Hello everyone...
Welcome to my new story ♡
Semoga kalian suka sama cerita ini.
Sebelumnya author minta maaf kalau nanti ada kesalahan atau sesuatu hal yang membuat reader kurang nyaman. Author buat cerita ini just for fun jadi jangan dianggap nyata ini cuma haluan author aja, ambil sisi baiknya aja yang buruk tinggalin.
Kasih dukungan juga ya, karena tanpa kalian cerita ini bukan apa-apa :))
Ah terlalu panjang langsung saja kita ke ceritanya, happy reading all ♡ ʕ´•ᴥ•`ʔ ♡
^^^Author : Kim Eva♡^^^
Di sebuah kediaman keluarga Dixon, hidup lah seorang gadis cantik bernama Rivera Dixon yang umurnya berkisaran 15 tahun. Memiliki rambut panjang hitam legam, kulit putih mulus, pahatan wajah yang sempurna, mata biru laut yang sangat indah, hidung mancung, bibir tipis berwarna merah alami, dan body goals. Membuat keseharian nya tak luput dari yang namanya pujian
Hidup di keluarga kaya, memiliki keluarga yang utuh, mendapatkan kasih sayang berlimpah, cantik, cerdas, dan masih banyak lagi. Membuat hidup nya dipandang sempurna oleh banyak orang. Namun ia memiliki pikiran jika manusia itu tidak ada yang sempurna, pasti dibalik kelebihan nya itu ada kelemahan, tinggal kita mengetahui nya atau tidak.
Selama ini, ia hidup bahagia bersama keluarga Dixon, ia benar-benar sangat disayangi oleh keluarga tersebut, mengingat Vera juga adalah satu-satunya putri dan anak bungsu di keluarga itu. Yeah, perlu diketahui keluarga Dixon memiliki 2 putra dan 1 putri.
"THAT'S PEOPLE'S VIEW, BUT NOT THE REALITY. THAT IS JUST A LIE!!! FAKE LOVES THAT HURT, THOSE WHO ARE SINCERE I WILL REMEMBER AND I LOVE THEM SO MUCH"
Dia bersekolah di sekolah milik keluarga nya yang bernama 'Dixon Internasional High School' bisa disingkat 'DIHS'. Sekolah tersebut sangat terkenal dengan murid-murid yang memiliki segudang prestasi serta kualitas sekolah yang sudah tidak ada saingan nya lagi.
Tentu saja hal itu tidak luput dari biaya yang harus mereka keluarkan agar bisa bersekolah di sekolah ternama itu. Hanya orang-orang dari kalangan atas saja yang bisa bersekolah di sana, sedangkan untuk orang kalangan menengah ke bawah harus berusaha keras mendapatkan beasiswa.
Hari yang cerah di selimuti panas nya matahari siang, Vera berjalan menelusuri koridor sekolah dengan senyum yang terus merekah di bibir nya. Ia sangat senang, karena kali ini yang menjemput nya adalah sang Mamah. Jarang-jarang ia bisa mendapatkan kesempatan emas ini.
Tapi ditengah jalan...
"Rivera, tunggu!" ucap seseorang
"Iya?" suara lembut nan ceria keluar dari bibir manisnya
"Ini buat Lo" seusai memberikan sebatang cokelat pada Vera, pria itu langsung pergi begitu saja
"Huft..." ~Vera
Vera menghembuskan nafas kasar, selalu saja begini, cokelat ataupun bunga, ia akan dapatkan setiap hari. Buktinya sekarang ditangannya penuh dengan buket bunga indah dan cokelat.
Memang ia sangat menyukai kedua nya tapi jika seperti ini terus sepertinya ia juga akan bosan. Mau menolak tapi tidak enak dan takut menyakiti hati orang lain, yeah seperti itulah dia terlalu baik.
"Vera sayang..." teriak seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat awet muda
"Ah itu dia, Mamah..." Vera langsung mendekati perempuan paruh baya yang ia sebut Mamah
"Wow... sepertinya putri Mamah banyak yang suka, Mamah harus ekstra hati-hati ini dan bersiap menyeleksi siapa yang cocok untuk mu" ~Mamah
"Mamah, aku ini masih 15 tahun!!" ~Vera
"Haha... iya sayang, Mamah cuma bercanda kok, ayo masuk" ~Mamah
"Oke, tapi sebelumnya kita mampir ke panti dulu ya Mah, mau kasih cokelat dan bunga ini ke mereka, pasti mereka senang" ~Vera
"Iya sayang, apapun yang kamu mau" ~Mamah
Sesuai yang dikatakan Vera, dengan mengendarai mobil sport hitam mewah mereka pergi ke panti asuhan terlebih dahulu untuk memberikan cokelat dan buket bunga. Hal itu sudah sering Vera lakukan, tidak mungkin juga kan dia memakan semua cokelat itu. Setelah acara bagi-bagi itu selesai, mereka kembali melajukan mobil untuk pulang.
