Happy Reading gais:)
Please like, comment, favorite and vote Okay!
follow ig @destiichz ya!
#
Shhh... Shhh...
Angin berhembus cukup kencang sehingga membuat rambut seorang wanita cantik yang sedang menikmati pemandangan dari balkon apartemen nya beterbangan. Angin di yakini dapat memberikan ketenangan tersendiri bagi mereka yang membutuhkan nya.
Wanita itu melihat pada bangunan-bangunan megah yang ada di depan mata nya. semua yang tampak di penglihatan nya sungguh indah. Apresiasi nya terhadap alam seketika terbuyar lantatan tanpa sengaja ia mendengar suara teriakan seseorang.
"Tolonggg!!! Tolonggg!!!" Teriakan melengking itu terdengar begitu jelas di telinga nya.
Sontak saja, Ia langsung mencari dimana asal sumber suara tersebut. Ia mengedarkan pandangan nya ke seluruh penjuru arah. Saat mata nya melihat kebawah, tepat di depan lobby apartemen nya, Ia terbelalak kaget.
itu pada ngapain sih? lagi syuting film action atau beneran? batin nya bingung. Wanita tersebur menajamkan penglihatan nya. Disana terdapat seorang anak kecil yang sedang memberontak di dalam gendongan seorang pria dewasa berbadan cukup besar.
anak kecil tersebut terus berteriak meminta tolong pada sekitar nya. Air mata terus mengalir diwajah kecil nya. Namun, Aneh nya orang-orang yang berada disekitar nya hanya melihat, diam dan tak melakukan apapun.
Wanita yang berdiri di balkon kamar dan sedang menenangkan diri yang tak lain adalah Anastasia merasa ada yang tidak beres. dia mulai memikirkan kemungkinan apa yang terjadi pada anak kecil tersebut.
Anastasia, atau yang biasa dipanggil ana merupakan salah satu wanita yang sangat tangguh dan mandiri. ia juga sangat pintar, cerdas, dan juga sangat cantik menawan. Ia baru berumur 23 tahun saat ini dan bekerja sebagai sekretaris di perusahaan kakak nya.
Ana meyakinkan hatinya tentang kesimpulan yang ia dapatkan. pasti anak itu diculik, pikirnya. Secepat mungkin Ia langsung berlari keluar kamar apartemen nya dan turun ke bawah untuk menuju lobby apartemen nya.
Ana berlari menuruni tangga. "Tolong!!!" Teriakan anak kecil itu membuat ana berlari semakin cepat menuruni tangga.
Sebenarnya, di apartemen ini terdapat lift, hanya saja menurut nya, berlari melalui tangga lebih cepat dari pada menggunakan lift. Ana berusaha untuk membantu anak itu hanya karena dihidupnya ia memiliki prinsip tersendiri.
Sampai di lobby, anak tersebut sudah menangis tersedu-sedu karena tak ada satu pun orang yang membantu nya. Begitu sampai didepan anak itu, secara refleks ana langsung menarik nya ke dalam pelukan nya.
"Heii siapa kau?!" teriakan refleks itu terdengar dari pria yang menggendong anak ini. Disini terdapat lebih dari dua orang pria berbadan kekar yang sedang menatapku.
"kamu gak papa kan, sayang?" tanya ana dengan raut wajah khawatir yang sangat kentara pada anak kecil yang ada di dekapan nya.
Anak kecil tersebut terus menangis tak berhenti. sontak saja, ana menatap tajam kearah para pria itu. Di dalam gendongan nya , ana pun merasa anak kecil itu mengangguk meng iya kan pertanyaan nya. ana menciumi puncak kepala anak itu.
"Kalian Siapa?" Tanya ana pelan.
Secara perlahan namun pasti, ana menggerakan tubuh nya mundur agar kembali memasuki lobby. lagi-lagi, ana menatap tajam kearah para pria itu. ana yakin mereka pasti penculik. walau sebenernya udah pasti aku takut, tapi yaahh pura-pura berani aja deh, pikir ana.
"Heii nona, saya sarankan sebaiknya anda jangan ikut campur urusan kami" Ucap pria yang menggendong anak ini tadi sambil tersenyum meremehkan menatap ana.
