nya, Omar adalah otak dari mereka semua karena kepintaran nya membuat strategi, rencana, dan menyusun keuangan itu adalah tugas nya. Omar sudah berusia lanjut, tetapi kecerdasan dan kegagahan nya tidak luntur dimakan waktu sehingga mewariskan semua kecerdasan nya itu kepada anak nya bernama Saguna. Jika ingin tahu lebih dalam tentang saguna dan max tidak berada dalam part ini.

Max langsung saja menelephon Om Omar tetapi selalu terputus sebab daerah yang mereka tinggali adalah daerah pedalaman dari negara ini. Max langsung beralih ke Saguna dan menelephon nya, Saguna juga berada di negara X ini tepatnya disebuah pusat kota untuk menempuh pendidikan karena Saguna di didik untuk menggantikan posisi Omar. Dan akhirnya telephon tersebut tersambung.

📞

"Halo" ucap Saguna disebrang telephon.

"Aku Max, do you know me?" Tanya max.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Saguna yang sebenarnya tidak ingin ikut campur ke dalam urusan gelap seperti itu.

"Pertanyaan yang bagus, aku berada di negara x tepat nya di sebuah pedalaman karena berhubung sinyal disini susah untuk menelephon ke Negara Y jadi aku butuh bantuan dirimu." Ucap max.

"Bukankah kau berada di negara ini juga?" Tanya Max.

Namun tidak terdengar jawaban dari seberang telephon membuat Max menyeringai ngeri.

"Oke, diam sudah pasti jawaban iya. Buatkan strategi bagus untuk dapat keluar dari negara ini, dan pasti nya kau sangat mengenal negara ini bukan? Aku tunggu 10 detik dari sekarang." Ucap Max.

"Pewaris kekayaan Brees Mexmar tetapi tidak memiliki strategi apapun untuk bisa keluar dari negara ini? Bodoh." Sungut Saguna.

"Saguna.. Saguna kau adalah putra paman Omar tersayangku dan kau juga yang akan menggantikan posisi nya, siap tidak siap kau akan terus berada dibawah ku." Ucap max lembut dengan seringai dibibir nya.

"Cih, sialan. Dengerin aku baik-baik dan simak" ucap Saguna.

Starategi demi strategi sudah disusun sangat rapi oleh Saguna, Max yang mendengar nya tersenyum senang karena kepintaran nya sudah melebihi Om Omar tentu nya. Max dan Volker menyimak dengan baik dan segera Volker memberi arahan kepada tim nya.

"Jika kau sudah paham, pergilah dan sampai kan salamku pada ayah dan paman Brees." Ucap Saguna.

"Oke, jaga dirimu baik-baik." Ucap Max dan mematikan sambungan telephon tersebut.

"Tuan muda saya sudah memberi arahan kepada semua tim, dan mereka sudah mengerjakan nya!" Ungkap Volker.

"Kerja bagus Volker." Imbuh Max.

Doorrr.....

Dooorrrr.....

Suara tembakan terus bergemuruh mengarah ke udara untuk memberitahukan bahwa ada penyusup.

"Volker kerjakan sekarang!!" Perintah Max.

"Siap tuan muda." Volker langsung bergegas ke arah dimana penyusup tersebut berada.

Max mengendap dan memegang pistol ditangan nya, darah sudah bercecer di gedung ini, beberapa penyusup dari gerombolan salah satu Mafia yang berada di negara ini untuk merebutkan barang yang akan mereka bawa pergi. Di sisi lain Volker beserta tim nya sedang bertarung dengan tangan kosong, sedangkan Max menarik pistolnya dan mengarahkan nya tepat di jantung lawan nya dengan bengis sekitar tiga puluh pasukan lawan telah tewas ditangan nya. Kapten pasukan lawan melongo melihat gerombolan nya telah banyak yang tewas karena dipastikan tim yg dia bawa adalah yang terbaik di antara yang lain. Gex mengendap kedalam gedung untuk mencari barang tersebut dan ternyata bukan barang itu yang dia temukan tetapi mata nya bertemu oleh sesosok orang yang langsung membuat nya terpaku dan nyalinya menciut.

"King Mafia mata merah," ucap nya terkejut dan kesusahan meneguk salivanya.

Sialan, aku di utus kesini hanya untuk dijadikan umpan oleh mata merah terkutuk lah kalian semua, Batin Gex dengan frustasi.

