Jangan lupa vote, like dan sarannya yah. karena masukan kalian sangat penting buat aku.
Silakan tinggalkan jejak, supaya aku makin semangat update ceritanya.
Terima kasih sudah mampir
Happy reading 😊😘
...***...
...Angan Tentang Cinta...
...*Bak rembulan di langit malam...
...Bak setetes embun yang jatuh di pucuk daun...
...Engkau yang tak dapat ku raih...
...Namun telah menjadi penyejuk hati*...
...Anehnya diri ini......
...Ia merasakan hadirnya sang penakluk hati...
...Menyingkapkan tabir yang selama ini ada...
...Mengeja bait-bait rindu...
...Menabur imajinasi...
...Dalam sebuah harapan...
...Anehnya diri ini......
...Cinta mengembara ke dalam batin...
...Merangkul angan dengan erat...
...Meski tahu......
...Duri cinta semu...
...Akan melukainya....
Allahu Akbar Allahu Akbar
...
Terdengar suara adzan berkumandang. Gadis itu menutup buku yang sedari tadi ia baca. Terlihat sampul bertuliskan RINDU di sana, sebuah novel karya Darwis Tere Liye. Menengok jam kecil berbentuk segi empat berwarna cokelat, di atas sebuah meja di samping tempat tidurnya. Pukul 18:15, begitu asyik membaca hingga dia lupa waktu. Gadis itu memang sangat suka membaca, tepatnya membaca sebuah novel, cerpen ataupun puisi. Terlihat banyak sekali buku yang tertata rapi di rak kamarnya. Gadis itu segera bersiap-siap untuk kemudian menuju Masjid dekat rumahnya. Hendak sholat Maghrib di sana, Masjid An-Nur. Dia selalu datang ke masjid tersebut. Dengan sedikit terburu-buru, gadis itu melangkahkan kaki menaiki satu demi satu anak tangga yang cukup tinggi. Kemudian langsung duduk di saf depan jamaah perempuan.
"Huftt... untung tidak terlambat." Sambil melihat ke sekelilingnya yang sudah tampak ramai. Masjid itu cukup luas dengan hijab kayu berukiran indah di bagian tengah untuk membatasi barisan antara laki-laki dan perempuan. Dengan tinggi sekitar 1 meter lebih. Tak ada yang berubah dari tempat indah itu, masih sama seperti 7 tahun yang lalu. begitu pula dengan kenangan tentang dirinya.
"Adnan." Nama itu terucap pelan di bibirnya.
...***...
7 tahun yang lalu...
"Indah sudah selesai beres-beres kamar?" Tanya Ibu Dania sambil membersihkan meja di ruang tamu. Terlihat ia sedang mengelap meja tersebut.
"Ia Ma, sudah semua. Aku sudah rapikan dan bersihkan semuanya. Aku capek banget Ma." Merebahkan tubuhnya di atas sebuah sofa panjang.
"Ia sayang, Mama juga capek."
"Kenapa sih Ma, kita harus pindah ke kota ini?"
" Mama kan sudah bilang sayang. Tempat kerja mama yang baru ada di kota ini. Jadi mau tidak mau kita harus pindah ke sini kan."
"Hm... andai saja Papa masih ada yah Ma, Mama tidak perlu capek-capek kerja seperti ini. Maafin aku yah Ma kalau aku sering nyusahin Mama."
Mendengar putrinya berkata seperti itu, Ibu Dania perlahan ikut duduk di sofa tersebut. Diangkatnya perlahan kepala putrinya itu, dan membaringkannya kembali di atas pangkuannya.
"Tidak Indah, kamu tidak pernah nyusahin Mama. Kamu adalah satu-satunya harta Mama yang paling berharga. Mama akan selalu berusaha agar kamu bahagia dan tidak kekurangan apapun." Sambil membelai rambut putrinya.
"Makasih Ma, Indah sayang Mama." Indah bangkit dari tidurnya, dan langsung memeluk erat Ibu Dania.
...***...
Namanya Indah Nur Aisyah, gadis berumur 15 tahun yang saat ini duduk di bangku kelas 1 SMA. Ia dan ibunya baru saja pindah ke kota yang baru karena ibunya mendapatkan pekerjaan di kota tersebut. Ia adalah anak satu-satunya dari perempuan tangguh bernama Ibu Dania, yang telah menjadi orang tua tunggal untuknya sejak 2 tahun terakhir, karena suami tercintanya harus kehilangan nyawanya dalam suatu kecelakaan.
