NovelToon NovelToon

Surga Hitam

Aku Pamit,

Suara guntur mulai menggelegar, langit biru yang indah hilang begitu saja ketika awan hitam telah datang, rintik hujan pun mulai berjatuhan. Perlahan rasa dingin mulai menyapa tubuh seorang gadis berkerudung hitam yang sedang sibuk melipat cucian di kamar khusus untuk cucian kering yang baru saja di angkat dari jemuran.

Setiap hari gadis itu menjalani hari-harinya dengan membantu aktivitas di rumah kyai Yusuf, sang pemilik pondok pesantren yang ia tempati menimba ilmu. Gadis yang biasa di panggil teman-temannya dengan nama Tata itu hampir enam tahun menimba ilmu di pondok pesantren Al-Khadijah, Jombang. Selama dua tahun ini, Tata ngawulo di PONPES ini karena tidak ada yang membiayai. Kedua orang tuanya sudah kembali ke hadapan Sang Pencipta tepat di saat Tata duduk di kelas satu MA (Madrasah Aliyah).

Seperti ini lah kegiatan Tata setiap hari, setelah sekolah ia membantu pekerjaan yang ada di rumah kyai Yusuf sebagai bentuk rasa terima kasihnya karena bisa menimba ilmu tanpa harus mengeluarkan biaya apapun.

"Tata ...." tiba-tiba terdengar suara bariton di depan pintu, hal itu membuat Tata terkejut bukan main.

"Gus!" sekilas Tata menatap sosok pria yang memanggil namanya, tapi semua itu tak berlangsung lama karena Tata segera menghindari tatapan mata teduh dari sosok pria yang selalu membuat jantungnya berdebar kencang.

"Maaf jika kehadiranku mengejutkanmu, aku hanya ingin memberikan kabar bahwa dua hari lagi aku akan pergi ke Mesir untuk melanjutkan S2. Aku mendapat beasiswa," ucap pria itu sambil mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada yang melihat jika dirinya menemui Tata.

"Selamat atas keberhasilan Gus, lalu kenapa Gus berpamitan kepada saya?" kini Tata membalikkan tubuhnya menghadap pria itu tetap dengan wajah yang tertunduk, kedua tangannya saling bertautan karena rasa gugup mulai datang menghampirinya.

"Tata, selama aku tidak ada di sini, tolong jaga hatimu.Tunggulah sampai aku lulus S2," ucap pria itu.

Tata tertegun ketika mendengar pernyataan yang baru saja di ucapkan oleh pria yang biasa di panggil 'Gus' itu. Ia pun memberanikan diri untuk menatap pria yang memakai sarung hitam dengan kaos oblong berwarna abu-abu, "mm-maksudnya bagaimana, Gus?" tanya Tata.

"Selama ini aku mempunyai perasaan lain kepadamu, jadi aku memutuskan untuk menikahi mu nanti setelah aku pulang dari Mesir, maka dari itu aku minta kepadamu agar menjaga hati hanya untuk ku," ucap pria itu sebelum berlalu pergi dari ruangan yang di tempati Tata karena terdengar ada yang membuka pintu dapur.

Tata menghempaskan diri di atas ranjang tanpa kasur setelah mendengar pernyataan dari putra bungsu kyai Yusuf itu, ia tidak pernah menyangka jika pria yang biasa di panggil Gus Aji itu memiliki perasaan yang sama dengannya.

"Apa aku sedang bermimpi?" gumam Tata sambil meremas pakaian yang ada di tangannya. Ada rasa bahagia yang menjalar di dalam hatinya.

Suara guntur yang semakin menggelegar di siang itu seakan tak ada artinya di indera pendengaran Tata. Ia terus mengembangkan senyumnya ketika mengingat pernyataan yang di ucapkan langsung oleh Aji.

"Tata, kalau sudah selesai tolong bantu Ummi menyiapkan isi koper Gus Aji ya." tiba-tiba terdengar suara wanita yang sangat lembut di ambang pintu, hal itu berhasil membuyarkan lamunan Tata.

"Astagfirullah ...." gumam Tata dalam hatinya ketika menyadari jika ada ummi Sarah yang sudah berdiri di sampingnya.

"Baik Ummi, sebentar lagi pekerjaan saya sudah selesai," ucap Tata sambil menatap istri kyai Yusuf itu.

