NovelToon NovelToon

SI BURUK RUPA

Pemilihan Gadis Sampul

Siang itu jam dinding menunjukkan pukul 12.42 WIB. Terlihat seorang perempuan berparas cantik sedang sibuk berdandan didepan cermin. Perempuan tinggi itu berkulit putih langsat, beralis tebal, dan berambut hitam panjang.

Setelah selesai berdandan, perempuan itu terlihat terburu-buru keluar dari dalam kamarnya, terdapat sebuah tas selempang berukuran besar dipinggangnya. Perempuan itu menuruni anak tangga dengan begitu cepat. Sampai suara sandalnya terdengar keras.

Begitu sampai diruang makan, perempuan itu melihat kedua orang tuanya sedang asyik makan siang. Begitu melihat mereka, perempuan itu pun langsung menghampirinya.

"Pa, Ma! Alma berangkat dulu ya!" Ucap perempuan yang ternyata bernama Alma.

"Alma, Kamu nggak makan dulu?" Tanya Mamanya Alma.

"Nggak Ma. Soalnya Alma mau geladi resik jam dua! Ini juga buru-buru banget!" Jawab Alma sambil mengambil sebuah apel dan langsung memakannya.

"Sekarang kan baru jam satu kurang, Alma!" Kata Mamanya.

"Iya Ma. Tapi kan Mama tahu sendiri, jalanan ibukota macet! Daripada telat, entar Alma dimarahin pelatihnya lagi!" Jawabnya.

"Ya sudah. Hati-hati di jalan ya, anak Mama yang cantik!" Puji Mamanya Alma.

"Siap Bos! Oh ya, tapi ingat ya! Papa sama Mama harus datang nanti malam! Acaranya dimulai jam 7, jangan sampai telat ya Pa, Ma!" Seru Alma.

"Insha Allah Kita nggak akan telat sayang! Tapi Kamu juga harus bisa menampilkan yang terbaik! Papa Mama berdoa semoga Kamu bisa menjadi juara!" Balas Papanya Alma.

"Aamiin. Ya sudah, Alma pamit dulu! Assalamu'alaikum." Ucap Alma sambil mengajak kedua orang tuanya bersalaman.

"Wa'alaikumsalam." Balasnya.

Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, Alma berjalan dengan cepat menuju pintu depan rumahnya yang cukup mewah. Begitu sampai didepan rumah, terlihat Alma berdiri dipinggir jalan. Menunggu taksi yang lewat. Tidak berapa lama, sebuah taksi akan melewati depan rumahnya. Alma segera memberi isyarat dengan mengulurkan tangan kanannya kedepan. Taksi itu pun berhenti tepat didepannya. Tanpa membuang waktu, Alma segera menaiki taksi itu.

"Mau kemana Mba?" Tanya supir taksi itu.

"Ke TVRI, yang cepat ya Pak!" Balas Alma.

"Ya Mba." Balasnya. Taksi itu pun melaju dengan kencang meninggalkan rumah Alma.

Malam itu disuatu tempat di kota Jakarta terlihat sangat ramai. Para tamu undangan dan pendukung finalis gadis sampul, berbondong-bondong memasuki salah satu studio alias gedung pertunjukan yang berada di stasiun televisi TVRI. Mereka datang dari berbagai kota di seluruh Indonesia. Ada yang menggunakan bis, dan tidak sedikit juga yang menggunakan mobil pribadi.

Setelah memasuki gedung itu, mereka memilih tempat duduk yang telah disediakan. Kursi-kursi didalam gedung itu tertata rapi dan permanen. Kursi-kursi itu tiap baris posisinya semakin kebelakang semakin tinggi. Jumlah kursi di ruangan itu, kira-kira lebih dari 500 buah. Terlihat orang-orang membawa atribut bertuliskan finalis yang mereka dukung.

Sekitar pukul 18.30 WIB, kursi-kursi didalam gedung pertunjukan itu sudah dipadati oleh para pendukung finalis gadis sampul.

Didepan para hadirin, terdapat sebuah panggung yang cukup luas dan mewah. Lampu kelap-kelip menghiasi panggung itu. Terdapat pula seorang kameramen yang siap merekam acara yang akan ditayangkan di stasiun televisi TVRI secara langsung.

