Bab 1 - Peran Pertama
Elara, gadis cantik yang 20 tahun ditinggalkan orangtuanya diumur 13 tahun dan terpaksa tinggal dengan tante dan sepupunya. Awal yang bahagia karena Elara remaja sangat disayang dan dimanja oleh sang tante Helen, hingga orang lain mengira bahwa Elara adalah anak kandungnya.
"El....Elara." Helen memanggilnya sejak tadi tapi Elara masih betah menggulung dirinya di dalam selimut, dia tidur selalu susah untuk dibangunkan. Seperti saat ini, sudah dipanggil sejak setengah jam yang lalu tetapi dia masih belum bangun sama sekali.
"ELARA!! BANGUN!!" Teriak Helen yang sudah membuka pintu kamarnya.
"Iya tante.. ini El bangun.." Jawabnya tetapi masih memejamkan mata dan makin mengeratkan pelukan di gulingnya. Padahal sudah jam 10 dan dia harus segera berangkat.
"ELARA! Hari ini kamu ulang tahun ke-17 dan kita harus pergi sekarang juga." Bentak Helen dan Elara langsung terbangun, terduduk, dia lupa kalau hari ini dia sudah 17 tahun.
"Yeah... tante, El sudah 17 tahun." Teriaknya bahagia dan segera memeluk Helen. Setelah itu El sudah bersiap ingin mandi dan segera pergi ke kantor pengacaranya untuk mendengar wasiat dari ibunya.
Elara dan Helen sudah ada di mobil dan Helen yang menyetir, seperti biasa sepupunya Carina akan ikut dengan mereka kemanapun. Hanya 20 menit perjalanan mereka sudah sampai di gedung pengacaranya. Dia naik dengan lift dengan hati riang dan gembira.
"Elara.. kamu sudah semakin dewasa." Ujar seorang pria paruh baya, dialah pengacara ibunya bernama Pak Ridwan, yang mengurus segala hal tentang harta warisan yang akan diterima oleh Elara.
"Baiklah disini kita akan membacakan wasiat dari Ibu Bella Danantya, yang pertama, perusahaan Bellatrix Ent, apartemen, rumah dan barang tidak bergerak dan yang bergerak, seluruh harta dalam tabungan atas nama Bella Danantya akan diberikan pada anaknya yang bernama Elara Hastanta, setelah dia genap berusia 17 tahun." Begitulah isi dari surat wasiat untuk Elera beserta sepucuk surat yang sudah dinantikan olehnya.
"Selamat ya El, kini kamu sudah dewasa dan berhak menentukan jalan hidupmu sendiri." Ucap Helen seraya memeluknya. Elera juga membalas pelukan Helen dengan sangat erat dan berterima kasih karena Helen sudah merawatnya hingga kini. Setelah selesai mereka pergi dari kantor pengacara itu dan akan segera pulang.
"Tante.. El ke toilet dulu ya.." Elera lalu berjalan santai menuju toilet yang berada di ujung lorong gedung.
Brukkk!!!
"Maaf pak, saya tidak sengaja." Ujar Elara saat menabrak seorang pria yang baru saja keluar dari toilet pria yang dilewatinya, pria itu sempat memegang tangan Elara agar dia tidak jatuh.
"Iya tidak apa-apa." Jawab pria itu sambil tersenyum, Elara membalas senyumannya dan menunduk pelan. "Hmm... tidak terjadi apa-apa, menarik." Ujar Pria itu masih menatap Elara yang masuk ke dalam toilet.
"Aisshh bego.. tapi dia ganteng banget." Gumam Elara setelah masuk ke dalam toilet. Setelah selesai Elara menyusul tante dan sepupunya kembali ke rumah.
\=====//=====
3 tahun kemudian
Elara dan Carina sepupunya sedang berjalan menuju sebuah ruangan hotel yang telah disewa oleh agency untuk membicarakan pekerjaan untuk Elara, dia akan memulai debutnya dalam sebuah film. Selama ini Elara hanya mengambil job modeling dan iklan saja dan agency ingin dia lebih terkenal lagi dengan mencoba ke dunia akting. Elara sudah punya nama di dunia model dan iklan, bukan hanya cantik tetapi dia memiliki nilai jual dalam berbagai bidang. Elara bagai ladang uang untuk agency sehingga mereka tidak ingin hal itu menjadi sia-sia.
"El.. kamu masuk duluan yah, aku tiba-tiba mules." Carina meringis pelan sambil memegang perutnya.
"Ok Na.. hati-hati ya, aku tunggu di dalam." Ucap Elara masih melihat Carina yang setengah berlari mencari toilet. Elara menarik napas dan menghembuskan pelan memantapkaan hatinya agar pekerjaan ini bisa dia dapatkan. Dia mengetuk pintu beberapa kali dan membuka pintu itu. Memandang sekeliling ruangan dan ternyata disana sudah ada sutradara dan beberapa rekannya. Ada 3 orang pria disana dan dia wanita seorang diri. Mulai ada ketakutan dihatinya, tetapi dia berusaha perpikiran positif dan Carina juga sebentar lagi akan kembali.