Ibu Sarah adalah istri pertama Kyai Yusuf, beliau memiliki lima anak, tiga anak laki-laki dan dua perempuan dan yang paling bungsu adalah Aji. Istri kedua kyai Yusuf ada di kota lain, kyai Yusuf memiliki tiga anak bersama istri keduanya, satu laki-laki dan dua perempuan.

Tata segera menyusul langkah ummi Sarah menuju lantai dua rumahnya, jantungnya berpacu dengan cepat ketika langkahnya berhenti di depan kamar Aji.

"Ya Allah ... aku masuk ke kamar seorang pria," gumam Tata dalam hatinya ketika Ummi Sarah mengajaknya masuk.

...🌹🌹🌹🌹...

Dua hari kemudian ....

Suara adzan subuh mulai terdengar di Masjid pondok pesantren Al-Khadijah, para santriwati segera mengenakan mukenanya dan segera berangkat ke Masjid untuk menunaikan kewajiban dua rakaat berjamaah.

Setelah menunaikan sholat subuh, para santri sibuk membersihkan kamar masing-masing karena hari ini adalah jadwal mereka pulang dari pesantren karena liburan sekolah telah tiba, hanya ada lima santri yang tetap tinggal di pesantren dan salah satunya adalah Tata.

Tata jarang sekali pulang ke kota kelahirannya setelah kepergian almarhum Ayahnya, tidak lagi yang ia rindukan di kota kelahirannya itu. Selama ini ia lebih suka menghabiskan waktu di pesantren ketika masuk masa libur sekolah, entahlah apa yang akan di lakukan Tata setelah ini karena ia baru saja lulus dari MA(Madrasah Aliyah).

"Tata ... Ta ... Tata!" Tata menghentikan kegiatannya ketika mendengar namanya di sebut. Tubuhnya meremang karena tidak melihat siapapun dalam pagi yang masih gelap ini.

"Gus Aji!!" Tata terhenyak ketika melihat Aji bersembunyi di balik pohon mangga yang ada di samping rumah kyai Yusuf.

Tata mencengkram gagang sapu yang di sejak tadi di pakainya membersihkan halaman samping rumah kyai Yusuf. Ia tidak menyangka jika Aji sepagi ini sudah menemuinya.

"Ta, Pagi ini aku akan berangkat ke Bandara Juanda. Aku menemuimu hanya untuk berpamitan saja, jangan lupa pesanku kemarin!" Aji menatap Tata yang sedang menundukkan wajahnya.

"Insyallah saya akan menjaga Amanah dari Gus Aji, semoga setelah Gus pulang dari Mesir tidak lupa dengan pernyataan Gus sendiri. Saya akan menunggu lamaran dari Gus Aji," ucap Tata dengan wajah yang tertunduk. Ia sangat malu untuk menatap wajah tampan Aji yang ada di balik pohon mangga.

"Alhamdulillah, akhirnya aku bisa kuliah dengan tenang setelah mendengar jawaban darimu, Ta. Permisi!" Aji melangkahkan kakinya untuk pergi dari tempat ini sebelum ketahuan abah ataupun ummi nya. Namun, baru saja Aji melangkah pergi, ia harus menghentikan langkahnya karena teringat sesuatu.

"Besok sepupuku dari Surabaya akan datang ke rumah ini, aku harap kamu bisa menjaga mata dan hati karena dia lebih tampan dariku," ucap Aji sebelum benar-benar menjauh dari tempat Tata berada.

Semburat warna merah mulai tampak di pipi Tata. Hatinya berdesir ketika menangkap kecemburuan dari nada bicara ustad pengajar kitab Jurumiyah itu. Tata kembali melanjutkan kegiatannya sambil membayangkan betapa bahagianya menjadi istri ustad muda dengan penampilan berbeda dari yang lain. Tata terus mengembangkan senyumnya, ia bagaikan bunga yang bermekar indah di pagi hari.

"Astagfirullahaladzim ... Tata ingat Ta, kamu tidak boleh seperti ini, ingat kata-kata abah Yusuf, 'pasrahkan hidupmu kepada Allah'." Tata bermonolog, ia menggelengkan kepalanya dengan mata yang terpejam karena membayangkan hal yang belum pasti terjadi.

"Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya(memeliharanya)." (QS. Ath-Thalaq:3)

______________________________________________

* Ngawulo: Santri yang mengabdikan diri di pondok pesantren.

* Gus: Panggilan untuk anak laki-laki seorang Kyai.

