Ming Yue membuka matanya dan berkedip tiga kali. Ini adalah hari ke tiga dia berada di dunia novel. Setiap kali dia bangun tidur tubuhnya terasa remuk dan kulitnya kemerah-merahan akibat bergesekan dengan kain kualitas rendah yang dia pakai. Mau bagaimapaun juga dia tidak bisa terbiasa dengan kasur keras dan selimut kasar yang ada di bawah tubuhnya.
Ming Yue memejamkan matanya berharap jika semua ini adalah mimpi buruk dan masih berada di dalam kabin pesawat VIP sambil memakan anggur yang dikupas kulitnya dan tanpa biji menuju ke Bora-Bora untuk liburan musim panas bersama ayahnya dan Xiaoyu, pelayan setianya, dan pesawatnya tidak pernah jatuh.
Sayangnya Ming Yue tetap berada di sini. Diatas kasur kualitas rendah yang keras dan selimut kasar, menjadi tokoh antagonis di dalam novel yang dia baca karena direkomendasikan oleh Xiaoyu sehari sebelum dia berangkat liburan.
Ming Yue di dunia ini dan dirinya yang asli memiliki nama yang sama dan bahkan wajah mereka juga sama. Kelebihannya Ming Yue versi novel memiliki payudara yang lebih besar dari cup A Ming Yue asli. Tapi dia sepuluh senti lebih pendek dan yang membuatnya lebih tidak bisa memerima bra cup C Ming Yue versi novel, kenapa? karena Ming Yue tidak punya uang! Walaupun tidak bisa dikatakan miskin tapi dibandingkan dengan kekayaan yang dia miliki di dunia asli, Ming Yue di dunia ini miskin!
Terlebih lagi dia bukan anak satu-satunya keluarga Ming dan harus berebut uang saku dengan dua saudara perempuan tirinya. Karena memiliki ibu tiri maka ayah kandungnya pun menjadi ayah tiri, dia tidak sayang kepada Ming Yue dan pilih kasih.
Karena ayah Ming tidak sayang kepadanya maka hidup Ming Yue di rumah ini tidak mudah. Tanpa dukungan dari ayah Ming dan dibawah tekanan ibu tiri yang tidak sabar untuk segera mengusir Ming Yue dari rumah, sikap pembantu di rumah ini juga kurang baik kepadanya. Mereka tidak menghormatinya dan bersikap semena-mena terhadapnya. Ibu kandung Ming Yue pergi meninggalkan rumah karena mengetahui perselingkuhan ayah Ming dengan sahabat baiknya. Sakit hati dan kabur keluar negeri setelah menandatangani surat cerai, menyisakan Ming Yue yang terlantar. Kalau bukan karena perjodohan dengan keluarga Lu, mungkin Ming Yue sudah di buang ke panti asuhan.
Satu-satunya keberuntungan yang dia miliki adalah menjadi tunangan dari Lu Ming. Putra pertama dari keluarga Lu yang tidak hanya berasal dari keluarga konglomerat tapi juga tampan, tinggi dan pintar. Ming Yue jatuh cinta pada pandangan pertama. Sayangnya, Lu Ming tidak memiliki perasaan yang sama dengan Ming Yue. Pertunangan itu semata-mata terjadi karena sebuah janji yang di buat oleh kedua kekek mereka. Awalnya Lu Ming menolak perjodohan itu, tapi karena kakek Lu yang mengancam akan berhenti melakukan terapi, Lu Ming terpaksa mau bertunangan dengan Ming Yue. Hasilnya, walaupun mereka sudah bertunangan selama lima tahun, tidak pernah ada pembicaraan menganai pernikahan.
Bagi Ming Yue, Lu Ming adalah oasis yang dia temukan di padang pasir. Dia menaruh harapan besar dari perjodohan itu. berharap dirinya bisa sukses menjadi nyonya Lu dan hidup dengan terpandang. Untuk itulah dia tidak perduli dengan sikap dingin Lu Ming kepadanya. Ming Yue dengan giigh melakukan segala cara untuk mendekati Lu Ming. Setiap hari mengirim bekal makan siang, mengiriminya pesan selamat pagi dan selamat malam, tidak absen memberinya hadiah setiap ada hari perayaan. Semua itu dia lakukan untuk mengambil hati Lu Ming. Walaupun dia tahu jika semua itu berakhir di tempat sampah, Ming Yue tetap tidak berhenti melakukannya. Tidak perduli jika dirinya menjadi bahan tertawaan dan lelucon, dia terus menempel kepada Lu Ming.
