“Akhirnya dapat juga!“ ucap seorang gadis yang sedari tadi mengais sampah demi mencari kupon ayam.
Gadis itu sudah memiliki 9 kupon ayam jadi sekarang sudah genap 10 kupon yang dia miliki. Senyuman terus mengembang dari bibirnya karena jika dia menukarkan 10 kupon itu, dia akan mendapat ayam dengan gratis.
Namanya Kika, mengais sampah memang pekerjaannya. Dia memulung sampah di malam hari karena di siang hari dia harus sekolah. Untuk membantu orangtuanya dia rela melakukan itu semua.
Saat ini Kika sudah duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah atas dan sebentar lagi kenaikan kelas 3 karena Kika baru saja ujian semester.
Kika berharap setahun cepat berlalu karena dia sudah tidak sabar untuk lulus sekolah dan mencari pekerjaan yang layak.
Kika mempunyai postur tubuh tinggi, kulit putih dan mata yang lebar seperti barbie. Semua orang pasti tidak akan percaya jika Kika adalah seorang pemulung.
Gerobak sampah sudah hampir penuh dengan kardus dan juga sampah plastik daur ulang. Kika mendorongnya untuk pulang tapi sebelum pulang dia ingin menukarkan kupon ayam.
Beruntung kedai ayam itu buka sampai larut malam jadi Kika masih bisa menukarkan kupon tersebut.
Sebelum masuk Kika merapikan penampilannya dahulu, dia mencuci tangan dan juga mengganti bajunya dengan kaos yang lebih layak.
“Saya ingin menukarkan kupon ayam!“ ucap Kika dengan memberikan 10 kupon ayam pada kasir.
Kasir itu menerima kupon tersebut dan meminta Kika menunggu karena ayam masih disiapkan.
“Ayamnya sudah jadi, selamat menikmati!“ ucap pelayan kedai memberikan satu kotak ayam yang isinya ada 5 potong ayam.
Kika menerima itu dengan sorai gembira, dia tidak sabar memakan ayam itu dengan kedua orangtuanya yang tadi siang sudah kelelahan memulung sampah.
Mereka sudah terbiasa makan apa adanya bahkan jika tidak punya uang mereka hanya makan nasi dengan garam. Atau kalau mereka tidak mampu membeli beras, mie instan jadi makanan sehari-hari mereka.
Kaki jenjang Kika kembali berjalan dengan mendorong gerobak sampahnya tapi langkahnya terhenti saat melihat nenek-nenek berjualan sayur kangkung di tengah malam.
Jalanan itu sepi, jarang dilewati orang. Timbul rasa kasihan pada diri Kika. Diambilnya kotak ayam yang baru dia dapatkan itu dan Kika memberikannya pada sang nenek.
“Saya punya ayam, Nek. Ini buat nenek saja!“ ucap Kika tulus.
Nenek itu tersenyum simpul menerima ayam dari Kika. “Terimakasih, Nak.“
“Saya tinggal dulu ya, Nek. Semoga dagangannya laris dan Nenek cepat pulang!“ ucap Kika yang bersiap mendorong gerobaknya lagi.
“Tunggu, Nak!“
“Iya, Nek. Ada apa?“
Jari telunjuk nenek itu menunjuk ke arah jalanan yang sepi dan berkata. “Berdirilah di tengah jalan itu maka takdirmu akan berubah!“
Kika mengernyit tidak mengerti tapi anehnya dia menuruti perkataan nenek tersebut. Kika berjalan ke jalanan yang dimaksud nenek dan berdiri di sana.
“Aku akan berhitung sampai 100!“ batin Kika. “1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12___“
Kika terus berhitung sampai angka mencapai seratus. “97 98 99 100!“
“Apanya yang berubah? Ya ampun Kika kenapa kau bodoh bisa percaya begitu saja!“ gerutu Kika.
Kika ingin kembali pada gerobaknya tapi tiba-tiba ada suara motor besar sedang ngebut ke arahnya. Kika tidak sempat menghindar. Oleh karena itu, motor itu menyerempet dirinya hingga badannya terpental di sisi jalan.
“Aduh!“ keluh Kika yang terduduk di sisi jalan itu. Lututnya tampak terluka dan mengeluarkan darah.
