NovelToon NovelToon

Tak Seindah Angan

Sinopsis

Hai semuanya... Selamat bertemu kembali dengan cerita ketiga ku ini. Semoga kalian semua menyukainya.

Selamat membaca...

Bunga hendak bunuh diri bila Cempaka di lamar duluan. Akhirnya, Buana pergi meninggalkan Cempaka dengan menorehkan luka di hatinya.

Karena ingin melepaskan gelar putri jomblonya, Cempaka tidak menolak waktu Kenari mengajaknya ke orang pintar.

Di pasang susuk. Dan mandi kembang tengah malam serta bakar kemenyanpun dia lakoni.

Kenari menjodohkannya dengan seseorang. Ternyata dia sudah punya isteri, pernikahanpun hanya seumur jagung, karena Cempaka tidak mau di madu.

Putri jomblopun di sandangnya kembali hingga tujuh tahun lamanya, hingga dia bertemu dengan seorang duda beranak tiga. Dia menerimanya karena ingin melepaskan titel jomblonya.

Namun ternyata, dia bukan duda. Tapi, dia ditinggal isterinya menjadi seorang tkw ke Arab saudi.

Hati dan perasaan Cempaka hancur kembali untuk yang kesekian kalinya.

Dia pasrah lagi dengan pernikahan siri dengan Gema. Dia tak berani untuk mengatakan yang sebenarnya kepada orangtuanya. Karena, pernikahan sirinya itu sudah di depan mata.

Akhirnya dia telan sendiri kepahitan itu untuk yang kedua kalinya.

Dua kali sudah Cempaka hidup di madu...

Dia mencoba menyembunyikan kenyataan itu. Dia tutupi sekuat tenaga. Dia tak mau sampai kedua Orangtuanya dan saudaranya tahu yang sebenarnya tentang Gema, suami keduanya itu.

Gema ternyata tidak mau kembali kepada Marni, isteri pertamanya itu. Diapun lalu menceraikannya.

Kian hari sifat aslinya Gema makin terlihat. Dia menganggap Cempaka hanya seorang perempuan yang tak bisa apa-apa.

Tak sedikitpun menghargainya. Semua keputusan ada di tangannya.

Tak satupun saran dari Cempaka di terimanya. Walaupun saran itu benar adanya.

Ibu mertuanya tak mau menerimanya sebagai menantu.

Setiap ada pertemuan keluarga, pastilah Marni yang selalu di puji-puji dan di sanjung serta di bangga-banggakan oleh sang mertua.

Ketiga anak tirinya yang sudah besar-besar, bahkan yang sulung sudah bersuami dan punya seorang anak perempuan. Tak satupun menghargainya.

Perpisahan Gema dan Marni tidak berlangsung lama. Gema rujuk kembali dengan Marni dan menelantarkan Cempaka dengan Permata, putri satu-satunya.

Permata sangat geram setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Dia sangat marah setelah tahu ayahnya sudah menikah lagi dengan mantan istrinya.

Apalagi ayahnya juga menelantarkannya, hingga dia dan Ibunya yang harus bekerja keras untuk mencari nafkah.

Diapun tak bisa melanjutkan sekolahnya lagi karena terbentur biaya. Sedangkan ayahnya tidak mau peduli dengan keadaan itu.

Dengan dalih mau jualan di tempat lain, Gema membawa barang dagangannya Cempaka.

Dan diberikannya kepada Marni isteri mudanya itu.

Dari hari ke hari keadaan makin memburuk.

Pasar tumpah yang biasa di pakai Cempaka dan Permata jualan, di tutup. Otomatis Cempaka kalang kabut, dia tidak bisa jualan lagi, dia tidak punya penghasilan lagi.

Hingga suatu hari kemiskinan yang dulu pernah dialami, kini singgah kembali. Sampai-sampai

keduanya kelaparan karena tak ada uang untuk membeli makanan.

Bagaimana kisah selengkapnya?

