Ethan menghentikan langkahnya dan menatap sejenak pada pintu masuk sebuah restorant yang berada di pusat kota. Sudah tujuh tahun berlalu, dan kini Ethan akan kembali pulang setelah pemuda dua puluh lima tahun tersebut meraih gelarnya sebagai seorang dokter.
Ya, kini Ethan adalah seorang dokter.
Ethan akan menemui Ruby, lalu mempersunting gadis yang selama tujuh tahun ini menjadi semangatnya untuk segera menyelesaikan sekolah kedokteran, sekalipun Ethan harus banting tulang, kurang tidur, dan terlambat makan.
Semuanya demi Ruby!
Semuanya demi Ruby!
Ethan melangkahkan kakinya masuk ke dalam restorant yang sudah menjadi tempat reuni teman-teman SMA Ethan dulu. Sebenarnya kedatangan Ethan kemari hanya ingin menemui Ruby, karena Ethan mendapatkan informasi dari Olivia kalau Ruby datang ke acara reuni malam ini.
"Jadi benar, Ruby dan Arkan sudah bertunangan?"
Celetukan seorang gadis tak sengaja mampir di telinga Ethan. Segera Ethan memasang pendengarannya baik-baik demi mendengarkan obrolan dua gadis yang juga merupakan alumni yang seangkatan dengan Ethan.
"Kabarnya begitu." Jawab gadis bergaun teracotta.
"Tadi juga kan mereka datang berdua, gandengan, dan dansa bersama," sambung gadis bergaun teracotta itu lagi.
Rasa panas langsung merambati hati Ethan saat pemuda itu mendengar tentang Ruby yang datang bersama Arkan.
Tidak!
Bukan kabar itu yang membuat Ethan meradang. Tapi kabar tentang pertunangan Ruby dan Arkan!
Benarkah Ruby sudah bertunangan dengan Arkan?
Benarkah Ruby sudah meninggalkan Ethan dan berpaling pada pria lain?
Lalu kenapa pria itu harus Arkan?
Ethan masih berperang dengan batinnya, saat MC acara tiba-tiba memanggil pasangan yang katanya paling romantis malam ini. Pandangan mata Ethan langsung tertuju ke sorot lampu yang menyorot seorang gadis bergaun lilac sedang digandeng oleh seorang pria yang benar-benar sedang tak ingin Ethan lihat.
Ya, itu adalah Ruby dan Arkan.
Mereka adalah pasangan paling romantis malam ini yang itu artinya, mereka mungkin memang sudah bertunangan.
Ruby sudah bertunangan dengan Arkan!
Ruby sudah bertunangan dengan pria lain!
Kau terlambat, Ethan!
Kau terlambat membuktikan cintamu pada Ruby!
Ethan langsung memalingkan wajahnya dan berbalik meninggalkan lokasi acara. Hati Ethan rasanya porak poranda.
Ruby-nya sudah menjadi milik pria lain dan Ethan sudah terlambat.
Ethan sudah terlambat....
Bugh!
Sebuah bola basket melayang mengenai kepala Ethan, hingga membuat pemuda bertubuh chubby itu hampir jatuh tersungkur.
"Woy! Ethan! Kalau jalan itu lihat ke depan! Jangan lihatin buku melulu!" Teriak Arkan mengejek Ethan seperti biasa.
"Lempar bolanya kesini, Bocah gendut!" Perintah Arkan lagi yang masih menatap penuh ejekan ke arah Ethan yang sedang membetulkan kacamatanya.
Rumi yang juga berada di lapangan dan tadinya sedang bermain basket bersama Arkan, bergegas menghampiri Ethan yang baru saja akan melempar bola.
"Kemarikan!" Perintah Rumi memberikan isyarat pada Ethan agar melempar bola ke arahnya saja alih-alih ke arah Arkan sombong.
Ethan hanya berdecak dan segera melemparkan bola ke arah Rumi.
"Berhentilah berteman dengan teman-teman brengsekmu itu, Rum!" Nasehat Ethan pada Rumi.
