NovelToon NovelToon

Sang Penari

Tentangku

Namaku Jelita. Saat ini usiaku baru beranjak 22 tahun. Pekerjaanku sebagai penari. Namun tarian yang kutampilkan, bukan tarian yang kusuguhkan diatas panggung dari satu gedung ke gedung lainnya. Yang dipenuhi ratusan bahkan ribuan pasang mata para penonton, serta gemuruhnya tepukkan tangan sebagai expresi kekaguman mereka atas gemulainya tubuhku menyuguhkan sebuah tarian dihadapan mereka.

Namun, aku seorang penari di sebuah bar yang khusus disediakan di ruang tamu VIP.Bar Sander, sebuah bar besar terkenal di Ibukota yang sekarang ku tinggalin. Selain menyuguhkan beragam minuman yang memabukkan dan area dansa luas yang selalu diramaikan oleh para DJ terlatih. Bar inipun menyediakan sebuah pelayanan khusus pengunjung VIP yaitu menyuguhkan tarian dari penari yang sudah terlatih. Jangan tanyakan bagaimana tariannya?

Namun ada beberapa persyaratan yang harus dipatuhi. Sang penari tidak melayani pelanggan dengan pelayanan lain atau juga disebut pelayanan plus-plus hanya menari saja. Dan pelanggan tidak boleh berlaku senonoh pada penari, seandainya ada salah satu pelanggan yang melakukan perbuatan yang melecehkan para penari akan mendapatkan denda yang setimpal. Setiap pelanggan boleh memberi tips langsung atau pada sang pemilik Bar. Dan ada syarat yang paling utama yang wajib dipakai yaitu baik sang penari ataupun pelanggan sama-sama memakai topeng yang sudah tersedia.

Keunikan itu yang membuat para pelanggan VIP banyak membooking pelayanan tambahan itu. Selain, citra diri terlindungi karena dengan memakai topeng, identitas diri si penikmat tarian terjaga. Merekapun juga mendapatkan sesuatu sensasi yang menurut mereka menyenangkan. Entah imaginasi apa yang mereka dapatkan ? setelah mereka melihat tarian erotis itu. Hanya para lelaki saja yang mampu menjawabnya.

Aku terlahir dari rahim seorang ibu yang tidak memiliki kemampuan untuk hidup mandiri. Keadaan itu didukung karena ayahku yang terlalu memanjakannya, saat dirinya masih hidup. Ayahku sudah meninggal karena sebuah kecelakaan pesawat terbang. Ayahku seorang pengusaha dan pastinya kehidupan mewah ibu dapatkan. Setelah ayah meninggal, ia seketika perlahan-lahan melepas kehidupan enaknya sebagai nyonya besar.

Disisa harta sepeninggalan ayahku, ibu tergoda oleh seorang lelaki yang hanya memiliki hobi mabuk-mabukan. Harta kami perlahan habis tak tersisa dan akhirnya kami benar-benar jatuh miskin.

Ibu beserta ayah tiri ku yang seorang pemabuk itu. Memboyongku pindah ke desa, sebuah desa tempat kelahiran ibu. Kami hidup serba kekurangan, untunglah aku memiliki kepintaran dan hobi menari. Hingga dalam masalah biaya sekolah aku tidak perlu memikirkan biayanya. Sekolah memberi beasiswa padaku.

Sebagai balasannya, akupun berusaha keras untuk memberikan semua penghargaan untuk memajukan sekolahku itu. Salah satu kegemaranku yaitu menari, dari mulai tingkat antar sekola sampai propinsi aku banyak menyumbangkan piala. Bukan itu saja beragam piala perlombaan berupa prestasipun aku sumbangkan untuk sekolah itu.

Tapi apa yang sering membelengguku selama dirumah. Tiada lain perbuatan ayah tiri ku, sudah beberapa kali dia mencoba memperkosaku. Namun selalu gagal, kegagalannya berulang kali diketahui ibuku. Dengan kebohongan lelaki itu, ibuku selalu percaya bahwa aku yang merayu lelaki brengsek itu. Hingga hubungan kami dari hari ke haripun menjadi renggang.

Tragedi besarpun menerpaku, malam itu hujan lebat mengguyur bumi. Mati lampu melanda desa, mungkin diakibatkan karena pohon tumbang atau sebuah gardu listrik yang tersambar petir. Itu hanya beberapa kemungkinan saja. Desa ini sangat terpencil, hingga penanganan dalam perbaikan sarana dikampungku sangat lamban. Bahkan kadang siang hari tim yang khusus menangani segala gangguan di desa kami baru datang untuk memperbaiki.