Silahkan simak dari awal hingga akhir cerita ini. Saya jamin anda akan termehek-mehek membacanya.

Karena duka dan nestapa seakan tak mau lepas dari kehidupan Cempaka.

Selamat membaca semoga kalian semua suka.

Jangan lupa tinggalkan like, favorit, serta komentarnya.

Semua itu akan sangat berarti sekali bagi kelangsungan cerita ini.

Selamat membaca...

Kembalinya sang kekasih

Sore itu Buana baru saja pulang dari tempat pendidikan Secaba Polrinya. Dia nampak gagah dengan baju kebesarannya. Seragam Polisi.

Tepat di depan rumahnya Cempaka sang pujaan hati, Buana berhenti sebentar. Dia menatap sekeliling rumah itu. Nampak lengang, yang dia cari tidak nampak disana.

"Sepertinya Cempaka lagi di dalam, dia tidak tahu kalau aku pulang hari ini. Kalau dia tahu, pasti dia akan menungguku di teras ini" Buana bergumam sendiri.

"Lebih baik aku pulang dulu saja kerumahku. Nanti malam aku akan kesini lagi untuk menyampaikan kabar bahagia ini" Lanjutnya sambil melangkahkan kakinya meneruskan perjalanan menuju ke rumahnya, yang hanya terhalang oleh beberapa rumah saja.

Sa'at itu Cempaka sedang membantu ibunya memasak di dapur, untuk nanti makan malam.

Dia tidak tahu kalau buana akan pulang hari ini.

Tak berapa lama, adzan Maghrib pun terdengar berkumandang dari Masjid yang berada di tengah-tengah kampung.

"Allahuakbar... Allahuakbar..."

Muadzin mengumandangkan adzan Maghrib dengan suara merdunya.

"Alhamdulillah... Sudah masuk waktu shalat Maghrib. Ayo! Kita ngambil wudhu dulu, lalu kita shalat Maghrib berjamaah" Bu Sekar mengajak Cempaka untuk segera mengambil air wudhu.

"Iya bu" Sahut Cempaka sambil bangkit dari tempat duduknya.

"Bunga... Anyelir... Seruni... Ayo kita shalat Maghrib berjamaah dulu nak" Bu Sekar memanggil kakak dan adiknya Cempaka.

Sedangkan Cempaka sudah kembali dari belakang dengan wajah yang basah dengan air wudhu.

"Kak Bunga kan kerja siang bu"

Ucap Cempaka mengingatkan.

"Oh iya... Bunga kan pulang jam sepuluh... Ibu lupa"

"Ayo bu, aku sudah siap untuk shalat Maghrib berjamaah" Ujar Anyelir yang sudah memakai mukenanya.

"Ayo kita shalat Maghrib berjamaah, siapa yang jadi imam?" Bu Sekar menatap wajah ketiga anak gadisnya itu.

"Ibu saja ya" Anyelir menyarankan.

"Baiklah, ayo kita mulai. Ayo Cempaka komat dulu" Seru bu Sekar.

Setelah Cempaka selesai komat, merekapun lalu shalat Maghrib berjamaah dengan khusyuk.

Seperti biasanya, setelah selesai shalat berjamaah. Keluarga bu Sekar selalu tadarus bareng sambil menunggu adzan Isya berkumandang.

Selesai mendirikan shalat Isya berjamaah, Cempaka dan Anyelir langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Sedangkan Seruni membereskan peralatan shalatnya.

"Tok... Tok... Tok... Assalamualaikum..." Tiba-tiba dari pintu depan terdengar suara pintu di ketuk, dan juga orang yang mengucapkan salam.

"Seperti suaranya Buana..." Gumam Cempaka. Setelah menyimpan piring di atas meja makan, Cempaka segera beranjak meninggalkan ruang makan.

"De... Sebentar ya!... Kakak lihat dulu ke depan, sepertinya ada tamu" Ujar Cempaka.