"Selamat malam Pak Suwandi, saya Elara dari Bellatrix." Sapa Elara lalu memperkenalkan dirinya, meskipun dia tau pasti ke-3 pria itu kenal siapa dirinya.
"Wah.. nona Elara, aslinya sungguh sangat cantik." Pria 45 tahun itu memuji lalu berdiri menghampiri Elara yang masih berdiri di dekat pintu. Suwandi merangkul pundak Elara dan membawanya untuk duduk, di meja sudah penuh dengan minuman beralkohol dan beberapa gelas yang sudah diminum oleh mereka.
"Baiklah, sebelum bicara ayo minum dulu." Suwandi memberikan gelas kosong lalu menuangkan minuman keras itu, namun Elara menolaknya dengan halus.
"Maaf Pak, saya tidak minum." Tolaknya tetapi Sutradara itu tetap memaksa, malah semakin duduk mendekat ke Elara yang saat itu sudah mulai risih dengan kelakuan Sutradara yang lumayan terkenal itu, sedangkan 2 temannya sudah tertawa dengan mata yang liar memandang ke Elara. Padahal pakaiannya saat itu lumayan sopan dengan dress selutut lengan panjang, meskipun ketat di tubuhnya.
"Maaf Pak.. saya akan ke toilet dulu." Izin Elara dan langsung beranjak dari sana dan keluar dari ruangan. Dia menghela napas panjang setelah dapat keluar dengan selamat dari pria di dalam sana, dia akan pergi, biarlah pihak agency akan marah, dia tidak mau ambil resiko.
Ting...
Pesan masuk ke ponselnya dan ternyata dari Carina, "El, aku pulang duluan ya.. ada urusan penting. Kamu lanjut saja." Isi pesan itu dan Elara hanya mendengus kesal membacanya. "Pulang saja deh..." Ujarnya dan segera keluar dari hotel untuk kembali ke apartemennya.
Besok paginya Elara masuk ke kantor Bellatrix dan siap-siap untuk disemprot habis-habisan karena meninggalkan Sutradara Suwandi begitu saja. "Terima saja deh mau dimarahin gimana juga yang penting aku selamat dari sutradara genit." Batin Elara yang telah masuk ke ruang menagernya.
"Bagus El... akhirnya kamu akan debut akting." Pekik Gian dengan senang dan langsung memeluk Elara, dia hanya terdiam bingung.
"Kenapa bisa? Tadi malam tuh.." Elara terdiam karena Gian sudah memberikannya kontrak yang sudah disetujui bahwa Elara akan jadi pemeran wanita ke-2 dalam film perdananya. "Bagus kan.. langsung dapat pemeran wanita ke-2. Gila gak? Dan yang paling hebat adalah.. film ini di produksi di SAS Studio karena investor terbesarnya adalah Arche Group." Sambung Gian lagi dengan berapi-api. Pasalnya Arche Group bukan sembarang perusahaan, mereka membunyai Agency dan studio sendiri dan yang terbaik saat ini.
"Serius? Arche Group?" Tanya Elara karena kurang yakin dengan pendengarannya.
"YES!" Balas Gian dan mereka tertawa dan melompat bahagia. "Kamu akan berakting dengan artis dari Arche Model & Star atau AMS!" Gian berteriak senang begitu juga Elara dan mereka akan mennggu naskah yang akan diberikan nanti siang.
"Baiklah, aku kerja dulu deh.. ah bahagianya.." Ujar Elara lalu pergi dari sana mencari asistennya yang harusnya sudah datang.
"Lusia.. ayo kita ke lokasi syuting iklan, atur dengan cepat ya, nanti mau meeting dengan kru film." Ujar Elara yang sudah berganti pakaiannya dengan kostum untuk syuting iklan terbarunya.
Mobil Elara melaju kencang untuk mengejar waktu dan untungnya setelah sampai mereka belum mulai, Elara model yang tepat waktu makanya dia tidak ingin sekalipun ada catatan terlambat dalam hal pekerjaan. Setelah makeup dan briefing mereka sudah mulai syuting, di lokasi sebuah gedung apartemen mewah karena dia akan mempromosikan property apartemen mewah tersebut. Syuting berjalan lancar dan memang Elara adalah model iklan yang sangat berbakat sehingga seluruh proses dilakukannya dengan cepat dan benar tanpa ada kesalahan. Banyak sutradara yang menyukai profesionalitas seorang Elara. Nama Elara terkenal baik di dunia Model dan Iklan maka fanbase-nya juga sangat luas.
"El.. aku denger-denger nih.. Carina juga ikut di film baru itu ya?" Tanya Lusia setelah mereka berada di dalam mobil untuk ke pertemuan pembacaan naskah film di gedung AMS.