Sementara itu, dibelakang panggung para finalis yang telah selesai di-make up, tengah bersiap-siap untuk naik keatas panggung. Mereka memakai kaos putih polos dengan bawahan celana jeans panjang berwarna biru. Wajah-wajah mereka terlihat sangat cantik alami.

Ketika pukul 19.00 WIB terlihat dua orang laki-laki dan perempuan telah berdiri ditengah panggung. Wajah mereka tampan dan cantik, ditambah dengan pakaian yang mewah. Laki-laki yang berdiri disebelah kanan memakai setelan jas dan celana berwarna silver. Sedangkan perempuan disebelahnya memakai dress berwarna putih. Mereka adalah orang yang akan membawakan acara pemilihan gadis sampul.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Salam dari kedua pembawa acara.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab dari sebagian besar para hadirin.

"Alhamdulillahi rabbal'alamiin. Kita telah berada pada acara yang sudah Kita nanti-nantikan. Saya Ferdy Hasan." Ucap laki-laki itu memperkenalkan diri.

"Dan Saya Alya Rohali." Perempuan disamping Ferdy menimpalinya.

"Izinkan Kami, membawakan acara puncak pemilihan gadis sampul tahun 2000." Seru Ferdy Hasan dan Alya Rohali berbarengan. Lalu terdengar suara tepuk tangan dan sorak sorai dari arah hadirin yang telah memenuhi semua kursi.

"Acara ini bekerjasama dengan tabloid gadis, dan tentunya acara ini secara langsung ditayangkan di stasiun kesayangan Kita semua, apalagi kalau bukan TVRI." Ucap Ferdy Hasan.

"Untuk menyambut 25 finalis gadis sampul, langsung saja Kita sambut dengan meriah penampilan dari Reza Artamevia yang akan menyanyikan sebuah lagu yang berjudul Aku Wanita!" Seru Alya Rohali. Kemudian kembali terdengar suara tepuk tangan dengan keras.

Setelah Reza Artamevia selesai menyanyikan sebuah lagu dan kembali turun dari panggung, satu persatu dari 25 finalis gadis sampul naik keatas panggung dan berjalan seperti seorang model catwalk. Pada kaos yang mereka kenakan, pada bagian pinggangnya terdapat nomor urut satu sampai dua puluh lima. Didepan panggung, duduk tiga orang dewan juri dibelakang meja.

Setelah melewati penilaian dewan juri, kedua pembawa acara mengumumkan finalis yang berhasil masuk tiga besar.

"Setelah ketiga dewan juri melakukan penilaian kepada 25 finalis gadis sampul yang sudah berada diatas panggung, maka tiba saatnya Kita umumkan finalis yang masuk tiga besar adalah!!!" Seru Ferdy Hasan. Semua finalis yang berdiri berjajar diatas panggung, merasa deg-degan. Mereka berharap nama merekalah yang disebut oleh pembawa acara.

"Tanpa membuang waktu lagi, finalis yang berhasil masuk kedalam tiga besar yaitu nomor urut 5! Diana Novitasari dari Surabaya!" Seru Alya Rohali. Kemudian seorang finalis yang bernama Diana maju ke panggung bagian depan. Tepuk tangan menyambutnya dengan sangat meriah.

"Finalis yang kedua yang berhasil masuk kedalam tiga besar yaitu nomor urut 22 yang bernama Cindy Maharani dari Cirebon!" Seru Ferdy Hasan. Kembali seorang finalis yang namanya disebut oleh pembawa acara, maju ke panggung bagian depan. Senyum terpancar dari wajahnya. Tepuk tangan meriah kembali terdengar.

"Dan finalis yang terakhir yang berhasil masuk kedalam tiga besar yaitu..!!!" Seru Alya Rohali. 23 finalis yang tersisa merasakan panas dingin. Mereka semua berharap nama merekalah yang akan menjadi pelengkap yang akan masuk kedalam tiga besar.

