5 tahun yang lalu.
Pantai di sore hari adalah tempat terbaik untuk menghabiskan waktu. Matahari terbenam di pantai ini sangat indah dipandang mata. Semburat jingga di ujung langit benar-benar menyajikan pengalaman terbaik.
Belum lagi riak ombak yang seakan memanggil, juga semilir angin yang membuat suasana semakin syahdu. Di sore hari, angin ini terasa sejuk sehingga siapapun betah berlama-lama di pantai yang menghadap ke laut Jawa.
Sepasang mata bening milik gadis yang baru masuk awal puber menatap takjub pemandangan laut di depan, sesekali dia memejamkan matanya menikmati hembusan semilir angin yang menerpa wajah cantiknya dengan rambut cepak ala Gain salah member Brown Eyed Girls girls K-Pop Korea sedang duduk di batu pembatas pantai.
Gadis itu adalah Lola Anggraini seorang siswi kelas 6 SD di salah satu SD swasta di kota Tangerang.
"DORR!" teriak Ari Sutini sahabatnya mengagetkan Lola dari belakang.
"Astaga! Jail banget sih bikin kaget aja," teriak Lola tersentak sambil mengelus dadanya.
"Lu suka laut ya La? dari tadi liat laut mulu gak bosen?" tanya Ari sambil menikmati es krim coklat.
"Hooh, padahal sering ke laut tapi gak pernah bosan," jawab Lola tanpa menoleh, matanya tetap fokus memandang laut.
"La, kata Palupi ntar malam kita ngadain pertunjukan nari yah buat pentas seni api unggun?" tanya Ari.
"Iya, nari lagu lihat kebunku yang sering kita latihan," jawab Lola.
Lola dan teman-temannya sedang mengikuti perkemahan jambore tingkat kotamadya, Lola ditunjuk sebagai wakil ketua regu putri mereka memberi nama regu Dahlia. dari sekolah SD mereka ditunjuk 2 regu satu regu putra dan 1 regu putri.
Dari regu putra diketuai oleh anak cowok paling populer di sekolah mereka yaitu Angga Wijaya, Angga sosok murid cowok yang paling pintar sekaligus memiliki jiwa kepemimpinan yang selalu menonjol, hingga dalam acara apapun yang diadakan sekolah Angga selalu menjadi yang terdepan.
"RI, ada Angga tuh." Lola menyenggol sikut Ari sebagai kode untuk melihat ke arah yang ditunjuk oleh mata Lola.
Lola sangat tahu dari sejak kelas 5 Ari sangat menyukai Angga walaupun secara diam-diam, dan ini membuat Lola selalu ingin menggodanya dengan menjodohkan keduanya.
Sikap PD dan cuek yang dimiliki oleh Lola tidak ada tandingannya di antara teman-teman mereka, supel, galak, pemberani tapi sangat dermawan dan baik hati, solidaritasnya juga kuat hal itulah yang membuat Lola selalu disukai oleh sahabat-sahabatnya.
Mereka terdiri dari lima sekawan yaitu Lola, Ari, Palupi, Ita dan Juwi kelimanya sangat kompak dan mereka berlima terpilih dalam regu Putri untuk mewakili acara jambore tahun ini.
"Jangan di panggil La, awas aja Lu panggil," ancam Ari yang berusaha menghindar tanpa membalikkan badan ke arah yang ditunjuk Lola.
Bukan Lola namanya kalau mempan di ancam.
"WOOIIII!" teriak Lola ke arah Angga dan dua temannya Juki dan Jejen sambil melambaikan tangan.
"Lolaaa! Jahat loooo!" teriak Ari sambil memukul lengan Lola berkali-kali.
"Au! Au, yeee dia kemari Ri wkwk," seu Lola sambil tertawa terbahak.
"Serius Lo?" tanya Ari mulai panik karena rasa malu sendiri.
"Dua rius sob." saut Lola masih melambaikan tangan ke arah Angga dan teman-temannya.
Angga, Juki dan Jejen mendekat ke arah mereka dengan wajah heran dan penuh tanda tanya.