"Gak tau Sia.. soalnya belum ketemu sama Carina lagi sejak tadi malam." Jawab Elara yang masih melihat ponselnya, memantau sosial media dan membalas beberapa pesan dari penggemarnya. Ya, itulah yang dilakukan Elara jika ada waktu, dia sangat memperhatikan para fans. Dia memang terkenal baik dan ramah.
carina juga adalah seorang model sama dengan Elara namun Carina tidak begitu dikenal karena memang dia kalah dalam berbagai hal dari Elara. Meskipun sama-sama cantik dan mereka mirip sebagai sepupu, watak mereka sangat berbeda. Carina lebih pendiam dan penyendiri berbeda dengan Elara yang ceria dan selalu menjadi sinar matahari dimanapun dia berada.
"Nanti lihat saja deh, setelah sampai. Kalau emang Carina dapat peran pasti akan disana juga." Ujar Lusia yang sebenarnya tidak suka dengan Carina yang menurutnya bermuka dua.
\= = = // = = =
Mereka sudah duduk dalam ruangan meeting cukup besar di AMS, semua mata memandang Elara penuh takjub sebab dia sangat cantik, elegant dan ramah, dia tersenyum ke semua orang disana dan memperkenalkan dirinya dengan lugas. Padahal dia bertemu dengan aktris dan aktor papan atas tetapi tidak ada rasa canggung sedikitpun. Pembacaan naskah berjalan baik dan Elara tidak menyangka kalau perannya cukup banyak di film ini. Setelah selesai mereka saling berpamitan dan akan bertemu lagi 2 hari kemudian untuk syuting pertama Elara. Segala jadwal sudah disusun rapi oleh Gian dan dia hanya mengikuti schedule yang telah diberikan.
Elara berjalan dari ruang meeting tadi yang berada di lantai 9 dan kini sedang berada di lift untuk turun, tetapi disana dia bertemu dengan Tuan Aries Archer, "Wah... Tuan Aries sangat tampan." Batinnya dan menundukkan kepalanya sedikit karena mengenal dia adalah Presdir dari Arche Group yang terkenal namun tidak suka di sapa oleh orang tak dikenal.
"Maaf Tuan, harus menggunakan lift umum, lift khusus masih dalam perbaikan." Ucap asisten Aries dengan kepala tertunduk.
"Ehm.." Dia hanya berdehem pelan dan sekilas melirik Elara yang diam-diam memandangnya. Sampai kelantai 1, mereka akhirnya keluar lift, Elara melihat Tuan Aries sudah masuk kedalam mobilnya dan Elara juga sedang menunggu mobilnya di lobi karena Lusia sedang mengambilnya di parkiran.
"Gila.. ganteng banget Tuan Aries, sampai merinding liatnya." Batin Elara lagi mengingat dia sangat beruntung bisa 1 lift dengan Aries yang dikenal sangat dingin dan susah didekati.
= = // = =
Sementara itu, Aries di mobilnya juga sedang memikirkan Elara, dia memang sudah pernah bertemu Elara jauh sebelum dia menjadi terkenal.
"Jem, Elara untuk apa datang ke AMS?" Tanyanya pada Jemmie sang asisten.
"Dia mulai debut akting di film terbaru kita Tuan." Jawab Jem dan Aries mengangguk. "Apa Tuan masih penasaran dengannya? Sejak pernah bertabrakan dan tidak terjadi apa-apa?" Tanya Jem lagi.
"Benar, aku ingin tau apakah memang dia bisa membuatku sembuh." Jawab Aries masih dengan wajah datarnya tetapi dalam hatinya sudah berdegup kencang saat bersama Elara tadi.
"Tuan, apakah akan kembali memantau nona Elara? Kita sempat berhenti tahun lalu." Tanya Jem karena melihat gelagat Tuannya mulai penasaran lagi dengan Elara sejak berhenti memantaunya tahun lalu.
"Boleh.." Jawabnya singkat. "Ini Tuan, sebenarnya saya selalu meneruskannya." Jem memberikan ponselnya dan Aries mengambil dan membaca isinya.
"Oh.. menarik." Ucapnya pelan dan tersenyum tipis mendapati informasi baru disana.
\= = = // = = =
Elara kembali ke kantor Bellatrix dan akan berdiskusi lagi dengan Gian tentang schedulenya yang lumayan padat, dia ingin kontrak kerjanya sedikit dikurangi.
"Gi.. tolong kurangi kerjaanku, capek tau, apalagi sekarang mau syuting film." Keluh Elara yang sudah duduk selonjoran di sofa kantor Gian.
"Iyaa tapi mereka maunya kamu yang jadi modelnya." Balas Gian yang masih sibuk dengan kerjaannya.
"Berikan beberapa ke Carina aja deh.. dia juga ikut di film tapi perannya sedikit dan job nya juga masih dikit banget, kamu gak kasian liat dia Gi?" Elara duduk dan menatap Gian penuh harap karena Carina adalah sepupunya dan dia tidak mau Carina tidak mendapatkan job sebagai model.
"Lagian kan Carina dan aku mirip, lihat dari bodi, model rambut, wajah juga mirip, dia sepupuku Gi.." Ucapnya lagi sambil berpose asal untuk membuat Gian tertawa agar suasana hatinya membaik.