Allahu Akbar Allahu Akbar
Terdengar Adzan berkumandang, menandakan waktu sholat Maghrib telah tiba.
"Alhamdulillah sudah Adzan sayang." Kata Bu Dania, bersyukur untuk hari ini.
"Iya Ma, Alhamdulillah. Apa di sekitar sini ada Masjid Ma?" Indah bertanya.
"Ia Indah, tadi mama lihat waktu kita ke sini. Ada di dalam komplek ini kok, kamu tinggal keluar lorong aja, terus ke pertigaan, setelah itu belok kiri. Kamu pasti akan langsung lihat, tinggal jalan beberapa meter lagi ke sana. Jaraknya dekat dari sini Nak."
"Kalau gitu, aku sholat Maghrib di sana yah Ma, aku juga sekalian mau lihat-lihat lingkungan baru kita."
"Ia, tapi kamu tetap harus hati-hati di jalan."
"Oke Mamaku yang cantik." Sambil mencium pipi Ibu Dania.
"Ya udah, sana siap-siap."
"Ia, Ma."
...***...
Indah berjalan perlahan menuju Masjid. Sesekali melihat ke sekelilingnya. Ada banyak orang yang juga berjalan ke Masjid, terlihat dari Mukenah dan peci yang mereka gunakan. Seperti pria dan wanita yang saat ini berjalan di depan indah, berjalan santai dan mengobrol sambil sesekali tersenyum dan tertawa. Kelihatannya mereka adalah sepasang suami istri. Ada juga anak-anak yang berjalan tak jauh di belakang indah. Mereka terlihat bahagia, bercanda ria bersama teman-temannya. Dan beberapa orang lagi yang sedari tadi lewat di samping indah menggunakan sepeda motornya. Indah yang berjalan sendiri hanya tersenyum tipis.
Sesampainya di Masjid, Indah mulai melepas alas kakinya, berjalan menaiki tangga Masjid. Kemudian menghamparkan sajadahnya di barisan jamaah, sholat Sunnah dua rakaat, lalu duduk menunggu Iqamah.
Sesampainya di Masjid, Indah mulai melepas alas kakinya, berjalan menaiki tangga Masjid. Kemudian menghamparkan sajadah di barisan jamaah, sholat Sunnah dua rakaat, lalu duduk menunggu Iqamah.
Saat sedang asyik melihat ke sekeliling, pandangannya Tek sengaja tertuju pada seorang laki-laki yang baru saja masuk. Sosoknya yang Indah (sama seperti nama indah, hehe) membuatnya termangu.
"Astaghfirullah, tidak baik melihat seseorang seperti itu Indah." Indah menyadarkan dirinya sendiri.
Asik berbicara pada dirinya sendiri, sekali lagi pandangannya tertuju pada laki-laki itu. Namun tanpa ia duga, laki-laki itu juga melihat ke arahnya. Segera berpura-pura melihat ke arah lain dan sedikit menutup wajahnya dengan mukenah yang ia gunakan (Dasar Indah, bikin malu aja). Tapi terlihat sepertinya laki-laki itu juga menjadi salah tingkah, dengan sengaja merapikan kopiahnya yang memang sudah rapi.
Untuk seseorang yang pertama kali ia lihat, ini adalah perasaan yang aneh. Maksudnya, kesan untuk dirinya sendiri. Dia laki-laki yang cukup tampan, dengan kulit putih, badan yang tinggi, dan wajah yang syahdu. Dilihat dari wajahnya sepertinya umur Indah dan laki-laki itu tidak berbeda jauh. Tapi bukan itu yang membuat Indah tertarik melihatnya. Melainkan karena sosoknya yang tampak sederhana, tenang dan berkarisma. Yah, mungkin itu.
Indah berjalan perlahan menuruni anak tangga Masjid itu, diikuti dengan beberapa orang yang juga sudah akan pulang. Tangga itu cukup luas dengan dibatasi pagar besi dengan tinggi sekitar 1 meter di bagian tengahnya sebagai pembeda antara jalur laki-laki dan perempuan. Di sebelah kanan adalah tangga khusus laki-laki dan di sebelah kiri tangga khusus perempuan.