Gex langsung menghunuskan pistolnya ke arah Max dengan brutal. Tetapi tidak satupun peluru nya yang tepat sasaran. Max hanya memperhatikan dengan tenang tetapi matanya sudah memerah seperti bom waktu yang akan meledak kapanpun, pistol Gex kehabisan peluru dan segera mengganti peluru nya dan langsung melayangkan kembali peluru nya ke arah Max.

Doorrr..

Dorrr..

Doorrr..

Gex terus menerus menyerang Max dan melesatkan peluru nya ke arah Max tetapi dengan kelihaian Max menghindari nya satupun peluru tidak dapat menyentuh nya, Max berlari dengan kecepatan tinggi dan langsung membogem kepala gex dan terus melayangkan jurusan mematikan ke arahnya, saat lawan sudah tersungkur Max menyeringai melihatnya.

"Menyedihkan." Prihatin Max dan langsung berbalik badan.

Mata Gex melihat keberadaan pistol dan berusaha menggeser tubuh nya agar bisa meraih pistol dan mendapatkannya lalu mengarahkan tepat dijantung Max tetapi dengan kecepatan Volker langsung memegang tangan Gex dan memutar balik ke arah jantung Gex sehingga Gex menghembuskan nafas terakhirnya. Volker adalah salah satu anak buah terbaik Mexmar hingga tanpa aba-aba langsung berlari melindungi tuan mudanya.

"Mereka dari komplotan Mafia gadungan di negara ini, yang hanya sibuk merebut tanpa ingin berusaha mencari nya sendiri, bahkan mereka telah sangat salah dengan menyentuh keluarga Mexmar. Mereka hanya mengandalkan tenaga tanpa pernah memakai otak nya untuk berfikir, tetapi aku akuin ilmu bela diri mereka sangat luar biasa hingga dapat membuat tim kita kewalahan tuan muda, bahkan beberapa sudah tewas." Tutur Volker dengan menunduk.

"Nanti kita urus mereka, bawa jasad yg telah wafat ke negara kita agar dapat dimakamkan dengan baik." Ucap Max dengan mata memerah.

"Siap tuan muda," ucap Volker dan langsung pamit pergi untuk membereskan semuanya.

"Kalian semua dibagi menjadi dua tim, tim pertama pergi ikut bersama tuan muda membawa barang masuk kedalam helikopter yang sebentar lagi akan tiba, sedangkan tim kedua ikut bersamaku untuk meletakkan para tim kita yang telah mati ke dalam box untuk tidak menimbulkan kecurigaan dan kita menggunakan helikopter ke dua, untuk selanjutnya sesuai rencana yang telah kita susun." Perintah Volker.

"Siap kepala benteng." Ucap semua serentak dan langsung mengerjakan sesuai instruksi.

Volker dijuluki sebagai kepala Benteng karena tubuh nya yang besar tegap dan gagah juga kelihaian nya dalam bertarung mempertahankan tim dan menghancurkan lawan tidak dapat di ragukan. Volker sudah bekerja di keluarga Mexmar selama 35 tahun, saat dirinya masuk dan menjadi bagian dari Mexmar usianya masih menginjak 10 tahun. Dan Selama 9 tahun dia dilatih untuk menjadi kuat sehingga posisi nya saat ini menjadi kepala benteng. Volker termasuk pasukan inti dari keluarga Alexander.

Helikopter tersebut adalah helikopter milik keluarga Alexander, tentunya dengan bantuan Saguna helikopter tersebut bisa sampai tepat waktu ke tempat dimana Max berada.

Bersambung...

...-----~°~-----...

Hai semua para readers ini novel kedua author, mohon dukungannya yaaa semoga suka.

dan jika ada saran authorrrr terima dengan senang hati agar bisa membuat author lebih baik lagii... Terimakasih

❤️

Mansion Utama

Belakang mansion utama sangat luas hingga beberapa lahan menjadi tempat landas helikopter milik keluarga Mexmar.

Setelah Max menghubungi Omar, maka mereka semua segera datang untuk melihat keberhasilan Max beserta tim nya. Helikopter pertama telah terlihat dan akan segera mendarat, pendaratan pertama keluar Max dengan kacamata hitam nya disusul oleh beberapa anak buah nya membawa barang penyeludupan mereka dibantu oleh beberapa tim A keluarga Mexmar. Dikeluarga Mexmar terdiri dari 3 Tim dengan kapten di masing-masing tim.

