NovelToon NovelToon

Suamiku Tuan Muda Lumpuh

Visual

Hay, asalammualaikum semuanya.

Kali ini aku kembali menerbitkan sebuah novel lagi setelah novel ku yang berjudul "Istri kontrak tuan muda" Tamat, aku harap kali ini para reader juga menyukai karya ku yang ini, "Suamiku tuan muda lumpuh, cerita ini murni dari hasil pikiran ku sendiri.

Terima kasih, semoga para reader suka membaca nya.

Untuk itu aku memberikan sedikit Visual untuk peran novel ku kali ini.

Visual Arabella, gadis cantik berusia 18 tahun yang kerap di pangil Rara/Bela.

Aku tidak mengetahui nama aslinya dan aku harap reader puas dengan Visual nya.

Visual Alfian Alendra, Aku tidak tau nama aslinya siapa hehe semoga kalian suka dengan Visual nya.

Alfian adalah suami dari Arabella mereka menikah karena demi saling menyelamatkan orang tua mereka.

Lena Alendra, Sebagai adik dari Alfian Alendra.

Rendi. Sebagai asisten pribadi Alfian.

Seperti biasa aku juga tidak tau nama aslinya colong ae dari Google wkwkwkw.

Anis, sebagai kakak tiri dari Arabella.

Segini saja dulu ya maaf jika terlalu sedikit untuk Tokoh tambahan akan ada tambahan Visual nanti nya.

Terima kasih😘💕

*01

Arabella, seorang gadis cantik berusia 19 tahun yang kerap di pangil Rara/Bela.

Rara adalah sosok yang pekerjaan keras, bahkan sekarang ia bekerja paruh waktu di sebuah minimarket kecil demi melanjutkan kuliah nya dan juga menanggung biaya perawatan ibu angkat nya yang kini terbaring lemah di rumah sakit, karena kecelakaan saat sedang bekerja.

Rara tidak punya orang tua kandung lebih tepat nya sejak kecil ia hanya tinggal bersama kedua orang tua angkat nya dan kakak angkat nya, kehidupan mereka sangat lah miskin, di tambah lagi ayah angkat Rara, "Herman" yang bersifat buruk dan juga suka mabuk-mabukan.

Tidak hanya Herman, kakak angkat Rara yang bernama "Anis" juga berperilaku buruk apalagi terhadap Rara ia selalu berkata jika Rara lah sebab keluarga mereka menjadi sangat miskin, Anis juga berkata jika Rara itu hanyalah menambah beban keluarga mereka.

Pekerjaan Anis sehari-hari hanyalah berfoya-foya bersama teman-teman nya bahkan ia tak peduli dengan kondisi sang ibu di rumah sakit.

Anis sangat sering berkata jika Rara adalah anak pungut, karena Rara di temukan di sebuah tong sampah saat "Irma" ibu angkat Rara sedang mencari botol bekas.

Karena kasihan Irma pun memutuskan untuk mengurus Rara dengan penuh kasih sayang bahkan Irma lebih menyayangi Rara dari pada Anis karena perilaku Anis yang kasar dan tidak baik, beda jauh dengan Rara ia gadis baik, rajin, dan sangat lembut terhadap orang tua.

Walaupun Anis sering mengatai Rara anak sampah Rara tak pernah menanggapi nya ia ikhlas dengan takdir hidup nya, ia berfikir mungkin orang tua kandung nya memang tak pernah menginginkan kehadiran nya karena itu lah mereka membuang nya, itulah yang ia pikir kan.

Malam itu pukul 09.20

"Ayah hentikan kenapa ayah terus saja mabuk-mabukan seperti ini?" Ucap Rara merampas botol bir ayah nya.

"Lancang! Kau itu hanya anak angkat! Mengapa begitu brani memarahi aku! Dasar anak tidak tahu malu! " Bentak Herman merampas kembali botol bir nya dari tangan Rara.

"Ayah aku mohon pikir kan keadaan ibu, sekarang ibu membutuhkan biaya oprasi ayah aku mohon jangan seperti ini. " Ucap Rara menahan air mata nya.

"Biaya oprasi? Hahaha, kau pikir aku peduli? Jika kau peduli dengan nya maka kau saja yang cari! " Ucap Herman kemudian keluar dari rumah dengan jalan sempoyongan.

Saat ini Rara tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya menangis dan terus menangis, entah bagaimana cara agar dirinya bisa mencari uang untuk oprasi ibu nya.

Ia pun membalikkan badan nya dan ingin menuju dapur rumah mereka.