Saat sedang mencari alas kakinya, laki-laki yang ia lihat tadi juga telah menuruni anak tangga. Indah dengan cepat menunduk dan menyembunyikan sebagian wajahnya. Laki-laki itu kemudian berjalan melewatinya dan segera berlalu tanpa menoleh kepada Indah. Setelah mendapatkan alas kakinya diantara banyaknya alas kaki di sana, Indah pun segera pulang.
Tanpa ia duga laki-laki itu masih terlihat, dan sekarang sedang berjalan di depannya. Kelihatannya mereka searah. Indah hanya melihatnya dari belakang sambil sesekali masih dengan posisi menutup sebagian wajahnya dengan mukenah, jaga-jaga jika laki-laki itu tiba-tiba berbalik ke belakang. Kelihatannya ini adalah cara baru yang selalu digunakan Indah sejak melihat laki-laki itu (hehe). Dia masih merasa sangat malu dengan kejadian tadi. Namun terlepas dari semua itu, entah mengapa Indah merasa ada perasaan yang aneh saat pertama kali melihatnya. entahlah itu apa, tapi dia masih belum bisa menjelaskannya.
Saat berada di pertigaan komplek itu, laki-laki tadi berbelok ke kiri. Indah masih melihatnya dengan seksama dari belakang. Ia yang jaraknya tidak begitu jauh dari laki-laki tadi pun juga telah sampai di pertigaan itu. Namun, bedanya Indah harus berbelok ke kanan. Saat akan berbelok, ia mengalihkan pandangannya sekali lagi, menoleh ke arahnya. Dan punggung laki-laki itu masih terlihat di sana. Dengan senyum simpulnya, Indah pun melanjutkan langkahnya, pulang ke rumah.
Indah berjalan perlahan menuju Masjid. Sesekali melihat ke sekelilingnya. Ada beberapa orang yang juga berjalan ke Masjid, terlihat dari Mukenah dan peci yang mereka gunakan. Seperti pria dan wanita yang saat ini berjalan di depan indah, berjalan santai dan mengobrol sambil sesekali tersenyum dan tertawa. Kelihatannya mereka adalah sepasang suami istri. Ada juga anak-anak yang berjalan tak jauh di belakang indah. Mereka terlihat bahagia, bercanda ria bersama teman-temannya. Dan beberapa orang lagi yang sedari tadi lewat di samping indah menggunakan sepeda motornya. Indah yang berjalan sendiri hanya tersenyum tipis.
Sesampainya di Masjid, Indah mulai melepas alas kakinya, berjalan menaiki tangga Masjid. Kemudian menghamparkan sajadahnya di barisan jamaah, sholat Sunnah dua rakaat, lalu duduk menunggu iqomat.
Saat sedang asyik melihat ke sekeliling, tiba-tiba pandangan Indah tertuju pada seorang pria yang baru saja masuk ke Masjid. Sosoknya yang Indah (sama seperti nama indah, hehe) membuatnya termangu.
"Astaghfirullah, tidak baik melihat seseorang seperti itu Indah." Indah menyadarkan dirinya sendiri.
Ketika Indah berbicara pelan dengan dirinya sendiri, pandangannya sekali lagi tertuju pada pria itu. Namun tanpa ia duga, Pria itu juga melihat ke arahnya. Indah segera mengalihkan pandangannya dan sedikit menutup wajahnya dengan mukenah yang ia gunakan (Dasar Indah, bikin malu aja). Tapi terlihat sepertinya pria itu juga menjadi salah tingkah, dengan sengaja merapikan kopiahnya yang memang sudah rapi.
Untuk seseorang yang pertama kali ia lihat, itu adalah kesan yang aneh. Maksudnya, kesan untuk dirinya sendiri. Dia pria yang cukup tampan, dengan kulit putih, badan yang tinggi, dan wajah yang syahdu. Dilihat dari wajahnya sepertinya umur Indah dan pria itu tidak berbeda jauh. Tapi bukan itu yang membuat Indah tertarik melihatnya. Melainkan karena sosoknya yang tampak sederhana, tenang dan berkarisma. Yah, mungkin itu.