Mereka semua bersorak gembira dan langsung ingin merangkul Max tetapi tangan Max menjulur kedepan untuk memberhentikan langkah mereka yang membuat seluruh yang berada disana merasa heran.

"Ada apa Max?" Tanya Brees.

"Berapa banyak yang tewas?" Tanya Brees yang sudah mengerti.

Max tidak menjawab dan juga tidak melepaskan kacamata nya karena sudah pasti mata nya yang masih memerah, terlihat helikopter kedua telah mendarat dan terlihat Volker beserta timnya sedang menurunkan box berisi jenazah.

"Vincent, siapkan tempat pemakaman!!" Perintah Brees dengan lesuh.

"Siap tuan besar." Ucap Vincent kapten tim A dan langsung membawa tim nya untuk terus mengerjakan dengan cepat agar segera selesai.

"Om Omar segera cari tahu tentang keberadaan mafia gadungan tersebut, malam ini juga kita hancurkan semuanya." Perintah Max dengan raut wajah yang sangat murka dan mereka sudah paham ketika Max tidak membuka kacamata tersebut sudah dipastikan mata nya saat ini memerah dan sangat tersulut amarah.

"Siap Max, tetapi setelah pemakaman selesai baru kau lanjutkan pertempuran ini," sahut Omar.

"Ayah, sudah bisa periksa barangnya, aku ke kamar sebentar!!" Ucap Max.

Brees memperhatikan putra nya, jika ada yang meninggal saat melakukan misi bersamanya sudah dipastikan dia akan mengurung diri nya di dalam kamar. Brees yakin pasti trauma masa lalu nya selalu muncul saat melihat ini semua, dan kebencian itu akan terus berlipat ganda. Brees ingin memberhentikan dan menghilangkan dendam yang ada di dalam diri Max agar tidak terus menyakiti dirinya, tetapi semua terlambat tidak ada yang bisa meredam kebencian yang sudah terlanjur mendarah daging tersebut.

Max tidak ikut hadir di dalam pemakaman, sudah seratus manusia yang sudah mengajak nya untuk pergi ke pemakaman tetapi tidak dia pedulikan. Max membuka kacamata nya dan menyusun strategi untuk kembali ke negara x menyerang kediaman mafia gadungan tersebut. Setelah selesai menyusun strategi dia menghampiri paman Omar yang berada di dalam ruangan bersama ayah nya.

Meletakkan kertas rencana nya di meja Omar dan langsung duduk di sofa. Omar langsung memeriksa gimana strategi yang dia buat, menurut Omar ini strategi yang bagus tetapi tidak bisa kalau Max sendiri yang menjadikan diri nya sebagai umpan.

"Ini terlalu berbahaya, pikirkan lagi dengan kepala dingin Max. Aku curiga dengan mafia ini jika dia hanya mafia gadungan tidak mungkin dia mengirim umpan agar kita menghancurkan mereka. Dari yang kau jelaskan tadi kalau kapten dari tim mereka mengenal dirimu. Sudah dapat kita simpulkan bahwa dia hanyalah umpan, dan memberikan infomasi palsu terhadap kita. Ini hanya provokasi antara keluarga mafia, kita harus mencari tahu terlebih dahulu siapa dalang dibalik ini semua." Tutur Omar dengan detail.

"Benar nak, kita harus merapatkan ini semua dan Omar aku ingin Saguna berada disini dan ikut serta dalam rapat kali ini." Perintah Brees yang langsung di setujui oleh Omar.

Waktu masih menunjukkan pukul 10.00 pagi, Max merasa dirinya selalu kesepian jika tidak menjalankan misi yang membuat nya lupa akan kekosongan ini. Setelah selesai sarapan Max pergi ke brankas belakang tempat seluruh senjata di simpan, barang penyeludupan mereka adalah senjata senjata terbaik. Mereka terus mengumpulkan senjata sebelum perang yang sesungguhnya dimulai. Max mencoba salah satu Senapan terbaik itu dan mencoba nya di ruang percobaan, Max mencoba nya ketempat yang tidak dapat ditembus peluru, peluru hanya dapat tersangkut di benda tersebut. Dengan fokus dan konsentrasi nya Max mengarahkan pistol tersebut ke arah tepat sasaran nya. Dan melepaskan pelurunya tetapi ternyata peluru tersebut berhasil menembus benda yang disebut anti peluru itu, hingga membuat Max takjub.