"Mereka bukan teman-teman brengsek, Ethan! Kau hanya tak mau mengenal mereka saja, jadi menganggap mereka brengsek!" Pendapat Rumi seraya terkekeh.
"Kurangi waktumu dengan teman tak bergerakmu itu, dan perbanyaklah bersosialisasi!" Lanjut Rumi seraya menunjuk ke buku tebal di tangan Ethan.
Ethan hanya tertawa kecil.
"Hey, Rumi! Cepat bawa bolanya dan berhentilah mengobrol dengan si kutu buku!" Seruan dari Arkan segera mengakhiri percakapan antara Rumi dan Ethan.
Rumi sudah kembali ke tengah lapangan dan kembali bermain basket bersama Arkan dan siswa yang lain. Sedangkan Ethan memilih untuk segera kembali ke kelas saat tiba-tiba sebuah tangan asing mengambil kacamata Ethan secara iseng.
"Ruby!" Panggil Ethan pada Ruby yang sudah ngacir sambil membawa kacamatanya menuju ke arah kelas.
"Kejar aku, Kutu Buku!" Ejek Ruby seraya memeletkan lidahnya ke arah Ethan.
"Ruby! Kembalikan kacamataku!" Seru Ethan yang segera berlari mengejar Ruby yang gesit sekali berlari masuk ke dalam kelas.
"Ruby!" Ethan akhirnya berhasil menyusul Ruby masuk ke dalam kelas.
"Apa?" Ejek Ruby sekali lagi yang kini sudah duduk di bangkunya seraya memakai kacamata Ethan.
"Ck!" Ethan berdecak dan segera mengambil kacamatanya dari wajah Ruby yang siang ini terlihat cantik.
Ah, gadis itu memang selalu terlihat cantik di mata Ethan.
"Sudah ngerjain peer Kimia?" Tanya Ethan yang sudah duduk di bangku sebelah Ruby.
"Memang ada peer?" Ruby balik bertanya dan gadis itu melebarkan kedua bola matanya, hingga membuat wajahnya terlihat lucu.
"Dasar pelupa!" Ethan mengacak rambut Ruby dan segera mengeluarkan buku tugas Kimia-nya, lalu memberikannya pada Ruby.
"Kau memang yang terbaik," Ruby menyambar buku tugas Ethan dengan cepat dan segera menyalin peer Kimia dari buku Ethan tersebut.
"Ada apa?" Tanya Rumi yang sudah ikut masuk ke dalam kelas, karena bel masuk kelas baru saja berbunyi. Tubuh saudara kembar Ruby itu dipenuhi peluh karena bermain basket.
"Jauh-jauh, Mi! Kamu keringatan!" Usir Ruby seraya mendorong Rumi agar menjauh.
"Mi? Aku bukan Mami kamu!" Rumi mengacak rambut Ruby dengan barbar karena kesal dipanggil Mi oleh saudara kembarnya tersebut.
"Rumi, iiih!" Ruby merengut dan menghentak-hentakkan kakinya ke atas lantai karena kesal.
Ethan yang sejak tadi duduk di samping Ruby segera membantu merapikan rambut gadis itu.
"Rum!" Ethan ganti mengulurkan sebuah seragam ganti untuk Rumi yang seragamnya sudah penuh keringat.
"Thank's" jawab Rumi yang segera mengganti seragamnya di dalam kelas tanpa rasa malu.
Ck! Dasar Rumi!
"Jadi, ada tugas apa?" Tanya Rumi lagi setelah selesai berganti seragam.
"Kimia," jawab Ruby sok-sokan. Padahal gadis itu juga lupa belum mengerjakan dan hanya menyalin tugas Ethan
"Sekalian salinin tugas aku, By!" Perintah Rumi seraya menyodorkan buku tugasnya ke hadapan Ruby.
"Males! Salin sendiri, jangan males!" Cerocos Ruby galak sambil memberikan buku tugas Ethan pada Rumi.