Seperti malam itu, hanya gelap gulita yang menambah kesunyian malam. Bunyi petir yang menggelegar keras sedikit membuat tubuhku bergetar karena kaget. Derasnya hujan terdengar samar-samar dikelelapanku. Ku biarkan tubuhku terbuai dibalik selimut tebalku. Untuk mengusir hawa dingin yang menerpaku.

Akhirnya aku tertidur pulas karena malam sudah semakin larut dan aku melupakan satu hal yang akan membahayakan ku yaitu mengunci pintu kamarku.

Saat ku terlelap dan berada didalam mimpi, sebuah tangan dingin menggerayangi betisku semakin naik mengelus ke pahaku. Awalnya aku tidak menyadarinya karena mengira itu hanyalah sebuah mimpi, mimpi seorang gadis yang sedang menuju dewasa. Hal yang wajar menurut fikiranku yang sedang berada dibawah alam sadar.

Tapi saat ku buka mataku, ternyata ini nyata. Kini kulihat sebuah bayangan hitam berada diatasku dan menindihku. Salah satu tangannya menutup mulutku. Dan yang satunya lagi menahan tanganku.Aku terus meronta sekuat tenaga.

Dari bau alkohol yang keluar dari mulutnya aku telah mengetahuinya. Dia adalah Chandra , ayah tiriku. Lelaki itu mencoba melepas baju yang kukenakan dengan merobek paksa dan mulai menggerayangi leherku. Mencium dan mengecup leherku dengan penuh napsu. Tubuhku tak dapat bergerak karena dia telah mengapit seluruh pergerakanku, dengan diiringi air mata aku meronta-ronta mencoba melepaskan diri.

Akupun memejamkan lama mataku sebagai pelepas trauma yang selalu melandaku saat mengingatnya.

"Nanti malam kau memiliki pelanggan baru. Dia pengusaha ternama yang berjaya di negara kita. Dan ini merupakan peluang terbaik kita untuk mendapatkan uang banyak darinya." Terang wanita yang berusia 50 tahun itu. Dia mamih Sander, ibu angkatku sekaligus pemilik Bar Sander.

"Sepertinya hari ini aku lelah." Tolakku.

"Oh No baby cantikku. Aku takan merelakan penari lain untuk menari didepannya." Diapun menepis tolakkanku sambil menyedot cerobong nikotinnya.

Asap rokok yang keluar dari mulutnya menyembur begitu saja ke mukaku. Hal yang biasa, sangat biasa. Aku adalah sang primadona dari semua penari yang dimilikinya. Belum ada satupun yang bisa mengungguli.

"Seistimewa itukah dia, mamih?"

"Sangat istimewa. Untuk pertama kalinya dia membooking pelayanan ini. Biasanya dia hanya sekedar minum-minum saja. Oleh karena itu aku mengandalkanmu." Terangnya dan kembali menyedot rokoknya itu.

"Baiklah." Jawabku lemah.

"Ok baby. Istirahatlah ! nanti malam ku harap kau beraksi dengan memuaskan." Diapun pergi berlalu sambil menyolek daguku manja.

Aku hanya tersenyum sedikit memaksa membalas perilakunya itu. Hari ini sebenarnya perasaanku sedang tak enak. Tiba-tiba saja aku teringat masa lalu yang sangat ingin aku lupakan.

Akupun berjalan menuju kamarku, disana berderet kamar-kamar yang menjadi anak asuh mamih Sander. Ada 10 kamar dan tentunya 10 gadis penari dibarnya.

Rumah itu sangat besar. Penghasilan yang wanita itu miliki dari bar saja sangat banyak. Sebagai seorang janda korban dari bejadnya sang suami. Mamih Sander sangat mempedulikan kami semua. Walaupun tarian kami bersifat erotis, namun dia tidak membuka pelayanan yang menjurus ke prostitusi perdagangan para gadis.

Kami semua para gadis korban dari kejahatan-kejahatan para lelaki dengan kisah yang berbeda. Mamih mengangkat kami dari panti sosial yang melindungi kami dari kasus pelecehan yang kami alami.