"Ternyata ini yang menjadi perebutan?" Tanya Max sambil melihat lihat senapan tersebut.

"Wajar aja, sebagus ini dan sekarang kau akan menjadi milik pribadiku!!" Ucap nya dengan seringai.

Drrrttt...

Drrrttt....

Max mengambil handphone yang diletak di meja memperhatikan siapa yang menelephon ternyata adalah Saguna.

📞

"Hmm" dehem Max.

"Kenapa kau terus melibatkan aku?" Tanya Saguna.

"Kenapa? Kenapa harus ada pertanyaan?" Tanya balik Max dengan dingin.

"Terjun kedalam nya mungkin kau akan menemukan semua dari pertanyaan konyol dirimu itu, stop jadi munafik. Aku tau kau ingin ikut terjun kedalam tetapi ada sesuatu yang membatasi mu aku gak akan bertanya lebih dalam tentang masalahmu tetapi kau tetap ditakdir kan disini sejauh apapun kau lari." Tegas Max.

"Apa kau tidak pernah berfikir tentang masa depan mu?" Tanya Saguna.

"Masa depanku ada disini, begitupun masa depanmu!!" Ujar Max.

"Cihh," geram Saguna.

"Mau mengajukan pertanyaan konyol lain lagi?" Tanya Max tertawa.

"Siapkan jamuan yang istimewa aku berangkat 30 menit lagi," ucap Saguna dan mematikan telephonnya.

"Dasar Saguna bodoh," ucap Max dengan tertawa.

-----~°~-----

Ruang rapat tertutup yang hanya dihadiri dengan anggota inti saja. Terlihat Max, Brees, Omar. Tetapi Saguna belum juga terlihat, mereka masih menunggu kehadiran Saguna.

"Cihh, dasar anak itu ya." Geram Omar.

"Sabar paman!" Max menenangkan.

30 menit sudah berlalu tetapi kemunculan Saguna masih menjadi pertanyaan, Max merasa bosan dengan keheningan yang tercipta begitu saja di dalam hingga memutuskan keluar ruangan.

"Dari dulu tetap aja Saguna bodoh," kesal Max.

"Na na na" senandung max dengan tidak jelas.

"Tuan muda apa sudah selesai rapat nya?" Tanya Sien seorang dokter pribadi keluarga Mexmar yang berada di ruang tamu.

"Saguna buat kacau, mau aku bogem kepala nya pakai batu besar kalau ketemu." Jawab Max.

"Dia belum datang juga? Kalau berangkat pukul 11 tadi sudah dipastikan pukul 06.00 sore sudah sampai ke Indonesia." Ucap paman Sien dan berfikir.

"Saya kenal Saguna, dia tidak akan ingkar janji." Tutur paman Sien.

"Yaudah aku keluar dulu paman," ucap Max dan berjalan menuju keluar pintu utama.

Saat pintu utama terbuka badan dan wajah Max langsung penuh dengan bersimbah darah terkena cipratan darah yang dikeluarkan oleh tubuh seseorang yang tersungkur dihadapan nya.

"Cih, sialan." Umpat Max.

Max langsung memperhatikan tubuh yang tersungkur tersebut dan kembali menatap kedepan menyusuri tempat untuk mencari pelakunya tetapi mata Max tidak menangkap bayangan apapun. Dan segera menggunakan kaki nya mendorong tubuh tersebut untuk memperlihatkan wajahnya.

"SAGUNA." Ucap Max penuh amarah.

Dan menekan tombol yang berada di jam nya yang menghubungkan dengan alarm darurat mansion utama.

"KEHALAMAN DEPAN SEKARANG JUGA." perintah Max dengan tersulut amarah.

Semua penguni mansion yang mendengarnya segera berlari menuju depan dengan tergesa-gesa karena kemarahan Mata Merah adalah yang paling mereka takuti.

Paman Sien yang dekat dengan halaman depan langsung berlari dan melihat Saguna tidak berdaya di ambang pintu lalu melihat tubuh Saguna yang sudah tidak berdaya. Dan langsung meriksa keadaan Saguna yang ternyata masih bernafas.

"Vincent bawa Saguna keruangan saya sekarang juga," ucap nya dengan panik dan berlari diikuti oleh Vincent dan Volker yang ikut membopong tubuh Saguna.

Mereka semua tersulut amarah dan tidak ada yang bisa menenangkan Max saat ini.

"DIMANA PENJAGA DEPAN?" tanya Max dengan teriak.