"Rara!.... " Pangil Anis dari dalam kamar nya.

Mendengar pangilan Anis, Rara pun mengurung kan niat nya untuk pergi ke dapur ia pun berbalik dan menuju kamar Anis.

"Iya ada apa kak? " Tanya Rara saat masuk ke dalam kamar Anis.

"Buat kan aku makanan. " Ucap Anis singkat.

"Tap...tapi kak, aku belum membeli bahan makanan. " Jawab Rara takut.

"Apa? Dasar tidak berguna! Yasudah lebih baik aku makan di luar saja! " Ucap Anis mengambil tas nya dan hendak berjalan keluar dari kamar nya.

"Tapi kak, ini sudah larut aku takut sendiri di rumah. " Ucap Rara menahan tangan Anis.

"Peduli apa aku kepada mu?! " Bentak Anis mendorong Rara ke kasur dan kemudian berjalan cepat keluar.

"Kak! Kak! hikssss. " Pangil Rara sambil menangis.

Namun Anis tak mempedulikan nya, ia tetap berjalan dan kemudian keluar dari rumah tersebut.

Malam semakin sunyi, di dalam rumah kecil yang tak terlalu bagus itu Rara tinggal sendirian merenungi nasip nya.

Tak lama kemudian pintu rumah terbuka Rara mengira itu adalah kakak nya Anis namun siapa sangka itu adalah ayah nya Rara yang baru pulang berjudi dengan kondisi yang semakin mabok, bahkan lebih mabuk dari sebelumnya.

"Ayah, astaga ayah kenapa wajah ayah lebam-lebam seperti ini? " Tanya Rara sambil memapah Herman.

"Mingir kau, aku ingin minum, ah sakit sekali mata ku. " Racau Herman.

"Ayah, duduk lah di sini dulu, aku akan mengambil minuman hangat untuk mu. " Ucap Rara berlalu ke dapur.

Beberapa menit kemudian Rara pun kembali dengan membawa segelas air hangat untuk Herman.

"Ini ayah minum lah dulu. " Ucap Rara menyodorkan segelas air hangat kepada Herman.

Namun bukan nya mengambil air hangat tersebut Herman malah menarik tangan Rara hingga Rara terjatuh di pangkuan nya.

"Ayah! Apa yang ayah lakukan! Lepas kan aku, aku ini anak mu! " Ucap Rara sambil memberontak.

"Anak ku? Kau bukan anaku, anaku adalah Anis. " Ucap Herman sambil mencoba mencabuli Rara.

Dengan panik nya Rara meraih fas bunga yang ada di meja lalu menukul kepala Herman.

"Ah! Kau! Sakit sekali! " Ucap Herman kemudian jatuh pingsan.

Rara pun tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut kemudian ia lari dari rumah itu meskipun malam sudah begitu larut rasa takut nya kini hilang ia terus berlari dan berlari meningal kan rumah itu.

"Hiksss, kenapa? Kenapa aku harus hidup dengan cobaan sesulit ini? " Ucap Rara sambil berjalan tanpa memakai sendal menyusuri jalan raya.

Namun tiba-tiba saja ponsel nya berdering menandakan bahwa ada telfon masuk.

Dengan cepat tangan Rara merogoh saku rok nya mengambil ponsel.

"Ya tuan ini telfon dari rumah sakit. " Gumam Rara kemudian menekankan tombol hijau.

Call onn

"Ha... halo. " Ucap Rara gemeteran.

"Halo, dengan nona Rara? " Tanya seseorang di sebrang telfon.

"Dokter Ria, iya ini saya Rara ada apa dokter apakah ada perkembangan dengan ibu saya? " Tanya Rara dengan dokter yang bernama Ria itu.

"Hmm, Rara saya tidak bisa membicarakan ini lewat telfon lebih baik. sekarang kau kerumah sakit saja. " Ucap dokter Ria dengan nada bicara yang terdengar tidak enak.

"Baik lah dokter, sekarang juga aku akan kesana. " Ucap Rara kemudian mematikan telfon secara sepihak.

Dokter Ria hanya menghela nafas karena kasihan dengan Rara.

Sementara itu Rara bergegas menuju rumah sakit dengan jalan kaki, demi Irma ibu angkat nya ia rela berjalan jauh menahan lelah dan sakit di telapak kaki nya yang menyusuri jalan tampa sepasang sendal.

Beberapa saat kemudian Rara pun tiba di rumah sakit dengan keadaan yang sangat lelah seluruh wajah nya di basahi keringat dan nafas nya pun terengah-engah.