Indah berjalan perlahan menuruni anak tangga Masjid itu, diikuti dengan beberapa orang yang juga sudah akan pulang. Tangga itu cukup luas dengan dibatasi pagar besi dengan tinggi sekitar 1 menter dibagian tengahnya sebagai pembeda antara jalur laki-laki dan perempuan. Di sebelah kanan adalah tangga khusus laki-laki dan di sebelah kiri tangga khusus perempuan.
Saat sedang mencari alas kakinya, pria yang ia lihat tadi juga telah menuruni anak tangga. Indah dengan cepat menunduk dan menyembunyikan sebagian wajahnya. Pria itu kemudian berjalan melewatinya dan segera berlalu tanpa menoleh kepada Indah. Setelah mendapatkan alas kakinya diantara banyaknya alas kaki di sana, Indah pun segera pulang.
Tanpa ia duga pria itu masih terlihat, dan sekarang sedang berjalan di depannya. Kelihatannya mereka searah. Indah hanya melihatnya dari belakang sambil sesekali masih dengan menutup sebagian wajahnya dengan mukenah, jaga-jaga jika pria itu tiba-tiba berbalik ke belakang. Kelihatannya ini adalah cara baru yang selalu digunakan Indah sejak melihat pria itu (hehe). Dia masih merasa sangat malu dengan kejadian tadi. Namun terlepas dari semua itu, entah mengapa Indah merasa ada perasaan yang aneh saat pertama kali melihat pria itu. entahlah itu apa, tapi dia masih belum bisa menjelaskannya.
Saat berada di perempatan komplek itu, pria tadi berbelok ke kiri. Indah masih melihatnya dengan seksama dari belakang. Ia yang jaraknya tidak begitu jauh dari pria tadi pun juga telah sampai di perempatan itu. Namun, bedanya Indah harus berbelok ke kanan. Saat akan berbelok, ia mengalihkan pandangannya sekali lagi, menoleh ke arah pria tadi. Dan punggung pria itu amsih terlihat di sana. Dengan senyum simpulnya, Indah pun melanjutkan langkahnya, pulang ke rumah.
Jangan lupa vote, like dan sarannya yah. karena masukan kalian sangat penting buat aku.
Silakan tinggalkan jejak, supaya aku makin semangat update ceritanya.
Terima kasih sudah mampir
Happy reading 😊😘
...***...
"Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak." Seorang wanita memakai jilbab biru panjang dengan pakaian rapi khas seorang guru masuk ke sebuah kelas pagi itu. Dia seorang guru yang cukup cantik. Dengan kulit sawo matang, badan yang cukup tinggi dan proporsional, dan kelihatan masih muda. Diikuti dengan seorang gadis berjilbab putih sambil menggandeng tasnya, tetapi dengan ekspresi wajah yang tegang dan malu-malu.
"Waalaikumsalam, pagi Bu." Jawab siswa-siswi serentak. Mereka yang sedari tadi mengobrol, ada yang bertengger di jendela (hehe), dan yang sedang sibuk bergosip di bangku temannya segera kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Saat wali kelas mereka Ibu Rahma, masuk.
"Anak-anak hari ini kita kedatangan teman baru. Dia akan belajar di kelas ini bersama dengan kalian. Ibu harap kalian bisa berteman baik dengannya. Indah, ayo perkenalkan diri kamu, nak!" Pinta Bu Rahma yang masih dengan posisi berdiri di samping tempat duduknya.
"Baik Bu." Dengan sedikit gugup karena tengah berdiri di depan kelas, dengan semua mata tertuju padanya. Indah mulai memperkenalkan dirinya.
"Assalamualaikum teman-teman, perkenalan namaku Indah Nur Aisyah, teman-teman bisa memanggilku Indah. Aku pindahan dari kota ..., salam kenal semuanya." Ucap Indah.
"Waalaikumsalam Indah, salam kenal juga yah dari aku." Teriak salah satu siswa di bangku Paling belakang. Namanya adalah Radit.
"Huuu....." Kompak seluruh siswa di kelas tersebut menyoraki Radit.
"Yeii..... Kenapa? Iri yah?" Radit membela diri.
Indah hanya tersenyum malu, dengan lesung Pipit dan gigi kelincinya, membuat ia terlihat sangat cantik.
"Senyummu sangat indah, seperti namamu, Indah." Adit, siswa yang duduk di sebelah Radit juga ikut menggoda Indah.