"Iya kak, biar aku sama ibu saja yang nyiapin makan malamnya. Iya kan bu?" Sahut Anyelir sambil melirik ke arah ibunya yang tengah menata meja.

"Iya... Iya..." Bu Sekar manggut-manggut.

Cempaka segera bergegas berjalan menuju pintu depan. Entah kenapa, ketika langkah kakinya makin dekat dengan ruang tamu, dadanya makin terasa berdebar sangat kencang.

Pirasat nya mengatakan bahwa yang di luar sana itu adalah Buana. Dambaan hatinya yang tengah dia nantikan selama ini.

"Ya Allah... Kenapa dadaku ini berdebar begini?" Gumamnya.

"Assalamualaikum..." Terdengar lagi orang yang mengucapkan salam.

Deg!... Deg!... Deg!... Mendengar suara itu, dadanya Cempaka makin bergemuruh. Dia jadi merasa salah tingkah. Rasa rindu yang telah menggunung di dalam hatinya, seakan tak sabar ingin segera keluar untuk dicurahkan kepada orang yang selama ini dirindukannya. Rasa rindu itu, kini akan terhapus sudah dengan kedatangannya.

"Wa... Wa... Alaikum salam..." Bergetar terasa suara Cempaka.

Buana tersenyum mendengar suara orang yang menjawab salamnya. Dia juga sangat hapal betul dengan suara itu. Tak salah lagi, pasti suara Cempaka pujaan hatinya.

"Kebetulan sekali Kekasihku yang membukakan pintunya" Gumamnya sambil bersiap-siap menunggu pintu terbuka.

Cempaka segera menata bajunya, rambutnya dia rapikan dengan bantuan jari-jarinya.

"Sepertinya tidak rapi, terlihat acak-acakan begini" Gumamnya sambil memperhatikan baju yang tengah di pakainya.

"Lebih baik aku bercermin dulu ah. Rasanya tidak pd kalau langsung kutemui"

"Tunggu sebentar..." Ucap Cempaka sambil membalikkan badannya.

"Iya... Jangan lama-lama ya..." Sahut Buana pula.

Dia segera berlari ke kamarnya.

Lalu dipandanginya bayangan dirinya di cermin.

Cempaka segera menyisir rambutnya hingga terlihat rapi.

Lalu dia poleskan bedak tipis-tipis. Tak ketinggalan dia semprotkan sedikit farfum kesayangannya.

Di pakainya kerudung yang tadi sempat di lepasnya waktu ngambil air wudhu.

Sebelum keluar dari kamar, dia berlenggak-lenggok sebentar di depan cermin, sekedar meyakinkan bahwa dirinya sudah terlihat cantik dan rapi, juga tercium wangi.

Sambil tersenyum bahagia, diapun segera membuka pintu kamarnya.

Sambil menengok sekeliling ruangan, dia berjalan menuju ke ruang tamu sambil mencoba menata hati dan menata debaran yang bergemuruh di dalam dadanya itu.

Setahun sudah dia tak bertemu dengan Buana. Walaupun dulunya dia tak menyukainya, karena saat itu dia ingin serius belajar tanpa di recoki oleh hal-hal yang lain, seperti pacaran misalnya.

Dan, setelah Cempaka dan Buana menerima surat tanda kelulusan dari sekolahnya masing-masing. Barulah Cempaka menerima cintanya Buana.

Mereka tidak satu sekolahan. Cuma, sekolahnya berdekatan tempatnya. Jadi mereka suka pergi dan pulang bareng.

"Lho?... Katanya mau bukain pintu depan, kok! Malah baru keluar dari kamar. Ada tamunya enggak? Atau... Mungkin tamunya sudah pulang lagi karena kelamaan bukain pintunya" Cempaka sangat kaget mendengar teguran ibunya dari lawang pintu ruang makan.

Dia segera menoleh sambil nyengir. " Tamunya masih ada bu, dia lagi nungguin di teras depan"

Ujarnya sambil menunduk menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah.