"Sial kenapa harus sekarang, bagaimana dengan Vera" batin sang Mamah "Sayang, tolong carikan kontak yang namanya Om Rangga" ~Mamah
"Iya Mah, ini" Vera menyodorkan ponsel sang Mamah setelah panggilan dengan orang bernama Om Rangga tersambung.
"Jalan xxx cepat!!" ~Mamah
Vera bingung dengan keadaan saat ini, tiba-tiba Mamah nya berubah menjadi serius dan mempercepat laju mobilnya. Ingin bertanya, tapi takut, melihat ekspresi sang Mamah kali ini sangat menyeramkan.
Dorrr...
Satu tembakan langsung menggema di jalan sepi itu, bersamaan dengan suara tembakan itu, tiba-tiba mobil mereka oleng. Sebelum mobil itu dengan sempurna membentur pohon besar di depan. Sang Mamah dengan gesit melepas sabuk pengaman nya dan Vera, lalu membuka pintu di samping Vera dan mendorong nya keluar dari mobil.
Bruggg...
Duarrr...
Pas sekali tiga detik setelah Vera jatuh dari mobil, mobil itu telah sempurna menabrak pohon. Mengakibatkan bagian depan mobil rusak parah.
"MAMAH...!!!" teriak Vera
"Hiks... hiks... gak, ini, ini, siapapun tolongin Mamah gue hiks... Mamah" ucap Vera tanpa memperdulikan dirinya yang juga terluka, saat ini yang ada dipikiran nya hanya sang Mamah, Mamah, dan Mamah.
Tak lama setelah kejadian itu tiga mobil hitam mendekati mereka. Penghuni mobil itu keluar sambil menggunakan topeng hitam. Sebagian dari meraka mendekati mobil dan sebagian nya lagi mendekati Vera.
"Nona, anda baik-baik saja" tanya salah satu dari mereka
"Si... siapa kalian?" jawab Vera ketakutan
"Tenang lah Nona, kami bukan orang jahat, kami akan membawa anda ke rumah sakit"
"Gak, gue gak mau hiks Mamah" ~Vera
"Maaf Nona, kami harus memaksa anda, anda harus segera ke rumah sakit, luka anda bisa menjadi fatal jika tidak segera diobati"
Orang tersebut langsung menggendong Vera dan memasukkan nya ke dalam mobil. Perlawanan yang Vera lakukan sia-sia tubuhnya sedang lemah, tidak mungkin berhasil melawan mereka yang kuat. Jadi ia hanya bisa pasrah, kepalanya pusing dan tiba-tiba semua menjadi gelap, ia pun jatuh pingsan.
Thank you...
See you in the next episode♡
Di ruangan serba putih dengan aroma khas obat-obatan, Vera terbaring pingsan dengan muka yang pucat pasi. Sudah 2 jam lebih ia pingsan namun belum juga ada tanda-tanda ia akan sadar. Luka nya tidak terlalu parah, hanya lecet-lecet saja di bagian-bagian tertentu.
Akhirnya tak lama kemudian, jari telunjuk Vera bergerak dan kelopak mata nya berkedip-kedip berusaha menyesuaikan cahaya yang ada.
"Mamah..." lirih Vera
"Oh, Nona, anda sudah sadar? sukurlah" ucap seorang suster.
"Mamah?" ~Vera
"Nyonya Dixon ada di ruangan nya, keadaan nya baik-baik saja anda tidak usah khawatir. Nona, anda mau kemana?" tanya sang suster saat Vera berusaha bangkit dari brankar dan melepas selang infus nya.
"Mamah" ~Vera
"Tidak Nona, anda harus beristirahat" suster tersebut mencegah Vera pergi dari ruangan nya.