"Tarzan cantik ada apaan panggil-panggil kita?" tanya Juki yang gak pernah serius kalau bicara.
"Ada yang cari Angga." saut Lola cuek tanpa beban.
Sementara Ari wajahnya sudah memerah karena malu, jangankan untuk berbicara dengan Angga untuk menatap pun Ari tidak memiliki keberanian. Hal ini membuat Ari salah tingkah hingga tak sadar dia menggigit kuku jarinya.
"Jangan di biasain gigit jari," kata Angga.
Ari langsung menarik jari dari mulutnya lalu kedua jari-jari tangannya saling meremas untuk menghilangkan gugupnya.
"Uhuk perhatiannya," saut Lola gregetan sendiri melihat salah tingkah sahabatnya.
"La, gue mau balik ke tenda duluan," pamit Ari terburu-buru langsung pergi meninggalkan Lola dan yang lain sambil berlari kecil.
"Arii! Kok tinggalin gue? Tungguin!" teriak Lola hendak menyusul Ari tapi tangan Angga dengan sigap mencekal untuk menahan nya agar tidak pergi.
"Mau kemana lu?" tanya Angga tajam menatap Lola.
"Ke tenda." jawab Lola sambil membulatkan matanya.
Tatapan bulat bola mata milik Lola yang selalu membuat hati Angga berdesir.
"Kok gue deg-degan," batin Angga hingga dengan cepat melepaskan cekalan tangannya di lengan Lola.
Angga berbalik badan meninggalkan Lola dan kedua sahabatnya. Tak bisa Angga pungkiri entah sejak kapan dia punya perasaan suka kepada Lola teman satu kelas sekaligus teman mainnya karena mereka bertetangga juga.
"Cewek Tarzan, lu sih bikin dia badmood aja, ngapain lu pake bikin uhuk ke mereka, Gaje lu,". kata Juki memojokkan Lola.
"Lah, kok gue?" tanya Lola pada diri sendiri mereka semua pergi meninggalkannya.
***
Acara pentas seni api unggun setelah ba'da isya satu persatu tiap regu menampilkan kebolehannya termasuk regu Angga yang menampilkan seni pencak silat beregu,
Penampilan Angga paling menonjol diantara anggota regunya hingga membuat beberapa teriakan dan pujian dari para mulut para peserta cewek.
"Yang paling depan anjay boleh di karungin gak wkwk,"
"Salam buat ketua regu macan yang paling kece," celoteh siswa yang lain.
"Di bawah sinar api unggun aja ganteng, apalagi di bawah sinar matahari? silau man wkwk,"
Entah berapa banyak lagi cuitan yang ditujukan untuk Angga.
Awan tiba-tiba gelap, bulan dan bintang hilang seketika angin laut pun bertiup mulai kencang. kini giliran regu Lola yang maju ke depan. Lagu lihat kebunku mengiringi gerak tari yang mereka peragakan, gerak di sesuaikan dengan lirik lagu. Mereka sangat antusias walaupun tidak kompak.
"La jangan salah Mulu," tegur Palupi yang tepat ada di belakang Lola karena melihat gerakan Lola yang sering salah.
Gimana tidak salah, saat lirik jatuh pada kalimat "Banyak pohon cemara" Lola bukannya membuat tanda segitiga di atas kepala dengan tangannya malah Lola merentangkan tangan seperti kupu-kupu.
"Hahaha hahaha hahaha." tawa peserta lain yang menyaksikan pertunjukan regu Dahlia Yang Gatot habis akibat Lola yang sering galfok.
BREES BREES BREES.
DUAR DUAR DUAR
BREES BREES BREES
"Aaaa....!" semua peserta yang ada di sekitar api unggun langsung bubar kocar-kacir saat hujan yang sangat deras tiba-tiba turun dari langit dan merekapun kembali ke tenda masing-masing.
Lola dan juga teman-temannya satu regu serta satu orang kakak pembina yang bernama Kaka Suci berlindung di dalam tenda, tetapi karena hujan yang sangat deras dan angin yang bertiup sangat kencang membuat tenda oleng hampir rubuh dan mereka menahan tongkat tenda sekuat mungkin.