"Ok lah.. dasar bawel. Ya sudah yang 3 ini aku cancel saja belum ada persetujuan juga, aku kasih ke Carina aja. Terus itu Evan sudah berisik cari kamu sejak pagi." Kata Gian tetapi masih sibuk dengan kerjaannya, membuat Elara mendengus kesal melihat manager dan sahabatnya itu.
"Ya udah, aku mau pacaran dulu sama yayang..." Elara langsung keluar dari ruangan Gian untuk ke apartemen sang pacar Evan Bimala, seorang model juga di AMS, model terkenal karena wajahnya yang super tampan juga tubuh yang atletis dengan tinggi 182cm, membuatnya menjadi salah satu model papan atas di usia masih muda, 22 tahun.
Butuh hampir 1 jam untuk ke apartemen Evan yag berjarak cukup jauh, makanya dia dan Evan sangat jarang bertemu. Mereka juga harus pacaran diam-diam karena fans mereka yang begitu protektif apalagi fans nya Evan.
"Beb.." Panggil Elara begitu masuk ke apartemen pacarnya, dia langsung melihat Evan sedang duduk di sofa sambil menikmati soft drink ditangannya.
"Hai baby.. akhirnya kamu datang juga, udah kangen nih." Ujar Evan dan berjalan menghampiri Elara yang masih membuka kaitan sepatunya. Evan lalu memeluknya dan ingin menciumnya tetapi Elara menolak.
"Jangan Van.. tak boleh sebelum nikah." Larang Elara mendorong wajah Evan pelan.
"Duh kamu ini.. hidup di zaman apa sih?" Kesal Evan karena sudah menjalin hubungan hampir 1 tahun, 8 bulan tepatnya Elara masih tidak mau disentuh bahkan di cium. Mereka hanya pelukan singkat atau bergandengan tangan.
"Bukan gitu loh... biar gak ada setan lewat aja baby.." Ucap Elara sambil mengelus lengan Evan untuk menenangkannya. Akhirnya mereka menghabiskan waktu hanya dengan makan malam dan nonton drama bersama di apartemen Evan.
Sebelum tengah malam Elara sudah kembali lagi ke apartemen mewahnya yang di fasilitasi oleh agency, dengan uang yang dihasilkan Elara, Bellatrix menjadi lebih maju dan segala yang Elara pakai merupakan fasilitas dari perusahaan yang memang harus dia dapatkan. Meskipun Bellatrix adalah miliknya tetapi dia tidak ingin diistimewakan jika buka haknya, Bellatirx dia serahkan pada tantenya Helen untuk dikelola karena dia sendiri tidak mempunyai skill untuk itu.
~TBC~
Elara telah mulai syuting pertamanya di Saros Arche Studio atau SAS dan tanpa dia sadari sepasang mata telah mengawasinya sejak dia datang ke studio itu. Elara merupakan aktris baru dengan peran cukup penting tetapi dia melakukan pekerjaannya dengan baik, berperan sebagai gadis 18 tahun yang selalu menjadi korban pembulian dan ditolong oleh teman sekelasnya yang akan menjadi sahabatnya si pemeran utama dalam film ini. Aktingnya cukup membuat sutradara Suwandi bertepuk tangan dan aktris lain sempat memberikan pujian padanya. Syuting perdana tetapi sudah mendapatkan respon positif.
"Lumayan." Gumam Aries yang sejak tadi memperhatikan di tempat yang lumayan jauh tetapi masih dapat melihatnya dengan jelas, Jemmie yang disampingnya juga tersenyum puas melihat akting Elara yang cukup bagus.
"Dia memang berbakat Tuan." Puji Jem tetapi Aries masih terdiam, tetapi matanya tetap fokus melihat Elara.
"Tuan, sudah waktunya." Tukas Jemmie mengingatkan kalau dia punya janji bertemu dengan pamannya. Aries berbalik dan jalan meninggalkan tempat menguntitnya menuju kembali ke kantor. Disana telah ada pamannya yang merupakan keluarga satu-satunya saat ini. Paman yang akhirnya menjadi orangtua Aries sejak dirinya ditinggal pergi oleh orangtuanya saat umur 13 tahun, sejak itu pula dia dekat dengan sang paman yang saat itu masih tinggal di pegunungan menjadi seorang penulis yang sangat terkenal. Demi menjaga keponakannya yang sudah yatim piatu, sang paman rela meninggalkan rumahnya demi membantu Aries menjalankan perusahaan untuk sementara sampai Aries siap menggantikannya. Seperti saat ini, Aries telah 3 tahun menjadi Presiden Direktur dan pemilik sah Arche Group beserta seluruh anak perusahannya.
"Aries.. paman akan kembali lagi ke rumah. Sudah saatnya paman pensiun dan melepaskanmu. Tantemu juga sudah sangat ingin kembali ke villa di gunung." Ungkap sang paman begitu Aries duduk didepannya.
"Baik paman, silakan saja. Aries sudah mampu menjalankan ini semua." Jawabnya sedikit tersenyum. Pamannya adalah orang yang sangat baik dan selalu ingin menyendiri sambil menyelesaikan tulisannya, itu adalah kesukaan pamannya, menulis apapun.