Kika geram dan ingin memaki pengendara motor itu tapi saat melihat pengendara motor itu, Kika terkesima dan tercenung di tempatnya.
Pengendara motor itu membuka helm dan mengibaskan rambutnya, dibalik helm itu ternyata sosok pemuda tampan dengan tingkat ketampanan yang sempurna di mata Kika.
“Kau tidak apa-apa?“ tanyanya.
“I-iya. Tidak apa-apa!“ jawab Kika tergagap. Tiba-tiba emosinya mereda melihat pemuda sangat tampan itu.
Pemuda itu mendekati Kika dan berjongkok melihat luka di lutut gadis itu sejenak. Wajahnya tanpa ekspresi dan itu menambah kesan misterius yang justru membuat pemuda itu kelihatan semakin gagah.
“Ayo ikut aku! Aku akan mengobati luka itu!“ ajaknya kemudian.
Kika yang terpana dengan ketampanan pemuda itu menurut bagai budak yang diperintah majikannya. Sebelum Kika naik ke motor pemuda itu, dia sempat melirik ke arah nenek penjual sayur tapi anehnya nenek itu sudah tidak ada begitu juga dagangannya.
“Aneh! Kok nenek itu gak ada!“ gumam Kika. Sampai dia teringat gerobaknya. “Itu gerobak ku gimana?“
“Gerobak?“ tanya pemuda itu mencari gerobak yang dimaksud.
“Kalau ada yang mencurinya bagaimana?“
Pemuda itu menyunggingkan senyumnya. “Tidak akan ada yang mencuri gerobak buruk begitu!“
Seketika Kika tersentak mendengar kesombongan pemuda itu, tiba-tiba Kika jadi illfeel.
“Tidak usah mengobatiku, aku akan pulang saja!“ ketus Kika.
Tapi siapa sangka pemuda itu merogoh sesuatu di jaketnya yang ternyata itu adalah segepok uang. Dan dengan santainya dia memberikan itu pada Kika.
“Apa segini cukup untuk membeli gerobak itu?“ tanyanya kemudian.
Tanpa menunggu jawaban dari Kika, pemuda itu melemparkan uang segepok itu pada Kika dan langsung ditangkap oleh gadis itu. Tubuh Kika diangkat dan dinaikkan ke motor.
Pemuda itu langsung memutar gas motornya dan membelah jalanan kota. Dia menuju ke mansionnya untuk menyembuhkan luka di lutut Kika.
*****
Pemuda itu bernama Red, lahir dari ayah yang jenius dan kejeniusan itu menurun pada dirinya. Di usai 17 tahun, Red sudah bisa menjalankan perusahaan senjata milik sang daddy. Bahkan perusahaan yang sebelumnya memproduksi senjata berteknologi tinggi kini merambah ke senjata biologis. Berkat itu Red menjadi billionaire di usia muda.
Jenius, billionaire, playboy. 3 kata itu melekat pada diri Red. Kesuksesan yang Red miliki membuat banyak kaum hawa tergila-gila padanya, jangan heran jika sang taipan sering bergonta-ganti pacar.
Malam itu, Red baru saja berkencan dan memutuskan pacarnya saat pulang kencan.
“Kenapa Red? Apa salahku?“ tanya pacarnya yang tidak terima Red memutuskan dirinya.
“Aku bosan!“ jawab Red dengan santai.
“Tapi kita baru pacaran seminggu!“
Begitulah Red yang banyak membuat para gadis patah hati.
Pulang dari rumah mantan pacarnya itu, Red memilih rute berbeda dari biasanya. Dan sialnya justru dia malah menyerempet seorang gadis di jalanan itu.
Melihat luka gadis itu, Red berinisiatif mencoba nano teknologi buatannya. Untuk itu dia membawa gadis itu ke mansionnya dan akan membawa gadis itu ke Labnya untuk dia obati.
“Ayo turun!“ ucap Red saat sampai.
Gadis yang tak lain adalah Kika itu membulatkan mata saat melihat mansion besar dan mewah di sana.
“Berapa tuyul yang kau pelihara?“ tanya Kika kemudian.
Belum juga hilang rasa terkejutnya, Kika semakin terpukau saat Red membawanya ke dalam Labnya. Karena gadis itu baru pertama kali melihat Lab super canggih yang dimiliki Red, bahkan banyak robot-robot kecil di sana.