Sesampai didepan kamar, ku raih gagang pintu dan membukanya. Kemudian ku jatuhkan tubuhku ke atas kasur. Perlahan kututup rapat mata untuk membuang rasa penat yang menari-nari diotakku sejak tadi.

Pekerjaanku sekarang ini memang tidak pernah terlintas dalam fikiranku. Semenjak kecil aku bercita-cita ingin menjadi seorang dokter. Hal itu karena didorong penyakit asma yang diderita ayahku. Aku berkeinginan bila kelak saat ayahku menua, aku bisa mengobatinya sendiri.

Namun keinginan itu sirna begitu saja. Saat kabar duka datang ke rumah kami. Ayah tlah tiada dengan tidak menyisakan secuil tubuhpun. Isak tangis yang ibu keluarkan membuatku ikut menjerit tanda kehilangannya yang begitu besar.

Ayah seandainya kau masih ada .

Aku takan seperti ini.

Masa depanku tlah hancur.

Kehidupanku tlah menghitam dan kelam.

Tidak ada lagi yang bisa aku perbaiki.

Tidak ada lagi masa depan yang cerah didepanku.

Ayah bawa serta diriku.

Agar aku dapat mengusir rasa lelahku yang tak berujung ini.

Air mataku perlahan mengalir ke sela pipiku. Sampai kapan kehidupanku akan berubah ?adakah seseorang yang akan membawaku untuk pergi meninggalkan pekerjaan ini ? aku lelah dengan masa depanku yang tak menentu ini.

Simak terus kelanjutannya?

Siapakah yang membooking Jelita?

Jangan lupa dukungannya lewat like, vote, coment terbaik dan rate boomnya🤗

Bertemu Lelaki Aneh

Sang Surya perlahan pergi meninggalkan langit biru. Suasana gelap gulita kini datang menyelimbuti bumi. Normalnya menuju larut malam, suasana rumah akan tampak sepi. Setiap insan akan melabuhkan dirinya ke alam mimpi untuk menyerahkan seluruh keluh, kesah dan lelahnya. Dan melupakan rasa penat dari beragam aktifitas disiang hari.

Tapi sungguh berbeda dengan diriku, justru aku meninggalkan rumah dan pergi ke tempat dimana ku bekerja untuk menopang hidupku. Di tempat yang berbeda dengan keinginan sang malam agar terlelap dalam kegelapannya, kegelapan yang menyenyakan untuk semua makluk yang bernyawa. Di tempatku bekerja saat sang malam semakin larut menyelimuti bumi, suasananya semakin ramai dipenuhi jiwa-jiwa penyuka dunia malam. Mereka rela menyia-nyiakan waktu tidur panjang mereka begitu saja.

Akupun dengan cepat melangkahkan kaki, memasuki ruang ganti untuk memakai kostum yang sudah biasa ku pakai untuk mengekspresikan tubuhku. Deretan kostum yang biasa kami kenakan, sudah siap pakai berjajar dengan rapi dan bersih di lemari pajangan yang berada diruangan khusus itu.

Namun untuk malam ini, Mamih Sander telah menyiapkan sebuah kostum yang special. Setelah memakainya, akupun sedikit menggelengkan kepala. Malam ini baju yang ku pakai sungguh berbeda. Mamih memberi pakaian yang sedikit mencolok. Sampai kedua gundukan gunung kembar milikku setengahnya menyeruak seakan ingin menyembur keluar, sangat terlihat jelas.

"Ada apa dengan mamih malam ini ?

Dia seperti bukan Mamih Sander yang ku kenal." Gumamku dengan sedikit kesal sambil memandang diri ke arah cermin.

Aku sungguh tidak menyukai kostum yang kukenakan hari ini. Walaupun pakaian yang sering dikenakan sangat ketat dan mengekspos seluruh lekuk tubuh kami, mamih Sander selalu memilih kostum yang tidak memperlihatkan daerah yang bisa membuat mata sang penikmat kelabakan memandangnya. Tetapi hari ini sangat berbeda, aku benar-benar dibuat tidak mengerti. Apa dayaku dengan terpaksa harus memakainya. Ini bagian dari pekerjaanku.

Setelah acara berdandan usai, akupun memakai sebuah jubah untuk menutupi seluruh tubuh. Kami memang sengaja memakainya karena yang berhak melihat seluruh penampilan kami hanya sang pelanggan yang membooking. Tak lupa ku pakai topeng kecamata yang menutupi kedua bagian mataku. Bibirku yang terpoles lipstik merah menyala, menyembur dan merapat saling beradu bertujuan saling membagi warna agar terlihat sempurna.