"Ooh... Ya cepat sana bukain dulu pintunya! Kasian kalau nunggu kelamaan" Ujar bu Sekar lagi. Sama sekali dia tidak mengira kalau tamunya itu adalah Buana.

Calon menantunya.

"Iya bu..." Cempaka menjawab pelan sambil bergegas berjalan menuju ke ruang tamu.

"Ceklek... " Cempaka membuka kuncinya. Karena pintu depan rumahnya itu selalu terkunci rapat. Sedangkan mereka masuk dan keluar rumah, selalu menggunakan pintu samping.

"Assalamualaikum... "Buana mengucapkan salam berbarengan dengan terbukanya pintu depan.

"Waalaikumsalam... " Sahut Cempaka sambil berdiri mematung di lawang pintu.

Buana menatapnya dengan tatapan penuh kerinduan yang mendalam. Cempaka jadi salah tingkah dengan tatapan itu. Dia hanya bisa menunduk malu dan membisu.

"Apa kabar ?" Buana tersenyum menyapanya.

"Alhamdulillah... Baik" Cempaka menunduk malu.

Apalagi setelah tangan Buana memegangi tangannya. Cempaka semakin kikuk saja. Bibirnya terasa kelu, susah untuk di gerakkan. Padahal di dalam hatinya dia ingin bicara banyak tentang penantiannya.

Tangannya yang di pegangi Buana, terasa sangat dingin sekali.

"Kamu senang kan aku pulang?"

Tanya Buana berbisik di telinganya.

"Iya... " Sahut Cempaka singkat.

"Kapan... Emh... Kapan kamu pulang?" Dengan tergagap Cempaka bertanya.

"Tadi sore, ba'da Ashar aku lewat di depan rumahmu" Sahut Buana.

"Aku kangen sekali, bagaimana denganmu?" Bisiknya lagi.

Cempaka hanya mengangguk perlahan sambil tetap menundukkan kepalanya. Menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah.

"Alhamdulillah... Aku kini sudah lulus jadi seorang polisi. Bagaimana denganmu, apa terstingmu juga lulus?" Senyum Buana mengembang di bibirnya.

"Kita duduk yu... " Cempaka merasa tak nyaman karena berdiri di lawang pintu.

"Alhamdulillah... Aku juga lulus. Hanya... Bapak dan ibuku tidak mengizinkan aku untuk di tempatkan di luar pulau Jawa"

Suara Cempaka penuh sesal.

"Mana bapak dan ibu?... Aku ingin membicarakan sesuatu" Buana menanyakan kedua Orangtuanya Cempaka.

"Kalau ibu ada di dalam, kalau bapak masih di Masjid. Sebentar aku panggil ibuku dulu ya" Ucapnya sambil menatap tangannya yang masih dipegangi oleh Buana.

Cempaka pun bergegas menuju ke dalam, setelah tangannya terlepas dari genggamannya Buana.

Kabar gembira

"Cempaka... Ada tamu siapa nak?... Tamunya di suruh masuk!..." Bu Sekar berteriak dari ruang tengah. Dia belum tahu kalau tamunya itu sudah duduk di sofa yang berada di ruang tamu.

"Iya bu... " Sahut Cempaka. Dia menghentikan langkahnya sambil melirik ke arah Buana yang matanya menatap Cempaka sambil tersenyum.

"Kenapa?..." Buana malah bertanya sambil matanya menatap wajahnya Cempaka yang bersemu merah menahan malu dan rindu.

"Aku malu, takut ketahuan ibu. Lagipula kita kan belum muhrim"

Cempaka mencoba memberikan alasan.

"Sebentar lagi kita kan akan menjadi muhrim, cuma pegangan tangan saja kok" Kilah Buana sambil mengedipkan satu matanya.

"Setelah selesai pendidikan polri kok jadi genit sih"

"Aku ingin segera memilikimu, aku ingin segera melamarmu dan menikahimu. Kamu mau kan menjadi isteriku?" Pernyataan yang spontan itu begitu menghentakkan jantungnya Cempaka. Dia tak menyangka sedikitpun kalau Buana akan berkata seperti itu.