_______________________________________________

Selamat datang di karya baru ku😘😘😘😘

Jika ada kesalahan tentang penjelasan dunia pesantren bisa tulis di kolom komentar ya biar ak bisa revisi, tapi ... jangan terlalu bar-bar ya biar othor gak syok😉

Jangan lupa tekan Favorite agar tidak ketinggalan update terbaru dari othor😘

🌷🌷🌷🌷🌷

Menatap kepergian ustad muda,

Sang raja sinar mulai menampakkan diri di cakrawala timur, sinarnya menghangatkan semua makhluk yang ada di Kota Jombang, Jawa Timur. Suara kicauan burung yang saling bersahutan mulai terdengar di Pondok pesantren Al-Khadijah.

Semua santriwati sudah siap dengan beberapa barang yang akan di bawa pulang selama satu minggu, menikmati masa liburan sekolah bersama keluarga. Rona bahagia terpancar dari wajah para Santriwati yang akan bertemu dengan keluarganya.

Tata duduk di depan kamar sambil mengamati suasana Pondok yang di penuhi gelak tawa dari teman-temannya. Tata tersenyum tipis melihat pemandangan yang ada di depannya, tetapi tatapan matanya mengatakan perasaan lain, pancaran kesedihan tersorot dari kedua bola mata yang bulat itu.

Rasa rindu kepada kedua orangtuanya semakin lama semakin menyesakkan dada, gemuruh yang menyuarakan rasa rindu tengah menjerit dalam hatinya, rindu kepada kedua orangtuanya yang ada di sisi Tuhan.

"Ayah, Ibu ... Tata kangen," gumam Tata dalam hatinya. Bulir air mata pun mulai membasahi pipinya apalagi setelah mengingat kembali bagaimana saat ayahnya meninggal karena kecelakaan tunggal.

Dua tahun yang lalu, saat bulan Ramadhan adalah hari terberat untuk Tata, Ayahnya meninggal dunia ketika berangkat bekerja ke pabrik. Tata benar-benar terpukul saat itu karena sang Ayah telah pergi, menyusul Ibunya yang sudah terlebih dahulu berada di Surga atau lebih tepatnya ketika Tata masih duduk di bangku SD.

Saat itu Tata sempat berhenti sekolah karena tidak ada yang membiayai. Orangtuanya bukanlah dari keluarga kaya raya, rumah pun masih kontrak. Ayahnya memiliki satu adik perempuan, tapi beliau pun tidak bisa menanggung biaya pendidikan dan biaya pondok pesantren Tata karena beliau seorang janda empat anak.

Berita kemalangan yang sedang di alami Tata telah sampai ke Kyai Yusuf dan Ummi Sarah. Setelah berunding dengan anak-anaknya akhirnya Ummi Sarah di temani Aji langsung menjemput Tata di rumahnya agar melanjutkan pendidikannya.

"Nak, ayo ikut Ummi kembali ke pondok, jangan khawatirkan tentang biaya pondok dan sekolah. Abah yang membebaskan semua biayanya. Kamu tidak boleh terus-terusan menangisi kepergian orangtuamu, bukankah mempunyai anak sholeha adalah impian terbesar kedua orangtuamu?"

Ya, kalimat itu lah yang pernah di ucapkan Ummi Sarah saat menjemput Tata. Setelah pamit kepada bibi nya Tata, akhirnya Ummi Sarah dan Aji membawa Tata kembali ke pondok.

Mulai saat itu, Tata mulai ngawulo di pondok pesantren. Ia membantu kegiatan di pondok dan dan di rumah Kyai Yusuf saat ada waktu luang ketika pulang sekolah. Hari-hari bahagia kembali di rasakan Tata karena kesibukan di pondok pesantren. Keluarga besar Kyai Yusuf pun memperlakukan Tata dengan baik, sering kali Ning Ninis (Kakak perempuannya Aji) membelikan Tata baju dan keperluan lainnya.

"Belajarlah yang rajin, terapkan ilmu yang kamu miliki agar bermanfaat. Jangan sombong dan jangan pernah putus asa dalam menjalani hidupmu, Nak." Tata mengingat betul nasihat dari Kyai Yusuf saat pertama kali ia kembali ke pondok pesantren.