Dengan begitu bodoh Ming Yue mencintai Lu Ming, melakukan segala cara untuk membuat Lu Ming jatuh cinta padanya, tanpa tahu jika dirinya hanya sebuah karakter antagonis yang digunakan oleh author untuk mempromosikan hubungan para pemeran utama. Karakternya ada untuk menambahkan bumbu percintaan pemeran utama dan akan dibuang setelah masa keguaannya habis. Sungguh kasihan.
Ming Yue di sini tidak berniat untuk merebut posisi pemeran utama wanita, dia terlalu malas melakukan hal itu, tapi karena dia telah bertasmigrasi dan menggatikan Ming Yue di dunia ini maka dia tidak akan membiarkan dirinya digunakan dan berakhir naas.
Karena Lu Ming dan dirinya tidak akan berakhir bersama, Ming yue akan berhenti mengejarnya dan memilih menjadi teman Lu Ming yang akan menyediakan jasa makcomblang untuk tokoh utama pria dan wanita, setelah mereka berhasil mengalahkan riantangan dan bersama Ming Yue akan meminta biaya admin yang tinggi dan hengkang dari hadapan mereka.
Benar kata pepatah jika memikirkan hantu maka setan akan datang. Ponselnya yang di letakkan di nakas berbunyi. Telpon masuk dari Ibu Lu Ming.
Ming Yue mengangkatnya dan mendapatkan informasi jika saat ini Lu Ming sedang sakit dan di rumah sendirian. Ibunya menyuruh Ming Yue untuk datang ke apartemen Lu Ming dan memeriksa keadaannya.
Walaupun Lu Ming tidak menyukainya, ibunya cukup puas dengan Ming Yue dan menganggapnya sebagai menantu masa depan. Ming Yue dan ibu Lu Ming memiliki hubungan yang cukup dekat dan sering pergi membeli baju bersama.
Ini adalah momen yang tepat untuk memperbaiki hubungannya dengan Lu Ming dan satu langkah untuk menjadi temannya. Ming Yue menyanggupi permintaan Ibu Lu Ming.
Satu jam kemudian Ming Yue sudah berada di depan pintu apartemen Lu Ming membawa tas kertas berisi bubur putih dan obat. Ming Yue menekan bell dan menunggu orang yang ada di dalam untuk membukakan pintu.
Tidak ada jawaban, Ming Yue menekannya lagi.
Masih sama, tidak ada tanda-tanda pintu akan terbuka, Ming Yue menjadi tidak sabar dan menekan bell berulang-ulang.
Karena terlalu bersemangat tangan Ming Yue merasa tangannya pegal. Dia berhenti menekak bel dan memijit pergelangan tangannya.
Dirasa Lu Ming tidak akan membuka pintu untuknya, Ming Yue merasa sedikit marah. Dengan kesal dia menendang pintu dan berbalik akan pergi.
Tapi belum ada tiga langgkah ponsel di dalam tasnya bergetar. Ming Yue mengeluarkannya dari dalam tas dan mendapatkan pesan dari ibu Lu Ming, isinya kode masuk apartemen Lu Ming.
Ming Yue masuk kedalam apartemen Lu Ming dan terpesona dengan interiornya. Apartemen Lu Ming besar dan luas tapi kosong melompong tanpa furniture lain selain yang dibutuhkan, tidak terasa seperti rumah yang dihuni manusia. Dingin dan kaku.
Ming Yue melepas sepatunya dan memakai sandal rumah. Berdasarkan ibu Lu Ming, Lu Ming menggunakan kamar yang ada di lantai dua. Ming Yue langsung naik dan membuka satu dari dua pintu berwarna putih yang letaknya bersebelahan.
Pintu pertama terbuka, ruangan itu kosong dan tidak ada Lu Ming di dalamnya. Ming Yue menutupnya kembali dan membuka pintu yang lain.
Ketika pintu itu terbuka udara dingin menampar wajah Ming Yue, dia ingin menutupnya kembali tapi matanya melihat Lu Ming terbaring di lantai.
Ming Yue segera masuk dan mencari remot AC. Setelah mengatur suhu ruangan menjadi normal barulah dia mendekati Lu Ming.