Ruby sudah selesai menyalin tugas.
"Ck! Dasar saudara kembar tak pengertian!" Gerutu Rumi yang akhirnya menyalin sendiri tugas dari buku Ethan ke buku tugasnya. Tanpa harus berpikir atau berpusing-pusing ria, Ruby dan Rumi akan mendapatkan nilai yang sama dengan Ethan.
.
.
.
Cetak miring berarti flashback atau kejadian masa lampau.
Seperti biasa, alur maju mundur cantik dan penuh dengan flashback biar nggak jenuh.
💙 Ethan Algheano Sanjaya adalah anak dari Ghea dan Alvin di "GHEA: Cinta Lama Belum Usai"
💙 Ruby Mikhayla Attala dan Rumi Rajendra Attala adalah anak kembar Juna dan Lily di "Menikahi Pembunuh Istriku"
💙 Olivia Arthur adalah anak sulung Kyle dan Audrey di "Remember Me Please, Hubby!"
💙 Arkan adalah tokoh baru, ya!
Terima kasih buat reader yang masih setia mengikuti karya receh aku yang sambung menyambung kayak sepur ini.
Jangan lupa like biar othornya rajin UP.
"Ruby! Balik bareng, yuk!" Ajak Arkan yang sudah menghampiri Ruby yang baru keluar dari kelas.
"Mmmm. Aku balik bareng Ethan!" Jawab Ruby seraya menggamit lengan Ethan dengan erat.
"Bye!" Pamit Ruby pada Arkan dan gerombolannya.
Masih bisa Ethan dengar decakan dari Arkan yang sepertinya tidak suka melihat kedekatan Ruby dan Ethan.
Ya,
Teman dari Rumi itu memang sudah sejak lama naksir Ruby. Namun Ruby selalu saja cuek dan tak menanggapi perhatian dari Arkan. Dan Ruby juga malah sengaja terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada Ethan seolah ingin membuat Arkan cemburu.
Entahlah!
Jalan pikiran seorang perempuan kadang memang sukar ditebak.
"Langsung balik!" Ucap Ruby yang sudah duduk di samping kursi pengemudi.
"Tunggu Rumi dulu. Nanti ngamuk dia kalau ditinggal," jawab Ethan seraya merapikan anak rambut Ruby yang berserakan.
"Rumi pulang bareng teman-teman brengseknya! Kenapa harus ditunggu?" Jawab Ruby asal yang langsung membuat telunjuk Ethan mendarat di bibir gadis tersebut.
"Bicara yang baik dan jangan mengumpat, Nona Ruby!" Nasehat Ethan lembut.
"Kau yang mengajariku! Tidak usah berlagak sok polos!" Ruby meninju pundak Ethan dan dua remaja itu tergelak bersama.
****
Ethan melangkah keluar dari restorant dengan langkah lesu. Pemuda itu menghentikan langkahnya sejenak di halaman parkir restorant, lalu mendongakkan kepalanya dan menatap pada langit malam yang terlihat hitam pekat tanpa ada satupun bintang yang bersinar.
Ya,
Sepertinya langit juga sedang bersedih seperti hati Ethan saat ini.
Ting!
Sebuah pesan masuk ke ponsel Ethan.
[Kau dimana? Jadi datang ke reuni malam ini?] -Olivia-
[Tidak! Aku mendadak harus menggantikan temanku shift malam] -Ethan-
[Jadi, pria berkemeja biru yang ada di halaman parkir itu bukan kau?] -Olivia-
Ethan melihat kemejanya sendiri yang memang berwarna biru, karena biru adalah warna kesukaan Ruby.
Ah, sialan!
Sepupu Ethan itu selalu saja bisa menebak!
[Aku rasa bukan, aku sudah di rumah sakit sekarang] -Ethan-
[Kirimkan foto!] -Olivia-
[Maaf ada pasien gawat darurat] -Ethan-
[Lier!] -Olivia-
Ethan tak membalas pesan Olivia lagi, dan pria itu bergegas meninggalkan halaman parkir restorant, lalu menyetop taksi dan berniat untuk pulang ke rumah saja.
