Obsesi Cinta Sang Mafia
Permainan Aubrey
Yesa Posen
Ma.. Kita mau kemana ma?
Yesa kini sedang di bawa mamanya ke sebuah hotel bintang lima. Tapi dari sejak tadi Aubrey hanya diam, tidak menghiraukan pertanyaan putrinya. Kini ia sedang sibuk dengan pikiran yang berkecamuk di otaknya. Dengan tergesa-gesa ia menyeret lengan Yesa menelusuri setiap lorong hotel.
Yesa Posen
Ma.. Aku takut..
Tak lama kemudian kini mereka telah sampai di depan kamar yang bertuliskan nomor 1567. Nomor itu sesuai dengan angka yang tercantum pada kunci kartunya.
Aubrey Posen ( Ibu Yesa )
Masuklah...
Ucap Aubrey sedikit menekan
Yesa Posen
A-apa? Kenapa harus masuk ma? kita mau ngapain di sini?
Aubrey Posen ( Ibu Yesa )
Masuklah Yesa.. malam ini kita akan menginap dulu disini!!
Yesa Posen
Kenapa? ada apa ini ma?
Aubrey Posen ( Ibu Yesa )
Kamu tahukan akhir-akhir ini hubungan mama sama papamu lagi gak beres.. Jadi malam ini kita tidur disini dulu.. besok pagi kita akan pulang.
Yesa terdiam sejenak. Ia berpikir sesuatu. Memang benar akhir-akhir ini hubungan mama dan papanya sedang rumit. Yesa mengangguk paham. Ia berpikir positif. Mungkin mamanya butuh waktu menyendiri sejenak dengan tidur di hotel dengannya.
Yesa Posen
baiklah.. Ayo ma..
Yesa menarik pergelangan tangan mamanya.
Aubrey Posen ( Ibu Yesa )
Kamu aja dulu.. Mama mau ngambil sesuatu yang tertinggal di mobil tadi.
Yesa hanya menurut tanpa menaruh curiga sedikitpun pada mamanya.
Red Orlando
Bagaimana?. Apa kau sudah menyiapkan putrimu?...
Tanya seorang laki-laki dengan mata tajam menatap wanita paruh baya di hadapannya. kini laki-laki itu sedang duduk bersilang kaki di atas kursi kebesarannya sembari menghisap dan menghembuskan rokoknya.
Aubrey Posen ( Ibu Yesa )
Tenang saja.. Semuanya sudah beres. Yesa juga sudah di kamar seperti yang kau inginkan!!.
Jawab Aubrey dengan santai sambil duduk bersilang kaki. Walau dalam hati ia masih berdoa semoga semuanya baik-baik saja dan berjalan sesuai rencana awalnya.
Red Orlando
Apa kau juga sudah memberi dia obat itu??
Aubrey Posen ( Ibu Yesa )
Sudah-sudah... Di mobil tadi aku sudah memaksa Yesa meminum obat yang kau maksud itu. Dia juga tidak curiga sama sekali. Jadi kau tidak perlu cemas, tinggal nikmati saja malam ini.
Red Orlando
Okey... Akan ku jamin satu minggu ke depan perusahaan kalian akan kembali pulih sesuai kesepakatan awal. Pergilah...
Ucap Red sambil mengayun malas tangannya.
Aubrey Posen ( Ibu Yesa )
Baiklah terimakasih sebelumnya, aku harap kau tidak terlalu kasar padanya karena bagaimanapun ini yang pertama bagi Yesa. Kalau begitu permisi.. Selamat malam.
Setelah Aubrey melenggang pergi. Red bangkit dari kursi keberadaannya. Ia melangkah keluar ruangan kerja penthouse pribadinya sembari bersiul riang seperti remaja yang sedang di mabuk cinta. Suasana hatinya kini sedang baik bahkan dapat dikatakan terlalu baik. Akhirnya dengan sedikit permainan, ia dapat memiliki gadis kecil pujaannya.
Budi ( Asisten utama )
Selamat malam tuan..
Sapa Budi, asisten pribadi Red. Langkah kaki laki-laki berwajah bule itu terlihat santai mendekati tuannya.