Ming Yue mengulurkan tangannya dan menepuk bahu Lu Ming. Tapi dia buru-buru menarik tangannya, tubuh Lu Ming sangat panas dan dia berkeringat dingin. Ming Yue menyimpulkan jika Lu Ming mengalami demam.
“Lu Ming..” Ming Yue memanggilnya. Lu Ming harus segera pindah dari lantai, meskipun ada karpet tebal yang menjadi alasnya lantai tetaplah tidak nyaman untuk orang sakit.
“Lu Ming. Lu Ming!” Ming Yue memanggilnya lagi, tapi Lu Ming tidak menyahut dan hanya membuka matanya sebentar lalu menutupnya lagi.
Lu Ming yang merasa sangat pusing dan tidak bertenaga samar-samar mendengar namanya dipanggil. Siapa? Siapa yang datang? Tapi karena kepalanyaterasa semakin sakit ketika dia membuka matanya dia kembali menutupnya dan mengabaikan siapa pun yang memanggilnya itu.
“Kau harus pindah ke tempat tidur.” Ming Yue mengguncangkan tubuh Lu Ming.
“Uhh..” Lu Ming mengerang lemah dan mendorong tangan Ming Yue dari tubuhnya.
Ming Yue merasa dirinya tidak akan bisa memindahakan Lu Ming ke tempat tidur, tidak ingin mencobanya dan mencari alternative lain. Dia mengambil selimut dan bantal dari tempat tidur Lu Ming, biar saja Lu Ming tetap di lantai yang keras tapi dia harus dihangatkan. Dia tetap akan sembuh kan kalau tidak kedinginan?
Setelah dirasa cukup hangat, Ming Yue mengeluarkan termometer dan obat demam yang dia beli di apotek di dekat toko bubur lalu mengecek suhu Lu Ming, 38.9, tidak perlu memanggil dokter. Berdasarkan pengalamannya Lu Ming akan sembuh setelah minum obat penurun demam dan dikompres.
“Lu Ming minum ini.” Ming Yue meletakkan sebutir obat di bibir Lu Ming.
Setelah menunggu beberapa saat dan Lu Ming tidak bereaksi, Ming Yue mencubit dagu Lu Ming, memaksanya membuka mulut lalu memasukan obat itu.
Lu Ming merasakan sesuatu yang pahit di lidahnya dan menolak untuk menelannya, dia mendorong obat itu keluar dengan lidahnya, tapi tangan Ming Yue bergerak lebih cepat dan membekap mulut Lu Ming. Alhasil Lu Ming menelan obat pahit itu.
Selesai memberinya obat Ming Yue membuka paket byebye fever dan menempelkannya pada dahi Lu Ming.
Lu Ming merasakan sesuatu yang dingin menyentuh dahinya, terasa nyaman dan sakit kepanya sedikit berkurang Lu Ming kembali tertidur.
Lu Ming merasa kepalnya seperti dihantam dengan batu. Tubuhnya terasa sakit, basah dan tidak nyaman. Dia membuka matanya dan kaget mendapati sebuah tangan menyentuh tubuhnya. Secara spontan dia mencekal tangan itu.
“Ming Yue!” Lu Ming berkata dengan dingin, dahinya berkerut dan menatap Ming Yue dengan tajam.
Bagaimana bisa wanita ini masuk ke dalam rumahnya. Dia tidak ingat membukakan pintu untuk siapa pun. Terlebih lagi pada Ming Yue, wanita ini tidak akan pernah dia ijinkan untuk masuk ke dalam rumahnya. “Apa yang ingin kau lakukan?”
“Hei, lepaskan.” Ming Yue merasa pergelangan tangannya akan patah jika Lu Ming tidak segera melepaskannya. Pria ini sakit tapi tenaga yang dia gunakan untuk mencekal tangannya tidak jauh berbeda dari orang sehat.
Lu Ming tidak melepaskan tangan Ming Yue, dia mencengkramnya lebih erat dan menatap Ming Yue dengan tajam. Memperingatinya untuk tidak macam-macam.
“Lu Ming lepaskan!” Ming Yue berteriak. Dia rasa Lu Ming benar-benar ingin mematahkan tangannya. Ming Yue tidak ingin itu terjadi dan dengan cepat mengatakan bagaimana dia masuk, tujuannya dan apa yang akan dia lakukan dalam satu tarikan nafas.
Lu Ming tidak sepenuhnya percaya, tapi begitu dia melihat baskom di sebelah bantalnya dia melepaskan tangan Ming Yue.
