Dear Risa ........
Hai My Twinnie R , My Sister , My Bestfriend
Bagaimana kabarmu ? Ku harap saat membaca suratku ini kamu sudah mengikhlaskan kepergianku .
Aku sangat bangga padamu . Risa-ku sudah sukses mengejar impiannya menjadi model terkenal . Bahkan putra kecilku mengidolakanmu .
Aku sangat merindukanmu Risa . Di setiap kali ku rasakan penyakit ini menyiksaku , maka saat itu aku akan merasa takut jika tidak sempat untuk menepati janjiku menemuimu di sana.
Dan ternyata ketakutanku benar terjadi . Aku harus pergi sebelum aku sempat berpamitan langsung dan memelukmu untuk terakhir kali .
Risa , maaf karena aku telah menyembunyikan penyakit ini darimu . Tapi apakah aku boleh egois jika aku ingin meminta bantuan padamu .
Anggaplah ini sebagai permintaan terakhirku . Permintaan seorang kakak yang ingin adiknya juga merasa bahagia karena cinta .
Permintaan seorang istri yang ingin suaminya merasa bahagia bersama orang yang tepat .
Permintaan seorang ibu yang ingin anaknya mendapat kasih sayang dari wanita yang hebat .
Aku mencintai suami dan anakku , tapi ku tahu aku tak bisa mencintai mereka lebih lama lagi di dunia ini .
Dan itu akan menjadi penyesalan seandainya aku tidak memilikimu, saudariku .
Kamu satu satunya saudari yang ku miliki , aku ingin kamu bahagia , dan hanya suamiku yang ku yakin bisa menjagamu dan membahagiakanmu untuk menggantikanku .
Dan hanya kamu yang ku yakin mampu menggantikanku mencintai Suami dan Anakku .
Jadi ku mohon jika tiba saatnya aku harus meninggalkan kalian , ku harap kamu menggantikanku sebagai Istri bagi suamiku dan Ibu dari Anakku . Ku mohon .
Aku percaya padamu dan selalu menyayangimu.
Your Twinnie R , RANI
----------------------------------------
Brisa memandang ke hamparan sungai Han dengan tatapan kosong setelah membaca surat yang di tinggalkan oleh salah satu wanita yang memiliki andil besar dalam kehidupannya.
Dia Kirani Ayunta , saudari walaupun mereka tak sedarah . Peyelamat hidup Brisa , tanpa dirinya mungkin Brisa sudah tak ada lagi di dunia ini .
" Bukankan kamu yang memintaku untuk tetap bertahan hidup di dunia ini ? Tapi mengapa malah kamu yang pergi ? " guman Brisa .
Brisa melihat kembali kotak bludru berwarna cokelat yang baru berani Ia buka setelah 6 bulan kepergian Kirani untuk selama lamanya .
Sepucuk surat yang Ia baca tadi sudah menjelaskan apa isi dari kotak ini .
Satu per satu Brisa mengeluarkan isinya .
Ada beberapa surat lagi yang ditulis oleh Kirani , ada beberapa foto anak laki laki kecil yang menggemaskan , foto seorang pria dewasa , dan juga foto mereka berdua .
Brisa kembali terisak , foto yang kini di pegangnya adalah foto yang sama dengan yang ada di atas nakas kamar tidurnya selama 10 tahun terakhir .
Kenangan terakhir yang mereka abadikan , sebelum mereka harus berpisah jarak untuk melindungi Brisa .
" Rani , apa hanya ini cara agar aku bisa membalas semua kebaikanmu ? Minta saja aku menggantikanmu untuk menemui sang pencipta maka aku akan bersedia . "
Gumam Brisa dengan tatapan tak lepas dari foto 2 gadis berseragam SMA .
Brisa menatap foto anak laki laki itu . Perasaannya seketika menghangat melihat senyumnya .
Yah , setidaknya jika kamu berhasil maka kamu akan menyelamatkan seyuman manis bocah ini . " Ucap Amora sambil menunjukkan foto putra Rani .
" Mengapa kamu yakin jika aku bisa memberi cinta , saat aku sendiri tak yakin jika cinta itu memang ada . " lanjut Brisa membatin.