Ya,
Pulang ke rumah kedua orang tua Ethan.
Sudah tujuh tahun Ethan tak menginjakkan kakinya di rumah Mom dan Dad-nya tersebut demi membuktikan pada semua orang kalau ia bisa meraih gelar dokternya tanpa campur tangan Mom dan Dad. Sekarang Ethan sudah membuktikannya. Namun Ethan juga sudah terlambat untuk bisa memiliki Ruby. Mungkin tujuh tahun memang terlalu lama untuk Ruby menunggu Ethan. Belum lagi sikap Om Juna yang sudah sangat benci pada Ethan, membuat Ruby tak lagi memiliki alasan untuk tetap menunggu Ethan.
Pedih sekali!
Taksi yang ditumpangi Ethan sudah sampai di depan rumah Mom dan Dad. Rumah yang belum banyak berubah sejak tujuh tahun lalu Ethan meninggalkannya. Lalu di seberang rumah Mom dan Dad juga masih berdiri dengan kokoh rumah milik keluarga Attala.
Rumah yang kini terdapat pagar besi kokoh di depannya, menandakan kalau keluarga itu mungkin sudah menutup diri dari keluarga Ethan dan tak mau menjalin hubungan apapun lagi.
Ethan menatap pilu pada pagar besi berwarna putih tersebut. Mengingat semua moment yang pernah Ethan lakukan bersama Ruby dan Rumi saat dulu mereka masih menjadi teman satu jiwa.
Ya,
Jika Ruby adalah cinta Ethan, maka Rumi adalah jiwa Ethan.
Itulah yang dulu selalu Ethan katakan pada dua saudara kembar tersebut.
Namun sekarang, semuanya sudah hancur tak bersisa. Ethan yang sudah membuat Ruby dan Rumi hancur. Ethan juga yang sudah membuat hubungan dua keluarga menjadi hancur dan porak poranda. Kenapa Ethan harus menjadi manusia sekeji ini?
Kenapa?
Kenapa?
Flashback tujuh tahun yang lalu....
Ekor mata Ethan tak berhenti mengawasi gerak-gerik gadis bergaun ungu lembut yang sedang bercengkerama dengan teman-temannya. Ethan bisa saja mendekat dan mengawasi Ruby dari dekat, namun Ethan hanya tak mau merusak kesenangan gadis itu.
Saat ini Ethan bersama teman-teman sekolahnya sedang merayakan acara perpisahan sekolah khusus para siswa di sebuah kafe yang masih menjadi bagian dari hotel milik keluarga Arthur.
Ethan tetap mengawasi Ruby dari kejauhan sambil menunggu Rumi yang mendadak pergi tanpa kabar.
Mungkinkah Rumi sedang menjemput kekasihnya?
Ethan sebenarnya penasaran dengan seorang gadis misterius dari SMA lain, yang kata Ruby adalah kekasih Rumi. Namun sekuat apapun Ethan mengorek, Ethan hanya menemui jalan buntu dan tak pernah tahu siapa sebenarnya gadis misterius itu.
Benar-benar membuat penasaran!
"Rumi belum datang?" Tanya Olivia saat gadis itu tak sengaja lewat di dekat Ethan.
Olivia dan Ethan adalah sepupu jauh. Namun hubungan mereka selalu akrab dan dekat, terlebih mereka seumuran dan satu sekolah selama tiga tahun terakhir.
"Sedang mencari kekasihnya yang hilang aku rasa," jawab Ethan asal.
"Rumi punya kekasih?" Kedua bola mata Olivia membulat dengan lucu.
"Kau pikir pria itu gay?" Ethan menatap tak senang ke arah Olivia yang langsung tergelak.
"Hubungan kalian berdua mencurigakan!" Olivia menuding pada Ethan masih sambil tergelak.