"Paman tau kamu bisa. Tapi apakah penyakitmu masih belum ada obatnya? Kamu masih menjalani terapi kan?" Tanya pamannya khawatir dengan penyakit Aries yang sudah dideritanya sejak kecil tetapi 5 tahun lalu semakin parah, padahal sempat sembuh beberapa waktu.
"Masih paman. Tetapi mungkin sebentar lagi akan ada obatnya, sedang Aries selidiki." Jawabnya, lalu melirik ke arah Jemmie yang tau maksud dari Tuannya.
"Baiklah.. paman pergi. Jaga diri baik-baik."
"Atur dengan cara apapun agar Elara dapat berinteraksi denganku dan aku akan memastikannya langsung." Titah Aries dan Jemmie mengangguk. "Siap Tuan."
\= = = // = = =
Elara telah selesaikan syutingnya untuk hari ini dan akan di mulai 2 hari lagi karena dia menyelesaikan scene nya dengan baik dan sempurna sehingga hampir semua dia sapu bersih. Sedangkan Carina masih harus menyelesaikan bagiannya sendiri bersama artis pendukung lainnya.
"Nona Elara.. syuting hari ini berjalan baik. Apa kamu mau ikut dengan kami untuk minum sejenak?" Tanya Sutradara Suwandi dengan senyum mesumnya melihat kearah Elera.
"Maaf Pak, saya hari ini masih ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda." Tolak Elara karena melihat gelagat yang kurang baik dari Suwandi dan memang dia ada temu janji dnegan salah satu fotografer di Saros juga.
"Oh sayang sekali, padahal Carina juga ikut, dia saudarimu bukan?" Tanyanya dan Elara membenarkan. "Iya Pak.. kami adalah sepupu." Setelah itu Elera undur diri untuk kembali.
Saat berada di lift yang cukup ramai, Elara tidak sengaja di senggol dan hampir terjatuh, untung saja ada yang menangkapnya.
"Tu tu an Aries.." Ucapnya lirih melihat Aries yang menangkapnya dan merangkul pinggangnya.
"Maaf Tuan, dan terima kasih." Ucap Elara lagi segera memperbaiki cara berdirinya dan melepaskan tangan Aries dari pinggangnya. Beruntung yang ada di lift itu isinya adalah para pengawal yang memang di atur oleh Jem.
"Hmm.." Aries hanya berdehem sambil menatap lekat pada mata Elara. Tak mau dalam kecanggungan yang lebih lama, Elara langsung keluar dengan cepat saat pintu lift sudah terbuka lagi dan segera kembali ke ruang pertemuan di Studio SAS dengan fotografer yang telah bersama Lusia untuk megulur waktu.
Sedangkan Aries sudah ada di dalam kantornya, menatap tangannya dan tersenyum. "Ternyata memang tidak terjadi apa-apa Jem. Dia bisa." Ujar Aries dan akhirnya Jemmie tersenyum puas. Memang tangannya tidak apa-apa tapi tubuhnya memberikan rasa yang berbeda. Hati dan jantungnya juga merasakan perbedaan. Tubuhnya bergetar, hatinya terasa diremas kuat seperti ada kerinduan yang sangat dalam dan jantungnya berdetak kencang, tubuhnya seperti ada magnet kuat yang tertarik ke tubuh Elara, apalagi saat Elara memegang tangannya, ada sengatan listrik kuat tetapi sangat disukai olehnya. Ini sensasi yang tidak biasa dirasakan oleh tubuhnya.
"Jem, buat janji ke dokter Steven, sekarang." Ujar Aries dan segera beranjak dari sana untuk bertemu dokternya.
Sesampai di tempat praktek dokter Steven, Aries menceritakan segala yang dia rasakan pada dokter pribadinya dan melakukan konseling yang sudah lama tidak dia lakukan.
"Hem..." Dokter itu menutup buku catatannya dan memandang ke wajah Aries yang masih datar seperti biasa. Dia mengetuk pulpennya beberapa kali sambil berpikir lumayan lama, mereka terdiam.
"Kita akhiri konselingnya." Dokter Steven beranjak dari tempat duduknya, menuangkan segelas teh untuk Aries dan berpindah ke ruangan depan menuju sofa dan mereka duduk santai.
"Aku gak akan bicara tentang ilmu kedokteran atau ilmiah. Tapi akan aku beri saran sebagai temanmu, kamu itu sepertinya sedang jatuh cinta Aries." Steven tersenyum dan melihat Aries yang masih datar.
"Kau bercanda? Sejak kapan aku pernah jatuh cinta? Kamu yang bilang sendiri 5 tahun lalu kalau rasa itu bukan cinta tapi keingintahuan dan rasa senang bisa sembuh dari penyakitku." Jelas Aries dan menyeruput tehnya. Steven masih tersenyum.
"Tapi rasa kali ini dihatimu dengan waktu itu apakah sama? Tidak kan?" Steven menambahkan dan masih menatapnya dengan tatapan penasaran, apa yang akan dijawab oleh temannya.