Mereka menatap ana dengan senyum yang paling ana benci. ana tak suka diremehkan. suasana nya sangat menyeramkan. seketika, Ana merinding dibuatnya. mereka berjalan kearah ana. Ana terus menatap ke sekelilingnya. Berharap akan ada seseorang yang akan menolongnya.
Tapi bagaimana pun, itu hanya harapan belaka. semua yang ada disini hanya diam menonton drama. Bahkan, satpam hanya bisa melihat tak bergerak sedikit pun. dasar tidak ada rasa simpati ,kesal ana pada semua orang yang ada. ana bingung harus berbuat apa.
"Sayang, mereka siapa hmm?" tanyaku lembut pada anak kecil yang ada digendonganku.
anak kecil yang menangis senggugukan itu menggeleng sambil terus menyembunyikan kepala nya dicekukan leher ana. ana bingung harus melakukan apa selain terus mundur. para pria itu terus berjalan pelan kearah nya.
Dia takut jika ini ternyata hanya salah paham, akan tetapi ia yakin ini penculikan. Dia terus memundurkan diri nya bersamaan dengan para pria jelek itu maju. ga mungkinkan ini bohongan? Anak ini aja nangis kagak berenti, jadi pasti mereka orang jahat, batin ana.
"Apa Yang Kalian ingin kan hah?!" teriak ana yang sudah ketakutan sambil terus memundurkan diri nya dengan sesekali menoleh ke belakang. biar ga nabrak.
Ana terus mundur sampai sudah tidak ada lagi jarak antara dinding dan diri nya. Ana merasa sangat ketakutan. Ia juga merasa sangat bodoh karena tak terpikir untuk berlari kembali ke apartemen nya. ana bersiap sembari menenangkan jantung nya.
"Kembalikan anak itu pada kami ,nona. ini tak ada urusan nya denganmu" ucap salah seorang dari mereka.
mereka terus berjalan pelan kearahku dengan senyuman menjijikkan itu. ana terdiam ditempatnya. tuhan, kumohon bantu aku memperkuat kakiku, mohon ana. ia berpikir untuk berlari secepatnya kembali ke apartemen.
"maa, El tatutt, melekaa jahatt" rengek anak yang sedang menangis di gendongan ana. nama nya pasti El. barusan aku yakin ia memanggil diri nya sendiri dengan nama itu, pikir ana.
Ia semakin mengeratkan pelukan nya pada leher ana, sedangkan ana sendiri sedang mencoba menstabilkan diri. ana membalas pelukan anak itu sambil berkata di telinga anak itu.
"Tenanglah, semua akan baik-baik aja El", ucap ana mencoba menenangkan El.
Ana memejamkan mata nya sambil terus mengeratkan pelukan nya pada anak kecil yang bernama El tersebut. intinya, Dalam hitungan ke lima, aku harus lari ke tangga, batin ana.
1.......
2.....
3...
Bugh... Bugh.... Habisi merekaa... Bugh... Bughh... Akh... Akh... Bugh... Akh....
Ana secara tiba-tiba mendengar banyak sekali teriakan. Merasa suara itu berada dihadapan nya, ana semakin merasa ketakutan. Jantung nya berdetak sangat cepat.
Ana masih tak berani untuk membuka mata nya, walau diri nya sangat penasaran akan apa yang sebenarnya terjadi. Ya tuhann, jantungku kayak mau copott, batin ana.
Ana pun merasa jika Anak yang berada di dalam gendongan nya kini sudah mengangkat kepala nya dari ceruk leher nya. aku harus berani. aku bisa. ya tuhan bantu akuu, ana terus mengucapkan hal itu dalam hati nya. Aku pasti bisa.
#
AKU SUKA DI KRITIK JADI TOLONG KOMEN YA KALO ADA YANG GA SESUAI DENGAN ATURAN BAHASA ATAU GA SESUAI DENGAN CERITA:)
aku mencintai kalian semua:*
Happy Reading gais:)
Please Like, comment,favorite and vote okay!
follow ig @destiichz atau @dedefff17 ya!
#
Ana pun merasa jika Anak kecil yang berada di dalam gendongan nya kini sudah mengangkat kepala nya dari ceruk leher Ana. aku harus berani. aku bisa. ya tuhan bantu akuu, ana terus mengucapkan hal itu dalam batin nya. Aku pasti bisa.