Belum sempat Cempaka menjawabnya, tiba-tiba...

"Assalamualaikum... Siapa tamunya nak?... Tamu ke bapak bukan?" Terdengar suara bu Sekar bertanya lagi.

"Waalaikumsalam... Buana bu tamunya" Ujar Cempaka sedikit malu.

"Oalaaah... Buana sudah pulang?

Sudah selesai pendidikannya?" Bu Sekar nampak kegirangan sekali mendengar nama Buana di sebutkan.

Tak lama bu Sekar sudah ada di lawang pintu ruang tamu. Dia tersenyum bahagia sambil menatap Buana dengan kepala plontosnya.

Buana segera bangkit dari tempat duduknya dan dengan sangat sopan nya dia salim kepada ibunya Cempaka, dengan sedikit membungkukkan badannya.

"Apa kabar bu?... Bapaknya mana?" Tanya Buana sungkan.

"Alhamdulillah... Bapak belum pulang masih di Masjid. Kapan mas Buana datang?" Bu Sekar nampak begitu bahagia bertemu dengan calon menantunya itu.

"Tadi sore bu" Sahutnya sambil kembali duduk di kursi tempatnya tadi.

"Pantesan yang mau bukain pintunya masuk dulu ke kamarnya, rupanya mas Buana toh tamunya" Bu Sekar menggoda anaknya.

"Ibu... " Wajah Cempaka yang putih bersih itu nampak berubah warnanya menjadi memerah.

"Boleh ibu duduk di sini? Nemenin kalian berdua" Bu Sekar minta izin dulu sebelum dia duduk di hadapannya Buana.

"Boleh dong bu, masa tuan rumah di larang. Lagipula aku mau menyampaikan sesuatu kepada ibu" Ucap Buana.

"Ooh.. Ada apa ya mas ya?" Tanya bu Sekar sambil menatap Buana penasaran.

"Alhamdulillah aku sekarang sudah lulus dari pendidikan polisinya. Dan sebentar lagi akan di tugaskan. Kalau boleh dan kalau ibu sama bapak merestui, aku ingin melamar Cempaka dulu sebelum aku berangkat ke tugasku" Dengan lancarnya Buana mengutarakan maksudnya itu langsung kepada bu Sekar, calon mertuanya.

Mendengar penuturan Buana yang bermaksud melamar Cempaka. Bu Sekar nampak begitu kaget dan bahagia.

Dia tidak langsung menjawabnya. Tapi malah menatap Buana seakan tak percaya dengan apa yang barusan di dengarnya.

" Ibu... Ibu..." Cempaka menegurnya pelan.

"Ooh... Emh... Kalau ibu sangat sangat senang dan sangat merestui sekali niat baiknya Mas Buana. Tapi, yang mau menjalaninya kan Cempaka. Sebaiknya mas tanya saja langsung kepada Cempaka, apa dia bersedia atau bagaimana?"

Ujar bu Sekar.

Bu Sekar mencoba bersikap bijak. Walau dalam hatinya dia ingin agar Cempaka mau dan bersedia di lamar oleh Buana.

Bu Sekar dan ibunya Buana sudah lama menginginkan untuk besanan. Keduanya menginginkan Buana dan Cempaka berjodoh.

"Bagaimana Cempaka? Kau bersedia kan di lamar olehku?" Tanya Buana sambil menatap lembut wajah Cempaka yang setengah menunduk.

"Iya..." Hanya sesingkat itu jawaban dari Cempaka.

Dia begitu malu di tanya begitu di hadapan ibunya.

"Alhamdulillah... Terimakasih ya Allah... " Buana dan bu Sekar spontan mengucap syukur.

"Aku bahagia sekali mendengar jawaban nya Cempaka" Ucap Buana sambil tersenyum bahagia.

Begitu juga dengan bu Sekar. Senyuman mengembang di bibirnya.