Di dalam kamar yang di dominasi dengan warna merah muda , seorang wanita paruh baya bernama Mbok Min sedang menenangkan seorang gadis remaja yang sejak tadi terus menangis .
" Non Bri.... udah dong nangisnya nanti kedengeran Tuan . " bujuk Mbok Min .
" Bi...arin.. a..ja.. hiks jiks Mbok .. " Jawab gadis itu .
" Yah jangan dong Non , Mbok gak tega kalau Tuan mukul Non lagi . " bujuknya lagi .
" Non gak kasian sama Nyonya . Kalau Nyonya belain Non Bri , Tuan juga bakalan mukulin Nyonya . "
Mbok Min masih terus saja membujuk gadis remaja itu .
Mendengar ucapan terakhir pengasuhnya sejak kecil , membuar gadis itu perlahan menghentikan tangisannya .
Gadis remaja itu bernama Brisa Elzavira . Siswi kelas 3 SMP di salah satu sekolah swasta di Palembang .
Siapa yang menyangka dibalik keceriaan dan senyum manisnya , gadis itu menyimpan banyak kesedihan .
---- Flashback ----
Semuanya berawal 7 tahun lalu ketika Brisa berusia 8 tahun . Saat itu perusahaan konstruksi peninggalan kakeknya yang sekarang dikelola oleh Ayahnya sedang berkembang pesat . Ayahnya juga berhasil memenangkan kontrak untuk pembangunan sebuah apartemen mewah di Jakarta .
Sejak saat itu Ayah Brisa yang bernama Ferdinand mulai sering bepergian ke Jakarta .
Awalnya semua berjalan normal , Ayahnya masih rutin pulang dua minggu sekali . Dan hal itu berlangsung selama 2 tahun sampai proyek selesai dengan sukses .
Nama perusahaan Kakeknya semakin dikenal oleh perusahaan perusahaan besar. Hingga akhirnya Ayahnya memutuskan untuk memindahkan operasional perusahaan dari Palembang ke Jakarta .
Kehidupan keluarga Brisa berubah sejak saat itu . Ayahnya semakin jarang pulang ke Palembang untuk menemui Brisa dan Ibunya .
Setiap Ibunya ingin berkunjung ke Jakarta , maka ayahnya akan melarang dengan alasan sibuk karena pekerjaan .
Brisa mulai kehilangan sosok ayah yang dulu mengisi hari harinya .
Sebuah fakta terungkap saat Brisa baru saja merayakan kelulusannya dari Sekolah Dasar .
Ibu Laksmi , mengajak putrinya Brisa untuk memberikan kejutan pada suaminya di Jakarta .
Alih alih memberi kejutan , keduanya malah yang dibuat terkejut . Di Jakarta ayahnya telah memiliki keluarga lain . Bahkan memiliki seorang putri kecil yang saat itu berusia 5 tahun .
Kenyataan pahit yang harus diterima oleh Ibu Laksmi , jika suami yang selama ini Ia cintai telah menghianati kesucian rumah tangga mereka . Dan hal itu sudah berlangsung sekitar 6 tahun .
Brisa yang kala itu telah berusia 13 tahun , sudah cukup mengerti situasi apa yang terjadi pada keluarganya .
Gadis kecil yang mulai beranjak remaja itu dengan setia menemani Ibunya kembali ke Palembang dan berharap Ayahnya akan ikut kembali bersama mereka .
Namun semua hanya harapan . Sudah 3 bulan berlalu namun sang Ayah belum juga kembali pulang untuk minta maaf atau sekedar memberi penjelasan pada Ibunya .
Hancurnya pernikahan Ayah dan Ibunya , tidak semestinya juga menghancurkan masa depan Brisa .
Sebisa mungkin , Bu Laksmi membuat kehidupan Brisa tetap berjalan seperti biasanya .
Setahun berlalu Brisa dan Ibunya sudah menerima keadaan mereka kini . Brisa melihat bagaimana perjuangan Ibunya agar bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka dan membiayai pendidikannya .
Satu per satu perhiasan milik Ibunya dijual . Kendaraan yang mereka miliki , beberapa lukisan peninggalan kakek dan barang berharga lainnya harus Bu Laksmi jual .