"Maaf tuan muda saya dan tim B yang lainnya sedang berjaga di sekitar sini tetapi tidak ada kejadian atau hal yang mencurigakan, hingga kami berpencar keseluruh mansion utama." Ucap Will dengan gemetar.

Bugh..

Bogeman mentah melayang tepat di wajah nya. Max terus melayangkan pukulan demi pukulan kepada Will selaku kepala kapten tim B. Aturan di keluarga Mexmar ketika di hajar dengan keluarga inti Mexmar karena melakukan kesalahan fatal ataupun tidak tetap harus melawan nya, dan mempertahankan diri nya agar tidak tewas dan setelah pertarungan selesai maka yang salah wajib mendapatkan hukuman lain. Itu adalah aturan tidak tertulis tetapi harus dipatuhi oleh seluruh anggota Mexmar.

Maka sebab itu Will terus melayangkan pukulan juga ke arah Max, hingga pertarungan semakin menjadi.

Brees yang menyaksikan nya tidak dapat berbuat apapun karena ini adalah peraturan yang wajib dipatuhi, karena kelalaian penjaga menyebabkan Saguna hampir meregang nyawa jika saja Max tidak pergi keluar.

Semua yang berada dihalaman depan menunduk kecuali Omar dan Brees.

"Apa tidak sebaik nya ini kita hentikan saja tuan besar, kemarahan Max kali ini diluar kendali jika dia terus bertarung dengan Will maka tidak dapat kita hindari kalau Will akan tewas di tangan Max yang akan membuat nya menyesali seumur hidup nya!" Saran Omar.

"Kau benar Omar, aku tidak ingin Max semakin terkubur dengan dendam dan rasa bersalah nya lagi," sahut Brees.

"Volker, Zeroun, Vincent segera berhentikan pertarungan mereka!" Perintah Brees.

"Siap tuan besar," ucap mereka dan segera berlari untuk melerai pertarungan itu.

Tentu saja satu orang cukup untuk memberhentikan Will karena dia tidak ingin pertarungan ini, tetapi dua orang kesusahan merendamkan emosi dan menahan tubuh Max.

"Max stop, kalau kau tidak ingin merasa menyesal karena telah membunuh keluargamu." Ucap Brees tegas.

Ucapan Brees tersebut berhasil membuat runtuh keinginan Max untuk menghajar kembali Will dan menatap Brees dengan tatapan tidak dapat ditebak karena mengingat masa lalu nya. Dan mengacak rambut nya frustasi dan beralih menatap Will yang juga sedang menatap dirinya dengan wajah bersalah. Max langsung berjalan menuju parkiran mobil dan keluar dari perkarangan mansion tersebut untuk menenangkan dirinya.

Dia terus memukul setir dan mengacak rambut nya frustasi karena hampir saja dia akan membunuh keluarga nya untuk kedua kali nya. Max memakai kacamata nya untuk menutupi mata merah nya lalu menghidupkan sebuah lagu untuk menetralisir kan hati nya.

Bersambung....

-----~**°~-----

Hai para kesayangan author mohon dukungannya yaa buat karya kedua authorrrr.

saya ucapkan beribu terimakasih kepada yang sudah ikut mendukung karya ini! dukungan bisa berupa like,komentar,vote,hadiah, bintang 5. intinya mohon dukungannya yaa semua**!

Perjamuan Istimewa

Will telah mendapatkan hukuman karena kelalaian nya sebagai kapten begitupun dengan tim nya yang juga mendapat hukuman cambuk 200 kali. Itulah kekejaman yang ada di dunia Mexmar bagi sebagian orang yang tidak mengenal keluarga tersebut tetapi tidak dengan anggota Mexmar itu sendiri, jika tidak melakukan kesalahan maka hidup nya akan senantiasa sejahtera dan akan berbanding terbalik jika sudah melakukan kesalahan dan akan mendapat pelatihan khusus selama sebulan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi.

Max terbangun dengan dirinya yang masih berada didalam mobil tepat di pusat kota pinggiran jalan, dan memperhatikan jalanan tersebut dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul.

"Siapa yang bawa aku kesini?" Tanya max kaget saat mengetahui dirinya terbangun sudah berada di dalam mobil.

Max mengingat kejadian tadi malam dan akhirnya dia tersadar dan segera kembali ke mansion utama untuk mengetahui keadaan Saguna dan apa yang sebenarnya terjadi.

... -----~°~-----...