"Aku pria normal, Via!" Seru Ethan kesal.
"Baiklah, aku percaya! Kau hanya mencintai Ruby," Olivia mengangguk-angguk meskipun raut wajahnya masih tetap mengesalkan.
Ethan berdecak malas.
"Kau sendiri bagaimana? Kenapa tidak datang bersama Youbel?" Ethan akhirnya menemukan bahan untuk mengejek Olivia.
Raut wajah gadis itu langsung berubah merengut.
"Tidak usah membahasnya! Kami tidak ada hubungan apa-apa!" Jawab Olivia bersungut sebelum gadis itu berlalu meninggalkan Ethan.
"Poor Olivia!" Ejek Ethan sekali lagi yang tak di gubris oleh Olivia.
Ethan kembali mengawasi Ruby yang masih bercengkerama dengan teman-temannya. Namun sesaat, Ethan melihat sesuatu yang tak beres pada Ruby yang terlihat sempoyongan.
Ruby kenapa?
Buru-buru Ethan menghampiri kekasihnya tersebut untuk mencari tahu apa yang terjadi. Semakin Ethan mendekat pada Ruby, semakin terlihat wajah Ruby yang memerah serta dipenuhi peluh. Ruby seperti alergi pada sesuatu.
"Ruby kau kenapa?" Tanya Ethan yang sudah dengan sigap menopang tubuh Ruby yang sedikit limbung.
"Badannya sedikit panas, Ethan! Aku rasa Ruby sakit," ujar salah seorang teman Ruby.
"Kau sakit?" Tanya Ethan pada Ruby.
"Entahlah, badanku rasanya panas dan kepalaku sedikit pusing," keluh Ruby seraya menyandarkan kepalanya di dada Ethan.
Ruby merasa begitu nyaman saat kulitnya bersentuhan dengan kulit Ethan.
"Ayo kita keluar dari sini," ajak Ethan yang langsung memapah Ruby untuk keluar dari kafe tersebut.
Ethan tak sengaja berpapasan dengan Olivia lagi saat ia hampir mencapai pintu keluar.
"Ruby kenapa, Ethan?" Tanya Olivia menyelidik.
"Sedikit demam dan tidak enak badan katanya," jawab Ethan.
"Bawa saja ke atas, agar Ruby bisa beristirahat. Aku akan minta karyawan hotel mengirimkan obat untuk Ruby," Olivia mengangsurkan sebuah kunci kamar pada Ethan.
Sebagai salah satu cucu kesayangan di keluarga Arthur, Olivia memang punya satu kamar khusus di hotel milik keluarganya ini untuk gadis itu pakai bersantai atau sekedar melepas penat.
"Baiklah. Nanti setelah Ruby membaik aku akan mengantarnya pulang. Aku juga masih harus menghubungi Rumi," jawab Ethan setuju.
Ethan segera memapah Ruby masuk ke dalam lift yang akan mengantar keduanya menuju ke lantai paling atas. Kamar Olivia memang berada di lantai paling atas.
.
.
.
Flashback nya panjang ini.
Mungkin beberapa bab.
Cerita Olivia ada sendiri, Thor?
😅😅😅😅
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
"Rumi, kau dimana?" Tanya Ethan to the point setelah Rumi mengangkat teleponnya.
Rumi tak langsung menjawab, dan terdengar helaan nafas berat, seolah Rumi sedang terengah-engah dan habis melakukan sesuatu yang melelahkan.
Memangnya Rumi sedang apa?
Lari maraton?
"Urusanku belum selesai, Ethan! Ada apa?" Suara dan nafas Rumi masih terdengar terengah.
Aneh sekali!
"Ruby sakit."
"Sakit apa? Kau antar saja pulang kalau begitu!"
"Tapi sakitnya sedikit aneh, Rumi," Ethan menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil memperhatikan Ruby yang kini semakin berkeringat dan gelisah di atas tempat tidur. Wajah gadis delapan belas tahun tersebut juga semakin memerah seolah menahan sesuatu.