Itu karena di rumah mereka saat ini ada beberapa orang pekerja yang harus mereka gaji . Ibunya tidak tega jika harus memecat para pekerja yang sudah lama membantunya dan menggantung hidup pada pekerjaannya itu .
Meski sudah berusaha terlihat baik baik saja , lama kelamaan keadaan ini juga mempengaruhi Brisa . Sudah tak ada lagi gadis periang seperti dulu , yang ada kini hanyalah gadis pendiam dan penyendiri .
Nilai nilai sekolahnya anjlok . Setiap malam gadis itu akan ikut menangis saat mendengar tangisan Ibunya .
Namun Brisa tak pernah mematahkan harapannya jika Ayah yang dulu hangat dan menyayanginya akan kembali .
Hingga saat penantiannya akhirnya berakhir , Ayahnya kembali ke rumah setelah 2,5 tahun meninggalkan Brisa dan Ibunya . Setidaknya ini yang ada di pikiran Brisa saat itu .
Gadis yang sebentar lagi akan berusia 15 tahun itu berlari menuruni tangga saat mendengar salah satu Mbok di rumahnya bicara pada Ibunya jika Tuan mereka datang .
Brisa sangat bahagia , bertahan dengan harapannya selama 2,5 tahun akhirnya terbayarkan . " Ayah kembali , keluarga akan kembali utuh , dan bahagia seperti dulu kala . " Batin Brisa .
Ceklek .
Brisa membuka pintu rumahnya . Namun apa yang dilihatnya saat itu harus membuatnya kembali merasakan kekecewaan .
" Aa..yah . " Ucap Brisa ragu .
Brisa menunduk saat tak ada lagi tatapan sayang seorang Ayah yang Ia dapatkan .
" Dimana Laksmi ? " Ucap Ferdinand .
Brisa diam membisu .
Ferdinand melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah tanpa memedulikan putrinya .
Apalagi Ibu dan anak yang datang bersama ayahnya menatap Brisa sinis .
" Laksmi ... Laksmi .... " Teriaknya .
Ibu Brisa keluar dari kamarnya dan menemui Ferdinand .
" Mau apa lagi kamu datang kerumahku ? " tanya Laksmi tak gentar dengan sorot mata tajam pria yang dulu Ia cintai .
" Kenapa kamu harus repot repot membawa langsung surat cerai itu , kirimkan saja karena aku tak sudih melihat wajah pendosa seperti kalian ."
Lanjutnya .
Brisa yang mendengar kata perceraian sudah tak bisa lagi menahan air matanya .
" Kata siapa aku akan menceraikanmu ? Jangan bermimpi untuk bebas dariku jika kau belum mau menyerahkan surat surat tanah dan rumah ini . "
Balas Ferdinand sambil mencengkram lengan Laksmi lalu menghempaskannya sehingga kini wanita itu terjerembab ke lantai .
Brisa berlari menolong Ibunya .
" Jangan harap aku akan memberinya padamu . Itu semua adalah milik keluargaku . Dan yang berhak memilikinya hanya Brisa , putriku . " Ujar Laksmi dengan emosi yang membara .
" Dasar tamak . Belum cukup bagimu mengambil seluruh perusahaan peninggalan ayahku hah ??? " bentak Laksmi .
Ferdinand hendak melayangkan satu tamparan ke wajah Laksmi namun Brisa dengan sigap berdiri di depan Ibunya sehingga dialah yang terkena tamparan dari ayah kandungnya .
Laksmi memeluk putrinya yang ikut terjerembab kelantai , Ia menangis melihat sudut bibir putrinya yang mengeluarkan darah .
Ferdinan berjongkok di hadapan Laksmi yang sedang memeluk Brisa .
" Kalian Ibu dan anak jangan macam macam denganku . Aku bisa saja melenyapkan kalian , namun aku masih berbelas kasih . Jadi serahkan segera semua surat surat yang ku minta , atau kalian akan lebih tersiksa lagi . " ancamnya .
Sejak hari itu suasana rumah yang tenang tidak lagi sama . Setiap hari Brisa harus melihat Ibunya dipukuli , disiksa , bahkan dipermalukan oleh Ayah dan Istri barunya .