"Ambil tas kalian! Selamatkan barang-barang kalian!" perintah Ka suci.
teman-teman Lola sudah mulai menangis, panik, tegang dan juga cemas karena angin semakin berhembus sangat kencang dan hujan yang sangat deras. Lola sendiri malah tertawa memegang tongkat yang terombang-ambing seperti sedang naik kora-kora.
"Dih sarap La, orang pada panik lu malah ketawa!" teriak Juwi yang heran dan kesal dengan sikap sahabatnya yang satu ini.
"Hahaha gue lagi perang sama angin Wi," saut Lola yang terayun-ayun menahan tongkat tenda agar tidak rubuh.
"Mama huaaaaa!" tangis histeris beberapa siswa.
Suasana makin tegang dan semua anggota regu Dahlia panik luar biasa tapi berusaha sekuat tenaga menahan agar tenda tidak rubuh. semua basah bahkan tas pun yang mereka gendong semakin terasa berat.
"Kak Suci! Bawa anak-anak ke gedung sasana yang ada di sebelah barat tempat pertemuan pembina tadi siang!" perintah pak Jamal yang tiba-tiba datang.
"Iya Kak!" jawab Kak Suci.
"Hujannya terlalu lebat dan anginnya terlalu kencang, kita bagi 2 kelompok sebagian sama Kakak dan sebagian sama Kak Suci dan ingat kita harus saling berpegangan yang kuat.
"MENGERTI ADIK-ADIK!" teriak Kak Jamal.
"IYA!" mereka menjawab serempak.
Kak suci dan 5 anak regu Putri keluar lebih dahulu.
"Sekarang giliran kita kalian siap?"tanya Pak Jamal.
lima sekawan mengangguk mereka pun lalu saling bergandengan kuat di sebelah kanan dan kiri Pak Jamal.
"Oke, Ayo kita keluar!" perintah Pak Jamal.
...~~~~~...
..._Setiap hal yang terjadi dalam hidup kita walaupun satu menit atau 1 detik yang akan datang tidak akan pernah bisa kita prediksi~...
Like Komentar dan favourite jangan lupa ya kakak🙏
Peserta jambore tingkat SD se-kota madya berkumpul di gedung sasana, ada ribuan orang yang berkumpul dan semuanya dalam keadaan panik. Suara tangisan saling bersahutan bahkan beberapa diantara peserta murid ada yang pingsan.
Lola Ari dan Juwi jongkok di salah satu sudut ruang sasana dengan tubuh menggigil kedinginan, sementara Palupi dan ita tidak ketahuan di mana keberadaannya.
"Ri, Kamu kenapa? Kok wajah kamu pucat?" tanya Lola saat memperhatikan wajah sahabatnya yang pucat pasi dengan bibir biru bergetar.
Ari tak menjawab bahkan tatapan matanya pun hampir terpejam. Lola merangkul pundak Ari
"Ri, kamu nggak apa-apa kan?"tanya Lola ingin meyakinkan dirinya kalau sahabatnya dalam keadaan baik-baik saja.
Ari tak merespon dan sejenak kemudian tubuhnya tersungkur di lantai dalam keadaan tak sadarkan diri.
"Ari! Arii bangun!"teriak Lola dan Juwi berbarengan mereka menggoyang-goyangkan tubuh Ari.
"Tolong! Kakak tolong teman saya pingsan!"teriak Lola makin panik.
Beberapa Kakak pembina menghampiri mereka lalu membopong tubuh Ari untuk dibawa ke ruang kesehatan.
"kalian berdua disini saja!" kata kakak pembina.
Lola dan Juwi mengangguk mereka kemudian saling bertatapan dengan wajah panik dan juga sedih melihat sahabatnya yang tak sadarkan.
"Kasihan Ari moga-moga dia nggak kenapa-napa ya Wi," ucap Lola tampak khawatir.
"Mama!" teriak Juwi begitu melihat kedua orang tuanya datang untuk menjemputnya.
Orang tua Juwi sedang menginap di rumah neneknya Juwi, kebetulan rumahnya tidak jauh dari lokasi jambore jadi dengan cepat orang tua Juwi langsung datang menuju bumi perkemahan jambore di pinggir pantai.