Padahal Ruby sudah minum obat penurun panas, kenapa kondisi Ruby tak membaik?
"Aneh bagaimana? Ruby mabuk? Kau memberikannya minum?"
"Tidak!" Sergah Ethan cepat menyangkal tuduhan Rumi.
"Sekarang kalian dimana?"
"Di kamar Olivia di hotel. Tadi Olivia yang menyuruhku membawa Ruby kesini agar Ruby bisa istirahat dan minum obat," jelas Ethan pada Rumi.
"Yasudah! Aku akan kesana tiga puluh menit lagi. Biarkan Ruby istirahat dulu. Nanti kita pulang bersama!"
"Baiklah!" Pungkas Ethan sebelum teleponnya pada Rumi terputus.
Ethan kembali menghampiri Ruby yang terlihat gelisah.
"Ethan, demamku belum turun. Berikan obatnya lagi," racau Ruby yang tiba-tiba sudah menurunkan lengan gaunnya sebelah kanan.
"Ruby, kau sedang apa?" Ethan buru-buru membenarkan lengan gaun Ruby.
"Aku kepanasan! Aku ingin membuka baju," bentak Ruby pada Ethan.
Ruby memaksa untuk menurunkan lengan gaunnya lagi dan gadis itu juga menarik-narik gaun pestanya.
"Ruby, stop!" Ethan masih berusaha menghentikan tingkah Ruby yang semakin aneh, saat tiba-tiba Ruby meraba-raba lengan Ethan yang tak tertutupi lengan kemeja.
Ya, malam ini Ethan memang hanya mengenakan kemeja lengan pendek,dan kini Ruby sedang mengusap-usap lengan Ethan yang terbuka lalu membimbingnya agar lengan Ethan tersebut mulai mengusap leher dan dada Ruby.
"Ah," Ruby melenguh dan sepertinya merasa nyaman sekali saat Ethan mengusapkan lengannya di leher pundak Ruby yang sudah terbuka.
"Jangan berhenti!" Racau Ruby yang tiba-tiba sudah menyandarkan kepalanya di dada Ethan. Tangan Ruby bahkan mulai bergerilya dan hendak melepaskan kancing kemeja Ethan, namun Ethan bisa langsung sigap menghentikan tangan Ruby yang seolah tak terkendali.
"Ethan," Racau Ruby sekali lagi seraya menggerakkan tangan Ethan di bagian-bagian tubuhnya, lalu Ruby akan melenguh seperti seorang wanita yang sedang diselimuti kabut gairah.
Tunggu!
Yang terjadi pada Ruby...
Ethan mendadak ingat pada artikel tentang obat perangsang yang pernah ia baca diam-diam.
Ya,
Ethan adalah remaja yang selalu ingin tahu. Semua hal tentang obat, baik itu yang mampu menyembuhkan atau yang mampu menghancurkan, selalu menarik bagi Ethan untuk dipelajari. Tak terhitung lagi artikel dan buku tentang dunia kesehatan serta obat-obatan yang sudah khatam Ethan baca.
Dan sekarang, Ethan paham apa yang sudah terjadi pada Ruby. Seseorang pasti susah memberikan Ruby minuman yang sudah dicampur dengan obat perangsang. Ruby akan terus merasakan panas di sekujur tubuhnya, lalu gadis ini pasti juga akan berusaha menyakiti dirinya sendiri jika hasratnya tak tersalurkan.
Sial sekali!
Kenapa Ethan tadi tidak membawa Ruby pulang?
Sekarang sudah terlambat dan Ruby....
"Aku akan menelepon Om Juna," ucap Ethan tergagap sambil membuka ponselnya saat tiba-tiba Ruby menyentak kasar ponsel Ethan hingga jatuh ke lantai dan layarnya retak.
"Ethan, jangan kemana-mana," Ruby terus meracau, melenguh, dan memaksa tangan Ethan untuk menyentuh bagian tubuhnya yang membuatnya menjadi nyaman.