Ruangan VIP berada dilantai 5 selantai dengan ruang ganti para penari hingga kami para penari bisa dengan mudah sampai ke ruangan yang membooking. Kulihat waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Sudah waktunya memasuki ruangan yang telah dibooking oleh sang pengusaha itu. Akupun berjalan keluar dari ruang ganti menuju ruangan yang telah Mamih Sander berikan.

Sebelum sampai ditempat tujuan, terlihat sebuah senyum manis menyeruak dari bibir wanita sang pemilik bar.

"Semoga sukses, baby." Sambil menyubit nakal daguku.

Akupun mengangguk penuh semangat.

Kemudian ku langkahkan kembali kakiku. Tujuanku adalah ruangan VIP no 1. Tapi langkahku terhenti sesaat, ketika terlihat 2 lelaki dengan memakai jas rapih. Berdiri tegap didepan pintu itu.

Sekuat apa orang ini ? Sampai dia mengutus 2 orang bodiguar untuk berjaga

Dia terlalu berlebihan.

Akhirnya kulanjutkan langkahku dengan langkah yang mempesona. Sesampainya didepan mereka, akupun menebar senyuman manis pada 2 sosok lelaki itu. Kemudian salah satu bodiguarnya itu membuka pintu.

Dengan langkah pasti, akupun masuki ruangan itu. Namun sebelumnya kukedipkan sebelah mataku padanya dan sang bodiguar itu tersenyum senang.

Setelah pintu tertutup, terlihat seorang lelaki sedang duduk santai dengan salah satu kakinya bertumpu ke kakinya yang satu lagi. Salah satu tangannya menggenggam sebuah gelas yang berisi setengah minuman. Kedatanganku hanya disambut dengan tatapan tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Matanya yang begitu tajam sangat menusuk jantungku membuatku merasa canggung. Baru kali ini aku merasakan suasana tak biasa, membuat diriku merasa menjadi sosok yang terpojokkan.

Pengalaman sebelumnya, setiap pelanggan yang pernah membookingku. Mereka selalu menyambutku setidaknya dengan senyuman ramah. Berbeda dengan lelaki yang dihadapanku ini.

Sungguh lelaki yang aneh.

"Maaf bila Tuan menungguku lama." Sambutku ramah memulai percakapan dan menghapus aura tidak nyamanku.

"Menarilah !"

Lelaki itu tidak memiliki jiwa basa basi, dia langsung menyuruhku menari. Karena mengingat perkataan Sang pemilik bar bahwa lelaki ini sangat kaya raya yang akan memberi kan uang yang banyak. Akupun tanpa basa-basi mengikuti keinginannya.

Setelah musik terlantun. Akupun melucuti jubahku dan menari dengan Gemulai. Disetiap ruangan terdapat sebuah panggung kecil dengan 1 tiang untuk menjadi salah satu media menari kami, menghadap sebuah kursi tempat duduk pelanggan yang membooking. Tubuhku meliuk-liuk mengikuti irama, jiwaku seakan melayang mengikuti irama yang terlantun. Menari adalah jiwaku tempat mencurahkan segala keluh kesah ku. Tak peduli seerotis goyangan yang tercipta dari liukan tubuhku. Aku terus bergerak menari penuh sensual mengikuti irama.

Tarian manja dan menggoda kukerahkan untuk menarik perhatiannya. Kuputari tiang itu dengan gemulai dan gaya yang menantang.

Namun lelaki itu hanya terus menatap mataku dengan tatapan nya yang tajam dan menusuk. Selama menari tanpa henti kami saling beradu pandang.

Jantungku sesaat serasa meledak, tubuhku seakan melayang terbang. Bola matanya memberikan suatu penandaan bahwa ada suatu bidikan yang sesaat membuatku bertanya. Apakah ini yang namanya pandangan pertama ? tidak ! dalam kamus sang penari tidak ada kata pandangan pertama yang akan meluluhkan perasaan. Itu suatu kemustahilan yang takan bisa didapat oleh gadis rendahan seperti kami.

Kini ku sadari, dia tidak melihat tubuhku yang bergerak larut dalam tarian. Namun hanya menatap bola mataku saja tanpa berkedip dan tanpa berhenti. Lelaki yang aneh. Bukannya dia membooking ku untuk melihat liukan tubuhku yang erotis.