“Sekarang aku sudah lebih baik. Kau bisa pergi.” Walaupun Ming Yue sepertinya memang berbuat baik kepadanya tapi dia tetap tidak suka dengan keberadaan Ming Yue di dalam rumahnya. Dia tidak nyaman beradi di dekat Ming Yue, selalu ada perasaan waspada dan was-was saat bersama dengan Ming Yue.
Wanita ini sangat licik, sekali saja Lu Ming lengah namanya akan menjadi headline di sampul koran besok pagi.
Ming Yue bisa menebak jalan pikiran Lu Ming, berdecak dalam hati. Sorry this missy is not interested with you! Dia bukan Ming Yue yang tergila-gila dengan Lu Ming. Ming Yue yang sekarang tidak tergoda oleh pesona Lu Ming.
Dia akui pria ini type ideal nasional. Tampan, hidung mancung, rahang tegas, alis yang seperti sepasang pedang dan mata tajam yang penuh wibawa dan akan mengintimidasi siapa pun yang menatapnya. Badannya bagus, tidak keras karena kelebihan otot ataupun lembek karena kekurangan otot, sempurna dengan tingginya yang hampir mencapai 1.9 meter, pria ini akan terlihat paling mencolok jika disandingkan dengan pria lain.
Meskipun Ming Yue tertarik dengan jumlah nol yang ada di akun banknya. Wajah dingin yang seperti patung batu itu memadamkan rasa ketertarikannya. Dia bukan tipe pria yang akan Ming Yue pilih untuk dijadikan suami.
Pria yang menjadi suaminya harus seperti ayahnya di dunia nyata. Kaya, lembut dan penyayang. Dan Lu Ming jelas terdiskualifikasi! Dicoret dari daftar dengan spidol hitam dengan tanda X besar. Tidak bisa dinegosiasi!
“Aku tidak akan mengantarmu, pintunya ada di sebelah sana.” Lu Ming berkata tangannya menunjuk arah pintu.
Ming Yue memberengkut, menyumpahi Lu Ming yang tidak tahu terima kasih di dalam hatinya. Dia menggunakan tangnnya yang agung untuk memeras handuk dan bekerja keras untuk merawatnya. Tapi apa yang dia dapat? Setelah membuka mata langsung mengusirnya.
Tidak tahu diri!
Tapi karena Ming Yue ingin mendapatkan penilaian positf dari Lu Ming, dia hanya bisa membatin di dalam hati dan menyimpan kedongkolannya. Memasang senyum palsu di wajah dan menahan diri untuk tidak memukul kepala Lu Ming dengan baskom lalu menendang tulang keringnya.
Dia berdiri dari sisi Lu Ming dan mengambil tas yang di letakkan dia atas tempat tidur. Ming Yue memakai jaketnya. “Aku pulang sekarang.” Ming Yue pamit dan melangkah keluar.
Begitu terdengar pintu dibuka dan ditutup barulah Lu Ming merasa tenang dan dia kembali memejamkan hanya untuk menyadari jika sekarang ini dia berasa di lantai. Selimut dan bajunya basah semua.
“Ming Yue!” dia mengerang. Sebuah handuk basah dan berair jatuh dari dahinya. Apa yang dilakukan Ming Yue kepadanya, apa dia mengompresnya tanpa memeras handuknya terlebih dulu. Pantas saja dia merasa kepalanya seperti akan pecah. Sakitnya bertambah parah!
Lu Ming memaksa dirinya untuk berdiri dan berjalan dengan semponyongan menuju ruang ganti, melepas bajunya yang basah, menggantinya dengan yang kering dan mengambil selimut baru.
Ketika dia sudah berbaring di dalam selimut dengan nyaman dan berada di atas tempat tidur, Lu Ming baru sadar jika sekarang sudah lewat tengah malam. Dia bersiap untuk kembali tidur, tapi tiba-tiba dia teringat dengan Ming Yue, dia pulang dengan apa? Apakah masih ada taxi di jam segini?
Ah! Tidak perduli. Di bisa meminta supir untuk menjemputnya. Dengan begitu Lu Ming memejamkan matanya.
Tapi lima menit kemudian dia sudah berada di lobi apartemen, memaksakan tubuhnya yang sakit berjalan ke luar gedung dan terkena angina dingin. Dia mengitari sekitar dan mencari keberadaan Ming Yue. Tiga meter dari dari sana dia melihat Ming Yue jongkok di pinggir trotoar memeluk lututnya.