Tata terhenyak ketika merasakan ada telapak tangan yang menepuk pundaknya. Hilang sudah kenangan di masa lalu yang sempat hadir dalam pikirannya. Ia mengalihkan pandangan ke samping untuk melihat siapa yang baru saja menepuk pundaknya.

"Eh Safa! ada apa, Fa?" tanya Tata kepada teman satu kamarnya yang bernama Safa.

"Aku hanya ingin menyampaikan pesan dari Ning Ninis, kalau sudah selesai membersihkan kamar, kamu di suruh menemui Ning Ninis di rumahnya Abah," ucap Safa yang kini duduk di samping Tata, "Eh Ta, tadi aku lihat Gus Aji memasukkan dua koper ke dalam mobil, kira-kira mau kemana, ya?" lanjut Safa.

Tata hampir lupa kalau pagi ini Aji akan berangkat ke Mesir, ia segera berdiri dari tempatnya karena ingin melihat keberangkatan Aji walaupun dari jarak yang agak jauh, "Fa, aku tinggal sebentar ya, aku mau menemui neng Ninis dulu," pamit Tata sebelum berlalu dari samping Safa.

Beberapa hari ini perasaan Tata menjadi tak karuan setelah Aji mengungkapkan perasaannya. Bukan sebuah ungkapan romantis seperti layaknya pasangan remaja yang sedang di mabuk cinta, tapi ungkapan keseriusan dari seorang anak Kyai.

Tata tidak tahu sejak kapan Aji menyimpan perasaan lebih kepadanya, yang Tata tau Aji adalah sosok ustad muda yang tak banyak bicara, penuh wibawa meski penampilannya bukan seperti anak-anak Kyai pada umumnya. Wajahnya yang putih bersih dibiarkan tanpa kumis ataupun jenggot, Gaya berpakaian Aji ketika di luar rumah pun terlihat keren tanpa sarung dan baju koko. Diam-diam banyak santriwati yang mengidolakan sosok Aji.

Semua itu juga di rasakan oleh Tata, berawal dari kagum hingga berakhir dengan perasaan berdebar tak karuan ketika tak sengaja bertatapan dengan Aji. Entah sejak kapan rasa itu ada, yang pasti sudah lama Tata merasakan debaran di dalam jiwanya.

Tak terasa kini Tata telah sampai di samping rumah Kyai Yusuf, ia terus mengayun langkah untuk menemui Ninis yang sedang berdiri di halaman rumah untuk mengantar kepergian adiknya.

Tata menghentikan langkahnya agak jauh dari keluarga Kyai Yusuf, ia memberanikan diri untuk menatap Aji yang sudah berada di dalam mobil. Ada rasa tidak rela ketika mobil yang di tumpangi Aji mulai berjalan. Tata kembali menundukkan kepala ketika mobil Aji lewat di depannya, ia tahu bahwa saat itu Aji sedang menatapnya.

"Semoga Gus bisa belajar dengan baik Di Mesir dan tidak lupa dengan ucapan Gus beberapa hari yang lalu," gumam Tata sambil menatap ke arah mobil yang hampir tak terlihat lagi.

"Ta ...." Tata segera mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara Ninis di balik tubuhnya.

"Em ... iya Ning, maaf ada apa Ning Ninis memanggil saya?" Tata terlihat salah tingkah ketika Ninis menatapnya dengan senyum yang mengembang.

"Sudah, jangan bersedih! Aji pasti pulang kok." Ninis rupanya sedang menggoda Tata, "Sekarang ayo ikut aku ke toko jilbab," ucap Ninis dengan wajah yang menahan senyum karena melihat hidung Tata yang kembang kempis, rona merah pun tergambar jelas di pipinya.

Setelah mendengar ucapan Ninis, Tata menjadi salah tingkah. Ia tidak menyangka kalau Ninis sudah tau jika dirinya dan Aji mempunyai perasaan yang sama.

"Loh kok malah bengong! ayo, Ta!" seruan Ninis berhasil membuat Tata kembali dari lamunannya, ia segera mengikuti langkah Ninis menuju garasi untuk mengambil motor.

Sementara itu, di dalam mobil Kijang Innova berwarna hitam, Aji terus memikirkan tentang Tata. Ia membuka dompetnya dimana ada foto berukuran 4x6 yang tersimpan di sana, entah dari mana Aji mendapatkan foto Tata yang memakai seragam putih abu-abu itu. Senyumnya mengembang begitu saja ketika melihat senyum manis dari gadis yang selama ini menjadi incarannya.