"Finalis yang terakhir yang berhasil masuk kedalam tiga besar yaitu dengan nomor urut 13!! Alma Eka Damayanti dari Jakarta!!!" Seru Alya Rohali. Mendengar namanya disebut sebagai finalis yang terakhir yang berhasil masuk tiga besar, Alma yang sama sekali tidak menyangka, merasa sangat bersyukur kepada Allah SWT. Senyum manis terpancar dari wajahnya yang cantik. Dia maju kedepan dengan perasaan sangat bahagia. Tepuk tangan dari semua hadirin yang datang, terdengar lebih keras dan meriah dari sebelumnya.

Sementara itu, sewaktu jam dinding menunjukkan pukul 06.20 malam, kedua orang tua Alma telah selesai berdandan. Dengan memakai pakaian batik berwarna coklat, dan celana panjang berwarna hitam, Papanya Alma terlihat tampan dan gagah. Sedangkan Mamanya Alma terlihat cantik dengan memakai kebaya berwarna coklat muda.

"Ayo Ma! Nanti Kita telat!" Seru Papanya Alma yang sudah tidak sabaran.

"Ya Pa, ini juga sudah selesai!" Balas Mamanya Alma sambil berdiri didepan cermin.

Kemudian mereka bergegas menuju depan rumah, dimana sebuah mobil sedan berwarna hitam terparkir. Mereka pun segera menaiki mobil itu. Begitu mereka sudah menaiki mobil, Papanya Alma segera menyalakan mesinnya dan menginjak pedal gas dengan kuat. Mereka pun meninggalkan rumah dengan kecepatan tinggi.

Musibah Melanda

Papanya Alma mengendarai mobilnya dengan kencang. Dalam benaknya, Dia ingin cepat sampai di studio TVRI. Tempat diselenggarakannya lomba pemilihan gadis sampul. Dia tidak ingin telat dan mengecewakan Alma, anak sulungnya dari tiga orang bersaudara.

"Hati-hati Pak! Jangan ngebut, bahaya!" Mamanya Alma mengingatkan.

"Kalo nggak ngebut ya bisa telat! Semua gara-gara tadi macet perbaikan jalan! Coba aja kalo tadi nggak macet, pasti Kita sudah sampe dari tadi!" Papanya Alma menggerutu.

"Sabar Pa! Namanya juga halangan kan nggak ada yang tahu." Balas istrinya.

"Ya, Mama sih dandannya lama banget!" Ucap Papa.

"Kok jadi nyalahin Mama? Perasaan Mama dandan cuma sebentar!" Balasnya.

Tanpa mempedulikan ucapan istrinya, Papanya Alma mengendarai mobilnya semakin kencang. Setiap ada kendaraan didepannya, berusaha Dia dahului.

Namun untung tidak dapat diraih, malang tidak dapat ditolak. Ketika laki-laki separuh baya itu mencoba mendahului sebuah bis, tanpa diketahui oleh Papanya Alma, ada sebuah truk dari arah berlawanan melaju dengan kecepatan sangat tinggi.

"Ya Allah!!! Awas Pa!!!" Teriak Mamanya Alma dengan keras. Ketika melihat truk dihadapan mobilnya.

Ttttiiiiiiiitttttttt.......!!!

Supir truk itu membunyikan klakson dengan keras. Pikiran Papanya Alma mendadak sangat kacau. Dia berpikir, disebelah kiri mobil yang dikendarai melaju bis berukuran besar. Untuk mendahului sudah tidak mungkin, karena jarak truk dengan mobilnya sudah sangat dekat.

"Dari pada mobilku menabrak truk, lebih baik Aku banting setir ke kanan!" Ucap Papanya Alma dalam hati.

Setelah berpikir begitu, Papanya Alma membanting setir ke kanan dengan cepat. Sontak kaki kanannya sambil menginjak pedal rem dengan kuat. Tapi laju mobil yang terlalu kencang, mobil itu tidak bisa berhenti dengan cepat. Mobil terus melaju, roda kanan mobilnya berada diatas rerumputan. Ketika tiba-tiba didepan mobil itu berdiri sebuah pohon, Mamanya Alma kembali berteriak histeris.

"Awas Pa.....!!!" Teriaknya.