"Alhamdulillah kamu selamat sayang!" kata Hasna mamanya Juwi.
"Syukurlah kalian berdua selamat," sambung Agus papa Juwi rangkul pundak Juwi.
"Kenapa kalian cuma berdua, yang lain ke mana?" tanya Hasna sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mencari teman-teman Lola yang lain.
"Tante kita semua terpisah, kalau Ari tadi pingsan dan dibawa sama kakak pembina," jawab Lola.
"Mah kita pulang sekarang takutnya badai petir lagi," ajak Pak Agus kepada istrinya.
"Lola, kamu mau ikut kita ya nginep di rumah neneknya Juwi," ajak Hasna tak tega meninggalkan Lola sendiri tanpa teman.
"Makasih Tante, gak usah Lola tunggu Kak Suci aja," jawab Lola.
"Ya udah kalau gitu, hati-hati ya sayang," pesan Hasna.
"Lola ikut napa," rengek Juwi.
"Kasian yang lain kalau Lola ikut Juwi, dah pulang sono bobo manis," canda Lola sambil mendorong pundak Juwi.
Lola yang malang duduk di pojok seorang diri di tengah ruangan yang penuh dengan tangis dan teriakan karena kepanikan akibat musibah jambore yang baru beberapa menit mereka alami.
"Angga!" seru Lola langsung berdiri saat melihat Angga di bopong dua Kakak pembina cowok dan membawanya masuk ke dalam salah satu ruangan khusus korban.
Lola ingin masuk ke ruangan itu tapi dihalau oleh dua Kakak pembina.
"Dek nggak boleh masuk ya ini ruangan khusus untuk orang yang sakit dan yang luka," larang salah satu kakak pembina.
Lola melompat-lompat melihat ke dalam lewat kaca jendela, tinggi badannya yang kurang dari 150 cm agak membuatnya susah menggapai kaca untuk melihat ke dalam.
"Angga," bisik Lola lirih terduduk di lantai sambil bersandar di dinding kelelahan akibat melompat-lompat.
Rasa kantuk mulai menyerang karena rasa lelah, letih dan juga lapar, di luar hujan angin juga mulai berhenti.
"Minum!" suara yang familiar di telinga Lola siapa lagi kalau bukan suara Angga sedang mengulurkan sebotol air mineral tepat di depan wajah Lola..
Lola mendongakkan wajahnya ke atas, mata bulatnya berbinar bahagia, seulas senyum mengembang diantara barisan gigi gigi putihnya. Tangan mungilnya meraih botol plastik air mineral tanpa malu.
Angga ikut duduk bersandar di dinding sambil menekuk lututnya seperti yang dilakukan oleh Lola untuk mengurangi hawa dingin.
"Kamu tadi pingsan ya?" tanya Lola memeluk botol air mineral pemberian Angga.
"Siapa yang pingsan gue cuman pura-pura tidur kok biar digendong sama kakak pembina," jawab Angga mengelak.
"Dih, curang loh! tadi mending gue pura-pura pingsan ya biar digendong kayak lu dan bisa tidur di ruangan yang lebih nyaman daripada di sini mau selonjoran kaki aja susah," keluh Lola.
"Ngga, Ari tadi juga pingsan kaya kamu." kalimat informasi itu meluncur tiba-tiba dari mulut Lola.
"Oh," satu kata Angga membalas ucapan Lola.
"Tapi kok dia belum keluar ya dari ruangan itu tadi lu lihat dia enggak sih?" tanya Lola.
"Gak," jawab Angga dengan malas.
"Lu sama Ari beneran jodoh kali ya, pingsan aja ampe barengan xixixi," goda Lola masih sempat tertawa cekikikan di tengah suasana panik dan tegang.
"Lu ngomong apa sih, gak jelas!" dengus Angga terlihat kesal.
"Cieee cieee marah berarti lu suka Ari ya?" ledek Lola makin menjadi.
"Angga suka Ari, Angga suka Ari," goda Lola menjodohkan jodohkan Angga dan Ari.