“Duduklah!“ perintah Red pada Kika, meminta gadis itu duduk di kursi yang ada di Lab tersebut.
Kika menurut, dia duduk dengan gugup dan sedikit meringis menahan lututnya yang terluka.
“Veronica, beri minum tamu kita!“ perintah Red lagi pada teknologi kecerdasan buatan yang dia miliki. Veronica teknologi turun temurun dari sang daddy, bahkan Veronica bisa dianggap bagian dari keluarga walaupun tidak ada wujud fisik melainkan hanya program.
Sebuah robot kecil membuka kulkas dan mengambil sebuah minuman soda lalu robot itu mendekati Kika dan memberikan minuman soda tersebut.
“Terimakasih!“ ucap Kika kikuk. Seumur hidupnya baru kali ini dia berterimakasih pada robot.
Red masih sibuk di depan layar komputernya dan meminta Veronica menyiapkan nano teknologi yang dia buat untuk menyembuhkan luka.
“Sudah siap, Bos!“ lapor Veronica.
“Mari kita coba!“ ucap Red beranjak dari tempatnya dan mendatangi Kika yang tampak asyik meminum soda.
Red membawa alatnya dan meminta Kika untuk menselonjorkan kakinya.
“Tahan, ini tidak akan sakit! Jaringan dan selmu akan dibentuk baru lagi dalam waktu yang singkat jadi lukamu akan cepat mengering bahkan seperti sedia kala!“ jelas Red.
Dan alat itu mulai mengeluarkan sinar merah seperti laser dan mulai bergerak di luka Kika. Sebenarnya rasanya panas dan sakit tapi Kika masih bisa menahannya.
Beberapa menit kemudian, luka itu sembuh bahkan lukanya tidak tampak lagi karena membentuk jaringan baru.
“Woah, ini sangat keren!“ ucap Kika kagum.
Red juga tersenyum puas melihat hasil kerja kerasnya itu.
“Veronica, buat presentasi alat ini. Kita harus memperkenalkan pada dunia dan aku akan tambah kaya!“ ucap Red percaya diri.
Lalu dia menatap Kika di sana. “Kau boleh pulang sekarang! Kakimu sudah sembuh, bukan?“
*****
Dua minggu berlalu semenjak pertemuannya dengan Red. Hari-hari yang dijalani Kika sama seperti sebelumnya. Karena Kika libur setelah ujian jadi waktunya dia gunakan membantu orangtuanya untuk memulung sampah.
Saat ini Kika sedang memilah plastik daur ulang yang akan dijual. Kika tinggal bersama dengan kedua orangtuanya di rumah sewaan kecil yang rata-rata penyewanya memang pekerjaannya memulung sampah. Jadi semua yang tinggal di komplek itu memaklumi jika di depan rumah mereka ada tumpukan-tumpukan kardus atau limbah plastik.
“Kika!“
Merasa ada yang memanggil namanya, Kika mencari sumber suara. Ternyata ketua RT yang memanggil Kika, gadis itu langsung berdiri dari tempat dia duduk.
“Iya, Pak!“ jawab Kika.
“Ada paket buatmu!“ ucap pak RT dengan memberikan sebuah amplop.
Amplop berwarna putih dan mata Kika berbinar melihat tulisan yang ada di sampul amplop itu.
Zero International School
Itu adalah sekolah paling bergengsi di kota, yang bersekolah di sana adalah anak-anak populer dan kaya.
Sewaktu mulung sebulan lalu tidak sengaja Kika menemukan sebuah formulir beasiswa di sekolah tersebut. Kika iseng mengisinya dan mengirimnya, tak disangka dia mendapat beasiswa di sana.
“Terimakasih, Pak!“ ucap Kika kesenangan.
Kika masuk ke dalam rumahnya dan membuka kasur busa tipis yang selama ini dia buat untuk tidur. Di bawah kasur itu ada segepok uang yang diberikan Red kala itu, Kika masih menyimpan dan enggan memakainya karena takut itu adalah uang dari pesugihan tuyul. Dia masih tidak menyangka bisa bertemu orang kaya malam itu.
Tapi hari ini dia akan memakainya untuk membeli kebutuhan dia sekolah, setidaknya Kika tidak boleh kelihatan kampungan. Dia akan bertahan setahun di sekolah itu untuk pura-pura kaya supaya dirinya tidak di bully dan dikucilkan.