Duuuaaaarrrrr....!!!

Tabrakan dahsyat tidak dapat dihindarkan. Mobil sedan berwarna hitam itu menabrak sebuah pohon dipinggir jalan. Kedua orang tuanya Alma tidak bergerak sama sekali. Wajah mereka berlumuran darah segar. Pecahan kaca mobil bersarang diwajah mereka. Bagian depan mobil itu sebagian besar tidak berbentuk lagi.

Melihat ada sebuah kecelakaan, orang-orang menghentikan laju kendaraannya. Orang-orang berlarian menghampiri penumpang mobil sedan itu. Lalu salah seorang dari mereka, ada yang menelepon ambulance.

Sekitar 15 menit berlalu, akhirnya sebuah ambulance sampai ditempat itu. Dua orang petugas turun dari mobil ambulance. Mereka lalu berlari kearah kedua orang tuanya Alma yang telah menjadi korban kecelakaan. Mereka pun mengecek detak jantung dan denyut nadi, didada dan dileher dua orang didalam mobil sedan itu. Setelah

mengeceknya, lalu mereka dengan perlahan berucap.

"Innalilahi wainailaihi roji'un." Ucap kedua petugas itu. Lalu dari salah satu mereka mengambil dompet milik Papanya Alma yang berada didalam saku celananya bagian belakang. Mereka kemudian mengambil handphone milik Papanya Alma yang berada didalam saku celananya bagian depan. Orang itu pun memanggil nomor seseorang di handphone milik Papanya Alma.

Setelah kedua pembawa acara mengumumkan finalis yang berhasil masuk tiga besar, lalu seluruh finalis turun dari atas panggung. Kemudian para hadirin dihibur oleh seorang penyanyi dari negeri Jiran, yang bernama Siti Nurhaliza. Penyanyi cantik itu pun naik keatas panggung dan membawakan sebuah lagu yang berjudul "Bukan Cinta Biasa".

Begitu Alma dan dua finalis yang lainnya yang berhasil masuk tiga besar, turun dari panggung, mereka langsung berganti kostum. Setelah selesai berganti pakaian, mereka kembali naik keatas panggung dengan gaun berwarna warni. Alma menggunakan gaun warna merah muda. Sedangkan dua finalis lainnya menggunakan gaun warna merah dan kuning.

Mereka berdiri berjajar diatas panggung. Tepuk tangan hadirin kembali terdengar untuk memberi semangat kepada ketiga finalis. Mereka lalu disuruh mengambil undian dalam toples kaca. Setelah mengambil undian. Lalu mereka satu persatu diberi satu pertanyaan oleh dewan juri.

Setelah dua finalis telah berhasil menjawab pertanyaan dari dewan juri secara bergantian dan dengan pertanyaan yang berbeda juga, kini giliran yang terakhir adalah Alma.

"Alma Eka Damayanti! Saya akan memberikan pertanyaan kepadamu. Pertanyaannya adalah dimana pendidikan yang paling utama menurutmu? Dan apa alasannya?" Ucap seorang dewan juri yang bukan lain adalah seorang perempuan.

"Apakah Alma sudah siap jawabannya?" Tanya Alya Rohali.

"Insha Allah sudah siap." Jawab Alma.

"Baik. Kalau begitu Alma harus menjawab pertanyaannya dalam waktu satu menit. Dimulai dari sekarang!" Ucap Alya Rohali.

"Pendidikan yang utama dan pertama adalah pendidikan didalam keluarga. Karena didalam keluarga Kita tumbuh dan berkembang. Dalam keluarga Kita bukan hanya dididik dengan norma-norma sosial, namun pendidikan agama juga berawal dari keluarga. Kita dididik sedari masih didalam kandungan sampai Kita dewasa. Kedua orang tua Kita sangat berperan penting dalam pendidikan yang Kita dapat. Baik buruknya tingkah laku anak, tidak jauh dari perbuatan kedua orang tuanya. Oleh sebab itu, didiklah anak-anak Kita yang terbaik dan semaksimal mungkin. Rumahku surgaku. Sekian, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Salam Alma menutup jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh dewan juri.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab sebagian besar hadirin yang datang. Kemudian suara tepuk tangan kembali terdengar dengan keras. Terdengar pula suara orang yang memanggil nama Alma.