Rara pun masuk ke rumah sakit dan bergegas menuju ruang rawat Irma.

"Sus, bagaimana kondisi ibu saya? " Tanya Rara saat melihat suster yang keluar dari ruang rawat Irma.

"Nona rara, silakan masuk ke dalam dokter ria sudah menunggu. " Jawab suster tersebut.

Rara pun menganguk dan kemudian masuk ke dalam ruang rawat Irma.

....

*02

"Dokter, bagaimana keadaan ibu saya? " Tanya Rara mendekati dokter Ria yang tengah memeriksa keadaan Irma.

"Begini Rara, ibu Irma harus segera menjalani operasi, jika tidak mungkin nyawa nya akan tidak tertolong, kondisi nya sekarang semakin buruk, luka di bagian dalam kepala nya sangat lah parah. " Ucap dokter Ria itu dengan mimik wajah yang terlihat sedih.

"Ya tuhan, hiksss, dokter tolong, tolong selamatkan ibu ku. " Ucap Rara memegang tangan dokter Ria.

"Rara, kami tidak bisa berbuat apa-apa satu-satu nya jalan, kau harus membayar biaya oprasi, baru lah kami akan bertindak. " Ucap dokter Ria prihatin.

Rara terdiam ia sekarang benar-benar pusing, karena dari mana ia harus mendapatkan uang yang berjumlah cukup banyak untuk membayar biaya oprasi ibu angkat nya itu.

"Rara, kita hanya punya waktu satu sampai dua hari lagi, jika telat maka ibu Irma tidak akan bertahan lagi. " Jelas dokter Ria memegang pundak Rara.

Sebenarnya dokter Ria juga tidak tega, namun apa boleh buat dia di sana juga hanya bekerja dan tidak bisa membantu terlalu banyak.

"Baik lah dokter, aku akan berusaha mencari biaya oprasi ibu dalam dua hari tetapi aku mohon tolong rawat ibu ku dengan baik. " Ucap Rara tertunduk sedih.

"Tentau saja Rara, kalau begitu saya tingal dulu. " Ucap dokter Ria kemudian pergi keluar dari ruang rawat tersebut.

Rara hanya menganguk pelan kemudian duduk di kursi samping ranjang ibu nya.

"Ibu, aku berjanji akan segera mendapatkan uang itu, aku berjanji, aku akan membalas semua kebaikan yang telah ibu berikan padaku. " Batin Rara sambil menangis mencium kening ibu nya.

Setelah itu Rara pun berjalan keluar dari ruang rawat tersebut, dan keluar meningal kan rumah sakit.

Sementara itu di sisi lain.

"Tuan muda Alfian. " Pangil anak buah nya.

Lelaki tampan yang tengah duduk di kursi roda nya sambil menatap kosong arah jendela itu pun berbalik mendengar nama nya di pangil.

"Bagaimana? Apa kalian menemukan Hera? " Tanya Alfian menatap anak buah nya.

"Maaf kan saya tuan muda, saya tidak berhasil menangkap nona Hera, saat saya tiba di bandara pesawat yang di tumpangi nona Hera telah lepas landas. " Jelas anak buah tersebut dengan nada bicara yang terdengar takut.

"Bodoh! Tidak berguna! Menangkap wanita seperti itu saja tidak becus! " Ucap Alfian melepar fas bungga yang ada di dekat meja di samping nya.

Anak buah itu pun langsung tertunduk takut.

Alfian Alendra, seorang lelaki tampan berusia 26 tahun. yang kerap di pangil tuan muda Alfi/Al. Ia adalah pengusaha terkaya di kota tersebut, memiliki perusahaan terbesar yang memiliki begitu banyak cabang di berbagai kota.

Papa nya, tuan Alendra telah lama mengidap penyakit kanker paru-paru stadium akhir, setiap hari hanya bisa berbaring di kamar rumah sakit saja dengan bantuan beberapa alat medis di tubuh nya.

Sejak papa nya sakit Alfian lah yang mengambil alih perusahaan papa nya dan menjalani bisnis sang papa dengan baik.

Kehidupan mereka begitu mewah, Alfian adlaah sosok lelaki baik dan tegas, ia juga tidak cuek terhadap sekitar.

Ia juga memiliki seorang kekasih bernama Hera, bukan kekasih lagi lebih tepat di sebut calon istri nya.