"Max, kau dari mana aja? Dan kenapa handphonemu susah buat dihubungi?" Tanya Brees.

"Pa, aku nenangin diri handpone habis baterai. Gimana keadaan Saguna?"

"Lihatlah, di kamarnya!"

Max langsung berlari ke arah lift untuk menuju ke lantai 3 dimana kamar Saguna terletak bersebelahan dengan kamar nya, lift pun terbuka dan segera max berlari membuka pintu kamar dan langsung mengubah mimik wajah nya menjadi datar.

"Paman!"

"Max, sini!"

"Dengar paman, aku gak peduli tentang Saguna! Aku hanya ingin tau keadaan nya karena dia akan menjadi anak buah ku!"

Paman Omar tersenyum, "Saguna sudah membaik, tinggal pemulihan saja! Apa kau ragu kepada pamanmu ini?"

"Apa yang harus kuragukan?"

"Apa kau mengira paman akan memberi anak buah yang lemah untukmu! Lihatlah, banyak yang mengira dia tidak akan selamat, tetapi hari ini dia dapat membungkam semua mulut yang berbicara seperti itu!"

Max tetap memasang wajah datar seakan tidak bersimpati atau tidak peduli kelanjutannya, hanya memandang sekilas ke arah Saguna dan kembali menatap paman Omar.

"Bagus paman! Aku akan membuatnya lebih susah dari ini setelah dia sehat kembali!" Ujarnya. "Aku mau istirahat, paman!" Pamit Max.

"Istirahat lah nak!" Ujar paman Omar.

Saguna masih belum terbangun dari tidurnya, masih bermain di taman kupu-kupu dengan dinosaurus peliharaannya di dalam mimpi, seperti tersengat listrik Saguna terbangun dari mimpi nya dan melihat sekitar dirinya semua bewarna hitam dan tangan beserta tubuhnya menjadi balutan perban yang mengerikan.

"Ayah!"

"Saguna, kamu udah sadar?"

Saguna mengangguk, dan kembali menerawang jauh tentang kejadian sebelum dirinya menjadi seperti ini.

"Apa kamu sudah bisa menceritakannya?"

"Aku ingin bicara di depan semua orang!"

"Panggil, max juga yah!"

Seperti ada kisah bagus yang akan di kisahkan oleh Saguna, Omar menyuruh penjaga pintu memanggil seluruh keluarga inti untuk berkumpul di kamar Saguna.

"Baik, Tuan!" Ujar penjaga.

Tanpa menunggu waktu lama mereka semua telah berkumpul begitupun tuan besar, Saguna melirik semua yang telah berkumpul semua memandangi nya dengan tatapan mengasihani ntah mengapa Saguna membenci tatapan seperti itu.

"Max!!" Ujar Saguna mempertanyakan keberadaan Max.

"Iya, apa Max telah diberitahu?" Tanya Omar.

"Sudah, aku yang ke kamar nya tadi!" Jawab Volker.

Saat semua ricuh akan keberadaan max tetapi Saguna hanya menatap ke arah pintu yang ternyata disana sudah berdiri Max yang baru saja tiba.

"Apa kau kangen padaku? Hingga begitu mencari ku?" Tany Max dengan seringai.

Namun Saguna tidak menjawab hanya menatapnya tajam dan berganti menatap paman Brees, seperti kepribadian lain yang ditunjukkan oleh jiwa Saguna sehingga tidak ada yang mengerti apa yang ia pikirkan dan akan ia bicarakan. Semua menantikan itu semua, akan tetapi sang pemilik kisah belum juga membuka suara nya sehingga membuat Max kesal.

"Hei!! Apa kau lagi senam mata?" Ketus Max.

Saguna kembali beralih menatap max yang sedang berbicara padanya dengan tatapan datar.

"Bicaralah bodoh! Aku gak punya waktu buat ngeliat dirimu untuk senam mata seperti itu,"

"Max!!" Tegur Brees.

Max kembali menahan emosi nya dan mencoba mengulur kembali kesabarannya yang sangat jarang ia lakukan.

"Aku, Saguna. Bersedia masuk ke dalam Mexmar inti!"

Ucapan sederhana namun penuh keyakinan dan juga penekanan membuat seluruh manusia yang sedang berkumpul menunggu kisah nya hingga bosan membelalakkan matanya dan saling tatap tetapi tidak dengan Max yang hanya menampilkan seringai khas dirinya.