"Hei, kalian berdua memang tidak bisa tenang yah kalau lihat perempuan cantik." Sinta yang duduk di bangku paling depan berbalik dan menegur dua temannya itu.
"Yeii.. Biarin aja, masa mau godain kamu, cewek tomboi." Radit mengejek, sementara Adit tertawa di sebelahnya.
"Awas kamu yah..." Sinta yang marah hampir saja menghampiri Radit dan Adit, Namun Bu Rahma menghentikan dia, dan ocehan siswa-siswi yang lain.
"Sudah... sudah... kenapa kalian malah bertengkar. Tidak baik seperti itu, Radit, Adit, Sinta." Ucap Bu Rahma.
"Maaf, Bu." Jawab Radit, Adit dan Sinta bersamaan.
" Ya sudah, Indah kamu duduk di sebelah Sinta yah." Sambil menunjuk ke bangku di sebelah Sinta. Yah, karena hanya tinggal bangku itu yang kosong.
"Baik, Bu. Terima kasih." Jawab Indah sembari menuju bangkunya.
"Selamat datang yah di kelas X.A, semoga kamu betah menghadapi macam-macam manusia aneh, lebay, dan super alay di sini. hehe..." Sinta memulai percakapan saat Indah duduk di sampingnya.
"Iya." Jawab Indah singkat dengan tersenyum.
Kelihatannya, teman baru Indah ini pribadi yang menyenangkan dan bersahabat. Yah, meskipun dari penampilannya, dia terlihat seperti gadis yang keras dari luar. Dengan rambut sebahu yang di kuncir satu kebelakang, lengan baju pendek yang masih ia lipat, dasi yang agak berantakan, dan posisi duduk yang bisa dibilang jauh dari kata anggun. Namun dari semua itu, Indah dapat melihat bahwa teman barunya itu adalah gadis yang manis. Kulitnya yang hitam manis, bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, dan wajah yang imut, meski tak ada sedikitpun polesan bedak di sana. yah, wajah manisnya, mungkin tersamarkan dari penampilannya ini. 'Jika dia berpenampilan seperti perempuan pada umumnya, pasti akan terlihat sangat cantik.' Pikir Indah dalam hati.
"Baiklah, anak-anak, mari kita mulai pelajaran hari ini." Kata Bu Rahma.
"Baik, Bu." Siswa-siswi pun mengambil buku pelajaran mereka. Ilmu Pengetahuan Alam dan mulai sibuk memperhatikan penjelasan di papan tulis.
"Kamu tinggal di mana Indah?" Sinta kembali membuka percakapan, saat Bu Rahma memerintahkan mereka untuk mencatat pelajaran yang ada dipapan tulis.
"Aku lupa nama jalannya, karena aku juga baru pindah di kota ini, belum sepekan. Tapi, tidak jauh dari sekolah ini kok, di dekat toko perbelanjaan di perempatan jalan sama." Indah menjawab dan menunjuk arah rumahnya dengan hati-hati, takut terlihat oleh Bu Rahma, jangan sampai dia mendapat teguran di hari pertamanya di sekolah ini.
"Oh ya? Rumahku juga tidak jauh dari tempat itu, Setiap hari kalau aku pulang sekolah aku cukup berjalan kaki saja, karena jaraknya juga cukup dekat. Kalau kamu mau kita bisa pulang bareng nanti, iya kan? Tapi jalan kaki hehe... " Ajak Sinta bersemangat.
"Tentu, aku tidak keberatan, yang penting aku punya teman bareng untuk pulang." Indah mengiyakan.
Mereka berdua tersenyum dan melanjutkan catatan mereka. Tak lama kemudian bel pun berbunyi, menandakan waktu istirahat tiba. Bu Rahma mengakhiri pembelajaran dan anak-anak mulai berhamburan keluar kelas menuju tepat favorit mereka. Yah.... kantin.
...***...
Assalamualaikum Ma, Indah pulang." Teriak Indah saat sampai di depan pintu rumah, segera ia lepaskan sepatunya, menyimpannya di rak sepatu yang ada di sudut kanan rumah itu. Berjalan menuju ruang tamu dan duduk di sofa. Rumah mereka sederhana, dengan cat warna ungu muda menghiasinya. Halaman sempit yang hanya dapat menampung dua sepeda motor, di depan rumah mereka juga dipenuhi dengan tanaman yang berjejer rapi didalam pot. Yah, Bu Dania sangat menyukai tanaman. Ada pula dua kursi dan satu meja di sana, untuk sekedar bersantai di sore hari dengan teh hangat manis yang menemani.