“Kenapa tidak bilang kalau taxi tidak beroperasi 24 jam. Wuu…” Lu Ming mendengar Ming Yue bergumam.
Lu Ming mengamati wajah Ming Yue. Bibirnya mengngerucut, alisnya berkerut dan matanya yang besar dan bulat tampak berkaca-kaca dengan air mata yang mengancam akan jatuh kapan saja. Untuk setengah detik Lu Ming merasa seperti ada yang mencubit hatinya, dia menelan ludah dan berjalan mendekati Ming Yue.
Ming Yue merasakan kedatang seseorang, menoleh dan hampir tersungkur kebelakan kalau Lu Ming tidak menahannya.
“Kenapa mengagetkanku!” Ming Yue menggerutu. Menatap Lu Ming dengan kesal dan bersungut-sungut.
Lu Ming menatap Ming Yue dan perasaan yang barusan datang lagi. Dia terdiam dan tidak bergerak. Tidak bisa marah dengan Ming Yue padahal biasanya dia akan langsung merasa ill feel dengan Ming Yue.
“Anak muda jangan lama-lama bertengkar. Hari dingin seperti ini cepat berbaikan dan masuk.” Sekuriti yang menyaksikan drama itu dari pos di belakang mereka berkata. Anak muda sekarang ini ada-ada saja. Dia menggelengkan kepalanya.
Pasangan muda, tinggal bersama, bertengkar lalu si gadis pergi dari rumah tapi langsung menyesal begitu sampai di luar dan jongkok di trotoar menunggu untuk dikejar. Si gadis sudah menunggu lama dan ternyata si pria tidak pernah datang menyusulnya. Gadis itu akhirnya akan pergi dengan berurai air mata dan patah hati. Drama seperti itu sudah biasa dia saksikan.
Gadis ini, satu dari sedik yang beruntung, prianya hanya membutuhkan lima menit untuk mengejarnya.
Lu Ming berdehem dengan kikuk dan menarik Ming Yue berdiri.
“Berdiri.” Lu Ming berkata tidak sabar. Mata sekuriti yang mengawasi mereka dengan tertarik dan mulutnya bergerak cepat memakan kuaci seperti dia sedang menonton drama romantis di bioskop, sedikit membuat Lu Ming jengkel.
“Lu Ming, kakiku keram..” Ming Yue berkata dengan lirih dan mengedipkan matanya kepada Lu Ming memelas.
Lu Ming yang duhadapkan dengan jawaban tidak terduga dari Ming Yue membeku. Pegangan ditangannya mengendur dan tangan Ming Yue terlepas dari genggamannya.
“Aku tidak bohong.” Ming Yue mengigit bibir bawahnya menahan rasa nyeri di kakinya yang terasa seperti dirambati ribuan semut berlistrik.
Mata bulat Ming Yue menatap mata Lu Ming dengan sayu, memelas dan sedih. Lu Ming yang awalnya kebal dengan acting Ming Yue sebelum-sebelumnya merasa jika saat ini dia tidak bisa menolak Ming Yue.
“Kau mau aku menggendongmu?” Lu Ming bertaya tanpa benar-benar bermaksud melakukannya. Sama sekali tidak menyangka jika Ming Yue akan menganggukan kepalanya dan mengangkat kedua tangannya mengisyaratkan kepada Lu Ming untuk menggendongnya.
Mungkin karena tidak tahan lagi menjadi tontonan sekuriti atau dia termakan acting memelas Ming Yue, Lu Ming membungkuk dan memposisikan satu tangannya ke belakang punggung Ming Yue dan satunya lagi diselipkan pada
lipatan lutut Ming Yue dan menggendongnya bridal style.
Ming Yue yang sudah terbiasa digendong ayahnya di dunia nyata, dengan luwes mengalungkan tangannya melingkari leher Lu Ming dan meletakkan kepanya pada dada bidang pria itu.
Dengan disaksikan oleh sekuriti dan diiringi suara jangkrik mereka kembali masuk ke dalam gedung.
Lu Ming menatap sinis belakang kepala Ming Yue yang berada di atas kasurnya. Dia menyesal mebawa gadis itu kembali kedalam rumahnya. Dia adalah pemilik rumah, dan sedang sakit, tidak hanya menggendong gadis itu dari pos satpam sampai ke dalam apatemen yang berada di lantai limabelas, beruntung lift tidak macet, jika sampai lift macet dia yakin Ming Yue akan membuatnya menggendongya dan menaiki tangga.