***
"Papaaaaa" Teriakan anak kecil yang bernama El ini sontak saja membuat Ana secara refleks membuka mata nya.
Saat Ana membuka mata nya, Ia melihat banyak orang yang berkelahi di hadapan nya. Ia masih belum mengerti Dengan apa yang terjadi saat ini. Salah seorang dari mereka yang berkelahi berjalan ke arah Ana dan El.
El langsung meminta turun dari gendongan ana dan berlari ke arah pria itu. kayak nya nih cowok bapak nya deh, pikir ana. pria yang di panggil papa oleh El langsung menggendong nya.
Mata tajam pria itu terus menatap ke arah ana. Ia sendiri hanya bisa diam sambil tersenyum kikuk pada pria itu. anak nya imut gini , kok bapak nya serem banget sih? batin ana bingung . Pria itu terus berjalan ke arah ana.
Sesampai nya di depan ana, El membentang kan tangan kecil nya. Meminta agar Ana menggendong nya. Ana tersenyum manis lalu mengambil alih El. Pria itu terus menatap Ana.
"Papaa. Kenalin Ini mama El. cantik banget kan" ucap El dengan senyum sumringah nya.
Manis bangett ya tuhannnnnn, bisa-bisa aku kena diabetes nih, batin ana. Secara Refleks Ana langsung mencium pipi El. Sepertinya, Ana masih tidak sadar dengan apa yang Di katakan El tadi. Ana tersenyum menatap El.
"El, kamu ga boleh panggil orang sembarangan kayak gitu" ucap pria itu dingin.
Ana terkejut begitu sadar apa yang di katakan El tadi. Ana menatap ke arah pria itu. oh my goshhh ganteng bangetttt. Eh, ternyata El yang tampan, imut, dan lucu ini berawal dari bibit yang unggul jugaa, teriak batin ana.
Ana Melihat Ke arah El yang mata nya sudah berkaca-kaca. kayak nya bentar lagii hujan nih, pikir ana. Tebakan Ana Sangat tepat. El sudah menangis tersedu-sedu Di pelukan ana.
Ana yang bingung hanya mengusap punggung El sembari menatap pria itu atau yang tak lain ayah nya el. Pria itu hanya diam sambil menatap putra nya yang menangis. Nih orang gimana sih! anak nya nangis malah di diemin aja, batin ana kesal.
"cup... cup... cup... udah yaa El sayangggg. anak ganteng kalo nangis nanti jadi jelek lohh" bujuk ana mencoba menghibur El.
El semakin mengeratkan pelukan nya pada leher ana. Ana sendiri terus saja mengelus punggung El agar anak itu tenang. Ana menatap kesal pada pria di depan nya.
"Mamaaa malaahh yaa samaa El?" tanya El yang terus menangis senggugukan di leher ana.
"Tante gak marah kok sama El. jadi, udah ya El nangis nya" Bujuk Ana lagi.
El sudah sedikit tenang di pelukan ana. pria di depan ana terus menatap Ana. Ia berjalan semakin mendekati Ana Dan berusaha untuk membawa El kembali ke dalam gendongan nya.
"gak mau hiks hikss--mau nya sama mama hikss" El Semakin mengeratkan pelukan nya dan kembali menangis lagi.
Ana yang merasa tak tega dengan El pun Memundurkan Tubuhnya sembari menatap Lembut pria di depan nya seolah berkata gapapa biarin aja dulu. pria itu mengangguk paham.
Di sisi lain, pria yang jelek tadi sudah di bawah oleh orang-orang yang datang bersama dengan pria di depan Ana. Ana tak terlalu memperdulikan hal itu karena focus nya pada el. Merasa keadaan sudah aman, Ana berdehem sebentar sebelum memulai pembicaraan.
"Ekhem. Gimana Kalo Kamu mampir Dulu ke atas? ke apartemen ku" tanya ana pada pria di depan nya. Ana merasa tak enak menjadi pusat perhatian di sini. Ia pun mengajak El dan Papa nya untuk ke apartement saja.