"Memang berbeda, kali ini bahkan tubuhku bereaksi, seperti ada aliran listrik dan bergetar. Bisa kau jelaskan?" Jelas Aries bahkan bertanya balik.
"Sudah kubilang, gak mau bicara sebagai doktermu tapi sebagai temanmu dan kamu itu sedang tertarik dan jatuh cinta pada wanita yang kamu sebutkan tadi." Jelas Steven lagi dengan yakin. "Jika bisa, kali ini dapatkan wanita itu dan buat keturunan, masalah selesai." Sambungnya lagi.
"Tidak semudah itu Stev.. dia sudah punya kekasih dan sepertinya dia wanita baik-baik." Ujar Aries dan Steven menghela napasnya.
"Tak masalah dia wanita bagaimana, hanya menanam benihmu disana lalu lahirkan dan ambil anakmu. Sekalian saja kalau bisa bayar wanita itu untuk melahirkan anakmu saja." Ide Steven, dan Aries mengerutkan dahinya, memikirkan ide itu.
"Boleh juga.. kita lihat situasinya dulu, Jem.. kau dengar itu? Lanjutkan pemantauan." Titah Aries yang sejak tadi duduk di ujung ruangan. Mereka kembali, karena sudah sore Aries memilih kembali ke apartemennya. Kebetulan apartemen Aries sama dengan milik Elara hanya beda tower, dan dia melihat Elara keluar dari mobil perusahaannya dan masuk ke gedung apartemennya.
"Apakah aset Elara semua atas namanya?" Tanya Aries masih memandang ke arah Elara yang telah menghilang dibalik gedung.
"Tidak Tuan, semua yang dia gunakan adalah fasilitas dari Bellatrix. Sedangkan hasil kerjanya semua ada di rekeningnya." jelas Jemmie. "Dia wanita yang unik dan terlalu naif." Ucap Aries pelan.
"Belum tentu Tuan.." Sergah Jem dan Aries mengerutkan dahinya lagi. "Apa maksudmu? Apa temukan sesuatu?" Tanya Aries penasaran karena asistennya tidak pernah membantahnya selama ini.
"Masih dalam penyelidikan, belum dapat dipastikan dia wanita yang lurus atau sama saja dengan model-model lainnya." Jelas Jem dan semakin membuat Aries penasaran.
"Jika dia memang sama dengan model lainnya, akan lebih baik, aku bisa membayarnya untuk melahirkan keturunanku kan?"
"Benar Tuan, akan segera saya cari informasi lebih dalam lagi." Jawab Jem. Mereka kini sudah berada dalam parkiran gedung apartemen dan di depan pintu lift sudah ada seorang wanita yang memang sejak tadi menunggunya.
"Hai Aries.." Sapanya dengan sedikit mendekat. Tetapi Aries malah menjauh tidak ingin terlalu dekat atau bersentuhan dengannya.
"Mohon jaga jarak anda nona Seren Mahesa. Tuan tidak suka dekat dengan wanita, anda sudah tau kan?" Jem sudah pasang badan agar Seren tidak terlalu dekat dengan Tuannya.
"Tenang saja Jem, aku hanya ingin menyapa Aries yang sudah lama tidak bertemu." Seren lalu berjalan melewati Jemmie dan berhenti tepat di depan Aries. Sedangkan Aries segera memasuki lift setelah pintunya terbuka tanpa memandang ke arah Seren.
"Tunggu.." Seren berlari kecil dan ikut masuk ke dalam lift.
"Aries, kamu masih sama aja kaya dulu. Cobalah denganku mungkin kau bisa sembuh." Ucap Seren sambil memberikan tatapan menggoda. Aries tetap diam.
"Dulu kau bisa berhubungan dengan Lyra dan berhasil meskipun dia mengkhianatimu." Sambungnya lagi masih dengan tatapan menggoda dan nada bicara manja. Aries akhirnya menatapnya, dengan tatapan tajam dan membunuh, ingin sekali dia mencekik wanita ini.
"Mohon permisi nona, Tuan akan kembali dan beristirahat." Jemmie menengahi karena kebetulan pintu lift sudah terbuka di lantai 21. Aries keluar dan Seren tetap bedara didalam dengan wajah kesal, "Selalu saja susah didekati. Aku akan pakai cara apapun untuk mendapatkanmu Aries." Ucapnya lalu menekan tombol turun ke lantai 12 apartemennya berada.
Seren Mahesa adalah aktris ternama di negara ini, dia adalah teman Aries semasa kuliah juga teman Lyra mantan pacar Aries saat itu. Sejak dulu Seren sangat menyukai Aries tetapi dia sama sekali tidak dipandang oleh pria itu, berbagai macam cara dia lakukan tetapi hasilnya tetap sama. Aries sama sekali tidak menganggapnya, sejak dulu dan sampai detik ini. Seren sudah mendekatinya, dari pamannya, menjadi rekan bisnis, menjadi model dan artis di AMS dan brand ambasador untuk Arche Group tetapi tidak ada gunanya. Aries masih sama, menganggpnya tidak ada secara pribadi, tetapi untuk bisnis dan pekerjaan Aries mengakui kemampuannya.