Wajah Angga merah dengan mata tajam menatap Lola terlihat amat sangat kesal.
"GUE NGGAK SUKA DIA GUE SUKA LO!" teriak Angga sambil berdiri menatap ke arah Lola yang masih duduk di lantai mendongak menatap arahnya.
"Wooii bocil! lagi panik gini malah tembak-tembakan," seru salah seorang kakak pembina marah.
Angga kembali duduk di lantai bersandar pada dinding.Lola terdiam masih shock dengan pernyataan Angga Bola matanya berputar-putar tak jelas.
"Mulai sekarang kita jadian," ucap Angga tanpa melihat ke arah Lola.
"Gak mau, tar Ari musuhi aku," saut Lola cuek.
"Gak mau tau, pokoknya mulai sekarang aku pacar kamu!" balas Angga gak mau kalah.
"Maksa." ucap Lola.
"Biarin," balas Angga kekeh
"Masih kecil kata Mama gak boleh cinta-cintaan." tolak Lola.
"Kan cuma suka doang gak sayang-sayangan," bantah Angga.
Mereka diam sejenak dan kemudian tertawa cekikikan berdua tanpa saling pandang.
"Angga, Lola ayok ikut Kaka ke mobil. kita pulang sekarang." ajak Kak Jamal.
Mereka bertiga berjalan menuju depan gedung sasana di mana sudah terparkir beberapa mobil truk yang berisi para peserta jambore yang hendak meninggalkan lokasi bencana.
"Lolaaa!" teriak Ita dan Palupi dari atas truk sambil melambaikan tangan sorak sorai.
Lola bergegas naik ke atas truk di mana teman-temanmu berada. begitu juga dengan Angga. mereka berdua berdiri bersebrangan di sisi sang berlawanan saling membuangnya muka dan sesekali bentrok mata saling berpandangan.
***
Sejak peristiwa malam bencana itu Angga dan Lola saling menyukai diam-diam tanpa ada satu sahabat mereka yang tau. seminggu jelang ujian nasional Angga mengajak Lola untuk tukeran foto.
"Nih simpan foto gue," ucap Angga sambil menyodorkan sebuah foto hitam putih sisa ijasah berukuran 3*2 miliknya.
"Mana punya lu," pinta Angga mengulurkan tangannya.
Lola ragu-ragu memberikan foto miliknya.
"Buruan," perintah Angga.
"Galak," dengus Lola sambil memberikan foto miliknya.
Sebulan setengah ujian nasional acara perpisahan digelar sangat meriah di sekolah mereka. Angga dan lelah didownload menjadi pembawa acara, nama acara berlangsung Lola sangat antusias tapi tidak dengan Angga.
Walaupun Angga berusaha untuk tersenyum terlihat dari sorot matanya ada kesedihan dan marah tapi dia bisa mengendalikan diri berpura-pura baik-baik saja hingga Lola tidak menyadarinya.
Saat acara penyerahan ijazah sudah selesai di luar terdengar berisik dan ramai. Lola sang gadis kepo langsung keluar melihat apa yang terjadi.
"Ada apaan Bay?" tanya Lola pada Bayu teman dekat Angga.makin penasaran saat melihat teman-temannya dari kelas 6 berjalan beriringan menuju gerbang.
"Pada ngantar Angga," jawab Bayu.
"Nganter ke mana Bay?" tanya Lola makin penasaran.
"Angga sudah dijemput sama keluarganya untuk langsung ke bandara mereka sekeluarga akan pindah ke Jepang," kata Bayu membuat dada lelah tersentak kaki.
..."Saat kita meninggalkan seseorang yang kita sayang, pergi diam-diam mungkin cara yang terbaik walaupun akan meninggalkan kan bekas luka yang amat dalam"...
Yuk ditunggu jejaknya Kakak 🙏🙏
Terima kasih banyak ya
Fajar datang menyapa, Kokok ayam jantan nyaring bunyinya, alarm alam yang tak pernah absen membangunkan setiap insan yang masih bercanda atau bergelut dengan mimpinya.