Banyak deh tuh yang tukang gosip. Cihh, puas-puas in aja lah, batin ana. Pria itu Menganggukkan kepala nya tanda setuju. Ana berjalan Terlebih dahulu ke arah lift. semua orang masih menatap kami---Ana, El, dan Papa El.
Pria yang tak lain adalah papa El mengikuti Ana dari belakang. Ana Menekan angka 2 yang ada dilift. rasanya bener-bener akward banget. Ana berdehem beberapa kali untuk mencairkan suasana yang hening ini.
Pintu Lift mulai tertutup dan mengangkat kami pelan ke lantai 2. El masih menangis senggugukan di gendongan Ana. Ana Masih terus berdem agar pria di samping nya itu peka untuk duluan memulai pembicaraan.
"Nama anda siapa?" tanya pria di samping ana. akhirnya peka juga, daritadi kek, batin Ana.
"Anastasia pak. kalo anda?" jawab Ana sambil tersenyum ke arah pria itu.
"Namaku ben. Emm, sebelum nya terima kasih karena sudah menolong anak saya"ucap nya. oh nama nya Ben, hehe.
"iyaa sama-sama pak, hehe" jawab Ana yang merasa canggung sembari menganggukkan kepala nya.
"panggil Ben aja. Tanpa Embel-embel pak. aku tidak setua itu hingga sampai harus dipanggil pak" balas Ben. Ana mengangguk kan kepala nya sebagai tanda persetujuan.
Beberapa waktu kemudian, Ana sudah sampai di depan kamar apartemen nya. Ia merasa susah untuk membuka pintu di karena kan El yang terus memeluk nya erat.
Ben yang seakan paham kesulitan ana pun langsung mencoba membuka pintu. tapi , wait pintu nya terkunci. Ben menatap ana bingung. Ahh, aku lupa jika lewat 10 menit pintu nya akan terkunci otomatis, batin Ana. Ana berusaha mengambil card yang ada di kantong celana nya. Ben terus menatap nya.
" Maaf sebelum nya. boleh aku aja yang ambilin?" Ana terkejut mendengar pertanyaan Ben.
Perlahan tapi pasti Ana menganggukkan kepala nya. Ben mengambil card itu dari kantong celana ana dan menempel kan nya di bawah gagang pintu---scan card. ctak. pintu terbuka. kami pun masuk kedalam Apartemen Secara beriringan.
"Duduk dulu ya. maaf kalo berantakan" Ucap Ana.
El masih tetap berada di gendongan Ana. kayak nya El ngantuk, batin ana. Ana berusaha menurun kan El. Akan tetapi, dia Menggeleng kan kepala nya---tanda tak ingin turun.
"El turun. jangan bikin susah tante nya. sini sama papa dulu" ucap Ben yang malah membuat El menangis.
"El turun dulu ya. tante mau bikin minum dulu nih. emang nya el ga haus hmm?" tanya ana lembut pada El.
El turun dari gendongan ana tetapi masih terus mengikuti ana yang tersenyum. Ana kembali Ke ruang tamu sambil membawa air putih. Tapi, Ben tak lagi duduk disana melainkan menatap foto yang ada di dinding. Ana berdehem untuk menyadarkan Ben.
Flashback On~
Ben sedang berada di kantor nya mengurus Pekerjaan nya seperti biasa. Di tengah kesibukan nya. tiba-tiba Ia mendapatkan panggilan dari asisten rumah tangga nya.
"ada apa?" tanya Ben Begitu mengangkat panggilan.
"tuan besar, Hmm-- a--apakah tuan muda ada di--situ?" tanya asisten rumah tangga ben.
Suara Asisten rumah tangga nya terdengar gugup. Ben pun mengerutkan dahi nya karena merasa bingung. bukankah seharus nya El sudah pulang kerumah dari tadi siang? pikir ben. Sedetik kemudian, ben langsung bangkit dari duduk nya dan mata nya menajam.
"Cari putraku kemanapun. kalau sampai terjadi apa-apa pada nya, seluruh keluarga kalian juga akan menanggung hukuman nya" Teriakan kemurkaan Ben Terdengar. Ben Pun langsung menghubungi seseorang untuk melacak keberadaan putra semata wayang nya.