Sampai alunan irama memberi isyarat akan berakhir, mata kami masih tetap saling menatap. Dia tak melepas sedikitpun pandangannya. Keringat sedikit merembes dari keningku. Rasa lelah menerpaku, akupun membungkuk layaknya sang bidadari mengakhiri tarianku. Dengan napas yang masih memburu.

"Hanya itukah yang bisa kau lakukan, Nona?" ocehnya sambil mendecih.

"Apa Yang barusan Tuan ucapkan ?" jawabku sedikit menahan amarah.

"Aku tidak melihat kau sedang menari." Ucapnya renyah.

"Maaf ! Lantas apa yang barusan anda lihat, Tuan?"

"Lebih baik kau temani aku minum !" pintanya sambil menunjuk sebuah kursi kosong dengan matanya.

"Maaf tuan, pekerjaanku disini hanya menari. Dan permintaan tuan sudah kami sediakan di bar ini. Anda tinggal menghubungi bagiannya." Tolakku dengan nada sinis.

lelaki itu tertawa pelan mendengar kicauanku. Diapun dengan santai meminum air beralkohol dalam gelas yang ia pegang.

"Kalau begitu, tampilkan tarianmu yang lebih menarik lagi nona !" perintahnya kembali sambil menatapku tajam.

"Baik Tuan."

Akupun menari kembali dihadapannya. Tapi lelaki itu tetap saja berlaku sama seperti tadi. Dia sama sekali tidak melihat tarianku tapi menatap fokus pada mataku.

Sebenarnya apa yang dia inginkan ?

Akhirnya sudah 3 putaran musik ku lalui, tanpa henti aku terus menari. Namun, dia masih mengatakan hal yang sama.

"Maaf Tuan. Bila anda kurang puas dengan tarian saya. Saya harap Tuan hubungi Nyonya Sander dan meminta penari lain yang sesuai dengan keinginan anda." Ucapku dengan napas yang terengah-engah.

Karena rasanya sudah cukup tenagaku untuk menari dan aku harus mengakhiri pelayananku padanya. Aku sudah tidak perduli dengan godaan uang yang Mamih Sander ucapkan. Lelaki ini hanya akan membunuhku saja bila aku terus mengikuti keinginannya yang tak pernah membuatnya merasa sesuai dengan keinginannya.

"Sander mengatakan kau adalah penari primadona di Bar ini. Makanya aku membookingmu." Balasnya sambil tersenyum hambar.

"Saya minta maaf bila telah mengecewakan anda."

"Sayang sekali, aku telah menyia-nyiakan uang dan waktuku hanya untuk ini." Ucapnya seenaknya sambil membuang mukanya.

Akupun menahan kekesalanku dengan memegang pahaku yang berlapis kain tipis itu sebagai pelepas kekesalanku, saat ku dengar ucapannya itu.

"Anda marah nona ?" tanyanya tiba-tiba sambil melihat lenganku yang sedang mencengkram kuat.

"Tidak !" elakku dan melepas cengkraman gemasku.

Lelaki itu tertawa kecil.

"Baiklah kau mungkin lelah aku tidak akan menyuruhmu untuk menari lagi, terus terang tarianmu tak sedikitpun menarik hatiku." Ocehnya renyah sangat renyah.

"Baiklah saya permisi dulu Tuan." Jawabku sambil meninggalkan lelaki itu dengan segumpal kekesalan yang menggunduk dihatiku.

"Nona, aku tidak suka kau menari seperti itu didepan orang lain." Teriaknya.

"Dasar pria aneh." Ocehku sambil keluar.

Saat pintu terbuka, akupun meringus pergi tanpa sedikit senyuman. Sang bodiguarpun saling menatap, seakan mereka tahu hal itu akan terjadi.

Jangan lupa dukungannya dengan membubuhi like, vote, coment terbaik dan rate boomnya😊☺️

Menari di Lantai Dansa

Setelah mengganti pakaiannya, Jelita melangkahkan kakinya ke kursi barner. Ia pun duduk menghadap bartender yang sangat ia kenal dan sudah menjadi teman baiknya sejak lama. Lelaki itu, sudah mengetahui bila Jelita menghampirinya. Pasti dalam suasana hati yang tidak baik.

"David tolong berikan cocktail yang biasa ku minum ?" teriak Jelita. Karena suara kecilnya tidak akan didengar David. Alunan musik yang DJ iringkan begitu keras.