Dan sekarang dia masih harus tidur di sofa!
“Aku seorang gadis masa harus tidur di sofa. Kau tidak gentleman.” Itu katanya ketika Lu Ming hendak membaringkannya di sofa. Dia tidak mau diturunkan dan menggelanyut pada lehernya seperti bayi koala.
Lu Ming yang sudah tidak kuat lagi menahan berat badan Ming Yue dengan terpakasa mengalah dan memberikan tempat tidurnya.
Tiba-tiba Ming Yue berbalik menghadap Lu Ming, membuatnya kaget dan tidak tahu harus mengalihkan pandangan atau tidak.
“Lu Ming kau lapar tidak?” Ming Yue membuka mulutnya dan menatap Lu Ming.
Lu Ming yang jengah mendengar pertanyaan itu, memalingkan wajah dan memejamkan matanya. Bersiap untuk mengabaikan Ming Yue.
“Aku lapar.” Anehnya suara Ming Yue terasa sangat dekat dan Lu Ming bisa mencium aroma jeruk yang dicampur dengan lavender dari badan Ming Yue.
Lu Ming mengabaikannya dan menganggap jika aroma itu tercium oleh hidungnya karena sudah menempel di bajunya saat menggendong Ming Yue tadi. Tapi lama-kelamaan dia merasa ada sesuatu yang menggelitik wajahnya, seperti bulu yang sangat halus halus.
Ketika dia membuka matanya, wajah Ming Yue, dengan pipi yang menggelembung, bibir manyun yang melengkung ke bawah, dan mata bulatnya membelalak dengan alis mengkerut persis sepeti Agnes dalam kartun Despicable Me, memenuhi pandangannya.
Dia yakin jika Ming Yue juga menahan nafasnya karena dengan jarak diantara mereka yang tidak lebih dari tiga puluh senti dia tidak merasakan hembusan nafas dari Ming Yue.
Nafas Lu Ming tercekat. “Makan.” Lu Ming berkata singkat dan datar.
“Tidak ada yang bisa dimakan kecuali bubur yang aku bawa dan aku yakin itu rasanya tidak enak aku tidak mau memakan itu tapi aku juga tidak bisa masak dan yakin akan menghancurkan dapurmu jika kau memaksaku memasak.” Ming Yue mengatakan semua itu tanpa membuka mulutnya.
Kali ini Lu Ming bernar-benar tercengang, ternyata Ming Yue bisa menjadi lebih menyebalkan dua kali lipat dari Ming Yue yang dia hadapi sebelumnya.
“Kau ingin aku masak untukmu?” Lu Ming berkata dengan sarkastik. Tapi langsung menyesal ketika Ming Yue mengaggukan kepalanya.
Ketika mereka sampai di dapur yang berada di lantai bawah, dan Lu Ming mebuka kulkas untuk mengambil bahan makanan yang akan dia masak, Ming Yue menjulurkan kepalanya dari belakang Lu Ming.
“Aku ingin makan nasi dengan daging sapi rebus asam manis, roasted vagetables with brokoli and asparagus dan acar mentimun.” Ming Yeu menyebutkan daftar makanan yang ingin dia makan dan mengambil toples berisi acar mentimun yang diletakkan di rak tengah.
Lu Ming menahan diri untuk tidak menutup pintu kulkas dan menjepit tangan Ming Yue dan meniggalkannya di dapur lalu mengunci kamarnya.
Dia tidak mau menuruti permintaan Ming Yue dan mengambil mie, telur, daun bawang dan tomat.
“Lu Ming aku tidak ingin makan mie telur dan tomat.” Ming Yue merebut bahan yang sudah diambil Lu Ming dan memasukannya kembali ke dalam kulkas. Dia lalu menggantikannya dengan bahan-bahan untuk membuat makanan yang tadi dia sebutkan.
Lu Ming sudah kehilangan kesabarannya dan berbalik pergi meninggalkan dapur tapi Ming Yue menghalanginya dan mamakaikan apron dari belakang lalu mendorongnya ke meja dapur.
Lu Ming berdiri tegak dan tidak tidak bergerak. Dia merasa jika dia menuruti kemauan Ming Yue, wanita itu akan semakin melunjak.
“Lu Ming please,” Ming Yue memohon, menatap Lu Ming dengan puppy eyes dan mengelus perutnya, menunjukkan wajah memelas.