Sa'at itu adalah sa'at yang paling bahagia yang dirasakan oleh mereka bertiga.

"Kalau begitu, kapan mas Buana mau melamar Cempaka nya? Ya maksudnya bulan apa? Tanggal berapa dan jam berapa? Biar ibu di sini bisa siap-siap untuk menerimanya dan menjamu alakadarnya" Bu Sekar seakan merasa y sabar ingin segera mengetahui waktunya.

"Aku usahakan secepatnya bu, mungkin minggu-minggu ini. Karena aku hanya di beri waktu liburan sebelum penugasan itu cuma delapan hari"

"Ooh... Begitu?... Ya itu lebih baik menurut ibu. Bagaimana ibu dan saudaranya mas Buana sudah mengetahui akan rencana ini?" Bu Sekar ingin memastikan.

"Sudah bu... Kalau tidak keberatan, ibuku menginginkan

tiga hari lagi dari sekarang. Kalau menurut ibu dan bapak bagaimana?" Rupanya Keluarga Buana sudah merencanakan acara lamaran itu tiga harian lagi.

"Enggak apa-apa... Kalau sudah punya waktu yang baik ya sudah tinggal kita laksanakan saja. Ibu ngikut saja" Bu Sekar langsung setuju.

"Lalu, jam berapa kira-kira? dan mau berapa orang yang akan datang? Biar ibu bisa menyiapkan makanannya cukup"

Tanya bu Sekar lagi.

Sedangkan Cempaka nampak diam saja sambil menyimak setiap perkataan Buana dan ibunya yang nampak akrab.

"Eh... Kok! Tamunya di anggurin begini?... Cempaka... ambilin minum dong." Bu Sekar baru sadar kalau tamunya itu belum di kasih minum, apalagi suguhan yang lainnya.

"Eh iya bu aku lupa" Cempaka juga nampaknya baru tersadar.

Dia malah langsung ngobrol. Mungkin karena rasa rindu yang membuatnya lupa untuk mengambilkan air minum untuk tamunya itu.

"Ma'af ya mas Buana, saking bahagianya jadi kami lupa mengambilkan air minum" Bu Sekar berkilah.

"Enggak apa-apa bu, aku di terima dan maksudku di restui juga, aku sudah bersyukur. Sudah enggak usah repot-repot" Ujar Buana pula penuh maklum.

"Sebentar ya, aku ke belakang dulu" Cempaka segera bangun dari tempat duduknya dan beranjak pergi ke dapur, hendak mengambilkan air minum buat Buana.

"Aih ... Aih... Rupanya kak Buana yang jadi tamunya... Pantesan wangi" Anyelir yang sedang nguping di ruang tengah menggodanya.

"Nguping ya?... Enggak baik tahu!" Di cubitnya pipinya Anyelir dengan gemas.

"Sakit kakak... " Anyelir merengek kesakitan. Sedangkan Cempaka berlari menuju dapur.

Tak berapa lama dia sudah kembali dengan membawa nampan berisi tiga cangkir air teh hangat beserta kuenya.

"Ma'af ya telat ngasihnya. Silahkan Buana di minum airnya dan di cicipi kuenya" Cempaka meletakkan satu persatu cangkir yang berisi teh hangat di atas meja.

"Terimakasih neng Cempaka... Kuenya nampak enak sekali" Ujar Buana sambil mencomot sepotong kue dan di masukin ke mulutnya.

"Hem... Benar saja kuenya enak sekali" Puji Buana sambil menjilati jarinya.

"Itu kue Cempaka yang bikin lho!"

Bu Sekar sepertinya pamer kepintaran anaknya.

"Oh ya?... Pintar sekali kau bikin kue" Buana memujinya. Membuat Cempaka merasa malu.

"Ibu... Kok pamer sih!" Cempaka menegurnya lembut.

"Enggak apa-apa... Aku suka kok!

Bolehkah aku ngambil kuenya satu lagi?" Ucap Buana kocak.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!