Setelah lulus pasti banyak pekerjaan yang menanti saat dia memakai ijazah sekolah bergengsi itu. Kika optimis bisa mengangkat derajat keluarganya.
*****
Tahun ajaran baru di mulai, Kika bersiap sekolah dengan barang-barang serba baru yang dia beli dari uang Red yang diberikan padanya. Sebelumnya pak RT ada datang lagi dan memberikan paket berupa seragam sekolah. Sekarang penampilan Kika nampak seperti orang kaya.
“Cantiknya anak ibu,“ tegur Simi, ibu dari Kika.
“Doakan semuanya lancar ya, Bu,“ ucap Kika dengan mencium pipi ibunya.
“Doa ibu selalu menyertaimu! Sekarang pamitan sama bapak!“
Kika segera mencari bapaknya yang tampak mencuci sepeda ontel tua miliknya.
“Pak!“ panggil Kika.
Herman sang bapak langsung tersenyum bangga melihat putrinya yang cantik memakai seragam sekolah mahal.
“Ayo bapak antar!“ tawarnya.
“Bapak mau mengantar aku memakai sepeda ontel?“ tanya Kika memastikan.
“Terus pakai apa? Cuma ini yang bapak punya, sepeda ontel ini dari jaman bapak pacaran sama ibu!“ sahut Herman bangga.
Kika tersenyum kikuk, dia harus bisa menolak dengan halus. Kika tidak mau identitas aslinya sebagai anak pemulung diketahui di sekolah barunya.
“Tidak usah Pak, nanti Bapak capek. Biar aku naik angkot aja, aku masih punya uang kok!“ tolak Kika halus.
Kika langsung berlari keluar komplek ke jalanan besar tapi bukannya naik angkot, Kika malah naik taksi. Gadis itu sudah biasa dirundung di sekolah lamanya karena statusnya sebagai anak pemulung. Oleh karena itu, dia tidak mempunyai teman. Jadi, dia tidak mau hal itu terulang di sekolah barunya.
Sesampai di sekolah, Kika membuka mulutnya lebar melihat gedung sekolah yang mewah. Mata Kika menelisik semua siswa siswi yang tampak memakai barang serba branded.
Bahkan parkiran diisi dengan mobil-mobil mewah. Kika hanya bisa menelan ludahnya kasar, dia harus kuat mental dan tidak boleh norak.
Dengan bantuan satpam sekolah, Kika diantar ke ruang kepala sekolah. Kika memberikan surat pengantar dan kepala sekolah segera meminta Kika bertemu dengan wali kelasnya.
“Kika Anjasmara, masuk di kelas XII IPA-1. Selamat datang di Zero International School, tunjukkan prestasi dengan ambisi. Itu motto sekolah kita!“
“Terimakasih, Pak Kepsek!“ ucap Kika dengan menerima kartu pelajarnya.
Kika segera menemui wali kelasnya, kemudian dengan mengekori wali kelasnya, Kika menuju kelasnya berada.
“Perhatian anak-anak. Di kelas kita ada murid baru!“ ucap wali kelas itu.
Lalu wali kelas meminta Kika memperkenalkan diri.
“Hallo teman-teman, namaku Kika. Aku gadis baik hati dan tidak sombong dan pintar menabung!“ ucap Kika dengan senyum cantiknya.
“Salam kenal, Kika!“
Semua siswa yang ada di kelas XII IPA-1 itu menyambut Kika dengan baik.
Kika tersenyum bahagia sampai senyumnya pudar melihat satu siswa yang duduk paling pojok. Siswa itu diam menatap Kika dengan nyalang yang membuat gadis itu merasa terancam. Kika takut identitasnya terbongkar karena siswa itu tahu siapa dirinya.
“Kenapa pemuda tampan, sombong dan kaya itu bisa sekelas denganku!“ jerit Kika dalam hati menyadari siswa itu adalah Red.
“Kika, duduklah di kursi kosong di belakang!“ ucap wali kelas yang membuyarkan lamunan gadis itu.
Sial! Kursi kosong tepat berada di sebelah bangku Red di pojokan sana. Kika pura-pura tidak melihat Red dan berusaha dengan santai duduk di kursinya.