Red Orlando
Kenapa lagi Bud? Saat ini aku sedang malas melihatmu... Kondisi hatiku sedang senang jadi jangan merusaknya dengan pekerjaan Bud!!
Ucap Red dengan wajah kesal menatap tajam Budi.
Sedangkan Budi tersenyum manis tanpa beban dihadapan tuannya.
Budi ( Asisten utama )
Maaf jika kehadiran saya merusak suasana hati Anda, tapi saya hanya menjalankan tugas tuan.
Ucap Budi dengan sopan sambil meletakan telapak tangan kanannya di dada kiri tanda hormat.
Red Orlando
CK... Kali ini kau membawa berita apa?
Budi ( Asisten utama )
Nyonya besar meminta anda menghadiri rapat pemegang saham esok pagi di perusahaan pusat Orlando int. Kabarnya tuan besar juga ingin bicara empat mata dengan anda tuan.
Red terdiam sejenak. Ada apa ini? sudah bertahun-tahun ia keluar dari perusahaan itu dan membangun bisnisnya sendiri. Jadi untuk apa para tetua itu masih menginginkan kehadirannya disana. Bukan kah... Ia juga suda mengikhlaskan semua sahamnya pada Rey, Adik laki-lakinya?. Harusnya kehadirannya tidak di butuhkan lagi bukan?.
Red Orlando
Baiklah... atur saja jadwalku besok. Tapi malam ini jangan ganggu aku! Aku ingin bersenang-senang.
Setelah berucap, Red kembali melangkah memasuki Lift khususnya menuju lantai dimana sang gadis berada saat ini.
Malam yang tidak di inginkan
Yesa merasa gejolak panas di sekujur tubuhnya. Ia habis saja mengguyur tubuh mungilnya di bawah guyuran shower tapi hasilnya tetap sama, ia masih merasa panas tidak jelas di sekujur tubuhnya. Bahkan saat ini Yesa tidak lagi menggunakan gaun biru tadi, semua pakaian yang membalut tubuhnya tadi sudah ia lepas lalu di gantikan dengan juba mandi, ia juga mengatur suhu kamar hotel itu sehingga membuat suhu kamar tersebut terasa seperti di kutub es bagi orang normal.
Yesa Posen
Ihh aku kenapa sih??
Gadis itu terlihat frustasi dengan kondisinya yang saat ini tidak jelas apa sebabnya.
Pintu kamar hotel terbuka dan menampakkan laki-laki bertubuh tegap tinggi berdiri di sana.
Seketika Yesa menoleh. Ia berharap itu adalah mamanya. Tapi Yesa mengerutkan dahi saat melihat siapa yang memasuki kamar mereka. Seorang lelaki?. Yesa kebingungan. Kenapa ada laki-laki asing memasuki kamarnya?.
Yesa Posen
Siapa anda pak?
Tanyanya dengan dahi yang berkerut.
Yesa sedikit panik saat lelaki itu semakin mendekatinya. Apa lagi saat ini posisi gadis itu berada di atas ranjang. Dengan secepat kilat Yesa bangkit sebelum lelaki itu semakin mendekat ke arah rajang, lebih tepatnya kearahnya.
Red Orlando
Kenapa kau takut hmm..
Red tersenyum miring melihat kepanikan Yesa. Ia meneliti sekujur tubuh Yesa yang terlihat berkeringat bahkan wajahnya memerah, Red dapat menebak, pasti gadis ini sudah terangsang.
Red Orlando
Kau kepanasan?
Tanya Red seolah tidak tahu apa-apa.
Namun Yesa tidak menjawab apapun. Ia tetap mewanti-wanti takut terjadi hal yang tidak di duga dari lelaki bertubuh tegap tinggi ini.
Tubuh Yesa semakin berkeringat. Ia benar-benar tidak dapat mengontrol gejolak panas dari dalam tubuhnya. Bingung? ia bingung bagaimana ini. Mamanya belum juga kembali dari basement lalu tubuhnya kini semakin terasa panas seperti terbakar bahkan lebih gilanya terdapat lelaki asing yang memasuki kamar mereka.