"Aku tidak tau kenapa aku bisa memiliki perasaan lebih kepadamu, yang pasti perasaan itu berawal dari rasa simpati ketika melihatmu terpuruk karena tidak memiliki orang tua lagi. Perasaan itu semakin bertambah besar seiring dengan berjalannya waktu, semoga Tuhan menjadikanmu jodoh ku di masa depan." Aji semakin mengembangkan senyumnya ketika mengingat betapa pemalunya sosok Tata selama ini. Gadis berparas imut dengan kedua mata belo-nya yang indah berhasil meluluhkan hati seorang anak Kyai Yusuf yang terkenal di kota Jombang karena keilmuannya.

_

_

Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka😘❤️

_

_

🌷🌷🌷🌷🌷

Kedatangan Aga.

"Ta, tidak usah cuci piring ya, tolong bantuin Ummi bersih-bersih kamar kosong yang ada di ujung lantai dua saja," ucap Ummi Sarah ketika melihat Tata masuk ke dapur, karena di jam-jam pagi seperti ini biasanya Tata membantu kegiatan yang ada di dapur.

"Baik Mi, kalau begitu saya mau ambil sapu dulu Mi." Tata segera berlalu ke tempat penyimpanan alat kebersihan yang ada di dekat dapur.

Tata mulai menapaki satu persatu anak tangga menuju kamar yang ada di lantai dua, di mana Ummi Sarah sudah menunggunya di sana. Sinar sang surya pun mulai menerobos masuk setelah Ummi Sarah membuka semua jendela kamar.

Tata dan Ummi Sarah akhirnya bekerja sama untuk membersihkan kamar tersebut. Mengganti sprei dan sarung bantal dengan yang baru, memberikan pengharum ruangan dan pernak-pernik lainnya agar kamar itu terlihat rapi dan bersih.

"Maaf Mi kalau boleh tau ini kamarnya mau di pakai siapa?" tanya Tata ketika sudah menyelesaikan semua pekerjaannya.

"Oh, ini kamarnya mau di pakai keponakan Ummi yang dari Surabaya, Ta. Nanti malam dia mungkin sudah datang ke sini," jawab Ummi Sarah sambil membuka kunci almari dua pintu yang tak jauh dari jendela.

"Apa mungkin dia yang di maksud Gus Aji kemarin lusa," batin Tata dalam hatinya.

Senyum merekah kembali menghiasi wajah manis sang pemilik mata bulat itu, Tata tersipu sendiri ketika mengingat kembali ucapan Aji tempo hari. Ada rasa aneh yang menggelitik hatinya.

"Astagfirullohaladzim ...." ucap Tata dalam hati ketika tersadar dari lamunannya. Ia mengalihkan pandangan ke arah ummi Sarah untuk memastikan jika beliau tidak melihat Tata senyum-senyum sendiri.

Hidup Tata serasa hampa setelah Aji berangkat ke Mesir, apalagi teman-temannya banyak yang pulang untuk menikmati masa liburan sekolah. Suasana pesantren mendadak sepi, tak ada lagi makan bersama seperti biasanya.

"Ta, kalau sudah selesai kamu istirahat saja, nikmati liburan sekolah kamu," ucap Ummi Sarah setelah selesai membersihkan almari dari debu-debu yang menempel di sana.

"Oh iya, setelah ini kamu mau kuliah di mana, Nak?" tanya Ummi Sarah, beliau baru ingat jika Tata sudah lulus dari MA.

"Tidak Ummi, Tata tidak mau kuliah, Tata fokus ngaji ke kitab saja," jawab Tata dengan kepala yang tertunduk, ia tidak mau jika Ummi Sarah menatap manik hitamnya.

Tata merasa gugup karena membohongi Ummi Sarah. Semua ini ia lakukan karena Tata sadar diri, tidak mungkin ia merepotkan keluarga Kyai Yusuf untuk membiayai kuliahnya, diizinkan tinggal di pesantren tanpa membayar biaya saja Tata sangat bersyukur.

"Kamu yakin, Nak? seharusnya kamu kuliah saja, ambil jurusan pendidikan agama islam biar bisa jadi guru nanti," ucap Ummi Sarah sambil menatap Tata yang sedang gelisah.

"Yakin Mi, Tata ingin fokus mendalami kitab kuning saja." Tata memberanikan diri untuk menatap wajah Ummi Sarah.