“Baiklah anak-anak. Karena sudah memasuki tahun ajaran baru dan ini adalah tahun terakhir sekolah kalian, ibu harap kalian belajar dengan sungguh-sungguh supaya bisa lulus dengan nilai yang memuaskan!“ ucap wali kelas.
“Baik, Bu!“ seru semua siswa.
Pelajaran di mulai dan semua siswa tampak menyimak pelajaran dengan baik begitu juga dengan Kika. Tapi suasana menjadi gaduh saat jam pergantian pelajaran tiba.
Beberapa anak perempuan datang menghampiri Kika dan mengajak berkenalan.
“Hai, Kika. Kenalkan namaku Celine, daddy ku seorang pengusaha batu bara!“
“Kalau namaku Angel, daddy ku pemilik ABC bank. Kau pasti tahu kan bank yang paling ewor itu punya keluargaku!“
Kika berdehem kuat mendengarnya. Dia bingung harus menjawab apa sampai ada anak perempuan yang membubarkan mereka.
“Kalian itu pasti pamer! Kaya gak ada kerjaan lain aja!“ ketusnya.
“Ish, bilang aja iri kau, Nada!“
“Oh iya? Apa harus aku sebutkan kekayaanku disini!“ tantang Nada yang keluarganya masuk jajaran 10 besar penyumbang sekolah.
Masuk dalam daftar 10 besar penyumbang sekolah adalah ranking kekayaan di sekolah itu.
Akhirnya mereka bubar dan tertinggal Nada yang tersenyum ramah pada Kika.
“Jangan dengarkan kata mereka, mereka hanya ingin mengetes kekayaanmu!“ ucap Nada bersahabat.
“Mengetes kekayaan?“ tanya Kika yang tidak mengerti.
“Ya, disini berteman berdasarkan kasta kekayaan. Mereka hanya mau berteman sesuai kasta mereka! Misalnya kasta populer itu kelompok yang kekayaan keluarganya diatas 100 Triliun, kasta bangsawan itu kelompok anak-anak pejabat dan begitu seterusnya sampai kasta paling rendah adalah kasta beasiswa!“ jelas Nada.
Kika hanya bisa menelan ludahnya serak, jangan sampai ada yang tahu jika dirinya adalah kasta beasiswa tapi bukankah itu semua ada di datanya. Pasti sebentar lagi dirinya akan ketahuan. Kika hanya bisa menjerit dalam hatinya.
“Tapi banyak juga anak-anak yang tidak memandang kasta, salah satunya aku!“ sambung Nada. “Jadi mulai sekarang, anggaplah aku temanmu!“
“Terimakasih, Nada!“ sahut Kika kesenangan ada anak orang kaya tapi tidak sombong seperti Nada.
Kika melirik Red yang sedari tadi hanya duduk diam sambil bermain tablet ditangannya.
“Kalau dia siapa?“ tanya Kika penasaran.
“Namanya Red, dia masuk kasta paling atas yaitu kasta superstar. Kekayaannya tidak bisa dihitung karena setiap menit jumlah uangnya akan bertambah! Red paling sukses diantara 3 saudaranya!“
“3 saudara?“
“Red itu kembar 4. Red, Black, Pink, Green. Mereka semua anak populer, Red lebih suka dengan bisnis sementara Black lebih menggeluti dunia musik dan membentuk grup band, Pink lebih feminim dia salah satu blogger beauty yang mempunyai jutaan followers dan Green si tomboy lebih suka di bidang olahraga, dia salah satu atlet taekwondo dan panahan kebanggaan sekolah!“
Di kepala Kika saat ini hanya ada satu kata. “WOW“
*****
Jam istirahat sekolah, semua siswa keluar untuk mengantri makanan. Di sekolah itu mempunyai fasilitas makan siang gratis dan semua kasta akan berkumpul di meja kantin besar itu. Biasanya mereka akan makan dengan kelompok-kelompok mereka.
“Kau beneran gak mau ke kantin? aku dapat bocoran jika menu siang ini adalah steak salmon!“ ucap Nada keheranan pada Kika.
Kika menggeleng. “Perutku mulas, aku mau ke toilet dulu!“
“Baiklah, aku tunggu di kantin, ya?“ pamit Nada.
Kika menghela nafasnya sejenak, mentalnya belum kuat menghadapi anak-anak orang kaya di sekolah ini.