"Apa yang terjadi denganmu ?" tanya balik David sambil melongokkan mukanya lebih dekat dengan wajah wanita itu.

"Hari ini aku sedang kesal.bLebih baik kau jangan banyak bertanya !" bentaknya sambil cemberut.

"Ok."

Tak lama minum yang ia pesan menghampirinya. Malam ini pengunjung begitu ramai. Lantai dansa dipenuhi oleh para pengunjung yang berjingkrak-jingrak dan bergoyang riang melepaskan semua penat. Lampu disko berkelap kelip, musikpun terlantun begitu keras terdengar. Namun begitu berirama hingga mampu membuat pendengar yang dudukpun ikut menggoyangkan badannya. Itulah salah satu keahlian sang DJ. Selain energinya yang begitu semangat berhasil membawa suasana hati para penikmat dansa ikut menghangat, hingga bersemangat bergoyang dan berjingkrak sesuka hati mereka. Merekapun mampu memilih musik yang dapat membuat para pengunjung semuanya terbawa dalam alunannya.

Jelita memperhatikan keadaan sekeliling bar ibu angkatnya itu, sambil meneguk perlahan minuman di gelasnya. Suasana bar semakin penuh dan ramai. Keramaian seperti malam ini memang sudah biasa terjadi disini. Kaki kanan Jelita perlahan mengetuk-ngetuk seirama dengan bunyi musik yang terdengar. Diapun menggoyangkan sedikit badannya mengikuti ritme musik yang terdengar.

"Apa ada yang menggangumu?" tanya David setelah waktunya senggang usai melayani pelangga lainnya.

"Hari ini aku mendapatkan pelanggan baru, tapi sangat aneh. Lelaki berengsek itu membuatku kesal." Jawabnya penuh kesal.

Jelita meletakkan gelas kosongnya dengan keras sebagai pertanda kekesalan yang sangat bergemuruh di dadanya.

"Why?"

"Aku tidak tahu. Dia mungkin lelaki tidak normal." Jelasnya sambil menyeringai tak suka.

Terlihat seorang lelaki duduk disampingnya dengan memakai kemeja putih, kancing atasnya terbuka tak berdasi. Sedikit berantakan, sepertinya dia baru pulang dari tempat kerjanya terlihat dari setelan bajunya. Jelita meliriknya sekilas dan lelaki itupun melihatnya. Pandangan merekapun saling beradu, Jelita seakan merasa dirinya berada di dejavu. Dia merasa pernah melihat mata tajam itu. Namun dia lupa mengingatnya. Jelitapun mengalihkan pandangannya ke arah David.

Lelaki itu terlihat sangat tampan. Melihat dari penampilannya sepertinya dia orang kaya. Namun Jelita harus membuang sebuah harapan untuk mendapatkannya. Setiap pengunjung di bar ini tidak akan bisa menerimanya saat mereka tau pekerjaan Jelita.

"Itu sangat menakutkan Jelita." Respon David menjawab yang telah Jelita ulaskan padanya sambil tersenyum. Wajah yang dimiliki David bisa dibilang tampan juga. Ia pantas menjadi model. Hidungnya yang mancung, senyumnya yang manis bibirnya yang begitu menggoda. Wajahnya bisa diibaratkan pemain drama Korea Ji Cha Wook. Jelita jamin pasti banyak para pengunjung yang menyukainya terutama para gadis.

Namun nasibnya sama denganku. Dia terlahir dari keluarga yang kaya raya. Karena mengalami kebangkrutan akhirnya ayahnya dipenjara karena terlilit banyak hutang. Dan ibunya meninggal dunia. Berakhirlah dia menjadi bartender di bar Mamih Sander.

Jelitapun tertawa terbahak mendengar ucapan David.

"Akupun sangat ketakutan David. lelaki aneh dan memuakkan, sudahlah ! aku tak sudi untuk mengingatnya. Tolong beri aku 1 gelas lagi minuman yang bisa mamabukanku seketika !"

"Mamih Sander akan marah padaku." Sambil menatap dalam wajah cantik itu.

"Aku tidak peduli ! berikan 1 gelas saja David ! hari ini aku ingin mabuk untuk melupakan kekesalanku pada lelaki berengsek itu?" pintanya memaksa.

"Berikan saja apa yang dia inginkan !" tiba-tiba terdengar suara dari lelaki tampan yang duduk disampingnya itu.