"Minggir, jangan halangi jalan gue, gue cuma mau ketemu Maman gue apa salah nya sih?" ~Vera
"Tapi Nona, anda masih harus beristirahat, anda baru siuman" ~Suster
"Gue dah gak papa, dah sehat. So gak usah khawatir okey" ~Vera
"Tunggu Nona, jika memang anda ingin menemui Nyonya Dixon, tolong tunggu disini, saya akan ambilkan kursi roda terlebih dahulu" ~Suster
"Ya udah" ~Vera pasrah
"Permisi Nona" runtuh sudah pertahanan suster itu untuk melarang Vera menemui sang Mamah. Dengan cepat suster tersebut pergi mencari kursi roda.
Vera menunggu suster itu kembali, namun rasa khawatir nya membuat waktu berjalan begitu lama dan suster itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Dengan langkah lemas, ia berjalan mencari ruangan sang Mamah.
"Sus, ruangan Nyonya Eileen Dixon dimana?" tanya Vera
"Maaf anda siapa nya ya?" tanya balik sang suster
"Saya anak nya, Rivera Dixon" ~Vera
"Oh Nona Vera, ruangan Nyonya Eileen ada di VIP no 5. Dari sini anda tinggal belok kanan dan ruangan paling pojok itulah ruangan Nyonya Eileen" ~Suster
"Baiklah terimakasih" Vera tersenyum ramah pada suster tersebut lalu pergi
Semakin ia berjalan, pandangan nya bertambah kabur, namun sebisa mungkin ia menahan dirinya agar tidak menyatu dengan lantai. Tiba di depan pintu dan saat hendak masuk, ia mendengar percakapan antara sang Mamah dan seorang lelaki, jadilah ia urungkan niatnya untuk masuk.
"Kak, untuk apa Kaka terus merawat anak itu? dia bukan anak kandung mu. Dan karena nya, kau terus dalam bahaya!" ucap Rangga
"Rangga cukup! sekali lagi Kaka mendengar, kamu terus memaksa Kaka untuk berhenti menyayangi Vera, maka Kaka tidak akan segan-segan menghukum mu" tegas Eileen
"Apa maksudnya?" tanya Vera kebingungan
"Kak--"
"Vera memanglah bukan anak kandung Kaka, tapi dia adalah alasan Kaka masih hidup sampai sekarang. Jika kamu terus mengatakan hal itu, sama saja kamu membunuh Kaka"
Deg...
Detak jantung berpacu berkali-kali lipat lebih kencang dari biasanya, air mata mengalir membanjiri pipi mulus gadis itu, ditambah lagi sebuah petir yang juga turut menyertai. Ini sangat mengejutkan bagi Vera, keluarga yang selama ini menyayangi nya ternyata bukanlah keluarga satu darah dengan nya.
Entah kenapa hatinya begitu sakit mendengar kenyataan yang ada. Segera, ia berlari dengan keadaan masih menggunakan baju pasien. Ia berlari tanpa tujuan membelah hujan deras yang sedang mengguyur kota, tanpa memperdulikan ketakutan pada petir dan kondisi tubuhnya yang belum stabil.
"Hiks... jadi siapa orang tua kandung gue, mereka dimana? ternyata bener yang dikatakan orang-orang kalo sebenernya, gue bukan anggota keluarga Dixon. Tapi kenapa mereka nyembunyiin hal sebesar ini dari gue. hiks... why does this hurt so much?!" ucap Vera sesenggukan dibawah guyuran air hujan yang sangat dingin.
Rivera sebenarnya telah mendengar berita itu sejak ia masih kecil, tentang dia bukanlah keluarga sah dari keluarga Dixon. Ia memilih untuk diam saat itu, karena ia tak tau akan kebenaran nya dan tak percaya akan berita itu. Tapi setelah berita itu menyebar luas, ia sering mendapatkan tanggapan-tanggapan negatif dari banyak orang. Membuat nya mulai mempercayai hal tersebut.
Namun dengan cepat, keluarga Dixon menyangkal dan menegaskan bahwa berita itu tidak lah benar. Rivera Dixon adalah bagian keluarga mereka secara sah.
Duarrr...
"AAAAA... gue takut hiks..." teriak Vera ketakutan
°•°•°•°
"Vera sayang" ucap Eileen tiba-tiba terbangun dari tidurnya
"Kenapa Mah?" tanya sang suami yang bernama Askary Dixon
"Vera, bagaimana keadaan nya sekarang, dimana dia?" ~Eileen
"Papah baru sampai dan langsung kesini, jadi Papah belum tau kondisi Vera. Tapi Saga sama Bastian lagi ke sana ko Mah, Mamah tenang aja ya" ~Askary
"Tapi Pah, perasaan Mamah gak enak" ~Eileen
Thank you...