"Tuan besar, GPS pada jam tangan tuan muda menunjukkan jika sekarang ia berada di apartemen Garden Blizz" ujar Alex sekretaris Ben.
"sekarang kita bergegas pergi kesana. cepat!" ucap ben berlari ke arah mobil nya.
Ia pun melajukan mobil nya yang di ikuti oleh bodyguard di belakang nya dengan sangat Cepat. Ia bahkan tak peduli pada apapun lagi. yang Ben pikirkan hanya bagaimana keadaan anak nya, El sekarang. tunggu papa, batin ben.
sesampai Ben di Apartemen Garden Blizz, Ia Melihat anak nya berada dalam pelukan seorang wanita yang sedang memejamkan mata nya. Ben pun langsung memerintah kan bodyguard nya untuk menangkap pria yang berjalan mendekati anak nya.
Yups, Wanita itu bernama Anastasia. nama yang cantik, seperti orang nya, pikir Ben. Sekarang Ben sedang berada di kamar apartemen Ana. Beberapa Menit kemudian, Ben pun bangkit dari duduk nya.
Flashback off~
#
BUAT SEMUA NYA KALO ADA YANG SALAH ATAU GA SESUAI TOLONG KOMENTAR YA BIAR AKU TAU HEHE:)
MAKASIH UDAH BACA!
aku mencintai kalian semua:*
Happy Reading gais:)
Please Like, comment,favorite and vote okay!
follow ig @destiichz atau @dedefff17 ya!
#
Ana Pergi ke dapur untuk mengambilkan minum bersama dengan El. Begitu kembali ke ruang tamu, Ana tak melihat siapapun duduk disana. Ia pun mengedarkan pandangannya dan melihat Ben berdiri di sana sambil menghadap foto di dinding.
Ben Memfocuskan tatapan nya pada foto-foto yang terpajang di hadapan nya. Ana menatapi. dia terlihat---tampan, pikir Ana. Ben membalikkan badan nya. Ia tersenyum hangat pada Ana begitu sadar akan tatapan memuja Yang Ana berikan saat melihat diri nya.
"Maaa, El hauss" rengek El disamping Ana yang Membuat diri nya langsung tersadar. ahhh gilaa--- Kok bisa-bisa nya sih aku malah terpesona kayak gitu? batin Ana kesal.
Sekarang, Ana sudah benar-benar merasa sangat malu. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa ia focus memandang seseorang tanpa sadar seseorang yang ia lihat juga sedang menatapnya.
Ben menatap Ana focus. Ana tak tau apa yang terjadi. Tapi , Ana melihat dengan jelas, Ben menatap Ana dengan wajah yang tersipu Malu. lahh dia ini kenapa sih? aneh banget. tapi, iihhhhh imut banget deh hehe, pikir ana.
"Eh iyaa El, sini duduk dulu yuk" ajak Ana pada El.
Ana mendudukkan diri nya di sofa panjang tepat depan Tv dengan El yang duduk dipangkuanku. Ben juga mengambil tempat duduk disebelah Ana. Ben menatap Ana yang juga menatapnya sekilas dengan senyum sopan.
"Sini Sayang. Kamu udah gede jadi, jangan duduk dipangku gitu. lagian, kasian tante nya nanti sakit gara-gara keberatan" Ucap Ben.
Ana sadar, Ben Ingin El duduk sendirian tanpa perlu dipangku. tak tau kenapa tiba-tiba hati ku menghangat dengan kepedulian ini, pikir Ana. Akan tetapi, El malah semakin memeluk Ana erat. El menunjukkan seakan-akan ia takut. Ana hanya tersenyum sebagai tanggapan.
Tanpa sadar, kami bertiga sudah menonton Tv Beberapa saat. El juga sudah tertidur dipangkuan Ana. Tinggal Ana dan Ben yang menonton Tv menunjukkan film this is cinta.
Sumpah suasana nya mencekam banget sih, batinku risih. daritadi Ben dan Ana hanya diam. Ana merasa suasana nya agak canggung karena film yang mereka tonton adalah film yang ber-genre romance.
"Ekhem. Mmmm" Mendengar suara Ben, Ana langsung Mendongak menatap nya.