Dengan tatapan penuh tanya, David yang sudah menjadi teman baik Jelita. Mengisyaratkan pertanyaan, Apakah Jelita mengenalnya ?

Jelita hanya menjawabnya dengan bibirnya tak tahu sambil mengangkat kedua pundaknya.

"Aku akan membayar semua yang diminumnya." Lanjutnya sambil menatap wajah Jelita.

"Aku bisa membayarnya sendiri, Tuan. Maaf aku tidak mengenalmu..Dan simpan uangmu itu." Jawab Jelita sinis, tanpa menoleh sedikitpun lelaki itu.

"Ini sebagai ucapan perkenalanku. Apakah aku salah?"

"Maaf....lebih baik cari wanita lain yang mau berkenalan denganmu !" tolaknya.

Dan kembali memelototkan matanya pada kawannya itu, untuk menuangkan kembali minuman yang ia inginkan.

"Aku janji, satu gelas lagi." Pintanya mencuekkan lelaki yang berada disampingnya.

"Baiklah. Setelah ini kau pulang !" Davidpun menyerah dan menyodorkan gelas ke 2.

Ucapan yang David katakan, sama sekali tak Jelita hiraukan dan ia pun langsung meminumnya dalam satu tegukan. Lelaki yang berada disampingnya itu, tersenyum melihat cara minum Jelita. Wanita itu bisa mabuk seketika.

"Wanita unik." gumamnya pelan.

Jelitapun berdiri dengan sedikit sempoyongan. Rasa pusing dikepalanya mulai menyeruak. Namun hari ini ia ingin bersenang-senang untuk melepaskan kekesalannya. Mamih Sander pasti hanya akan mengocehnya saja, saat dia tahu Jelita mabuk-mabukan. Mamih Sander tidak pernah mengizinkan anak asuhannya mabuk-mabukan.

Namun, untuk hari ini Jelita tidak akan memperdulikan ocehan yang akan dia dapatkan, Mamih Sander pasti akan mengerti alasan kenapa Jelita mabuk. Keluhan dan tips kosong yang ia terima dari sang pengusaha kaya itu. Sudah cukup membuatnya memahami perasaan Jelita.

"Apakah aku harus mengantarmu ?" tawar David melihat Jelita mabuk lelaki itu sedikit khawatir.

"Ayolah David, jangan norak deh. Ijinkan aku sekali saja bersenang-senang malam ini. Aku ingin bergabung dengan mereka." Tolaknya, kemudian melangkah menunjuk muda-mudi yang berada dilantai dansa.

"Lebih baik kau pulang Jelita ! kau akan kena hukuman bila membuat kekacauan." David berteriak namun tak dihiraukan gadis itu.

Jelita berjalan kencang menuju lantai dansa dan bergabung dengan yang lainnya. Lelaki yang duduk disampingnya tadi hanya terus tersenyum, tak sedikitpun melepas pandangannya dari gadis itu.

"Apa kau kenal baik dengannya, David ?"

"Ya dia cewek aneh dan keras kepala" Sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Aku menyukainya. Wanita yang unik." gumamnya dan David tidak bisa mendengarnya dengan jelas.

Dia hanya berharap lelaki yang berada di depannya itu tidak menyukai Jelita. David tahu siapa lelaki itu. Ia sangat kuat dan keras. Tak ada yang bisa menolak keinginannya. David hanya memandang jelita sambil berdoa semoga gadis itu tidak menjadi incarannya.

Bastian Leonardo, sang penguasa yang memiliki kekuasaan besar. Semua orang pasti akan mengenalnya. Ia salah satu orang terkaya di Negara ini. Namun Jelita dengan ketidaktahuannya, telah menolakannya begitu saja.

Dengan tatapannya matanya yang tajam dan menusuk, Bastian tak sedikitpun melepas Jelita dari pandangannya. Gadis itu meliuk-liukan tubuhnya menari dengan sangat menggoda. Tubuhnya yang langsing, namun berisi dibagian tertentu. Terlihat sempurna dan sangat indah untuk dipandang. Rambutnya yang panjang dan bergelombang dibiarkan tergerai terombang ambing sesuai irama hentakan sang pemiliknya. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang begitu mempesona dan wajahnya sangat cantik dan menarik. Bastian tidak berhentinya berkedip terus menatapnya.