"Alma....Alma.... Alma....!!!" Teriaknya. Alma hanya membalasnya dengan senyumnya yang manis.

"Alhamdulillah ketiga finalis yang berhasil masuk tiga besar sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan dari dewan juri. Kalau begitu, untuk ketiga finalis dipersilahkan untuk turun panggung." Ucap Ferdy Hasan.

"Sambil menunggu dewan juri berunding untuk menentukan pemenangnya, mari Kita sambut dengan meriah Kahitna, Reza Artamevia, dan Siti Nurhaliza!!!" Seru Alya Rohali. Semua yang hadir kembali bertepuk tangan.

Personel Kahitna pun naik keatas panggung. Mereka membawakan lagu yang berjudul "Cantik" dan "Menanti". Setelah Kahitna selesai menyanyikan dua buah lagu, Reza Artamevia kembali naik keatas panggung dengan membawakan sebuah lagu yang berjudul "Pertama". Kemudian dilanjutkan oleh Siti Nurhaliza dengan judul Betapa Ku Cinta Padamu".

Ketika Alma sedang menunggu dibelakang panggung, tiba-tiba handphone milik Alma berbunyi dengan keras. Alma pun segera mengambil handphonenya yang berada didalam tas.

"Pasti Papa yang nelpon!" Ucap Alma sambil membuka tasnya. Begitu Dia mengambil handphonenya dan melihat layar, Alma kembali berucap.

"Tuh kan betul, Papa yang menelpon." Ucapnya. Alma pun bergegas mengangkat panggilan telponnya.

"Hallo Pa! Papa duduknya disebelah mana sih kok Alma nggak lihat?" Tanya Alma begitu mengangkat panggilan itu.

"Maaf, apakah Saya bicara dengan anggota keluarganya Pak Burhan Effendi?" Tanya seorang laki-laki yang menelpon Alma.

"Iya betul, Saya anaknya! Dimana Papa Saya? Mengapa handphone milik Papa, ada sama Kamu?" Tanya Alma yang mulai cemas dan risau.

"Kami dari petugas ambulance. Bapak dan Ibu Mba, mengalami kecelakaan. Mobilnya menabrak pohon." Jawab laki-laki yang bukan lain adalah petugas ambulance.

"Ya Allah Ya Rabb!!! Mengapa bisa terjadi? Terus sekarang bagaimana keadaan kedua orang tua Saya?" Teriak Alma dengan histeris. Teman-teman finalis yang lain, mendekat kearah Alma.

"Mohon maaf sekali Mba, kedua orang tua Mba tidak dapat diselamatkan. Mereka sudah meninggal ditempat." Jawab petugas itu dengan perlahan.

"Papa....!!! Mama....!!! Mengapa Kalian pergi secepat ini!!!" Teriak Alma sambil meraung keras. Air matanya membanjiri wajahnya yang cantik.

"Ada apa Alma?" Tanya beberapa finalis yang lain.

"Kedua orang tuaku meninggal kecelakaan waktu mau kesini!!!" Ucap Alma sambil menangis. Tubuhnya lemas tidak berdaya. Alma jatuh terduduk.

"Innalilahi wainailaihi roji'un." Ucap beberapa finalis yang lain.

"Yang sabar dan tabah Alma!" Ucap seorang finalis.

Setelah para bintang tamu selesai membawakan lagu-lagu mereka, tiba-tiba pembawa acara kembali memanggil ketiga finalis yang berhasil masuk tiga besar.

"Mari Kita sambut kembali ketiga finalis terbaik tahun ini!!!" Seru Ferdy Hasan. Tepuk tangan terdengar kembali.

"Ayo Alma Kita harus naik keatas panggung! Kamu pasti kuat!" Ajak finalis yang bernama Diana. Kedua tangannya memegang tangan kanan Alma dan mengajaknya berdiri.

"Kamu pasti bisa menghadapi cobaan ini Alma." Ucap finalis yang bernama Cindy. Kedua tangannya memegang tangan kiri Alma.