Brisa juga tak elak dari kekejaman mereka . Apalagi saat Anggun , gadis kecil yg kini berusia 7 tahun itu mengadu pada Ayahnya , maka sudah pasti Brisa akan mendapat hukuman .
---- Flash back Off ----
6 bulan sudah Brisa dan Ibunya mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh Ferdinand dan Indri istrinya , sejak mereka memutuskan untuk tetap tinggal di rumah yang sama .
Setelah seharian menangis di kamarnya ditemani Mbok Min , sore ini Brisa akhirnya memberanikan diri untuk keluar kamar .
" Bu.... Bu.... " panggilnya sambil mengetuk pelan pintu .
Tak lama Brisa mendengar suara barang yang pecah .
Dari atas Brisa bisa melihat Ibunya yang kini memegang pecahan guci dan mengancam akan bunuh diri .
" Jangan memaksaku . Aku akan bunuh diri agar semua dana asuransi yang kau inginkan itu tak akan pernah bisa kau dapatkan . " Ucap Laksmi mengancam Ferdinand.
Brisa melangkah mundur sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan . Ia berusaha menahan suaranya agar tak terdengar siapapun .
Brisa melihat Indri , yang tak lain adalah istri Ayahnya berjalan dan berhenti di ujung tangga . Wanita itu menyaksikan pertikaian antara suaminya dan sang istri pertama dengan geram.
Brisa menyembunyikan tubuhnya dibalik pilar .
Sesekali Ia menengok pertengakaran yang terjadi dibawah dengan tetap menahan tangisannya .
Laksmi berlari menaiki tangga , Ia ingin segera menemui putrinya .
Tanpa di duga , Indri mencegat kaki Laksmi sehingga wanita itu jatuh dari tangga teratas .
Brisa histeris saat melihat kejadian itu dengan mata kepalanya sendiri.
Ia berlari turun , memeluk Ibunya yang kini wajahnya sudah bersimbah darah .
" Ibu.... ibu ... jangan tinggalin Brisa Bu ... "
" Ibu aku masih butuh ibu . " ujar Brisa frustasi
Wajah Ferdinand seketika pucat pasi . Suaranya ikut tercekat . Ia hendak mendekati Brisa yang masih memeluk ibunya , tapi tidak bisa melakukan apapun karena Indri menahannya .
Cukup lama lalu akhirnya terdengar suara mobil ambulance mendekat , sementara Brisa dan Ibunya masih di tempat dan posisi yang sama karena tak ada yang berani menolong mereka .
" Ibu.... Ibu .... Ibu... " teriak Brisa saat ambulance sudah membawa jasad Ibunya guna pemeriksaan polisi .
" Ibu kenapa Ibu ninggalin Bri sendiri . Bukannya Ibu janji akan hidup sehat selamanya , mengapa Ibu meninggalkanku . " ucap Brisa lirih sambil bersimpuh di teras rumahnya .
" Kenapa gak ajak aku juga Bu . Jemput Bri Bu , aku gak mau sendiri . " lanjutnya terisak .
Seharusnya hari Ia memberitahu Ibunya jika Ia telah lulus SMP .
Namun kenyataannya Ia malah kehilangan sang Ibu . Kehilangan sosok yang menjadi alasannya bertahan .
Hari ini Brisa akan merelakan tujuan hidupnya . Ia akan bertahan menerima semua perlakuan Ayah kandungnya dan wanita iblis yang sudah membunuh Ibunya . Jika memang harus meregang nyawa sekalipun Brisa akan rela .
Namun , jika Tuhan masih beri Brisa waktu , Ia akan menjadi Brisa yang baru , agar kelak bisa membalaskan kematian Ibunya . Bagi Brisa cinta dan harapan hanyalah omong kosong.
.
.
.
.
.
"Terkadang rasa kecewa yang mendalam disebabkan oleh harapan diri yang terlalu tinggi terhadap sesuatu."
.
.
.
.
To be continue
Dua bulan sudah berlalu sejak kepergian Ibunya . Brisa lebih banyak diam dan mengurung diri di dalam kamar Mbok Min .