Red Orlando
Mendekat lah.. Aku bisa membantumu menghilangkan rasa panas itu..
Ucap Red sambil mengayunkan memberi tanda agar gadis itu mendekat.
Yesa menggeleng kepala. Ia tidak kenal siapa lelaki ini dan apa tujuan laki-laki itu datang kemari.
Yesa Posen
Kenapa anda masuk ke kamar saya pak?
Red mengerutkan dahi lalu ia tersenyum manis pada gadis itu. Red tersenyum?. Iya, lelaki itu tersenyum. Padahal senyum itu sangatlah langka. Tidak sembarang orang dapat melihat senyum manis Red saat ini. Yang mereka lihat hanyalah senyum sinis dan menyeramkan dari lelaki itu, tapi kini. Laki-laki itu bahkan tidak segan-segan nya menunjukkan senyumnya pada Yesa yang sedang sekarat ini.
Red Orlando
Kamarmu?.. tapi bagaimana jika bangunan ini milikku!! berarti kamar ini juga kamarku. Aku tidak masalah jika kita berbagi kamar.
Ucap Red dengan santai sambil mengangkat bahu acuh tak acuh.
Tidak tahan lagi dengan kondisinya Yesa kembali menuju kamar mandi tanpa memperdulikan keberadaan Red.
Dengan senyum devil Red mengikuti langkah kaki Yesa memasuki kamar mandi. Saat pintu akan di tutup Red menahannya.
Yesa Posen
Pak... Aku sungguh tidak tahan, tolong pergilah..
Wajah Yesa terlihat merah merekah karena rangsangan obat itu.
Red Orlando
Sudah ku bilang aku bisa membantumu!!
Yesa Posen
Aku tidak mengenalmu pak..
Daun pintu kamar mandi terhempas ke dinding dengan kuat karena dorongan lengan Red.
Tak hanya daun pintu saja yang terbentur. Yesa juga ikut terjatuh ke lantai karena dorongan itu. Ia memundurkan tubuhnya kebelakang saat Red semakin mendekatinya.
Red Orlando
Aku tidak suka bertele-tele!!
Ucap Red dengan tatapan horor. Ia melepas semua atribut branded yang melekat di tubuh kekarnya dengan langkah semakin mendekati Yesa.
Yesa Posen
Jangan!! apa yang kau lakukan?
Panik?. Tentu panik. Apa lagi kini lelaki itu menangkap kasar tubuh mungilnya dan melepas paksa jubah handuk putih yang ia kenakan saat ini.
Yesa Posen
Pak.. Apa yang kau lakukan.. Lepaskan aku!!
Yesa berontak. Namun Red tidak pantang menyerah, ia menyentuh beberapa titik sensitif gadis itu hingga membuat sang empu terdiam
Yesa ingin menangis. Ia merasa di lecehkan sekarang. Tapi entah kenapa, air matanya seolah tertahan. Ada sebuah gejolak aneh pada dirinya saat kulit mereka bersentuhan, apa lagi lelaki itu menyentuh di beberapa titik sensitif tubuhnya. Ia bahkan menginginkan lebih dari sentuhan saja. Gila!! benar-benar sudah gila.
Ucap Red dengan suara parau termakan gairah. Ia mencium kasar bibir ranum Yesa, lalu mengangkat tubuh gadis itu menuju ranjang.
Walaupun ia mengingatkan lelaki asing ini, tapi otak baik Yesa masih bekerja baik. Ia tetap berontak berusaha melepaskan diri dari laki-laki asing ini.
Dengan kasar dan tidak sabaran Red mencekik leher Yesa.
Red Orlando
DIAM!!.. Sudah ku bilang diam-diam!
Akhirnya Yesa menurut dan hanya dapat menangis saat sesuatu yang seharusnya tidak boleh terjadi sebelum ia menikah kini harus ia alami di usianya yang masih sembilan belas tahun.