Walaupun masih sangat lemas karena hatinya hancur berkeping-keping setelah mendengar kabar buruk itu, namun atas dukungan kedua temannya, Alma perlahan mencoba bangkit berdiri. Mereka pun kembali naik keatas panggung. Walaupun air mata dipipinya sudah dibersihkan, namun wajah Alma sangat sayu.

"Alhamdulillah Kita telah sampai pada puncak acara pemilihan gadis sampul tahun 2000. Tanpa membuang waktu lagi, Saya akan bacakan juara ketiga gadis sampul tahun 2000 adalah Cindy Maharani dari Cirebon!!!" Seru Ferdy Hasan. Tepuk tangan terdengar meriah.

"Dan tiba saatnya Kita saksikan pemenang lomba pemilihan gadis sampul tahun 2000 adalah....!!!" Seru Alya Rohali. Alma dan Diana saling berpegangan dengan erat. Dalam hati Alma, bukan menjadi juaranya. Tapi yang dipikirkan sekarang adalah kenyataan bahwa Dia dan kedua adiknya harus kehilangan kedua orang tuanya untuk selama-lamanya. Air mata Alma tidak bisa dibendung lagi. Air matanya mengalir dipipinya. Melihat itu semua banyak hadirin yang bertanya-tanya.

"Pemenang lomba pemilihan gadis sampul tahun 2000 adalah Alma Eka Damayanti dari Jakarta!!!" Seru Ferdy Hasan dan Alya Rohali berbarengan. Tepuk tangan terdengar sangat meriah.

Ketiga dewan juri memberikan selamat dengan mengajak bersalaman kepada Alma dan dua finalis yang lain. Setelah menerima piala, plakat uang tunai, serta memakai sebuah mahkota. Seorang dewan juri memberikan sebuah mic kepada Alma.

"Alhamdulillahi rabbil'alamiin. Saya mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan rizkinya kepada Alma. Terima kasih kepada dewan juri, pembawa acara, dan pimpinan acara pemilihan gadis sampul tahun 2000. Sebenarnya Alma sedang merasa sangat sedih. Seumur hidup Alma, sekaranglah yang sangat menyedihkan untuk Alma. Karena tadi Alma ditelpon, kalau kedua orang tua Alma telah meninggal kecelakaan sewaktu datang kesini!!!" Alma menangis histeris. Seorang dewan juri perempuan segera merangkul tubuh Alma. Semua orang yang hadir ditempat itu sangat kaget mendengar cerita yang diucapkan oleh Alma. Sebelum kembali berucap, tiba-tiba tubuh Alma lemas tidak berdaya. Kedua matanya terpejam. Orang-orang banyak sangat tidak kuat melihatnya. Kemudian seorang dewan juri laki-laki mengangkat tubuh Alma turun dari atas panggung, menuju ke backstage.

Duka Cita

Perlahan kedua mata Alma terbuka. Dia memandang sekelilingnya. Alma melihat beberapa orang sedang berada disampingnya. Namun ada seseorang yang membuat Alma sedikit kaget. Dia adalah seorang laki-laki tampan dan berkulit putih.

"Bagas, kok Kamu bisa ada disini?" Tanya Alma yang mengenal lelaki itu.

"Iya Mba, tadi Aku telpon Mba Alma tapi nggak diangkat-angkat. Jadinya Aku susul kesini. Tadi petugas rumah sakit datang ke rumah memakai ambulance. Mereka membawa...!" Laki-laki yang bernama Bagas itu tidak meneruskan ucapannya.

"Jadi betul Papa sama Mama sudah meninggal?" Tanya Alma yang belum percaya kalau kedua orang tuanya telah tiada.

"Betul Mba. Papa Mama sudah meninggal kecelakaan!" Balas Bagas, yang ternyata adalah adik kandung Alma.

"Ya Allah kuatkan hambaMu ini!!" Ucap Alma. Air matanya mengalir dipelipisnya.

"Tabahkan hatimu Alma. Ikhlaskan kepergian kedua orang tuamu. Agar mereka tenang dialam sana. Mereka pasti bangga melihat Kamu bisa menjadi juara." Kata seorang perempuan disamping Alma, yang bukan lain adalah seorang dewan juri pada pemilihan gadis sampul yang baru saja diselenggarakan.