"Waalaikumusalam, eh kamu udah pulang Nak, mama baru aja mau jemput kamu ke sekolah."
Bu Dania menghampiri Indah dan duduk di samping putrinya itu.
"Iya Ma, mama kok pulang cepat? Biasanya kan mama pulangnya sore-an. Indah pikir tadi mama tidak ada di rumah, tapi indah lihat motor mama di depan." Tanya Indah sambil bersandar, mencoba mengatur napasnya yang agak lelah berjalan.
"Iya, tadi pekerjaan mama cuma sedikit, jadi bisa cepat pulang. Sekalian mama izin juga sama bos mama, kalau kita masih beres-beres rumah karena baru pindahan. Alhamdulillah bos mama ngerti karena dia juga teman lama mama. orangnya sangat baik sayang." Bu Dania menjelaskan.
"Oh iya, kamu pulang sendirian, jalan kaki? kenapa tidak tunggu Mama sayang?" Sambungnya.
"Ia Ma, Indah jalan kaki, tapi tidak sendiri kok. Indah sama teman Ma. Namanya Sinta dia teman sebangku Indah di sekolah. Dan mama tahu tidak, ternyata kita tetanggaan loh sama Sinta, rumahnya di lorong Dahlia 4." Indah menjelaskan dengan girang.
"Kalau begitu cuma beda satu lorong sama kita."
"Iya, Ma."
"Lain kali kalau kamu pulang sekolah, tunggu mama aja sayang, mama pasti jemput kok."
"Tidak usah Ma, Indah pulang bareng Sinta aja, tidak apa-apa kok, kan juga Deket."
"Ya sudah, tapi kamu harus selalu hati-hati yah di jalan, lihat kendaraan dulu sebelum nyebrang, jalannya harus selalu dipinggir yah, dan kamu juga......." Belum selesai Bu Dania menjelaskan, Indah langsung memotong, sadar akan kekhawatiran mamanya itu.
"Ia mamaku sayang, Insya Allah Indah akan selalu hati-hati." Jawabnya meyakinkan mamanya.
Mereka berdua tersenyum, Bu Dania sangat senang melihat putrinya itu bahagia, dan melalui hari pertamanya di lingkungannya yang baru dengan baik.
"Oh iya Nak, bagaimana hari pertama kamu di sekolah baru?
"Di sekolah tadi sangat menyenangkan Ma. Gurunya baik, teman-teman juga. Yah.... meskipun ada aja yang kocak hehe. Sinta juga anaknya baik dia memang sedikit tomboi, tapi dia teman yang menyenangkan, kami langsung akrab diawal bertemu."
"Sinta yang pulang bareng kamu kan tadi?"
"Ia, Ma."
"Kelihatannya sangat menyenangkan Nak. Apa banyak juga cowok-cowok yang mau kenalan sama kamu tadi..... hhm...hhm... " Bu Dania menggoda Indah sambil menaikkan kedua alisnya.
"Kan anak mama ini cantik." Sambungnya
"Iih... mama, kan cantiknya dari mama. Hehe..." Sambil memeluk Ibu Dania.
Indah memang gadis yang cantik, dengan kulit putih, mata yang indah, bulu mata yang lentik, alis yang terukir indah alami, dan senyum yang khas.
Sewaktu di sekolah memang ada beberapa anak laki-laki yang ingin berkenalan dengannya. Dan Indah tidak keberatan dengan hal itu, tapi ada juga siswa nakal yang mencoba iseng dengannya, atau mengerjainya karena dia adalah siswi baru. Namun hal itu tidak sampai terjadi karena selalu ada Sinta didekatnya. Setiap kali ada seseorang yang mencoba iseng Padanya, Sinta langsung mengambil tindakan dan menyuruhnya pergi.
'The Power Of Cewek Tomboi hehe.' Gumam Indah dalam hati.
"Ya sudah, kamu makan dulu yah, pasti lapar kan." Ucap Bu Dania melepaskan pelukan mereka.
"Ia, Ma."
"Yuk makan bareng."
"Ayo." Gumam Indah tersenyum.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!