~TBC~
Syuting film pertama Elara berjalan cukup cepat, sudah 2 bulan lamanya proses syutingnya dan hari ini telah rampung. Semua artis dan kru di dalamnya akan merayakan suksesnya syuting. tetapi tidak dengan Elara, dia masih akan melanjutkan photo shoot di luar kota. Tetapi karena ini adalah film pertamanya, dia harus mengikuti perayaan yang dibuat oleh kru film untuk menghargai usaha dan kerja keras tim tersebut. Mereka sudah menyiapkan ruangan khusus di salah satu aula hotel, akhirnya Elara memundulkan jadwalnya.
"El.. bisa tolongin aku gak?" Carina mendatangi Elara yang saat ini sedang bersama dengan salah satu asisten sutradara dan membericarakan beberapa hal tentang film.
"Iya Na.. ada apa?" Tanya Elara, dan Carina sudah tampak panik.
"Sini bentar deh.. bantu aku ke kamar 412 buat ambil amplop putih di atas nakas, itu kontrak kerjaku yang harus dikasih ke sutradara yang sudah ada dibawah EL.. please, si Ruri lagi dikamar itu lagi istirahat karena sedang sakit. Nanti ambil saja sama dia" Carina memohon dengan raut terlihat panik, Elara berpikir sejenak tetapi Carina masih saja memohon padanya sampai dia merasa tidak enak.
"Please El.. aku harus temui tuh sutradara dulu, ini iklan lumayan soalnya." Mohonnya lagi, Elara pun menyanggupi dan mau membantu Carina mengambilnya.
"Baiklah.. nanti kita ketemu di lobi ya.." Jawab Elara dan langsung ke kamar yang diberitahukan oleh Carina, Elara sudah sampai di kamar yang diberitahu oleh Carina dan mengetuk pintu kamar itu. Ada seorang pria paruh baya yang membukakan pintu kamar dan Elara tampak terkejut melihatnya.
"Nona Elara.. Maaf saya ayahnya Ruri, mari masuk.. Tadi kata Ruri mau ambil amplop di atas meja, silakan." Kata pria itu dan Elena menyapanya dengan hormat karena adalah ayahnya Ruri asistennya Carina.
"Terima kasih pak, Rurinya kemana ya? Tadi saya dengar kalau dia sedang sakit." Tanya Elara karena tidak terdapat Ruri di kamar tersebut.
"Oh.. Ruri sedang ada di kamar mandi, nona." Jawab pria itu dan Elara segera permisi dari sana untuk menghampiri Carina di lobi. Tanpa dia sadari ada seseorang yang melihatnya keluar dari kamar dengan seorang pria paruh baya, dan mengambil beberapa foto. "Wah.. berita baru nih.." Gumam orang itu dengan seringai kecilnya.
"Carina... ini suratnya. Tadi ada ayahnya Ruri didalam loh, emangnya sakit apa sih sampe ayahnya datang?" Elara mulai penasaran karena selama yang dia tau, Ruri tidak pernah menceritakan tentang keluarganya sama sekali jika mereka sedang ngumpul bersama.
"Oh ya? Aku gak tau El, kalo ayahnya Ruri dateng. Soalnya itu kamar dia sendiri." Jawab Carina sedikit terkejut, lalu dia pamit ke Elara untuk melanjutkan pembicaraan dengan sutradaranya.
\= = = // = = =
Beberapa bulan terlewati dengan banyaknya pekerjaan yang diambil oleh Elara membuatnya tidak punya waktu untuk dirinya sendiri. Begitu trailer filmnya telah tayang, banyak job iklan yang berdatangan. Akting yang ditampilkan Elara cukup membuat semua orang begitu menantikannya. Sama halnya dengan Carina yang sudah mulai banyak panggilan untuk foto model dan iklan, bahkan beberapa sutradara sudah mulai tertarik dengannya karena diketahui bahwa Carina dan Elara adalah sepupu. Sedikit banyak membuat Carina menjadi bahan perbincangan public karena mereka mirip. Bahkan sudah ada yang membandingkan mereka.
"Na.. ini ada job lagi buat iklan tapi bareng Elara, kamu mau ambil?" Tanya Ruri yang baru datang dengan membawa beberapa schedule-nya." Carina melihat dan memikirkannya.
"Baiklah, kalo Elara mau aku mau juga lah.. biar tambah banyak yang kenal. Aku gak mau kalah dari Elara Ri.." Jawab Carina yang sudah memberikan kembali daftar schedule yang diberikan Ruri, saat ini dia sudah lumayan banyak pekerjaan meskipun tidak bisa melebihi Elara.
"Kapan sih kamu bisa kaya Elara gitu, padahal kan kalian mirip, trus mama Helen yang megang Bellatrix tapi kamu masih jauh di banding sepupumu itu, huh.." Keluh Ruri si wanita jadi-jadian asistennya Carina sambil membenahi kostum yang akan dipakai untuk syuting.