Rintihan dan raungan dari kedua mahluk hidup yang kini melebur menjadi satu memenuhi seisi ruangan mewah bergaya moderen itu. Dunia seakan hanya milik berdua, menikmati malam panjang bersama tanpa ada yang menganggu.
Kabur
Sinar matahari pagi belum sepenuhnya memenuhi seisi bumi. Namun, Yesa seakan tahu jika saat ini malam sudah menghilang dan matahari mulai terbit dari arah timur.
Lenguh Yesa saat baru terbangun dari alam mimpi.
Matanya mengerjap-ngerjap sembari mengumpulkan nyawa sedikit demi sedikit. Ia merasakan sesuatu yang berat saat ini menindih perutnya tak hanya itu, ia juga merasakan ada hembusan hangat di bagian tengkuk leher belakangnya. Perlahan lahan Yesa membalikan kepalanya untuk melihat siapa gerangan.
Gumamnya pelan. Sekilas cuplikan kejadian semalam terlintas dibenaknya. Ia baru ingat semuanya. Kini ia sudah kotor. Hancur, dan tidak se-suci dulu lagi. Semua harga dirinya hilang dalam satu malam yang tak terduga. Lelaki bejat yang memeluknya dari belakang ini sudah lancang merenggut semuanya. Benar-benar lancang.
Yesa benar-benar ingin menangis saat ini. Ia mencoba melepaskan pelukan lelaki itu perlahan agar tidak membangunkan sang empu yang masih tertidur pulas.
Setelah memisahkan diri dari lelaki itu, Yesa segara berlari pelan ke kamar mandi dengan keadaan tubuh yang polos sembari menahan rasa perih di bagian bawah tubuhnya. Di kamar mandi, Ia langsung mengenakan kembali semua gaun yang sempat ia lepas saat kepanasan semalam.
Yesa Posen
Aku harus segera pergi dari sini..
Yesa Posen
Lagipula untuk apa aku masih disini! pria itu seorang psikopat, nanti dia akan menyakitiku seperti semalam lagi... Sekarang baru jam enam, gak akan mungkin dia bangun sepagi ini..
Yesa berjalan mengendap-endap seperti seorang pencuri yang takut kepergok oleh tuan rumah.
Saat berhasil keluar dari kamar, ia langsung berlari menuju lift. Sepagi ini hotel masi sangat sepi. Tidak ada satu orangpun yang berlalu lalang di hotel baik itu petugas maupun pengunjung.Ada sedikit rasa takut didiri Yesa, tapi rasa itu cepat-cepat ia singkirkan. Hantu dan semacamnya tidak lebih menyeramkan dari lelaki tadi. Ia masih teringat dengan kejadian semalam saat kesuciannya di renggut dengan kasar dan brutal. Sungguh menyakitkan. Sakitnya tidak hanya di tubuh tapi juga di hati. Ngilu sekali rasanya, kesucian yang ia jaga di renggut dengan cara tidak manusiawi seperti semalam.
Tapi seketika tangisnya terhenti saat teringat dengan mamanya.
Yesa Posen
Oh iya! Dimana mama?
Yesa gelagapan mencari ponselnya.
Yesa Posen
Astaga ponselku..
Menepuk jidat sendiri. Lupa kalau ponselnya ada di dalam tas, sedangkan benda itu masih berada di dalam kamar tadi.
Yesa Posen
Ya tuhan Yesa.. bodohnya kau
Ia menghela nafas berat sembari menyenderkan tubuh di dinding lift. Memikirkan bagaimana caranya mencari mamanya yang entah kemana?. Lagipula tidak mungkin ia kembali ke dalam kamar itu, terlalu bahaya untuknya!!
Lift terbuka. Yesa keluar dengan gontai dari sana. Suasana lobi tidak jauh berbeda dengan di lantai teratas tadi. Sepi dan sunyi.
Gumam Yesa sambil memeluk tubuh mungilnya dengan erat dan sesekali ia mengelus kedua lengannya yang terasa ngilu karena suhu dingin di pagi hari.
Yesa Posen
Apa mobil mama masih ada ya?
Yesa Posen
Mungkin aja mobilnya masih ada di basement!. Semoga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!