Lu Ming menarik nafas dalam-dalam lewat hidung dan mengembuskannya melalui mulut. “Minggir.” Dia berkata kepada Ming Yue dan meraih pisau daging.
“You are the best!” Ming Yue mengecapkan bibirnya, berjalan mengitari meja dapur dan duduk di kursi tinggi yang ada di sisi lain dan memandangi Lu Ming memasak makan malamnya.
Setelah Lu Ming selesai memotong daging sapi menjadi potongan kecil dia memasukannya ke dalam kuali bersama dengan irisan bawang bombai dan rempah-rempah, menyiramnya dengan air dan mengodoknya. Sambil menunggu dagingnya lunak dan siap untuk dibumbui dia pergi mencuci beras untuk memasak nasi.
Ming Yue yang duduk menontonnya dari sebrang, tidak tahu kapan sudah berdiri di depan mocrowive dan menuangkan susu ke dalam dua gelas lalu menghangatkannya. Lu Ming meliriknya, rupanya dia masih sadar dan membuat bagian untuknya. Lu Ming menjadi tidak terlalu marah. Hanya saja nanti dia akan naik darah ketika tahu jika ternyata dua gelas susu itu semuanya untuk Ming Yue minum sendiri.
“Aku ingin mencicipinya.” Ming Yue berjinjit di samping Lu Ming yang sedang mengaduk daging sapi rebus asam manis. Mung Yue mengipaskan tangan untuk menghirup aroma makanan yang menguap di udara.
Lu Ming merasa terganggu dengan tangan Ming Yue, mengambil sepotong daging dengan spatula dan meletakkannya pada mangkuk kecil untuk Ming Yue cicipi.
Ming Yue menerima mangkuk itu dengan senang, meniupnya dan mengambilnya menggunakan tangan lalu menyuapkannya ke dalam mulut.
“Tambahkan sedikit kecap manis, garam dan lada.” Ming Yue mengoreksinya dan Lu Ming mengikutinya, memambahkan kecap manis, garam dan lada pada masakannya. Padahal dia tidak suka dengan masakan yang asin dan kebanyakan lada.
Daging sapi rebus asam manis sudah matang, Lu Ming mengambil sayuran yang dia panggang di dalam oven. Dia ingin menyuruh Ming Yue untuk membantunya menyiduk nasi kedalam dua mangkok, tapi wanita itu sudah tidak berada di dapur dan duduk manis di meja makan. Lu Ming menggertakan giginya, mengambil dua mangkuk dan mengisinya dengan nasi.
“Lu Ming berikan aku nasi sedikit lebih banyak.” Suara Ming Yue terdengar dari ruang makan.
Lu Ming curiga Ming Yue memiliki mata di belakang kepalanya, kalau tidak bagaimana dia bisa tahu jika sekarang dia sedang mengambil nasi sedangkan Ming Yue duduk membelakanginya.
Dengan perasaan dongkol karena disuruh-suruh, Lu Ming mengisi mangkuk Ming Yue sampai penuh dan menggunung. Kalau Ming Yue tidak menghabiskannya Lu Ming akan menyuruhnya untuk memcuci piring! Lihat saja!
Dengan Ming Yue yang tidak membantu Lu Ming sedikit pun, makan malam dimulai.
Lu Ming memperhatikan Ming Yue yang makan dengan lahap sampai mulutnya menggelembung seperti tupai. Makanan di meja itu, Lu Ming hanya memakan satu pertiganya dan selebihnya masuk ke dalam perut Ming Yue. Dengan nasi yang Lu Ming ambilkan tadi Ming Yue masih merasa kurang dan dia memambah satu mangkuk lagi. Bahkan susu yang dia kira untuknya juga dihabiskan oleh Ming Yue hingga tanpa sisa.
“Kau tahu tiga hari ini aku tidak makan dengan puas. Masakan koki keluarga Ming tidak bisa ditoleransi.” Ming Yue berkata sambil mengelus perutnya yang membuncit.
Lu Ming belum sempat mengatakan kepada Ming Yue untuk mencuci piring, gadis itu sudah beranjak pergi dan naik ke lantai atas meninggalkan Lu Ming yang kehilangan kata-kata dan terpaku di ruang makan, lupa jika dia sedang sakit. Lu Ming rasa demamnya hilang karena terlalu dongkol dengan Ming Yue!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!