Disaat Jelita terlena dalam tariannya yang begitu menarik perhatian penari lain di lantai dansa itu. Datang seorang lelaki muda berkaos kotak-kotak menghampiri dengan menggoyangkan badannya mengikuti irama. Namun Jelita tidak mengharapkannya dan ia pun membalikkan badannya membelakangi lelaki itu. Namun Lelaki itu tidak rela melepaskannya, terus memaksanya untuk berdansa bersamanya. Penolakan kembali Jelita lancarkan dengan berpindah ke lantai yang lain.

Kejadian itu membuat mata Bastian melotot dan membuat dia harus bertindak. Dalam kamusnya tidak akan ada yang bisa menyentuh wanita yang telah ia tandai sebagai calon miliknya. Benar, Bastian telah terpikat oleh gadis itu. Terlihat Lelaki muda itu terus mengikuti Jelita dan Bastianpun berjalan ke arah Jelita.

Saat tangan lelaki berbaju kotak itu akan meraih pinggang jelita. Bastian menghalaunya dan terlihat jelas oleh Jelita. Dengan cepat Bastian meraih pinggang gadis itu dan membawanya ke tengah area lantai dansa. Lelaki berbaju kontak itu mendecih marah, namun membiarkan mangsanya pergi. Jelita dibuat terdiam sesaat. Namun ia harus mengucapkan terimakasihnya dengan menari bersamanya.

Akhirnya, senyum merekah Jelita lancarkan dengan diikuti goyangan badan yang berirama. Bastianpun membalas senyuman gadis itu, Jelita tidak mengetahui Bastian bukan lelaki biasa. Dia sudah terbiasa menari dilantai dansa, ia sangat mahir dan mampu menyeimbangi lawannya. Diapun memulai berdansa mengikuti gerakan-gerakan Jelita yang begitu semakin membuatnya terbawa oleh irama. Hingga tak sadarkan diri mereka menjadi pasangan dansa yang menjadi sorotan beberapa mata yang terpukau oleh gerakan mereka.

Tepukan tangan dari para sang penonton pun menambah semangat pasangan itu. Sang DJ pun ikut bersemangat menyelipkan nada-nada yang membuat pasangan itu mengeluarkan gerakan indahnya.

Akhirnya Jelita tersadar, dirinya tlah menarik perhatian banyak mata. Iapun menghentikan gerakannya dan melangkah sambil sempoyongan untuk pergi dari lantai dansa. Namun sebuah tangan dengan cepat menarik lengannya. Tubuh Jelita yang sudah tak seimbangpun, dapat dengan mudah tertarik ke dalam pelukan lelaki itu.

"Aku ingin mengenalmu, Jelita." Bisiknya tepat ditelinga gadis itu.

"Kau telah mengetahui namaku. Untuk apa kita berkenalan."

"Itu tidak cukup."

"Maaf aku harus pulang." Tolaknya dan mencoba menghempas kasar tubuhnya.

"Apa barusan kau menolakku untuk ke 2 x nya dari seorang Bastian ? Itu tidak akan baik untukmu nona." Ucapnya pelan namun bermakna.

"Kau sudah mengatakan namamu, Bastian. Bukankah itu bagian dari perkenalan." Balas Jelita dan memandang balik wajah lelaki yang masih memeluknya itu sinis.

Jelita mencoba melepaskan tubuhnya dari pelukan lelaki itu.

"Kau mabuk, aku perlu mengantarmu." Gumamnya pelan.

Jelita membalasnya dengan tertawa keras.

Tanpa izinnya, lelaki itu menarik tubuh Jelita dengan merangkul pinggangnya dengan kuat untuk membawanya keluar dari bar. Namun David menghalaunya.

"Tuan biar aku yang mengantarnya." Tawar David.

"Kau sudah mengenalku David." Sambil menatap tajam David.

"Gadis ini akan ku antar ke rumah Sander."

"Baiklah."

Jelita hanya tersenyum saat melihat David yang memandangnya dengan tatapan lemah. Jelita berada dalam kondisi sadar namun tak sadar juga, akibat minuman terakhir yang ia minum. David tidak dapat menghalangi keinginan Bastian. David hanya bisa memandang kepergian mereka. Jelita pergi bersama Bastian dengan 2 bodiguar yang mengikutinya dibelakangnya.

Bagaimana nasib Jelita ?

Apakah Bastian akan mengantarnya ke rumah Mamih Sander ?

Atau ketempat lain ?

Jangan lupa like and votenya 😊😊

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!