See you in the next episode♡
Dilain tempat, tepatnya di ruangan Vera berada, dua lelaki bertubuh tinggi, berkulit putih, dan memiliki tingkat ketampanan yang melebihi batas memasuki ruangan tersebut untuk menjenguk sang adik. Namun yang ia temui bukanlah sang adik, namun suster yang seperti nya tengah kebingungan.
"Sus, pasien atas nama Rivera dimana? kita gak salah kamar kan?" suara berat nan merdu Bastian akhirnya keluar menanyakan keberadaan sang adik.
"Tuan muda?!" suster tersebut terkejut bukan main, keringat dingin langsung keluar membasahi tubuh "Ti... tidak Tuan anda benar, ini ruangan Nona Rivera. Ta... tapi, dia... dia menghilang" ucap sang suster gemetaran
"APAH?!!" kejut Saga dan Bastian
"Gimana bisa?" tanya Saga datar
"Waktu itu Nona kekeh ingin mengunjungi Nyonya Eileen, saya sudah melarang karena kondisi nya yang masih belum stabil dan baru siuman. Tapi karena Nona tetap ingin mengunjungi Nyonya Eileen, maka saya berencana mengambilkan kursi roda un--" jelas suster terpotong
"Sialan, bagaimana bisa kau meninggalkan adik ku sendiri, sekarang dia menghilang akibat ulah mu!" ~Bastian
"Bas udah, gak ada gunanya marah-marah. Mending sekarang kita bagi tugas. Lo cek CCTV, gue cari Vera, pasti dia belum jauh dari rumah sakit ini" usul Saga
"Huft... kali ini Lo selamat" ~Bastian
Kedua pria tampan itu melangkah pergi menjalani tugas mereka masing-masing, meninggalkan suster yang terduduk lemas di lantai.
Dari ruang CCTV Bastian meneliti dengan cermat layar komputer di depan nya. Sedangkan Saga, berkeliling mencari sang adik ditengah hujan deras yang mengguyur.
"Vera, kenapa dia nangis?" buru-buru Bastian menelfon sang Kaka untuk memberitahu kemana arah Vera pergi.
"Hallo bang, gue dah nemu, dan Vera keluar lewat pintu belakang kemungkinan dia ke arah barat" ucap Bastian lewat telefon
"Oke" jawab Saga
"Please deh punya Abang gini amat dah, untung punya Adek yang ga nyeselin kek Abang pertama nya!" ~Bastian
°•°•°•°
Mata tajam Saga terus menelusuri jalan, berharap bisa menemukan keberadaan sang adik. Dari kejauhan walaupun sedikit buram karena embun di kaca, ia bisa melihat seorang perempuan berambut panjang tengah duduk di pinggir jalan sambil memeluk lututnya.
"Vera" panggil Saga
Gadis itu mendongak keatas dan langsung berhamburan ke dalam pelukan Saga "Bang, Vera takut hiks..."
"Gak usah takut, disini ada Abang. Kamu kenapa bisa ada di sini sih?" tanya Saga lembut
Vera diam menunduk, ia tidak ingin mengatakan apa alasannya bisa berada di sini. Tak kunjung mendapat jawaban, Saga pun menggiring Vera agar masuk ke dalam mobil. Membawa gadis itu kembali menuju rumah sakit, bibir Vera sudah membiru, wajahnya juga pucat.
Semenjak kejadian tersebut, Vera berubah menjadi pendiam membuat keluarga nya merasa aneh dengan perubahan sikap Vera yang awalnya periang kini menjadi pendiam.
Sudah berpuluh-puluh kali mereka menanyakan apa yang terjadi namun pertanyaan itu belum kunjung mendapat jawaban. Hingga pada suatu saat sepulang sekolah di mension keluarga Dixon yang kebetulan sedang sepi karena semua penghuni nya sibuk dengan urusan masing-masing.
"Vera, ikut Papah ke ruang kerja Papah sebentar yah" ucap Askary, dari raut wajah nya seakan ada sesuatu yang sangat serius untuk di bicarakan.
"Iya Pah" jawab Vera. Tanpa mengganti baju seragam nya terlebih dahulu, Vera mengikuti langkah sang Papah menuju ruang kerja nya.
Pintu ditutup rapat-rapat oleh Askary, membuat jantung Vera berdetak tidak terkontrol. Aura di ruangan tersebut terasa begitu mencengkam, raut wajah Askary berubah menjadi serius.