Semua pekerja di rumah sudah di pecat oleh Indri yang kini bertingkah sebagai Nyonya . Yang tersisa hanyalah Mbok Min . Sebenarnya pengasuh Brisa itu juga sudah di pecat , tapi dia memohon untuk diizinkan tetap tinggal . Walaupun tanpa di gaji dan harus mengambil alih semua pekerjaan di rumah besar itu .
Mbok Min tidak akan tega meninggalkan nona muda yang diasuhnya sejak bayi bersama para iblis . Walaupun tidak bisa membela saat gadis itu di siksa , tapi Mbok Min bisa merawat nonanya jika sampai terluka .
Mbok Min juga bisa menggantikan Nonanya yang diharuskan mengerjakan semua pekerjaan rumah .
Ferdinand dan Indri benar benar seperti iblis . Mereka tega memukul , menampar , bahkan tidak memberi makanan pada Brisa . Adik tiri Brisa yang bernama Anggun juga bersikap sama dengan orang tuanya . Selalu iri dengan Brisa, Anggun selalu berbohong pada Ayah dan Ibunya agar Brisa di hukum .
Mbok Min masuk ke kamarnya yang kini Ia tempati berdua bersama Nonanya .
" Non.... makan dulu yah . " pintanya lembut .
Brisa menggeleng . " Makasih Mbok , Brisa belum lapar . "
" Tapi Non belum makan sejak pagi . Ini sudah sore , nanti Non bisa sakit . Makan yah , Mbok suapi . "
Sebenarnya Brisa juga merasa lapar , tapi Ia memilih untuk menahannya agar Mbok Min bisa memakan makanan itu .
Bukannya Brisa tidak tahu , jika Mboknya itu bahkan belum makan sejak kemarin malam karena makan malamnya Ia berikan pada Brisa .
Bahkan Mboknya yang dulu bertubuh gempal , sudah kehilangan banyak berat badannya .
" Mbok aja yang makan . Mbok juga belum makan , bahkan dari semalam . Brisa masih kenyang . " Tolaknya lagi .
" Gini aja , kita makan bareng aja yah. Lagian ini porsinya di kasih bonus sama Pak Bedu , tuh tempe bacemnya aja ditambahin satu . " Ucap Mbok Min dengan riang .
Brisa mengangguk tak ingin mengecewakan Mbok Min . Lalu wanita itu mulai menyuapkan Nasi dengan lauk ikan goreng, tempe bacem , dan sambel pada Brisa kemudian Ia menyuapi dirinya sendiri .
" Enak Mbok ... tempe bacem Pak Bedu memang paling top . " Ujar gadis itu .
" Tapi Mbok dapat uang dari mana ? " tanya Brisa penasaran .
" He...he... he... " Mbok Min malah tertawa .
" Non ingat gak , ada seseorang yang beli gambar sketsa Non setahun yang lalu seharga 500.000 ? " ucap Mbok Min .
" Iya .... padahal gambarnya acak acakan gitu . " Jawab Brisa sambil tertawa .
" Kan uangnya saat itu Non kasih ke Mbok untuk nambahin biaya rumah sakit adiknya Mbok di kampung . Nah sama si Mbok gak dikirim , tapi disimpan dalam toples yang ada di rak dapur . "
Mbok Min sangat bersemangat bercerita .
" Terus si Nyonya Indri minta Mbok untuk beresin barang barang didapur katanya mau di kosongin . Emang rejeki yah Non , Mbok malah nemu uang yang pernah Mbok simpan . Hehehheheh " Mbok Min mengakhiri ceritanya dengan tertawa .
Brisa juga akhirnya ikut tertawa . Ini adalah tawa lepas pertamanya setelah 2 bulan kepergian sang Ibu .
Mereka melanjutkan makan satu porsi nasi bungkus berdua . Kemudian Brisa membantu Mbok Min melanjutkan pekerjaannya di dapur .
Hingga malampun tiba , saat itu Mbok Min merasa perutnya sakit . Ia melirik jam dinding sekarang masih pukul 3 dini hari .
Dengan perlahan Ia turun dari ranjangnya berniat menuju kamar mandi yang ada di dekat dapur .