Awal nya keluarga Alfian begitu bahagia, saat mengetahui Alfian yang beberapa hari lagi ingin mengadakan pernikahan dengan Hera, sebenarnya Alfian masih belum siap untuk menikah namun karena itu permintaan dari papa nya untuk bisa melihat Alfian menikah dengan wanita yang baik sebelum ia meninggal.

Namun siapa sangka malang terjadi pada Alfian, di saat ingin pergi bertemu Hera di tempat yang sudah ia janji kan ia mengalami kecelakaan tragis, karena sopir nya yang mengantuk, akibat dari kecelakaan itu lah Alfian mengalami lumpuh.

Sementara persiapan pernikahan telah selesai di buat hanya tinggal menunggu resepsi saja, undangan pun telah di sebar kan.

Tidak sampai di situ saja Hera yang mendengar kondisi Alfian yang lumpuh akibat kecelakaan itu pun memilih kabur dengan laki-laki lain, karena ia tidak ingin menikah dengan laki-laki yang tidak bisa berjalan dia merasa itu akan membuat nya repot.

Hal itu membuat Alfian stres dan sangat pusing, ia tidak sanggup jika sang papa mengetahui jika calon istri nya kabur itu akan membuat kondisi papa nya semakin parah, karena tuan Alendra sudah benar-benar bahagia mengetahui Alfian akan menikah.

Dan hal itu juga lah yang membuat Alfian berubah 85% menjadi sosok yang dingin dan pemarah, ia juga tak ingin bertemu dengan orang-orang terdekat termasuk adik dan mama nya, setiap hari ia hanya mengurung diri di dalam kamar.

"Keluar dari kamar ku sebelum aku memecahkan kepala mu! " Ucap Alfian kepada anak buah nya.

Tanpa basa basi anak buah yang ketakutan itu pun berjalan cepat keluar dari kamar Alfian.

" Ternyata wanita memang tidak bisa di percaya. " Batin Alfian mencengkram erat taplak meja.

"Arghhhhh! " Jerit Alfian menarik taplak meja tersebut sehingga semua benda yang ada di meja itu berhamburan dan pecah.

Sementara itu di luar.

"Al buka nak, hiksss mama mohon jangan seperti ini kau harus kuat dan sabar ini cobaan untuk mu Alfian! " Teriak sang mama sambil menangis khawatir.

"Mah, sudah biar kan saja, jika mama masuk itu akan membuat nya lebih tidak bisa mengontrol emosi, biar kan aku yang mencari solusi mah. " Ucap Lena adik Alfian.

"Lena, bagaimana ini, kakak mu terus saja mengamuk dan memecahkan barang-barang di kamar nya bahkan dia tidak makan seharian ini karena ia tidak keluar dari kamar. " Ucap Siska mama nya Alfian dan Lena.

"Iya Lena tau mah, tapi kita tidak bisa maksa kak Alfian untuk keluar karena itu percuma mah. " Ucap Lena memegang tangan sang mama.

"Iya mama tau, tetapi apakah kita harus membiarkan nya seperti itu? Tidak kan? " Ucap Siska memegang kepala nya pusing.

"Mah, sabar aku akan bantu cari solusi nya. " Ucap Lena sambil menarik pelan mama nya agar menjauh dari kamar Alfian.

Di sisi lain.

Malam semakin larut, tetapi Rara masih saja berjalan menyusuri kota dengan langkah yang gontai.

"Ya Tuhan, di mana aku harus mendapatkan uang untuk oprasi ibu? " Batin Rara sambil terus menyingkirkan air mata nya yang mengalir deras membasahi pipi mulus nya.

Sementara itu Anis, ia hanya sibuk mabuk-mabukan di sebuah club dengan beberapa teman nya.

Dring... dring... dring. (Bunyi ponsel Anis yang terdengar sedikit nyaring.)

"Aduh siapa sih gangu ajah! " Ucap Anis mengambil ponsel dari saku jaket nya.

Call onn

"Hallo, Anis kau di mana? Aku ingin bertemu dengan mu, ada hal penting yang ingin aku bicara kan. " Ucap Seseorang di sebrang telfon.

"Hallo, Lena, tumben sekali kau menghubungi aku, ada apa katakan saja. " Jawab Anis enteng.

"Aku tidak bisa membicarakan nya di telfon ini hal penting, apa kau bisa bertemu dengan ku? " Tanya Lena.

"Oke boleh, aku tunggu di club biasa Oke. " Ucap Anis kemudian mematikan telpon secara sepihak.

Call off

Lena pun hanya membuang nafas kesal karena ulah Anis.

****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!