Setiap pagi para ibu berusaha agar bisa membangunkan putra putri untuk bangun pagi, entah dengan usapan lembut, menggoyangkan tubuh bisa juga dengan cipratan bahkan guyuran air agar sang buah hati bangun pagi untuk beribadah dan mempersiapkan diri untuk ke sekolah.
Tapi berbeda sekali dengan keluarga Lola setiap fajar menjelang salat subuh sudah seperti asrama prajurit.
"LOLAAA LOLAAA BANGUNNN! SEKALIAN BANGUNIN FADLI SAMA AZZAM!"
"ZALLL, ZALLL BANGUN! BURUAN SEBENTAR LAGI QOMAT! JANGAN SAMPAI AYAH NAIK YA!"
Itulah suara genderang dengan lengkingan suara sopran Saroh sang Mama setiap pagi yang jadi rutinitas menyapa bangun pagi Lola dan saudara-saudaranya.
Lola lima bersaudara, dia adalah cewek satu-satunya di antara 4 orang cowok dari pasangan Dadang dan Saroh. Dadang adalah manajer manufacturing di sebuah perusahaan farmasi di Tangerang, Sarah adalah seorang ibu rumah tangga yang punya usaha sebuah toko alat tulis dan perlengkapan sekolah.
Lola meringkuk di balik selimutnya menutup rapat dua telinganya dengan bantal.
"ALLAHU AKBAR ALLAHUAKBAR..."
Saat suara adzan berkumandang di mushola yang tak jauh dari rumah Lola, Lengkingan berhenti. Tapi begitu adzan berhenti.
"LOLAA! LOLAAA! BURUAN BANGUNNN!" kembali suara sopran Saroh menggema.
"Aaaahhh, pengeng deh telinga gue!" teriak Lola kesal sambil mengacak-acak rambutnya.
Lala bangun dari kasur yang terhampar di lantai berdiri terhuyung sambil mengucek matanya dengan rambut acak-acakan dan belek yang menempel di sudut matanya, dia berjalan tersaruk dengan langkah gontai menuju tangga.
"LOL-" teriakan Saroh terhenti seketika saat melihat Lola sudah berdiri di pertengahan tangga.
"Udah ma! Taruh toaknya, pengeng telinga Lola," protes Lola berjalan ke arah kamar mandi melewati dapur di mana mamanya sedang mencuci piring.
"Hehehe kirain belum bangun sayang," saut Saroh cuek aja sambil tertawa.
Setelah menjalankan salat subuh Lola kembali tidur meringkuk di atas kasur, waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi kembali suara teriakan Saroh terdengar.
"LOLA SAYANG! KAMU MASUK JAM BERAPA?" teriakan Saroh kembali terdengar memanggil Lola.
Setelah 5 menit belum ada tanda-tanda lola turun dari lantai atas, Saroh mengerutkan dahinya.
"Apa tuh anak masuk siang ya?" ucap Saroh sambil menyiapkan sarapan pagi.
"Zidan ayo bangun sayang," seru Saroh membangun Putra bungsunya yang sudah duduk di kelas 2 SD.
"Dedek buruan mandi dulu, entar kalau keduluan teteh, dedek bisa terlambat," bujuk sang Mama Saroh.
Zidan si kecil pun langsung bergegas melepaskan baju dan celana begitu saja di depan kamar mandi. Lola terlihat turun dari tangga bergegas.
"WOOIIII! Siapa yang di kamar mandi buruan! Duk Duk Duk!"teriak Lola dari luar kamar mandi mulai keluar bar barnya.
"Mah, sapa di dalam, suruh buruan keluar Lola terlambat nih!" sungut Lola kesal bersandar di mesin cuci dengan mulut manyun semeter.
"Zidan! Buruan keluar dek!" teriak Saroh.
Tak ada tanda-tanda pintu kamar mandi dibuka. Lola mendengus kesal.
"Nantang nih bocil," sungut Lola semakin kesal.
Klik
Lampu kamar mandi Lola matikan dari luar dan efeknya membuat si bungsu Zidan yang berada di kamar mandi membuka pintu dalam keadaan telanjang bulat dengan tubuh penuh sabun serta sampo.