"Hari ini kita harus buat jamuan yang istimewa untuk kedatangan Saguna sebagai anggota resmi keluarga Mexmar!!" Ucap Brees dengan penuh semangat.

Ucapan tuan besar menjadi pemecah keheningan yang tercipta oleh Saguna dan menjadi sorak gembira karena mereka sangat menantikan hal ini, karena sudah sangat susah membujuk Saguna untuk ikut ke dalam keluarga Mexmar tetapi sekarang dia dengan jelas mengucapkannya dengan keinginannya sendiri.

Malam pun tiba...

Max yang sibuk di dalam kamar nya dengan pikiran yang sedang kalut, kesibukan Max hanya sekitar strategi demi strategi untuk menghancurkan lawannya. Semua ilmu bela diri dan juga ilmu menguasai senjata telah ia kuasai dengan baik dan belum ada yang bisa menandinginya. Tetapi seperti urusan strategi ia masih terus belajar dan hasilnya tetap saja dia belum menguasainya, dia membutuhkan Saguna berada disisi nya selalu.

Tokk...tokk...tokkk...

"Tuan muda, acara jamuan akan segera dimulai, dan anda harus disegerakan datang!" Ucap penjaga dari luar.

Max memberhentikan kegiatannya dan segera beranjak dari tempat duduk nya menuju meja makan utama, menggunakan lift untuk turun ke lantai dasar. Terlihat semua sudah berkumpul dengan bercanda ria tentu terlihat sangat senang akan resminya Saguna menjadi anggota Mexmar begitupun yang di rasakan oleh Max.

Max mencari keberadaan Saguna namun tidak menemukan nya.

"Kau mencari ku?" Tanya Saguna.

Saguna berada di belakangnya menggunakan kursi roda mendekati Max. Max yang mendengar nya langsung membalikkan tubuhnya menghadap Saguna.

"Kau sangat menyedihkan Saguna!" Lontar Max.

"Sialan! Kau sahabat tidak berguna!" Sungut Saguna dengan emosi.

"Haha...mari kubantu lelaki payah!" Ejek Max.

Sedari kecil mereka selalu bersama, tumbuh bersama sekolah bersama apapun mereka lakukan bersama hanya karena suatu hal Saguna ingin menjaga jarak terlebih dahulu kepada Max dan itu yang membuat mereka seperti tidak saling peduli namun lain dengan hati mereka masing-masing.

Sampailah mereka ke meja makan, terlihat para ketua tim sangat tidak sabar ingin menyantap makanan lezat di hadapannya.

"Karena, Saguna dan Max telah disini! Aku mau nyampaikan inti perjamuan ini yaitu resmi nya Saguna menjadi angota Mexmar dan kembalinya persahabatan kecil mereka berdua!" Ucap Brees dengan senang dan bertepuk tangan begitupun dengan yang lainnya.

Tetapi Max dan Saguna hanya memandang mereka dengan datar tanpa menunjukkan senyum sedikit pun.

Dan acara perjamuan pun dimulai semua sedang menyantapnya dengan nikmat dan sesekali mengeluarkan candaan yang sangat menggelitik perut.

Tanpa terasa perjamuan telah selesai dan waktu menunjukkan pukul sebelas malam, Max kembali ke kamar nya dan mengambil semua catatan untuk membuat strategi nya tetapi semua ia robek menjadi butir halus dan mencampakkan nya ke dalam tempat sampah.

"Ini tugas si bodoh itu! Buat apa aku susah payah lagi memikirkan nya!" Ujar nya dengan berseringai tipis.

Sistem darurat menyala pertanda semua penghuni mansion utama harus segera hadir ketempat dimana sistem darurat itu di tekan, setiap tempat terdapat sistem darurat dengan bunyi yang berbeda itu diharuskan oleh semua penguni mansion utama untuk mengenali suara nya, tetapi Saguna yang baru hadir disini tidak tau sistem itu berbunyi di ruangan yang mana karena belum mempelajarinya. Max berlari keluar dan melihat Saguna yang kebingungan di atas kursi roda dan segera mendorongnya untuk ikut bersama nya.

**Bersambung...

... -----~°~-----...

Hai para kesayangan author mohon dukungannya yaa buat karya kedua authorrrr.

saya ucapkan beribu terimakasih kepada yang sudah ikut mendukung karya ini! dukungan bisa berupa like,komentar,vote,hadiah, bintang 5. intinya mohon dukungannya yaa semua**!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!