"Buat apa Alma juara, kalau Papa sama Mama sudah nggak ada lagi!" Alma menangis sesenggukan.

"Semua sudah menjadi takdir yang Maha Kuasa, Alma! Umur kedua orang tua Alma memang cuma sampai hari ini." Perempuan itu mencoba menenangkannya.

"Iya Mba, Kita harus ikhlas walaupun terasa sangat berat!" Bagas menimpalinya.

"Kalau begitu Kita pulang sekarang, Gas!" Seru Alma sambil bangkit berdiri.

"Ya Mba, Kakek, Nenek, sama Widya juga lagi dalam perjalanan menuju Jakarta." Ucap Bagas.

"Hati-hati di jalan Alma. Kami semua mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya kedua orang tua Alma. Semoga almarhum dan almarhumah ditempatkan disisi Allah SWT. Aamiin." Ucap seorang lelaki lalu memberikan piala pada Alma.

"Aamiin. Terima kasih banyak Pak atas doanya. Kami mohon pamit dulu. Assalamu'alaikum." Salam Alma.

"Wa'alaikumsalam." Jawab beberapa orang yang berada di ruangan itu.

Dengan didampingi oleh Bagas, Alma berjalan menuju pintu keluar gedung itu. Mereka terus berjalan menuju jalan raya. Sesampainya ditepi jalan, Bagas menghentikan sebuah taksi yang lewat didepannya.

Sesampainya didepan rumah, Alma sudah melihat beberapa karangan bunga disamping gerbang. Alma dan Bagas pun turun dari dalam taksi. Mereka berjalan menuju pintu depan rumahnya. Beberapa orang yang merupakan tetangga Pak Burhan, menyambut kepulangan Alma.

Begitu masuk kedalam rumah, Alma melihat pemandangan yang sangat mengiris hatinya. Alma melihat dua buah jenazah terbaring diatas karpet di ruang tamu. Jenazah itu ditutupi dengan selembar kain batik. Terlihat beberapa orang tengah membaca surat yasin secara bersama-sama. Selama ini tidak pernah terlintas dalam pikiran Alma, kalau kedua orang tua yang sangat dicintainya akan pergi meninggalkannya begitu cepat.

Setelah tertegun melihat semua itu. Dengan berlinang air mata Alma berlari menghampiri jasad kedua orang tuanya.

"Papa....!!! Mama.....!!! Alma pulang bawa piala Pa, Ma! Alma memenangkan lomba!!" Teriak Alma histeris. Mendengar teriakkan Alma beberapa orang perempuan yang sedang membaca surat yasin, terkejut dengan kedatangan Alma.

Alma duduk bersimpuh disamping kanan kedua jasad orang tuanya. Dengan air matanya yang mengalir deras dipipinya, kedua tangan Alma membuka kain yang menutupi tubuh jenazah itu dibagian kepala. Begitu kain itu dibuka, Alma melihat wajah Mamanya yang terlihat putih pucat. Padahal tadi siang sebelum berangkat ke stasiun TVRI, Alma masih bisa mengobrol dengan Mamanya. Namun tidak disangka-sangka olehnya, sekarang sosok Mama yang dicintainya itu telah diam tak bergerak.

Melihat semua kenyataan itu, tangis Alma semakin terdengar keras. Alma pun dengan cepat memeluk tubuh Mamanya. Wajahnya ditempelkan ditubuh Mamanya yang ditutupi selembar kain batik. Tiba-tiba seorang perempuan yang sedang membaca surat yasin, mendekati dan memegang tubuh Alma yang sedang menangis sesenggukan.

"Yang sabar dan tabah Alma! Ikhlaskanlah kepergian kedua orang tuamu!" Pinta perempuan itu.

"Tapi Alma nggak bisa harus kehilangan Papa sama Mama!" Balas Alma.