El sudah tertidur nyenyak dipangkuan Ana. Ben yang sudah tidak tahan dengan suasana canggung ini pun mulai mencoba membuka pembicaraan. seperti nya, Ana gugup, pikir Ben.
"Hmm Anaa. bolehkah aku bertanya tentangmu?" tanya Ben.
"Boleh kok, hehe" jawab Ana Terkekeh geli pelan--berusaha menutupi kegugupan nya.
"Umurmu berapa? Bisakah kamu bercerita tentang dirimu?" tanya Ben.
"Hmm umurku 22 tahun. Aku baru wisuda beberapa bulan yang lalu. sekarang Aku bekerja di Angkasa Corp. Mmm kalo kamu?kupikir umurmu sudah kepala tiga, haha." Ana tertawa seakan mengejekku. Akan tetapi, bukannya tersinggung, aku malah ikut tertawa.
"umurku 29 tahun. Emang keliatan udah tua banget ya? haha. iya sih, apalagi udah ada buntut. Hmm kalo soal bekerja, aku bekerja di jackson corp" Balas Ben.
"Nggak kok, aku bercanda haha. walau kamu udah umur 35 an juga bakal tetap keliatan kayak umur 25 an hehe" celetuk Ana.
akhirnya kami menghabiskan waktu sambil terus mengobrol. kami saling menceritakan hal-hal yang tidak penting ataupun sesuatu yang membuat kami sama-sama tertawa. El juga sudah Ana pindahkan ke kamarnya.
Apartemen yang Ana tempati tidak terlalu besar. Disini hanya terdapat 1 kamar tidur, 1 kamar mandi di dalam kamar tidur, Dapur yang berhadapan dengan meja makan, 1 kamar mandi sekaligus tempat cuci pakaian di ssmping dapur, dan ruang keluarga yang juga merupakan ruang tamu. sangat simple.
Sepertinya akan hujan lebat, batin Ana. Sebenarnya, Ben ingin pamit pulang karena hari sudah semakin gelap, dan sangat tidak baik jika Ia masih dirumah seorang gadis malam-malam. Akan tetapi, petir sudah menggelegar hebat.
Daritadi Ana dan ben mengobrol di ruang tamu. terlihat jam pun sudah menunjukkan pukul 6 sore lewat. dari sini, sudah terdengar keadaan diluar. suara hujan yang lebat dan petir yang menggelegar sangat jelas dipendengaran Ana. Saat Ben ingin mengatakan sesuatu, Ia dikagetkan oleh---
"hiks hiks huahh hiks hiks hiks" Ana yang mendengar teriakan dari kamar nya langsung berlari ke kamar. saat Ana masuk, ia melihat El yang sedang meringkuk didalam selimut.
Melihat El yang sedng ketakutan, Ana secara Refleks mendekati kasur, dan memeluknya. Ia ikut masuk kedalam selimut dan terus mendekap El dalam pelukan nya disertai usapan di rambut dan punggung nya El.
"Stttt tenang yaa, Ga ada apa-apa kok" Ana berusaha menenangkan El dengan terus mendekap nya dan berharap agar El cepat tenang.
Ben Merasa ragu untuk memasuki kamar Ana. Ia hanya memandangi Ana dengan merasa sangat khawatir. Ana mengangguk, Isyarat membolehkan Ben memasuki kamar nya. Ben langsung berjalan mendekati kami.
"Bagaimana dengan El? dia baik-baik aja kan?" tanya ben cemas.
"dia sudah lebih tenang. bisakah kamu menutup Tirai yang disana ben?" tanya Ana.
Mendengar permintaan Ana, Ben Tidak menjawab akan tetapi langsung berjalan mendekati tirai dan menutup nya. El tertidur sambil memeluk Ana erat. Ana mulai berusaha melepaskan pelukan nya dari El.
Ben duduk di kursi meja rias yang ada dikamar Ana. Ia terus memandangi Ana dan El. Ana yang merasa Suhu El panas sontak saja memegang dahi nya untuk memeriksa. Benar panas!!! sepertinya El demam, batin Ana.
"Kenapa?" Ben langsug berdiri di dekat Kasur begitu melihat Ana yang memegangi dahi El. Ben Sangat merasa Cemas Akan Hal itu.