"Teteh nyalain lampunya!" teriak melengking suara Zidan sambil mengucek matanya yang terpejam karena busa shampo.
Melihat kondisi itu mau tidak mau Saroh turun tangan mandikan si bungsu. Begitu selesai guyuran terakhir Lola langsung menyerobot masuk ke dalam kamar mandi.
"Teteh jahat!" teriak si bungsu dengan mata mulai berkaca-kaca.
"Biarin Week," ledek Lola sambil menjulurkan lidahnya ke arah Zidan.
Lola langsung menutup pintu kamar mandi dan menguncinya.
Klik
si bungsu mematikan lampu kamar mandi upaya balas dendam kepada Lola dan seketika suara teriakan Lola menggema dari dalam kamar mandi.
"ZIDAN! NYALAIN GAK LAMPUNYA, AWAS YA KALAU NGGAK NANTI TETEH KODE HP-NYA!" ancam Lola.
Lampu pun kembali menyala, ancaman Lola selalu mempan untuk menakuti si bungsu jika menyangkut HP.
Seperti biasa setelah selesai mengurusi si bungsu Zidan untuk keperluan sekolah dan juga memberi sarapan, Saroh menyiapkan sarapan untuk Lola.
seperempat piring nasi dengan lauk lengkap dan segelas air putih.
"Aaaakk, buruan makannya mama harus nganter dedek mu," titah Saroh menyuapkan sesendok makan nasi ke mulut Lola yang sedang sibuk memakai sepatunya.
"Ihh Mama pelit amat sih ambil sambal nya," protes Lola mengambil sendok dan berjalan ke meja makan untuk mengambil sambal.
"Jangan banyak-banyak, perut kamu sering error juga," Saroh balik protes saat melihat Lola yang mengambil satu sendok penuh makan sambal.
Tepat jam 07.15 Lola buru-buru mengeluarkan motor matic warna ungu hitam kesayangannya.
"Mammm bye! Assalamu'alaikum!" teriak Lola dari halaman
"Bismillahirrahmanirrahim, Kuy jandes kita cari gandengan wkwk," kata Lola tertawa geli sendiri.
Lola mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang karena masih di area kompleks.
CIITTTT!
DUKK
"Aaaaww! Astaghfirullah!" teriak Lola kaget saat motornya berhenti mendadak sampai dadanya membentur sedikit setang motor.
Lola menengok ke arah samping kanan jalan di mana rumah 2 lantai bercak putih di seberang jalan, terlihat ada 2 mobil yang sedang terparkir di depan nya, Padahal biasanya terlihat sepi tapi sekarang berpenghuni.
Deg deg deg
Hati Lola tiba-tiba langsung berdebar, Gadis yang biasanya cuek itu menjadi nervous, Lola memarkirkan motornya lalu berjalan menyebrang menuju rumah itu. Begitu sampai di depan pagar rumah yang cukup mewah Lola berdiri tertegun dengan hati bersorak."
"Angga." bisik Lola tersenyum dengan air mata menggenangi di kedua sudut matanya.
"Cari siapa dek?" tanya suara familiar yang beberapa tahun lalu sering memanggil Lola hanya untuk membangunkan Angga setiap pagi mau berangkat sekolah.
Lola menatap wanita seusia Mamanya anggun tak ada yang berubah sejak lima tahun yang lalu, wajah yang cantik, lembut dan selalu tersenyum ramah
"Tante Lia." Bibir Lola bergetar menyebut nama wanita di depannya.
Sejenak wanita paruh baya itu menatap Lola tajam menelisik seperti sedang mengenali gadis manis berhijab putih berseragam putih abu sambil mengerutkan dahi.
"Lola?" tanya wanita itu setengah berteriak.
"Tante Lia." saut Lola langsung memeluk Lia.
Lia adalah Mamanya Angga, bagi Lia Lola seperti putri kandungnya sendiri saat 5 tahun yang lalu dan kini melihat Lola yang tumbuh menjadi gadis cantik, Lia langsung memujinya.
"Subhanallah cantik kali kau sayang, Tante sampai enggak kenalin kamu sayang," puji Lia.