"Ada apa ya Pah?" tanya Vera
"Papah tau akibat perubahan sikap kamu akhir-akhir ini, kau sudah tau kan bahwa kau bukanlah anak kandung ku" jawab Askary
Vera melotot terkejut, bagaimana Papahnya bisa tau padahal ia sudah berusaha tutup rapat-rapat soal ini. "Jadi benar Pah, kalo aku bukan anak kandung kalian?" ~Vera
"Iya, kau bukan anak kandung ku. Dan semenjak kehadiran mu di keluarga ini, kami terus mendapatkan masalah dan teror yang membuat kami tidak bisa hidup dengan tenang" ~Askary
Kembali Vera terkejut dengan ucapan sang Papah "Masalah? teror? maksud Papah apa, Vera sama sekali gak ngerti?" ~Vera
"Heh... istri ku memang terlalu baik memungut mu entah dari mana dan membawa mu pulang. Asal kau tau kami terus mendapatkan masalah berturut-turut setelah kedatangan mu, mulai dari perusahaan ku yang bangkrut, Saga dan Bastian yang hampir mati, baru-baru ini istri ku sampai harus dirawat di rumah sakit demi melindungi mu, dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk teror, lihat lah ini. Selama ini istri ku terus menyembunyikan hal ini terhadap mu" jelas Askary mengeluarkan semua unek-unek nya.
Air mata meleleh mendengar semua ucapan Papah nya, itu sangat menyayat hati Vera. Ditambah lagi ia melihat kedalam sebuah kotak hitam yang berisi boneka yang berlumuran darah dan ada pisau yang menancap di perut boneka tersebut. Parahnya lagi ada nama 'Rivera' di boneka itu, yang berarti boneka itu diibaratkan adalah dirinya.
"Kau puas sudah membuat keluarga ini terus menderita hah?!" tegas Askary sedikit membentak
Vera hanya diam menunduk sambil terus menangis, mulutnya terasa kaku untuk berbicara. Ia tak percaya Papah nya akan melakukan hal seperti ini. Dan ia lebih tidak menyangka bahwa kehadiran nya ternyata membuat orang lain menderita.
"Lalu aku harus bagaimana Pah?" tanya Vera menatap sendu Askary
"Pergi, tinggalkan keluarga ini" jawab Askary tanpa basa-basi
"Apah?" ~Vera
"Iya pergi, pergilah ke nagara A, aku akan mengurus semua kebutuhan mu disana. Tapi ingat jangan pernah kau adukan apa yang terjadi hari ini pada istri dan anak ku, jika kau tidak ingin melihat mereka sedih" ~Askary
"Tapi Pah, apakah tidak ada jalan keluar lainnya hiks..." ~Vera
"Tidak, keputusan Papah sudah bulat. Besok saat istri dan anak ku pergi kau juga akan pergi ke bandara, pergilah ke negara A" ~Askary
"Pah..." ~Vera
Tiba-tiba Askary berlutut di hadapan Vera, membuat Vera tidak sampai hati membiarkan Papah nya berlutut seperti itu. "Aku sebagai kepala keluarga disini dan sebagai ayah angkat mu memohon, tolong turuti apa kata Papah. Papah ingin hidup bahagia bersama keluarga Papah" ~Askary
"Hiks... Pah berdiri lah, papah tidak perlu berlutut seperti ini. Baiklah aku akan menuruti kemauan Papah, maaf atas semua yang telah aku lakukan sampai membuat keluarga Papah tidak tenang Hiks... dan terimakasih atas semuanya" sangat berat dan sakit bagi Vera mengatakan persetujuan itu, tapi hati nya tidak tega melihat Askary sampai berlutut memohon kepada nya.
"Terimakasih sayang, maafkan Papah, Papah hanya ingin melindungi keluarga Papah" ~Askary memeluk Vera.
Vera menangis di pelukan Askary sampai kemeja yang Askary pakai basah akibat ulah air matanya.
"Sudahlah jangan menangis, masih ada waktu untuk mu, manfaat kan waktu yang ada untuk bersama mereka dengan baik. Papah ke kamar dulu" ~Askary
Pergi meninggalkan orang yang sangat kita sayangi memanglah berat, namun jika kepergian kita akan membuat orang itu bahagia maka itu bukan keputusan yang buruk, walaupun nantinya akan menyayat hati. Itulah yang Vera rasakan saat ini, sebenarnya ia tak rela harus jauh meninggalkan keluarga ini, ia sudah terlanjur teramat menyayangi mereka, walau pada kenyataannya mereka bukanlah keluarga kandungan nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!