Namun matanya melihat ada cahaya lampu dari meja makan . Karena penasaran , Mbok Min mengendap ngendap untuk melihat apa yang terjadi disana . Ternyata dimeja makan sedang duduk Ferdinand dan Indri tengah berbicara hal yang serius .
" Pa ..... apa Papa sudah pastikan semua asuransi wanita itu sudah cair ? " ucap Indri .
" Iya .... sudah semuanya . Sejak awal menikah , Laksmi tidak pernah menyembunyikan apapun dariku . Dia selalu meminta izin jika ingin membeli sesuatu . Apalagi ini asuransi , seingatku memang Laksmi hanya memiliki 5 polis asuransi . " Jawab Ferdinand .
" Lalu , bagaimana dengan pembayaran tanah dan rumah ini ? Apa dananya sudah masuk semua ? " tanya Indri lagi .
" Iya Mama... sudah semua . " Jawaban Ferdinand membuat senyuman terbit di wajah Indri .
" Jadi kapan kita kembali ke Jakarta ? Aku sudah bosan tinggal disini . " keluhnya manja pada sang suami .
" Besok pagi kita berangkat . Kamu pastikan Brisa juga sudah bersiap , jangan sampai kita terlambat . "
" Brisa ? Anak sial itu ikut juga ? " Indri seakan tak setuju dengan keputusan suaminya .
" Hmmm ... "
" Tidak . Aku gak mau anak sial itu ikut . Menyusahkanku saja . Tidak sudi aku mengurus anak dari wanita murahan . Tinggalkan saja dia disini . " Indri tak setuju dengan keputusan suaminya .
" Atau jangan jangan kamu masih ingin terus mengingat wanita murahan itu saat melihat Brisa ? "
" Mama .... jangan berpikir yang tidak tidak . Aku juga sebenarnya sudah tidak ingin berurusan dengan Brisa , tapi kita masih butuh dia Ma. Perusahaan itu milik ayah Laksmi , kakeknya Brisa . Satu satunya pewaris adalah Brisa . Sampai dia berusia 18 tahun , aku sebagai ayahnya hanya di kuasakan untuk mengurus perusahaan itu . Jadi nanti ketika anak itu berusia 18 tahun , kita akan paksa dia untuk menyerahkan perusahaan seluruhnya padaku . " Jelas Ferdinand .
Indri masih tetap cemberut .
" Bersabarlah 3 tahun lagi . Dan kita akan melenyapkan anak itu . " Bujuk Ferdinand lagi .
Kali ini Ia bahkan mulai mencumbu Indri untuk mengurangi kekesalan wanita itu .
Mbok Min yang sejak tadi menguping , segera berlari kembali ke kamar . Dengan tangan yang gemetar , Ia membangunkan Brisa .
" Non bangun Non.... " ucapnya berbisik .
Brisa terbangun , Ia mengerjap ngerjapkan matanya melihat Mbok Min mengambil tas besar kemudian dengan cepat memasukkan beberapa pakaiannya juga pakaian Brisa .
Tak lupa Ia mengambil uang yang tersisa 490.000 yang dia simpan di dalam laci lemarinya .
" Mbok mau kemana ? Jangan tinggalin Risa . " Brisa mulai terisak .
" Ssssstttt ... Mbok gak ninggalin Non . Kita akan pergi sama sama . Kita harus secepatnya kabur dari rumah ini Non . Ayo , pakai jaketnya waktu kita gak banyak . "
Karena paniknya Mbok Min bahkan tidak berganti pakaian . Ia kini malah sibuk membantu Brisa memakai jaket .
" Mbok tenang , duduk dulu . Kenapa kita harus pergi ? Rumah ini satu satunya peninggalan Ibu , aku gak mau ninggalin rumah ini . " ucap Brisa lesu .
Mbok Min menarik napas panjang lalu mulai bercerita tentang apa yang didengarnya .
Jika Mbok Min terkejut karena rencana melenyapkan Brisa di usia 18 tahun . Berbeda dengan Brisa , gadis itu kini menangis karena rumah peninggalan Kakek dan Ibunya kini telah terjual .