"Tante Lia apa kabar? Kapan Tante datang dari Jepang?" tanya Lola sambil matanya berputar ke setiap arah rumah Angga.
"Alhamdulillah baik, semalam sayang Tante baru datang," jawab Lia sambil tersenyum saat memperhatikan Lola yang sedang mencari Angga.
"Angga sudah berangkat ke sekolah."ucapan Lia seakan menyadarkan Lola kalau waktu mau masuk sekolah tinggal beberapa menit lagi.
"Astaghfirullah! Maaf Tante Lola pamit, udah terlambat nih. Nanti malam Lola datang lagi tante, Assalamualaikum," pamit Lola sambil mencium telapak punggung tangan Lia dan bergegas pergi setengah berlari menghampiri motornya.
Sebelum melajukan motornya Lola masih sempat melambaikan tangannya ke arah Lia.
Lola seperti orang kesetanan membawa motornya menuju sekolah, begitu motor tiba di depan SMA Kumbang atau Kusuma Bangsa Lola menepuk jidatnya.
"Lah, dah di tutup pintu gerbangnya." gumam Lola.
Lola melajukan kembali motornya menuju warung yang ada di sebrang sekolah lalu memarkirkan motornya di samping rumah pemilik warung.
"Telat lagi Lo?" suara cowok berseragam SMA yang sedang bersandar di dinding rumah pemilik warung sambil menghisap rokoknya.
Lola menoleh kearah suara yang biasa akrab ditelinga dan senyum sinis langsung terlihat di wajahnya.
"Lo ngapain di sini? Bukannya masuk malah udut dah kek aki-aki ngehalu." ketus Lola pergi bergegas meninggalkan cowok itu.
"Tunggu La!" seru cowok itu langsung membuang puntung rokoknya dan menginjakkan untuk mematikan asap lalu berjalan mengejar Lola.
"Gue tadi nunggu Lo di gerbang, tapi pas pintu gerbang ditutup dan batang hidung pesek lu belum nongol jadi gue tunggu lu di warung Bu Ijah," kata cowok itu nerocos memberi alasan.
"Kerajinan," saut Lola singkat.
Mereka berdua berjalan ke samping sekolahan tepat di sebuah pohon mangga yang tumbuh di dekat pagar sekolah mereka berhenti. Lola menaikkan rok span panjangnya, menggulungnya keatas dan menyelipkan diantara ikat pinggang.
Kaki jenjang Lola yang terbalut legging warna hitam panjang tampak terlihat, membuat si cowok menatap sambil menelan ludahnya. Lola memanjat pohon mangga dengan lihai, begitu sampai di atas tembok pagar sekolah Lola masih sempat melihat ke arah cowok itu yang menatapnya tak berkedip.
"Komok lu Sueb!" bentak Lola dengan wajah marah sambil meraih mangga muda berukuran sedang dan melemparkan ke arah si cowok.
"Anjir! Kenapa otak gue mesum pagi-pagi bikin malu aja," gumam Daren mengacak rambutnya.
Cowok itu adalah Daren teman sekolahnya tapi beda kelas. Daren menyukai Lola sejak MOS, awal mereka masuk SMA Kusuma Bangsa. Lola tidak pernah menggubris perasaan Daren. Entah sudah berapa puluh kali Daren menyatakan perasaan sukanya tapi selalu Lola tolak, malah menjadikan Daren sebagai salah satu sahabat yang bisa diandalkan.
Lola melihat kebawah dalam satu tarikan nafas Lola langsung melompat dari atas tembok pagar terjun ke bawah.
BUK!
"Yes pendaratan sempurna, gue gitu!" Lola bersorak narsis memuji diri sendiri.
"Cuih, Bad school." ucap suara cowok dari arah belakang Lola.
Lola membalikkan badannya sambil merapikan rohnya dan saat tatapannya beradu dengan mata cowok itu betapa kagetnya dia.
"Kamu!" pekik Lola dengan wajah shock.
..."Apakah benar waktu bisa merubah seseorang bukan hanya perilakunya tapi juga karakternya?"...
...Lola...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!