"Siapa yang sudah melakukan ini kepadamu, Ruby?" Ethan menangkup wajah Ruby yang masih memerah serta bibir gadis itu yang tetap tak berhenti meracau.
Tangan Ruby sudah mulai membuka bajunya sendiri karena kini Ruby merasa kegerahan,dan yang ingin dilakukan Ruby hanyalah merobek bajunya sendiri, lalu membiarkan kilitnya dan kulit Ethan melakukan kontak lebih banyak.
"Ethan, tolong aku!" Pinta Ruby memohon.
"Aku mencintaimu, Ruby. Tapi aku tak mungkin melakukannya." Ethan menggeleng-gelengkan kepalanya dan langsung menjauhi Ruby. Ethan menjaga jarak sejauh-jauhnya dari Ruby yang kini sudah setengah naked.
"Ethan, jangan pergi!" Ucap Ruby lemah.
Gadis itu hendak menyusul Ethan saat secara tak sengaja tangannya menyenggol gelas di atas nakas hingga jatuh dan pecah.
Ruby yang melihat pecahan kaca dari gelas tadi, langsung terlihat tertarik dan hendak mengambilnya
"Ruby, jangan!!" Cegah Ethan cepat yang langsung mendekap tubuh Ruby yang kini hanya tinggal mengenakan sepasang underwear.
"Terus peluk aku, dan jangan pergi," Ruby kembali menyusuri tubuh chubby Ethan dengan jemarinya.
Ethan benar-benar tak mau melakukannya, tapi jika Ruby tak mendapatkan kepuasan dan penyaluran hasrat, gadis ini tak akan berhenti kepanasan dan meracau. Ruby pasti juga akan terus berusaha menyakiti dirinya sendiri.
"Ruby," Ethan menangkup wajah Ruby sekali lagi.
"Aku akan melakukannya, agar kau merasa baikan. tapi kita akan menyesalinya setelah ini."
"Tapi jangan khawatir, aku hanya mencintaimu. Aku akan bertanggung jawab dan aku akan menikahimu." Ethan terus meyakinkan dirinya sendiri saat tangan Ruby sudah selesai melepaskan deretan kancing di kemeja Ethan yang bentuknya juga sudah tak karuan.
Ethan bahkan tidak tahu harus memulai darimana, karena ini pertama kalinya ia akan menyentuh seorang gadis dan menjadi pemuda brengsek.
Tapi Ethan juga tak sepolos itu. Ethan pernah beberapa kali menjadi anak nakal yang suka menonton video yang tak seharusnya Ethan tonton. Ethan hanya penasaran, dan sekarang Ethan akan menggunakan ingatan nakalnya itu untuk menyentuh Ruby.
Ethan akan mengkhianati janjinya sendiri yang ingin selalu menjaga Ruby dan tidak akan menyakiti gadis ini sebelum mereka sama-sama dewasa dan menikah.
"Maaf, Ruby!"
Gumam Ethan yang sedang berusaha menyatukan miliknya dengan milik Ruby.
Gadis itu terlihat kesakitan untuk beberapa saat. Tentu saja, karena ini adalah kali pertama untuknya!
Atau mungkin Ethan terlalu kasar saat melakukannya?
"Aku akan mulai bergerak, lalu kau tak akan merasa sakit lagi," ucap Ethan yang hanya dijawab Ruby dengan anggukan.
Ethan bergerak perlahan dan terus menatap pada wajah Ruby. Ethan tidak mau aji mumpung dan remaja delapan belas tahun tersebut tetap mengutamakan kenyamanan Ruby.
Wajah Ruby yang tadi memerah dan terlihat gelisah kini sudah berangsur normal bersamaan dengan gerakan Ethan yang semakin cepat. Ruby bahkan mulai mengimbangi gerakan intens Ethan.
Ethan terus mempercepat gerakannya hingga akhirnya ia dan Ruby bersama-sama mencapai pelepasan.
Ethan kebablasan!
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!