Obrolan pun terjadi di kamar yang sudah rapi itu, Ummi Sarah terus membujuk Tata agar kuliah tapi Tata tetap bersikukuh dengan keputusannya. Akhirnya Ummi Sarah pun mengikuti keputusan yang di ambil Tata.

... 🌹🌹🌹🌹...

Suara ayam yang berkokok tanda pagi telah datang,, langit masih gelap karena sang surya masih enggan untuk menampakkan diri, kicauan burung pun mulai terdengar merdu.

Tata mengayun langkah menuju rumah Kyai Yusuf setelah mendengar kabar jika Ummi Sarah tak sadarkan diri. Istri Kyai Yusuf itu syok setelah mendengar kabar bahwa mertuanya atau ibu Kyai Yusuf meninggal dunia.

Detik demi detik telah berlalu, jarum jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Semua anggota keluarga Kyai Yusuf sudah siap berangkat ke Kediri.

"Ta, Ummi titip rumah ya, hari ini Mak Sumi belum kembali dari Tulungagung," ucap Ummi Sarah sebelum masuk mobil.

"Iya Mi, insyaallah Tata akan menjaga amanat dari Ummi." Tata menatap wajah sendu Ummi Sarah.

"Aga, Bude berangkat. Kamu jangan kemana-mana ya sebelum Pakde dan Bude pulang," ucap Ummi Sarah kepada seorang pria yang sedang berdiri di dekat mobil putra sulung Ummi Sarah.

Pria itu hanya menganggukkan kepalanya kepada Ummi Sarah. Lalu pandangannya tertuju kepada Tata yang sedang termangu di samping mobil yang di tumpangi Ummi Sarah.

Tiga mobil yang membawa seluruh keluarga Ummi Sarah akhirnya berangkat, pintu gerbang pun telah di kunci Tata seperti biasanya agar tidak ada tamu yang masuk.

"Hey wanita berjilbab biru, siapa namamu?" tanya keponakan Ummi Sarah ketika Tata lewat di depannya, "berhenti!!" lanjut pria itu ketika melihat Tata tak merespon dirinya.

Tata sengaja menghindari pria bernama Aga itu, ia sedikit risih karena melihat penampilan Aga saat ini. Penampilan ala-ala Rocker menjadi gaya berpakaian keponakan Ummi Sarah.

"Saya Tata, permisi," ucap Tata tanpa menatap Aga yang ada di belakangnya. Tata segera berlalu menuju rumah Kyai Yusuf untuk melakukan aktivitas seperti sebelumnya, hari ini pekerjaan Tata lebih banyak dari biasanya karena ART yang bekerja di rumah ini pulang ke kampungnya.

Aga sedikit geram ketika melihat respon Tata yang cuek, baru kali ini ada wanita yang bersikap dingin kepadanya. Aga adalah seorang pria berumur dua puluh lima tahun, seorang pria yang suka mabuk-mabukan, suka balap liar dan seorang playboy. Orangtuanya sudah tidak sanggup lagi mendidik Aga agar kembali ke jalan yang benar maka dari itu, ia di titipkan di tempat Ummi Sarah agar mendapat pendidikan agama, orang tuanya sangat berharap Aga akan berubah menjadi lebih baik.

Ummi Sarah bukanlah dari keluarga Priyayi seperti Kyai Yusuf. Orang tuanya dulu seorang pemilik industri pembuatan kripik pisang. Ummi Sarah dulu adalah santriwati di pondok pesantren Kediri milik orangtua Kyai Yusuf. Keduanya dijodohkan dan di beri amanah ayah Kyai Yusuf agar mengembangkan pondok pesantren di Jombang.

Kembali lagi kepada sosok Aga, pria berkulit kuning langsat itu berkacak pinggang sambil menatap Tata yang perlahan hilang dari pandangannya. Aga benar-benar kesal karena Tata tak sedikitpun menoleh ke arahnya.

"Aku harus bisa membuat dia jatuh cinta kepadaku! lihat saja, tidak lama lagi kamu akan memohon cinta dariku, wahai wanita berjilbab biru!" Aga berdecak dengan ekspresi wajah menyeringai. Ambisi menaklukkan Tata menjadi tujuan utamanya kali ini.

_

_

Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka 😍♥️

Hayo kira² Tata akhirnya sama Aga atau Aji?😉😀

_

_

🌷🌷🌷🌷

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!