"Sabar aja Ri.. belum waktunya nanti juga kita akan lebih terkenal dari Elara. Sekarang kita yah begini dulu." Jawab Carina yang masih santai dengan makeup-nya diruang sebuah kamar gantinya untuk lanjut syuting iklan. Ruri hanya mangut dan melanjutkan pekerjaannya sedangkan Carina terlihat tersenyum dengan ceria seperti akan mendapatkan sesuatu yang besar. Syuting selesai Carina pun sudah dalam perjalanan pulang dengan menyetir mobilnya sendiri, dia sudah ada janji dengan temannya padahal malam sudah sangat larut.
Carina berjalan santai memasuki sebuah apartemen cukup mewah, dia sudah menekan tombol sandi pintu itu dan segera masuk. Disana seorang pria muda dan sangat tampan sudah menunggunya.
"Hai sayang.. baru selesai syuting ya?" Tanya pria itu sambil memeluk dan mencium Carina dengan mesra.
"Iya Van, ini baru selesai. Lumayan capek juga ya kalo banyak job gini." Jawab Carina setelah melepaskan ciuman mereka. Iya, pria itu adalah Evan pacarnya Elara.
"Mau istirahat atau langsung main? Aku sudah tidak sabar sayang." Ucap Evan dan mulai membuka bajunya. Carina hanya tersenyum dan juga mulai melepaskan seluruh pakaiannya. Mereka saling berciuman panas dan berakhir diranjang malam itu.
Evan memang adalah pacar Elara tetapi juga mempunyai hubungan dengan Carina hanya sebatas hubungan diatas ranjang karena Evan butuh pelampiasan namun Elara yang sampai saat ini tidak mau disentuh membuat Evan frustasi, beruntung Carina mau menjadi partner *** nya. Mereka telah kenal cukup lama karena Elara pernah mengenalkan mereka. Hubungan terlarang itu sudah terjadi beberapa bulan ini, Evan hanya meganggap Carina sebagai partner *** tetapi Carina terlanjur menyukai Evan sehingga beberapa kali dia coba untuk menghasut Evan untuk putus dengan Elara, tetapi Evan masih belum mau berpisah, sebab belum menikmati tubuh Elara yang membuatnya begitu penasaran.
Setelah melakukan pertarungan panas, ponsel Evan berdering dan ternyata Elara yang menghubunginya.
"Van.. maaf ya, belum bisa ketemu kamu nih.. kerjaanku lagi padat." Ucap Elara dari seberang ponselnya. Sedangkan Evan masih memeluk Carina yang baru saja selesai dengan urusan ranjang mereka.
"Iya baby, tidak apa-apa, aku juga lagi sibuk banyak pemotretan." Balasnya, sedangkan Carina sudah berdecak kesal karena cemburu dengan kemesraan mereka bahkan hanya melalui sambungan telepon.
"Ya sudah kamu istrirahat ya babe, sekarang sudah larut." Ujar Evan dan Elara pun mengatakan hal yang sama. Setelah menutup ponselnya, Evan kembali memeluk Carina yang sudah berwajah kesal.
"Ck.. kamu tuh ya.. baru juga tidur denganku sudah mesra-mesraan dengan pacarmu itu." Kesal Carina dan melepaskan pelukan Evan.
"Aduh Na.. kan Elara memang pacarku, kita hanya partner *** jadi jangan berharap lebih sayang. Kita hanya bersenang-senang." Evan mengucapkan kalimat yang membuat hati Carina panas, dia begitu marah dan tidak terima.
"Apa sih yang kamu lihat dari Elara itu?" Tanya Carina kesal dan membuat Evan tersenyum penuh arti.
"Carina.. aku masih penasaran dengan Elara, dia masih belum mau aku sentuh jadi yah.. apalagi aku yakin dia masih perawan makanya aku bertahan sampai saat ini untuk itu. Jika benar pasti akan kupertahankan lah.. Zaman sekarang mana ada wanita cantik, model terkenal tapi masih suci. Tidak ada!" Jelas Evan tersenyum menatap Carina seakan menyindir Carina, karena Evan bukan yang pertama untuknya.
"Kau yakin dia masih suci? Jangan terlalu berharap Evan!" Sentak Carina dan membuat Evan sedikit terkejut, Elara selama ini sangat menjaga dirinya bahkan dicium saja tidak mau.
"Jangan sembarangan Carina!" bantak Evan yang membuat Carina semakin kesal, "Kita lihat saja nanti, akan aku buktikan kalau Elara tidak sebaik yang kamu kira." Tegas Carina yang saat ini sedang memakai kembali pakaiannya. Setelah selesai dia meninggalkan Evan sendiri.
"Sial! Aku akan membuatmu meninggalkan Elara, Evan! Tunggu saja nanti.." Ujar Carina yang sedang menyetir mobilnya dengan kecepatan yang sangat kencang, jalanan sudah sangat sepi karena telah melewati tengah malam. Dia akhirnya kembali ke apartemennya sendiri daripada pulang ke rumah karena akan bertemu ibunya yang banyak tanya.
~TBC~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!