"El sepertinya demam. Kamu tunggu disini temani El ya. aku akan keluar sebentar" jawab Ana.
Ana menyingkir dari kasur dan Ben langsung menggantikan posisi Ana dengan tangan nya terus menggenggam tangan El. Ana pun keluar dari kamar nya mencari baskom kecil, kain kompres, obat paracetamol, dan bubur.
Ana kembali ke kamar dengan membawa semua yang barang yang dibutuhkan. Ia mendekati kasur dan membangunkan El dengan lembut. Ben juga ikut membantu Ana Untuk memegangi el bangkit dari tidur nya.
"El pusying maaa. El mauu bobok ajaa" rengek el pada Ana. kenapa aku merasa sedih melihat El seperti ini? pikir Ana.
"Sebentar aja ya sayang. Kalo udah makan Sama minum obat El bisa tidur lagi kok" Bujuk Ana. Ben membantu El menyender di kepala kasur dengan bantal dan El didekat nya.
"Dikit lagii ya El, dikitt lagi" Bujuk ana pada El. El baru makan 4 sendok tetapi Ia sudah ingin Kembali Tidur.
"mama udah huahh hiks hiks" El menangis. Ana yang tak tega pun akhirnya mengalah. Ananmenyuapi El obat penurun panas. setelah itu El langsung kembali tertidur.
Ana menyelimuti El sampai Leher nya. Ana juga mencium Dahi El yang panas dan mengopres dahi nya. krukk---. suara yang membuat Ana akward. sial ni perut malu-malu in aja. Ga bisa tahan dulu apa? batin Ana.
"Ekhem. kita makan dulu yuk" ajak Ana pada Ben. Ben Terlihat tersenyum geli menatap Ana. Kami pun menuju meja makan.
Ana menyediakan sup ayam, nasi, dan air diatas meja. waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Ana pun sudah selesai mencuci piring. Ben duduk Di sofa depan Tv.
"Ben, Sebelumnya maaf ya kalo aku lancang bertanya. Mmm apakah kau sudah mengabari istrimu? " tanya Ana. Ben tersenyum dan itu membuat Ana Bingung.
"Tidak akan ada yang mencariku. istriku sudah meninggal saat melahirkan El" jawab Ben.
"Ehh Mmm"Ana belum menyelesaikan kalimatnya dan Ben sudah berhasil menyela.
"it's okay ga perlu minta maaf" Seru Ben.
"Mmmm aku tidak ingin minta maaf tadi nya, haha. aku cuma ingin bilang, apakah kau akan pulang atau menginap disini? karena El masih sakit jadi lebih baik dia tetap disini. Karena kamu mengingatkan maaf, jadi maaf yaa" Jelas Ana. Ben melongo kaget karena tak sesuai ekspetasi-nya. Ben yang merasa malu hanya cengengesan tak jelas.
"jika boleh, aku ingin menginap disini saja. lagian aku tidak tau harus kemana. ini sudah malam, dan Aku tidak mungkin meninggalkan El yang sedang sakit" Ucap Ben.
"Oke gapapa, karena cuma ada 1 kamar, kamu tidur di sofa ya" jawab ana dengan senyum manis nya.
gapapa sekali-kali tidur di sofa, batin Ben. Ana memasuki kamar nya sebentar, lalu keluar dengan membawa selimut dan bantal untuk Ben. Ana pamit pada Ben untuk kembali ke kamar nya dan pergi tidur.
Ben mulai tiduran di sofa. Pasti besok badanku sakit semua nih, aduhh nasib nasib, batin Ben. Ia pun menghela nafas panjang dan menatap kearah langit-langit. Ia memejamkan mata dan Tertidur dengan cepat.
Ceklek. Krasak. Krusuk. Ting. Ben yang merasa mendengar sesuatu pun berusaha untuk bangun. rasanya mata ini ga bisa di buka. lagian, suara apaan sih berisik banget, batin Ben. Ia perlahan-lahan membuka mata nya dan DEG. what the hell, teriak batin ben.
#
KALO ADA YANG SALAH ATAU GA SESUAI KOMEN YA BIAR BISA DIPERBAIKIN, HEHE:v
MAKASIH UDAH BACA:)
Aku mencintaii kalian semua:*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!