" Ayo Non , pelan pelan yah . Jangan berisik. " Mbok Min memimpin jalan mereka berdua agar bisa kabur dari rumah .
Namun keberuntungan belum berpihak pada mereka . Saat Mbok Min akan membuka pintu , lampu tiba tiba menyala . Mbok Min dan Brisa dikejutkan dengan Ferdinand dan Indri yang kini menatap mereka dengan penuh amarah .
Indri melangkah maju , lalu menarik rambut panjang Brisa dengan kasar kemudian menyeret gadis itu ke depan ayahnya .
" Lihat kelakuan putrimu ini . Masih kecil sudah berani mau kabur dari rumah . " ucap Indri penuh emosi .
Ferdinand sudah melayangkan tangan kekarnya untuk menampar Brisa ,namun segera di halangi oleh Mbok Min . Sehingga wanita paruh baya itulah yang menerima tamparan keras dari Ferdinand .
" Mbok .... " teriak Brisa panik sambil berlinang air mata .
" Hey Mbok tua , jangan coba coba jadi pahlawan yah . Kamu kira saya tidah tahu kamu menguping pembicaraan kami tadi ? " teriak Indri tepat di hadapan Mbok Min .
" Sekarang pergi kamu . Awas saja kalau kamu berani membocorkan apa yang kamu dengar tadi , keluargamu di kampung akan menanggung resikonya . " Ancam Ferdinand .
" Baik Tuan , saya akan pergi dan tidak bicara apapun . Tapi tolong izinkan saya membawa Nona ... ku mohon tuan . " Mbok Min memohon sambil berlutut , memegangi kaki Ferdinand. Bahkan wanita itu menjatuhkan harga dirinya dengan bersujud hanya untuk menolong Nona yang sejak kecil Ia rawat .
Brisa menangis lebih keras saat melihat Mbok Min melakukan itu . Apalagi saat Ferdinand menarik kakinya kasar membuat Mbok Min terhempas .
" Berhenti . Brisa anakku , kamu tidak berhak membawanya . Sekarang keluar dari rumahku . "
Usir Ferdinand sekali lagi dengan kasar . Ia bahkan menarik lengan Mbok Min hingga terseret keluar rumah .
Sementara Brisa hanya bisa menangis tanpa mampu menolong Mbok Min .
Indri lalu kembali menarik rambut Brisa . Membuat Brisa mengikuti langkah Indri sambil meringis menahan sakit di kepalanya .
Indri mendorong Brisa masuk kembali ke kamar Mbok Min , kemudian menguncinya dari luar .
" Berkemaslah . Besok pagi kita akan pindah ke Jakarta . " teriaknya dari luar .
Seperti yang diberitahu semalam , pagi ini Ferdinand , Indri , Anggun dan Brisa berangkat menuju Jakarta .
Mereka kembali kerumah yang dulu pernah Brisa dan Ibunya kunjungi saat membongkar penghianatan Ferdinand .
Brisa memejamkan mata , tatkala mengingat kembali wajah Ibunya kala itu saat melihat pria yang dicintainya telah menghianati rumah tangga mereka . Lalu tiba tiba terbayang peristiwa semalam ketika Mbok Min berlutut dan bersujud hanya untuk menolongnya .
Air matanya kembali mengalir di kedua pipinya .
Mereka semua masih berdiri di depan pintu menunggu pelayan membukanya .
Saat pintu terbuka , Ferdinand masuk disusul putrinya Anggun yang kini berusai 8 tahun .
" Selamat datang di Neraka putri kecil .... " Bisik Indri di telinga Brisa , disusul dengan tawanya .
Ketiganya sudah masuk ke dalam rumah meninggalkan Brisa yang masih mematung di depan pintu membayangkan nasibnya kelak .
.
.
.
.
.
“Keluarga tidak selalu sedarah. Mereka bisa orang-orang ada dalam hidupmu yang menginginkanmu dalam hidup mereka. Orang-orang yang menerima kamu apa adanya. Orang-orang yang akan melakukan apa saja untuk melihatmu tersenyum dan yang mencintaimu apa pun yang terjadi.”
.
.
.
.
.
To be continue
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!