Kika akhirnya memutuskan untuk naik ke atap sekolah karena ingin sendirian. Tadi pagi ibunya membawakan singkong goreng, oleh karena itu dia ingin memakannya secara diam-diam di atap sekolah.
Tanpa dia sadari ternyata ada Red di atap sekolah itu bersama seorang anak perempuan.
“Kenapa kau memanggilku ke sini?“ tanya Red gusar.
Anak perempuan itu tampak malu-malu pada Red, dia mendengar kabar jika Red berstatus jomblo. Karena itu, dia ingin mengungkapkan perasaannya pada pemuda tampan yang digilai satu sekolah itu.
“Red, aku selama ini menyukaimu!“ ucapnya.
Mendengar itu, Red hanya diam tanpa ekspresi. Karena dia sudah menduga jika dia akan mendapat pernyataan cinta lagi. Bahkan seminggu ini ada 3 anak perempuan yang mengungkapkan cinta padanya.
“Kau mau jadi pacarku begitu?“ cecar Red.
“Iya, aku mau jadi pacarmu!“
“Berarti kau harus minta izin pada Paul!“
“Paul?“
“Paul itu harimau putih kesayangan keluargaku!“
“Harimau?“
Anak perempuan itu mulai takut, dia disuruh minta izin pada harimau?
“Paul itu pemilih, jika dia tidak suka seseorang tanpa ragu dia akan menggigit orang itu!“ jelas Red lambat-lambat.
Anak perempuan itu mulai goyah, akhirnya dia mengurungkan niatnya atau nyawanya melayang. Dia tahu ini penolakan dari pemuda itu.
“Lupakan perkataanku, Red!“ ucapnya kemudian.
Kika yang melihat dan mendengar semua itu merasa kaget, dia memutuskan untuk kembali ke kelasnya tapi karena ceroboh dia menjatuhkan kotak singkong goreng yang ada di tangannya.
“Mati aku!“ batin Kika dengan memungut kotak tersebut.
Dia ingin buru-buru pergi tapi tiba-tiba kerah baju belakangnya ada yang menarik. Saat kepalanya menoleh, Kika semakin gugup karena ternyata Red pelakunya.
“Kau gadis gerobak itu, 'kan?“ tanya Red tanpa basa basi. Sedari di kelas tadi, Red mengingat-ngingat wajah Kika karena merasa familiar.
“Jangan memanggilku seperti itu!“ sahut Kika panik.
Red melepaskan tarikannya dan kini dia saling berhadapan dengan Kika.
“Tolong jangan beritahu siapapun tentang siapa aku sebenarnya!“ pinta Kika memohon dengan memberikan kotak singkongnya.
Setelah berkata seperti itu Kika langsung berlari meninggalkan Red, sementara Red merasa penasaran dengan isi kotak yang diberikan Kika padanya.
Mata Red membola saat melihat isi dari kotak tersebut. “Biasanya para gadis akan memberiku cake, coklat, cupcake atau makanan berkelas lainnya. Dan gadis gerobak itu memberiku singkong goreng?“
*****
Keesokan harinya, Red lagi-lagi merasa kesal karena ada anak perempuan yang mengungkapkan cinta pada dirinya lagi.
Kali ini, anak perempuan itu nekat mendatangi Red ke kelasnya. Dan tentu semua anak di kelas XII IPA-1 menyaksikan itu semua termasuk Kika.
“Aku sudah lama menyukaimu, Red!“ ucap anak perempuan itu untuk kesekian kalinya.
“Terima! Terima! Terima!“
Satu kelas bersorak karena mereka sudah dibayar oleh anak perempuan itu untuk mendukung dirinya.
Red berdiri dari duduknya membuat anak perempuan itu senang bukan main, dia mengira Red akan mendekatinya tapi dia salah justru Red mendatangi Kika yang duduk di bangkunya.
“Beib, sepertinya kita tidak perlu merahasiakan hubungan kita lagi!“ ucap Red dengan tatapan membunuh pada Kika.
Kika menelan ludahnya kasar, sebenarnya kenapa ini?
Sampai akhirnya Red berkata lagi. “Sebenarnya aku dan Kika pacaran!“
“Oh my God!!!“
Semua anak berteriak tidak percaya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!