"Memang terasa berat kehilangan orang yang Kita cintai, tapi lambat laun Alma Insha Allah bisa menerima semua kenyataan pahit ini. Sekarang duduklah Alma, jangan buat kedua orang tuamu sedih melihatnya. Yang mereka perlukan sekarang adalah doa dari anak-anak dan keluarganya." Perempuan itu menasihati Alma sambil kedua tangannya memegang pinggang Alma. Mendengar nasihat perempuan yang merupakan Ustadzah itu, perlahan Alma melepaskan pelukannya pada jasad Mamanya. Alma pun kembali duduk. Wajah jasad Mamanya kembali ditutupnya dengan kain.

"Sekarang gantilah pakaianmu Alma. Bacakan surat yasin untuk kedua orang tuamu." Pinta ustadzah itu.

"Baik Bu Ustadzah." Balasnya. Alma pun bangkit berdiri dan berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.

Tidak berapa lama Alma kembali ke ruang tamu dengan memakai pakaian muslimah. Jilbab dan pakaian yang berwarna ungu itu, membuat Alma terlihat tambah cantik. Setelah menerima buku kecil berisi surat yasin itu, Alma duduk dan segera membacanya. Walaupun terdengar terbata-bata, namun Alma masih bisa membaca huruf Hijaiyah itu. Terlihat disebelah kiri kedua jasad itu beberapa orang sedang membaca surat yasin. Diantara mereka, salah satunya adalah Bagas. Adik kandung Alma.

Ketika Alma sedang membaca surat yasin, tiba-tiba beberapa orang muncul didepan pintu masuk.

"Assalamu'alaikum." Salam kedua orang tua itu.

"Wa'alaikumsalam." Jawab semua orang yang berada didalam ruangan itu, termasuk Alma dan Bagas. Alma sambil menjawab salam itu, kepalanya ditengokkan kearah pintu. Begitu Dia melihat kearah pintu. Alma melihat dua orang laki-laki dan perempuan yang usianya sudah lebih dari setengah abad. Diantara mereka Alma melihat seorang anak perempuan yang dikenalnya.

"Mba Alma.....!!!" Teriak anak kecil itu sambil berlari menghampiri Alma.

"Dek Widya!!" Balas Alma menyambut anak kecil itu. Mereka pun berpelukan dengan erat.

"Mba Alma, apa benar Mama sama Papa sudah meninggal?" Tanya anak perempuan yang ternyata adalah adik kandung Alma, yang bernama Widya.

"Iya Dek! Kedua jenazah yang terbaring ini adalah Papa sama Mama." Balasnya. Alma dan Widya pun menangis. Terdengar suara tangis Widya dengan keras. Kedua orang tua yang merupakan kakek dan nenek Alma dan kedua adiknya, berjalan mendekati Alma dan Widya yang masih berpelukan.

"Widya sekarang nggak punya orang tua lagi!!" Ucap Widya.

"Kamu yang kuat ya dek! Walaupun Kamu sekarang menjadi anak yatim piatu." Balas Alma.

"Alma, Widya! Kalian harus kuat menghadapi musibah ini! Walaupun kedua orang tuamu sudah tiada, tapi Kalian masih punya Kakek dan Nenek!" Ucap Nenek.

"Mulai sekarang Kakek sama Nenek tinggal disini ya!" Ucap Widya sambil melepaskan pelukannya.

"Iya cucuku." Balasnya.

Pagi itu, setelah jenazah kedua orang tuanya Alma dishalatkan, para tetangga menggotong dua keranda menuju pemakaman. Alma, Bagas, Widya, serta anggota keluarga lainnya, tetangga-tetangga, dan rekan-rekan almarhum dan almarhumah semua ikut mengantar almarhum dan almarhumah keperistirahatannya yang terakhir. Terlihat pula, beberapa wartawan yang meliput pemakaman kedua orang tua Alma.

Kedua orang tua Alma dimakamkan secara berjajar. Setelah selesai dikebumikan, Alma dan Widya menaburi bunga diatas tanah merah itu. Seorang kyai pun membacakan doa untuk kedua orang tua Alma. Setelah selesai doa dibacakan, satu persatu orang-orang meninggalkan area pemakaman. Alma dan kedua adiknya, serta kakek neneknya juga pergi meninggalkan pemakaman.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!